Anda di halaman 1dari 8

Tujuan Kurikulum

10.1. Pendahuluan
Dalam Bab Il telah dikemukakan bahasan tentang
pengertian tentang sasaran dan tujuan kurikulum
berdasarkan rasional R.W. Tyler dan definisi
menurut R. Zais (1976: 297-316) yang menjelaskan:
curriculum aims are statements that describe
expected life outcomes base on some value scheme
curriculum goals will refer to school outcomes.
Curriculum objectives are defined as the most
immediate specific outcomes of classroom instruc-
tion." Penjelasan ini mengungkapkan adanya
herarkhi (tingkatan) tujuan kurikulum di mana cur-
riculum aims menempati kedudukan herarkhi
tertinggi; dalam sistem pendidikan suatu negara.
Curriculum aims merupakan suatu pernyataan yang
berkaitan dengan Tujuan Pendidikan Nasional
(Tupenas) yang bersifat umum dan berlaku baik
untuk pendidikan umum maupun pendidikan
kejuruan. Perumusan Tupenas lazimnya didasarkan
pada falsafah Negara, yang menggambarkan
watak, martabat dan peradaban dalam berbangsa
dan bernegara seperti tertera dalam U.U. R.I. No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pasal 3, yang menyatakan: "Pendidikan nasional
204
Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
.. bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menia
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga-
negara yang demokratis serta bertanggung jawab." Itulah hasil v
diharapkan (expected life outcomes) dari sistem pendidikan Indonesia
Curriculum goals atau sasaran kurikulum berkaitan dengan ba
pendidikan dari jenis sekolah tertentu; jadi berkaitan dengan tujuan d
suatu institusi pendidikan atau satuan pendidikan tertentu, sehingga lava
untuk diterjemahkan sebagai Tujuan Institusional. Rumusan tujuan
institusional menggambarkan karakteristik lulusan dari satuan pendidikan
yang bersangkutan, dijabarkan ke dalam aspek keterampilan kogniti
keterampilan sosial (afektif) dan keterampilan psikomotor serta kekhususan
dari satuan pendidikan yang bersangkutan,
Bagi sekolah-sekolah kejuruan, tujuan institusional dapat dikaitkan
dengan penguasaan standar kompetensi yar
regional atau internasional menurut kejuruan yang diselenggarakan.
Suatu satuan pendidikan dalam merumuskan Tujuan Institusional, waijh
mengacu pada Tujuan Pendidikan Nasional dan peran yang ingin
diwujudkan dalam kehidupan masyarakat melalui pendidikan. Untuk
mencapai tujuan institusional dalam satu program studi, satuan pendidikan
yang bersangkutan menawarkan sejumlah mata pelajaran (subjects) yang
keseluruhannya dapat diselesaikan (dikuasai) dalam jangka waktu tiga
sampai empat tahun atau enam sampai delapan semester.
Curriculum objectives berkaitan dengan hasil pembelajaran di kelas;
jadi berkaitan dengan hasil pembelajaran dalam mata pelajaran mata
pelajaran (subjects) yang tercantum dalam kurikulum. Oleh scbab itu, penulis
menerjemahkannya sebagai Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran
karena erat hubungannya dengan aktivitas pembelajaran peserta didik
sehari-hari.
berlaku secara nasional,
10.2. Ragam Tujuan Institusional dan Tujuan
Instruksional
Tujuan instruksional dari suatu mata pelajaran tidak mungkin dicapai dalam
satu kali pertemuan; sekurang-kurangnya diperlukan waktu satu semester
dengan bobot dua sampai tiga satuan-kredit-semester (sks) dan dalam satu
semester terdapat 16 s/d 20 pertemuan. Sehubungan dengan pola (jadwal)
pembelajaran itu, maka tujuan instruksional dari satu mata pelajaran
Merumuskan Sasaran dan Tujuan Kurikulum -
205
lazimnya dirinci ke dalam beberapa Tujuan Instruksional Khusus (TIK),
misalnya menjadi 12 TIK. Dengan diperkenalkannya istilah tujuan
instruksional khusus ini, maka tujuan instruksional untuk satu mata pelajaran
disebut Tujuan Instruksional Umum (TIU). Antara TIU dan TIK harus terdapat
koherensi (kesesuaian), sehingga pencapaian seluruh TIK mencerminkan
pencapaian TIU. Pencapaian TIU dari semua mata-pelajaran dari suatu
program studi mencerminkan pencapaian tujuan institusional pada pro-
gram studi yang bersangkutan.
Apabila mengacu pada buku Bahan Bimbingan Teknis Penyusunan
KTSP dan Silabus SMK yang dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan, Lampiran 2, TIU mata pelajaran dinyatakan sebagai
Standar Kompetensi dan TIK sebagai Kompetensi Dasar.
Tujuan instruksional khusus bagi peserta didik berarti tujuan belajar.
Oleh sebab itu perumusannya perlu mempertimbangkan tingkat kesiapan
peserta didik untuk memperlajari dan mengembangkan pengalaman belajar
yang direncanakan dalam kurikulum. Sebagai contoh pernyataan suatu
tujuan instruksional dari suatu pendidikan menengah kejuruan dapat
mencantumkan aspek-aspek sebagai berikut:
Para peserta didik disiapkan untuk:
Kompeten dalam bidang kejuruan yang dipilih serta menguasai
landasan keterampilan akademik.
Cakap untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi profesi.
Mampu berpartisipasi sebagai warganegara yang bertanggung-jawab
dalam pengembangan potensi daerah.
Dapat mengembangkan kepribadian yang positif dan realistik dalam
pemeliharaan dan pengembangan lingkungan hidup.
Menunjukkan tanggung-jawab dalam kehidupan sehari-hari.
Menerapkan kebiasaan hidup sehat.
Apabila dikaji secara cermat, rumusan tujuan institusional tersebut di
atas memiliki dua fungsi, yakni: pertama, sebagai arah penyelenggaraan
pendidikan pada satuan pendidikan yang bersangkutan. Kedua, menjadi
sumber inspirasi bagi para pendidik dalam pengembangan materi
kurikulum.
10.3. Hasil Penerapan Suatu Kurikulum
Hasil dari penerapan suatu kurikulum (curriculum outcomes) adalah penca-
paian semua kompetensi standar dari suatu program studi. Selaras dengan
907
- Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
definisi tentang kompetensi yang menyatakan: "Competencies for voca-
tion and technical education are those tasks, skills, attitudes and values
and appreciation that are deems critical to successful employment." (Finch
& Crunkilton, 1979: 220) dan menurut Spencer & Spencer (1994:9): "Com-
petency is and underlying characteristics of an individual that is causally
related to criterion referenced." Dari kedua definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa:
a. Kompetensi dirumuskan dengan berorientasi pada tugas-tugas dalam
pekerjaan tertentu. Juga dijelaskan unsur-unsur pembentuk kampetensi,
yakni: keterampilan psikomotor, keterampilan kognitif (kemampuan
menalar) dan keterampilan sosial atau interpersonal (afective skills)
yang mencakup sikap (altitudes), tata nilai dan penghargaan atas
pekerjaan (values and appreciation).
b. Penilaian pencapaian suatu kompetensi didasarkan pada kriteria yang
terukur untuk keterampilan psikomotor dan keterampilan kognitif,
sedangkan kemampuan yang bersifat afektif dinilai dari sikap, misalnya
kepatuhan terhadap peraturan-peraturan, kerja sama dalam
memecahkan suatu masalah (action learning), kerjasama dalam co-
operative learning, kesigapan pada pertolongan pertama pada
kecelakaan serta aspek-aspek lain dalam hubungan interpersonal (pada
pembaca disarankan membaca ulang materi paragraf 8.3.).
10.4. Landasan Perumusan Tujuan Institusional
Berbeda dengan kondisi waktu Perang Dunia Ke-ll di mana dominasi suatu
negara atas negara-negara lain ditentukan oleh kekuatan angkatan
bersenjata, maka dalam masa damai dominasi suatu negara lebih diwarnai
oleh persaingan dalam bidang perekonomian. Amerika Serikat dengan
sekutunya yang menang dalam Perang Dunia Ke-ll dalam tahun 1945,
selang 15 tahun kemudian menyadari kurang mampu bersaing dengan
produk-produk Jerman yang membanjiri pasar di Amerika Serikat.
Sebagaimana telah dikemukakan dalam paragraf 6.2. dari buku ini,
kekalahan dalam persaingan tersebut terletak pada cara bangsa Jerman
menyiapkan tenaga kerja bagi perindustriannya. Latar belakang yang
mendasar adalah adanya perubahan dalam dunia kerja (the changing word
of work); untuk menghadapi perubahan itu, the Panel of Consultants on
Vocational Education yang dibentuk oleh Presiden John F. Kennedy dalam
tahun 1961 menyarankan:
210 – Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
10.5. Menyiapkan Tujuan Instruksional
Keberhasilan pencapaian Tujuan Institusional sangat tergantung pada pen
capaian Tujuan Instruksional dari semua mala-pelajaran yang lercantum
dalam kurikulum. Oleh sebab itu, perumusan Tujuan Instruksional hane
bersifat spesifik dan ditetapkan berdasarkan suatu kriteria kompetensi yane
berlaku dalam dunia industri atau dunia usaha. Dalam paragraí 10.2. telah
diterangkan bahwa, pencapaian kompetensi dari suatu mata pelajaran
merupakan pencapaian seluruh kompetensi dasar dari mata pelajaran yang
bersangkutan.
Struktur kurikulum SMK terdiri dari sejumlah mata pelajaran yang
dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yakni: kelompok program
normatif, kelompok program adaptif dan kelompok program produktif
(Ditbin SMK, 2006: 12). Berdasarkan pengelompokan tersebut, maka mata
pelajaran SMK yang ditetapkan oleh BSNP dalam Permen Mendiknas
No. 22 Tahun 2006 dapat dirinci dalam Struktur Kurikulum SMK/MAK
pada halaman 211.
Program normatif adalah kelompok mata pelajaran yang berfungsi
membentuk peserta didik menjadi pribadi yang utuh, yang memiliki
norma-norma kehidupan sebagai anggota masyarakat baik sebagai
warganegara Indonesia maupun sebagai warga dunia. Program normati
diberikan agar peserta didik dapat hidup dan berkembang selaras dengan
kchidupan pribadi, sosial dan bernegara. Program ini terdiri dari mata-
pelajaran yang menitikberatkan pada pembentukkan karakter yang
selaras dengan norma, sikap dan perilaku yang terpiji dalam kehidupan
bermasyarakat.
Program adaptif adalah kelompok mata pelajaran yang berturg
membentuk peserta didik menjadi pribadi yang memiliki dasar pengetahua
yang luas dan kuat untuk menyesuaikan diri beradaplasi dengan perubanan
yang terjadi di lingkungan sosial, lingkungan kerja, serta mamipo
mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahua
teknologi dan seni. Program adaptif terdiri dari sejumlah mala-pelajala
yang mengandung konsep dan prinsip dasar ilmu pengetahuan c
teknologi yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Denge
demikian program adaptif tersebut melandasi atau menjadi dasar pencepa
kompetensi kerja yang dipersyaratkan baik dalam dunia industri maupor
dunia usaha.
Morumuskan Basaran dan Tuluan KurikulaIN
3) Standar
Unsur ketiga dari sasaran kinerja yang harus dicantumkan da- lam
spesifikasi sasaran kinerja adalah standar penilaian kinerja. Standar dapat
difokuskan pada beberapa kriteria kinerja, misalnya: kecepatan, ketalitian,
atau jumlah produk yang dihasilkan tiap satuan waktu. Untuk keterampilan
yang kompleks, dapat digunakan beberapa standar (multiple standards)
yang harus dispesifikasikan. Dalam hubungan ini perlu dikembangkan
standar yang bermakna (meaningful standards) yang selaras dengan
perkembangan kemampuan siswa dan selaras pula dengan sasaran akhir
(terminal objectives) yang harus dicapai oleh para siswa, yakni standar
kompetensi kerja yang mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia (SKKNI). Namun untuk mencapai standar kompetensi kerja dalam
suatu bidang kejuruan, para peserta didik harus lulus dari semua Standar
Kompetensi Mata Pelajaran (SK-MP); sementara untuk mendapatkan SK-
MP dipersyaratkan lulus dari semua Standar Kompetensi Dasar (SK-D) dari
mata pelajaran yang bersangkutan.
Standar Kompetensi Mata Pelajaran adalah kualifikasi kemampuan
peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang dicapai pada mata-pelajaran tertentu. Sementara
Standar Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan minimal yang
harus dimiliki peserta didik dalam rangka menguasai Standar Kompetensi
Mata Pelajaran. Penilaian pencapaian Standar Kompetensi Dasar harus
didasarkan pada beberapa indikator-indikator penguasaan materi mata-
pelajaran. Rangkaian kegiatan tersebut perlu dituangkan dalam silabus.
Dengan demikian diperoleh format silabus atau garis-garis besar
pembelajaran seperti tertera Lampiran B-05.
10.6. Urutan Tujuan Instruksional dalam Kurikulum
Walaupun telah banyak literatur yang membahas cara mengatur urutan
atau sekuensing (sequencing) tujuan instruksional, namun sangat sedikit
bukti empiris yang mendukung pendekatan yang dikemukakan dalam
literatur tersebut. Dalam hubungan ini Gagne dan Briggs (1988)
menyarankan menggunakan pendekatan "common sense logical order-
ing." Sekuensing tujuan instruksional merupakan tanggung jawab para
pakar pendidikan berdasarkan pengalaman mereka. Namun perlu
dikemukakan saran Van Patten, Chao dan Reigeluth (1986: 437-471)
sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai