Anda di halaman 1dari 9

Kegiatan ke 4

Mengenal Jaringan Tumbuhan

A. Tujuan kegiatan
Mahasiswa dapat mengenal penyusun jaringan tumbuh-tumbuhan

B. Kajian pustaka
Studi tentang sel menerangkan bahwa sel mampu hidup secara mandiri,
tetapi juga mampu secara menakjubkan hidup bersama dalam kelompok
tertentu. Bahkan kelompok ini, pada akhirnya membentuk kelompok yang
lebih besar dengan mekanisme kerjasama yang lebih rumit. Semua itu
yang memungkinkan keturunan hidup organisme (Santoso, 2003: 33).
Sekelompok sel-sel yang serupa asalnya, strukturnya, dan fungsinya
dalam satu kesatuan yang padu dinamakan “jaringan” secara umum tubuh
tanaman terdiri atas kompleks sel yang strukturnya rumit, berbagai jenis
sel dengan fungsinya yang berbeda-beda berpadu menjadi satu (Heddy,
1990: 33).
Jaringan tumbuhan pada umumnya terbentuk karena adanya aktivitas
pembelahan sel. Suatu sel initial mengalami proses pembelahan terus
menerus dari satu sel initial kemudian membelah menjadi dua, masing-
masing belahan membelah lagi menjadi dua sel anakan, demikian
seterusnya peristiwa tersebut terjadi berulang-ulang. Dari proses ini akan
didapatkan sekumpulan sel yang terus membelah, yang disebut kallus. Sel-
sel ini apabila kemudian mengalami proses morfogenesis (perubahan
bentuk) dan proses diferensiasi (perubahan bentuk dan fungsi) maka
terjadilah jaringan (Santoso, 2003: 73).
Jika kita memeriksa tumbuhan berpembuluh yang matang, dapat
dibedakan beberapa tipe sel yang nyata. Kesemuanya dikelompokkan
menjadi jaringan. Beberapa jaringan hanya terdiri atas satu macam sel.
Ada juga yang terdiri dari beberapa macam sel (Kimball, 1991: 115).
Menurut Santoso (2003, 76), jaringan tanaman secara umum
dapat dikelompokkan dalam beberapa hal, yaitu:
1. Menurut umur: jaringan muda dan jaringan dewasa
2. Menurut tipe sel penyusunnya: jaringan primer dan jaringan
sekunder
3. Menurut fungsi: jaringan dasar, jaringan penguat, jaringan
pelindung, dan jaringan pengangkut
4. Menurut tingkat perkembangan jaringan: jaringan sederhana dan
jaringan kompleks
Menurut Santoso (2003, 76-77) dan Heddy (1990, 26-27),
jaringan tanaman secara umum berdasarkan umurnya dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Jaringan muda (meristem)
Jaringan ini biasanya terdiri dari sel-sel yang masih embrio,
dindingnya tipis, sitoplasma kaya akan plasma, vakuolanya kecil-
kecil. Bentuk selnya ke segala arah (kubus, isodiometris), tetapi
ada juga yang berbentuk pipih, panjang (seperti sel-sel kambium).
Jaringan meristematik berdasarkan asal dan perkembangannya
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a. Promeristem
Sel-sel nya paling muda dan sebagai bagian awal dari suatu
pertumbuhan tanaman. Daerah dari pertumbuhan di dalam
tubuh tanaman dimana dasar-dasar dari organ baru mulai
terbentuk dinamakan promeristem.
b. Jaringan meristem primer
Sel-selnya berasal dari sel-sel initial embrio dan promeristem,
misalnya: ujung bawang, primordia daun dan tunas.
c. Jaringan meristem sekunder
Sel-selnya berasal dari sel dewasa yang kemudian menjadi
embrional kembali. Meristem ini berbeda dengan jaringan primer,
karena meristem ini berasal dari jaringan permanen. Contoh
kambium gabus.
2. Jaringan Dewasa (Permanen)
Jaringan ini biasanya terdiri dari sel-sel yang sudah mempunyai
bentuk beserta fungsi tertentu dan tidak bersifat embrional lagi.
Kebanyakan berdinding tebal, dengan sedikit sitoplasma dan vakuola
besar. Jaringan dewasa pada keadaan tertentu dapat pula bersifat
embrional kembali. Jaringan-jaringan di seluruh sel tubuh tanaman,
pada akhirnya akan berkelompok dan terorganisir dalam satuan yang
lebih besar. Kelompok ini sering dikenal dengan istilah sistem jaringan,
yang terdapat pada setiap akar batang, daun, bunga dan buah.
Sistem jaringan dasar terdapat pada seluruh tubuh tumbuhan dan hanya
terdiri dari parenkimia sel-sel parenkim (parenchyma cells) dewasa
memiliki dinding primer yang relatif tipis dan fleksibel, dan sebagian besar
tidak memiliki dinding sekunder. Saat dewasa, sel-sel parenkim umumnya
memiliki vakuola tengah yang besar. Diagram sel tumbuhan yang khas
seringkali menggambarkan sel-sel parenkim, karena mereka paling sedikit
terspesialisasi secara structural. Sel-sel parenkim melaksanakan sebagian
besar fungsi metabolik tumbuhan, yaitu menyintesis dan menyimpan
berbagai produk organik misalnya, fotosintesis terjadi dalam kloroplas-
kloroplas sel parenkim pada daun. Sebagian besar sel-sel parenkim
mempertahankan kemampuan untuk membelah dan berdiferensiasi
menjadi tipe-tipe sel tumbuhan yang lain di bawah kondisi-kondisi tertentu
selama penyembuhan luka, misalnya. Para saintis bahkan mungkin
menumbuhkan tumbuhan yang utuh dari satu sel parenkim (Campbell,
2008:32).
Sifat utama parenkima adalah diameter sel-selnya adalah seragam, dinding
selnya tipis, protoplasmanya masih ada, masih mampu membelah. Parenkima
banyak dijumpai dalam berbagai bagian dari jenis tanaman. Empulur,
mesofil, daun dan daging buah terutama tersusun atas parenkima; korteks dan
periskel sebagian besar adalah parenkima, dan sel-sel parenkima terdapat
bebas dalam xilem dan floem (Heddy, 1990: 34-35).
Sistem jaringan pembuluh teridiri dari dua macam jaringan pembuluh,
yaitu xilem dan floem. Sel-sel pengangkut air pada xilem. Tipe sel
pengangkut air trakeid (racheid) dan unsur pembuluh (vessel elemen),
adalah sel-sel panjang dan tipis dengan ujung meruncing. Air bergerak dari
sel ke sel terutama melalui ceruk, sehingga air tidak perlu menyebrangi
dinding sekunder yang tebal. Dinding sekunder trakeid diperkeras oleh
lignin yang mencegah sel-sel runtuh akibat tegangan transpor air dan juga
memberikan dukungan (Campbell, 2008: 323).
Sel-sel nya mati dan berlapiskan lignin. Dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu trakeid dan trakea. Trakeid itu apabila sekat antar selnya berpori, dan
trakea apabila sekatnya tidak jelas. Fungsinya untuk mengangkut air dan
garam-garam mineral dalam tanah dari akar ke daun (Prawirahartono,
1991:15).
Sel-sel pengangkut gula pada floem, seperti sel-sel pengangkut air pada
xilem, sel-sel pengangkut gula pada floem tetap hidup saat dewasa secara
fungsional. Pada tumbuhan vascular tak berbiji dan gymnosperma, gula
nutrient-nutrien organik yang lain ditrasnpor melalui sel-sel yang panjang
dan sempit, disebut sel tapis (sieve cell). Pada floem angiosperma, nutrien-
nutrien ini ditranspor melalui pembuluh tapis (sieve tube element), atau
anggota pembuluh tapis. Pada beberapa tumbuhan, sel-sel pendamping
pada daun juga membantu memuat gula ke dalam unsur pembuluh tapis,
yang kemudian mentranspor gula ke bagian-bagian lain tumbuhan
(Campell, 2008: 323).
Floem umumnya terdiri atas sel-sel yang sudah mati. Di sebelah luarnya
terdapat sel-sel yang masih hidup yang disebut sel-sel pengiring. Floem
berfungsi untuk mengangkut hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian
tubuh (Prawirahartono, 1991: 13).
Sistem jaringan dermal terdiri atas dua macam, yaitu kolenkim dan
sklerenkim. Sel-sel kolenkim (collenchyma cells), yang terkelompok di
dalam untaian atau silinder, membantu mendukung bagian-bagian tunas
tumbuhan yang muda. Sel-sel kolenkim memiliki dinding primer yang
lebih tebal daripada sel-sel parenkim, walaupun dinding-dinding nya
menebal secara tidak merata. Batang dan tangkai daun yang muda
seringkali memiliki untaian sel-sel kolenkim tepat di bawah epidermisnya
(misalnya benang-benang pada batang yang sebenarnya adalah tangkai
daun), sel-sel kolenkim tidak memiliki dinding sekunder, dan tidak
terdapat agen pengeras lignin dan dinding primernya. Oleh karena itu, sel-
sel ini memberikan dukungan yang fleksibel tanpa menghambat
pertumbuhan (Campbell, 2008: 322).
Sel-sel kolenkim berdinding tebal yang secara khusus dikembangkan di
sudut-sudut sel. Sel-sel ini memberi tunjangan mekanis tumbuhan. Umum
dijumpai di daerah-daerah tumbuhan dengan cepat dan perlu diperkuat
petiole (tangkai) daun biasanya diperkuat dengan sel-sel kolenkim.
Sel-sel skrelenkim merupakan semacam sel penunjang yang lebih
umum. Dinding sel-sel ini sangat tebal dan dibangun dalam lapis yang
sama di sekitar seluruh batas selnya. Sel skrelenkim bisa bergabung
dengan tipe sel yang lain dan memberi tunjangan mekanis. Dalam banyak
hal, protoplas sel-sel skrelenkim mati setelah dinding sel terbentuk
seluruhnya. Sel-sel skrelenkim terdapat dalam batang dan juga bergabung
dengan tulang daun (Kimball, 1991: 115).
Sel-sel skrelenkim juga berfungsi sebagai unsur-unsur pendukung pada
tumbuhan, namun dengan dinding sekunder tebal yang biasanya diperkuat
oleh lignin. Sel-sel skrelenkim (sclenchyma cells) lebih kaku daripada sel-
sel kolenkim. Sel-sel skrelenkim dewasa tidak dapat memanjang dan
mereka terdapat di daerah-daerah tumbuhan yang telah berhenti tumbuh
memanjang. Sel-sel skrelenkim sangat terspesialisasi sebagai pendukung
sehingga kebanyakan sel-sel tersebut mati dewasa secara fungsional,
namun mereka menghasilkan dinding sekunder sebelum protoplas (bagian
sel yang hidup) mati. Dinding-dinding yang kaku tersisa sebagai rangka
yang mendukung tumbuhan pada beberapa kasus sampai ratusan tahun
(Campbell, 2008: 322).
System jaringan pentup atau pelindung diri terdiri dari dua macam,
yaitu epidermis dan jaringan gabus. Pada tumbuhan berkeping dua
(dikotil), jaringan gabus ini dibentuk oleh cambium gabus (felogen).
Fungsi utamanya adalah untuk melindungi jaringan dibawahnya
(Prawirahartono, 1991:14).
Jaringan epidermis terdapat di permukaan organ tubuh, yaitu akar,
batang, dan daun. Sifat bentuk, dan fungsi jaringan epidermis yaitu:
bentuknya seperti balok dan tersusun sangat rapat pada umumnya tidak
mempunyai klorofil, kecuali pada epidermis daun paku, sehingga pada
tempat ini tidak dapat berlangsung fotosintesis, sering ditambah lagi
dengan lapisan lilin (kurtikula) dan pada batang dilapisi dengan gabus
kecuali pada leniset; kadang-kadang jaringan mengadakan modifikasi,
misalnya berubah bentuk menjadi duri, bulu, atau rambut, pada beberapa
tempat, epidermis daun berubah bentuk sebagai stoma (mulut daun), disini
sel epidermis mempunyai klorofil (Prawirahartono, 1991: 13).
Sel-sel jaringan pelindung dijumpai pada permukaan akar, batang, dan
daun. Sel-selnya pipih dengan permukaan atas dan bawahnya sejajar tetapi
sisinya dapat tersusun tidak beraturan. Sel-sel ini melindungi yang ada
dibawahnya (Kimball, 1991: 115).
Jaringan sebagai suatu organisasi sel belum dapat melaksanakan fungsi
yang lebih besar. Oleh sebab itu, diperlukan adanya hubungan kerja sama
antara jaringan yang satu dengan yang lainnya. Kumpulan beberapa
jaringan untuk melakukan fungsi tertentu di dalam tubuh disebut organ
atau alat tubuh. Di dalam tubuh makhluk hidup terdapat beberapa organ
(Prawirahartono, 1991: 15).
C. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Mikroskop cahaya 1 unit
b. Kaca objek 1 buah
c. Kaca penutup 1 buah
d. Cutter atau silet 1 buah
e. Pipet tetes 1 buah
2. Bahan
a. Batang bayam tahunan (Amaranthus hybridus)
b. Batang rumput gajah (Pennisetum purpereum)
c. Aquades

D. Cara Kerja
1. Bahan yang digunakakan dipotong melintang dan diusahakan setipis
mungkin.
2. Bahan diletakkan pada kaca objek, kemudian diberi setetes air dan
ditutup dengan kaca penutup.
3. Objek diamati dengan perbesaran lemah 40 kali, kemudian dengan
perbesaran yang lebih kuat.
4. Objek digambarkan dan diberi keterangan
Daftar Rujukan

Campbell. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid I. Jakarta: Erlangga

L Heddy, Surwasono. 1990. Biologi Pertanian. Jakarta: CV. Rajawali

Kimball, J. W. 1991. Biologi Edisi Kelima Jilid I. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Prawirahartono, Slamet, dkk. 1991. Biologi. Jakarta: Erlangga

Santoso, Untung, dkk. 2003. Kultur. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang

Anda mungkin juga menyukai