Anda di halaman 1dari 13

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan

FOTOSINTESIS
(Mengukur Kadar Klorofil pada Daun Puring Kuning (Codiaeu, varigatum))

Oleh :
Alya Rose Andini 17030204069
Pendidikan Biologi B 2017

JURUSAN BIOLOGI
PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2019
A. Rumusan Masalah
Berapa kadar klorofil pada daun dari tanaman puring (Codiaeu, varigatum) yang umur
daun atau nodusnya berbeda – beda?

B. Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui kadar klorofil pada daun dari tanaman puring (Codiaeu, varigatum)
yang umur daun atau nodusnya berbeda – beda.

C. Hipotesis
Ha : Terdapat perbedaan kadar klorofil pada daun dari tanaman (Codiaeu, varigatum) yang
umur daun atau nodusnya berbeda – beda.
H0 : Tidak terdapat perbedaan kadar klorofil pada daun dari tanaman (Codiaeu, varigatum)
yang umur daun atau nodusnya berbeda – beda.

D. Kajian Pustaka
Tanaman puring (Codiaeu, varigatum) merupakan tanaman perdu atau pohon keci;
dengan tinggi mencapai 1,5 hingga 3 meter. Puring merupakan salah satu tanaman hias
yang popular di Amerika Serikat dan Eropa. Banyak sekali persilangan yang telah
dilakukan pada tanaman jenis ini, hal tersebut dapat diakrenakan mutase somatic atau
penyerbukan oleh semut yang memberikan pwluang terbentukanya keanekaragaman yang
tinggi pada puring (Widyaningsih, 2015). Warna daun beragam yang dihasilkan oleh
mutase tersebut tidak bepengaruh pada penyerapan polutan. Beberapa parameter
penyerapan polutan adalah kepadatan stomata, konduktor stomata, tekanan air daun dan
evapotranspirasi (semakin tinggi semakin baik). Puring dapa menyerap beberapa jenis
polutan seperti Logam berat (timbal, Pb, timah hitam), Puring kuning adalah tanaman
yang memiliki daun paling baik dalam menyerap unsur plumbum yang bertebaran di udara
terbuka yakni sebesar 2,05 mgr/liter. Selain itu tanaman ini juga digunakan sebagai
tanaman hias karena warna dan coraknya yang beragam. Umumunya, jika semakin tua
umur tanaman puring maka warna daun akan semakin menonjol, bahkan dalam satu
tanaman akan memiliki lebih dari satu varian warna. Bentuk dari tanaman puring juga
berbeda – beda (Sulistiana, 2015).
Pada proses fotosintesis terjadi terjadi penangkapan energi cahaya oleh zat hijau
daun untuk pembentukan bahan organik. Fotosintesis hanya terjadi pada tanaman yang
memiliki sel-sel hijau termasuk pada beberapa jenis bakteri. (Darmawan dan Baharsyah,
1983). Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam
fotosintesis. Akibatnya fotosintesis mnjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi.
Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer
bumi. Organisme yang menghasilkan energi melalui fotosintesis (photos berarti cahaya)
disebut sebagai fototrof. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena
dalam fotosintesis karbon bebas dari (CO 2) diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul
penyimpan energi.
Fotosintesis, yang terjadi di daun membutuhkan dua bahan utama yaitu CO2 dan
H2O. Reaksi utama fotosintesis terjadi di kloroplas dengan agen utamanya yakni klorofil.
Pembentukan klorofil pada daun paling banyak dipengaruhi oleh cahaya matahari. Namun
umur daun juga mempengaruhi kadar klorofil yang terdapat pada suatu daun. Padahal pada
awal perkembangan daun, aktivitas meristem daun menyebabkan terjadinya perpanjangan
daun. Perpanjangan daun berikutnya terjadi sebagai akibat aktivitas meristem interkalar.
Berarti, bagian pangkal daun seharusnya lebih tua dibanding ujung daun yang berakibat
juga pada klorofil yang dikandungnya (Pratama dan Laily, 2015). Pada penelitian Pratama
dan Laily (2015) didapati bahwa kandungan klorofil pada daun pada bagian ujung (muda)
lebih sedikit daripada klorofil daun bagian pangkal (tua). Klorofil pada daun yang masih
muda masih berupa protoklorofil dan daun yang menjadi berwarna hijau setelah
tranformasi protoklorofil. Pada bagian tengah dan bagian pangkal lebih banyak
mengandung klorofil dan klorofil yang terbentuk sudah nyaris sempurna seiring dengan
umur daun. Kadar klorofil tidak terlalu menunjukkan perbedaan warna.
Klorofil adalah kelompok pigmen fotosintesis yang terdapat dalam tumbuhan,
menyerap cahaya merah, biru, dan ungu, serta merefleksikan cahaya hijau yang
menyebabakan tumbuhan memperoleh ciri warnanya.   Terdapat dalam kloroplas dan
memanfaatkan cahaya yang diserap sebagai energy untuk reaksi-reaksi cahaya dalam
proses fotosintesis.  Klorofil terbagi menjadi empat bagian, yaitu klorofil A, klorofil B,
klorofil C, dan klorofil D.  Klorofil A merupakan salah satu bentuk klorofil yang terdapat
pada semua tumbuhan autrotof.  Klorofil B terdapat pada ganggang hijau chlorophyta dan
tumbuhan darat.  Klorofil B terdapat pada ganggang coklat Phaeophyta serta diatome
Bacillariopphyta.  Dan klorofil D terdapat pada ganggang merah Rhadophyta. Akibat
adanya klorofil,  tumbuhan dapat menyusun makanannya sendiri dengan bantuan cahaya
matahari.  Timbuhan yang sakit akibat ultra violet atau ozon akan memberikan gejala
dengan turunnya kadar klorofil.  Dengan pengurangan kadar klorofil dapat diketahui
tingkat fisiologi tumbuhan termasuk aktivitas fotosintesis, proses penuaan daun dan
tingkat kesehatan tuumbuhan (Lakitan, 2004).
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan klorofil
(Dwijoseputro,1980):
1. Faktor pembawaan. Pembentukan klorofil sama halnya dengan pembentukan pigmen-
pigmen lain pada hewan dan manusia yang dibawa oleh suatu gen tertentu di dalam
kromosom.
2. Cahaya. Beberapa jenis tumbuhan angiospermae dapat membentuk klorofil tanpa cahaya,
Tanaman lain yang ditumbuhkan di tempat tanpa mendapat cahaya tidak dapat membentuk
klorofil, mereka pucat (klorosis) kekuning-kuningan. Jika tanaman tidak terkena cahaya
akan terdapat protoklorofil yang mirip dengan klorofil a, hanya protoklorofil mengandung
kurang 2 atom H dibandingkan dengan klorofil-a.. Reduksi protoklorofil untuk menjadi
klorofil a memerlukan sinar untuk mengubah dirinya sendiri menjadi klorofil a, peristiwa
ini disebut autotransformasi.
3. Oksigen. Oksigen sangat diperlukan dalam pembentukan pada masa perkecambahan.
4. Karbohidrat. Karbohidrat terutama dalam bentuk gula ternyata diperlukan dalam
pembentukan klorofil dalam daun-daun yang tumbuh dalam keadaan gelap (etiolasi).
5. Nitrogen, magnesium, besi. Unsur-unsur tersebut sudah menjadi keharusan dalam
pembentukan klorofil. Kekurangan akan unsur-unsur tersebut akan menyebabkan klorosis
pada tumbuhan.
6. Air. Kekurangan air mengakibatkan desintegrasi klorofil.
7. Suhu. Suhu yang baik untuk pembentukan klorofil berkisar antara 26° - 30° C.
Pigmen klorofil memiliki peran/fungsi tertentu, klorofil a berperan dalam reaksi
terang dan mampu menyerap energi cahaya merah, biru, dan ungu. Klorofil b berperan
untuk menyerap cahaya biru dan oranye, Karotenoid merupakan pigmen penyebab warna
merah, orange dan kuning pada sayuran, dan berperan untuk menyerap cahaya biru dan
ungu, Xantofil bertanggung jawab memberikan warna kuning cerah pada sayuran,
Antosianin Pemberi warna merah, biru dan violet baik pada bunga, buah dan sayur
(Tergolong flavonoid yang larut dalam air), Fikobilin memantulkan cahaya merah biru
pada anging merah (Susilowarno, G. 2007).

E. Variabel Penelitian
Variabel manipulasi : Nodus daun pada tanaman puring
Variabel kontrol : Tanaman puring, konsentrasi larutan alcohol, volume larutan
alkohol, panjang gelombang spektofotometer.
Variabel respon : Kadar klorofil daun pada tanaman puring

F. Definisi Operasional Variabel


Penelitian ini menggunakan tanaman puring dengan sampel yakini daun pada
nodus ke – 1, ke – 3, dan ke – 5. Semua nodus yang diambil berasal dari satu tanaman
yang sama. Representative pengambilan nodus yang berbeda – beda adalah bentuk dari
gambaran umur daun. Konsentrasi larutan alcohol yang digunakan adalah 95% dengan
volume 100mL. Panjang gelombang yang digunakan pada spektofotometer yakni 649 nm
dan 665 nm.
Kadar klorofil yang meliputi klorofil a dan klorofil b merupakan respon yang
diperoleh dengan cara memanipulasi umur atau nodus dari daun tanaman puring. Kadar
klorofil yang dapat ditentukan berasal dari arbsobansi pada panjang gelombang 649 nm
dan 665 nm. Setelah selesai mengukur menggunakan spektofotometer, kemudian
dimasukkan kedalam rumus untuk mencari kadar klorofil a dan klorofil b.

G. Alat dan Bahan


Alat :
1. Pipet tetes 1 buah
2. Gelas ukur 10 mL
3. Lumping porselin 1 buah
4. Kertas saring Secukupnya
5. Spektofotometer 1 buah
6. Labu Erlenmeyer 3 buah

Bahan :

1. Daun puring
- Nodus 1 1 gram
- Nodus 3 1 gram
- Nodus 5 1 gram
2. Alkohol 95% 100 mL
H. Rancangan Percobaan

1 gram daun pada 1 gram daun pada 1 gram daun pada


nodus ke – 1 nodus ke – 3 nodus ke – 5
- Dihaluskan - Dihaluskan
- Dihaluskan
- Ditambahka - Ditambahka
- Ditambahka
n dengan n dengan
n dengan
alkohol 95% alkohol 95%
alkohol 95%
sebanyak sebanyak
sebanyak
100 ml 100 ml
100 ml
sedikit demi sedikit demi
sedikit demi
sedikit. sedikit.
sedikit.
Ekstrak nodus
Ekstrak nodus Ekstrak nodus
daun ke – 5
daun ke – 1 daun ke – 3
- Disaring - Disaring
- Disaring
dengan dengan
dengan
kertas kertas
kertas
saring saring
saring
Filtrat nodus daun Filtrat nodus daun
Filtrat nodus daun
ke – 1 ke – 5
ke – 3

Diukur kadar klorofil menggunakan


spektrofotometer dengan gelombang
yang berbeda – beda

Gambar 1. Alur Percobaan

I. Langkah Kerja
1. Menimbang 1 gram daun yang masih segar dari nodus ke 1, 3, dan 5 dari satu tanaman
yang sama.
2. Menghaluskan daun dengan menggunakan lumping sampai halus.
3. Mengektraksi daun dengan alcohol 95% sebanyak 100mL.
4. Menyaring ekstrak dengan menggunakan kertas saring hingga volume akhir filtrate
mencapai 100mL. jika kurang dari 100ml maka dapat ditambahkan dengan alcohol 95%
lagi hingga volume mencapai 100ml.
5. Mempersiapkan alat spektrofotometer dengan mengkalibrasi dengan menggunakan
alcohol 95%.
6. Meletakkan filtrat kedalam spektrofotometer dan kemudian mengukur kadar klorofil
dengan gelombang 649nm dan 665nm.
7. Mencatat nilai absorbansi.
8. Menghitung kadar klorofil a, klorofil a, dan klorofil total dengan menggunakan rumus dari
Wintermans dan de Mots seperti berikut :
a. Kadar klorofil a: 13,7 x OD 665 – 5,76 OD 649 (mg/L)
b. Kadar klorofil b: 25,8 x OD 649 – 7,7 OD 665 (mg/L)
c. Kadar klorofil total: 20,0 x OD 649 + 6,1 OD 665 (mg/L).

J. Rancangan Tabel Pengamatan


Tabel 1. Hasil Pengukuran Kadar Klorofil Pada Daun Puring Kuning pada nodus yang berbeda.
Nama Nodus Absorbansi Klorofil mg/L
649 665 a b Total
Tanaman
nm nm
Daun 1 0,230 0,384 3,936 2,977 6,942
3 0,201 0.307 3,048 2.821 5,892
Puring
5 0.497 0,534 4.453 8,711 13,20
Kuning

Gambar 2. Grafik hubungan nodus dengan kadar klorofil daun puring kuning
Kadar Klorofil Daun Puring Kuning
14 13.2
12
Kadar Klorofil (mg/L)

10 8.71
8
6.94
5.89
6
4.45
3.94
4
2.98 3.05
2.82
2
0
Nodus 1 Nodus 3 Nodus 5

Klorofil a Klorofil b Total

K. Analisis Data
Dari data yang didapat, diketahui bahwa ada pengaruh antara umur tanaman atau
nodus terhadap kadar klorofil. Pada percobaan tersebut didapatkan data dari absorbansi
pada gelombang 649nm pada nodus pertama didapati hasil 0,230mg/L; pada nodus ketiga
didapati hasil 0,201mg/L; dan pada nodus kelima didapati hasil 0,497mg/L. Pada
absorbasi dengan gelombang 665mg/L pada nodus pertama didapati hasil 0,384mg/L;
pada nodus ketiga didapati hasil 0,307mg/L; dan pada nodus kelima didapati hasil
0,534mg/L.
Kadar klorofil pada masing – masing nodus didapat melalui perhitungan, sehingga
dapat didapatkan kadar klorofil-a, klorofil-b, dan total klorofil pada masing – masing
nodus. Sehingga dapat diperoleh kadar klorofil-a pada nodus pertama adalah 3,936mg/L;
pada nodus ketiga adalah 3,048mg/L; dan pada nodus kelima adalah 4,453mg/L. Untuk
kadar klorofil-b didapati hasil pada nodus pertama adalah 2,977mg/L; pada nodus ketiga
adalah 2,821mg/L; dan pada nodus kelima adalah 9,711mg/L. Untuk total kadar klorofil
pada masing – masing nodus didapati hasil pada nodus pertama sebesar 6,942mg/L; pada
nodus ketiga sebesar 5,8427mg/L; dan pada nodus kelima sebesar 13,20mg/L.

L. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis terhadap data yang diperoleh pada percobaan kadar klorofil
daun puring kuning, didapati hasil yang tidak sesuai dengan teori. Seperti yang dikatakan
Pratama dan Laily (2015) yang mengatakan bahwa umur dari daun atau naman akan
mempengaruhi kadar klorofil yang dikandungnya. Hal ini dikarenakan daun muda masih
memilki klorofil dengan bentuk protoklorofil. Sedangkan dari data yang didapat dihasilkan
fakta yang berkebalikan dengan teori. Terjadi penurunan dari kadar klorofil pada nodus
pertama ke nodus ketiga, dilihat dari kadar klorofil total daun nodus pertama sebesar
6,9424mg/L dan pada daun nodus ketiga turun menjadi 5,8927mg/L, namun pada daun
nodus kelima totalnya meningkat yakni sebesar 13,20mg/L. Alhasil didapatkan grafik
seperti Gambar.1. Penurunan kadar klorofil pada daun nodus ketiga bias terjadi karena
daun pada nodus ketiga tidak terlalu terpapar sinar matahari atau dalam kata lain daun
nodus ketiga ternaungi oleh daun pada nodus diatasnya.
Hal ini dikarenakan kadar klorofil dapat dipengaruhi oleh cahaya, dimana cahaya
pada beberapa jenis tumbuhan angiospermae dapat membentuk klorofil tanpa cahaya,
Tanaman lain (gymnospermae) yang ditumbuhkan di tempat tanpa mendapat cahaya tidak
dapat membentuk klorofil, mereka pucat (klorosis) kekuning-kuningan. Jika tanaman tidak
terkena cahaya akan terdapat protoklorofil yang mirip dengan klorofil a, hanya
protoklorofil mengandung kurang 2 atom H dibandingkan dengan klorofil-a.. Reduksi
protoklorofil untuk menjadi klorofil a memerlukan sinar untuk mengubah dirinya sendiri
menjadi klorofil a, peristiwa ini disebut autotransformasi (Dwijoseputro,1980). Puring
merupakan tanamam gymnospermae dimana jika tidak mendapatkan cahaya maka tidak
dapat membentuk klorofil (pucat), sehingga yang dikandung adalah protoklorofil yang
mirip dengan klorofil a.

M. Kesimpulan
Terdapat hubungan antara umur daun dengan kadar klorofil. Umur daun dapat dilihat
dari letak nodusnya, semakin mendekati pucuk berarti semakin muda. Semakin tua daun
maka semakin banyak kandungan klorofil di dalamnya, begitu juga sebaliknya. Semakin
muda daun maka kadar klorofil semakin sedikit. Namun pada percobaan kali ini tidak
ditemukan hasil sesuai dengan teori dikarenakan faktor lingkungan yang mempengaruhi
seperti intensitas cahaya.
N. Diskusi
1. Jelaskan mengapa kadar klorofil daun pada berbagai umur berbeda. Kemukakan
pendapat saudara dengan memberikan teori – teori yang mendukung!
Jawab :
Kadar klorofil dapat dipengaruhi oleh umur daun atau umur tanaman. Hal ini
dikarenakan pada daun muda, klorofil masih belum terbentuk sempurna, yakni masih
berbentuk protoklorofil (Pratama dan Laily, 2015). Kadar klorofil pada daun juga
dapat berbeda – beda karena faktor lingkungan yang mempengaruhinya seperti cahaya,
pH, suhu, dan lain – lain (Dwidjoseputro, D. 1980). Apabila daun tidak mendapat
nutrisi yang baik. Maka proses perkembangan sel – sel tidak akan berjalan dengan
lancer. Hal ini pastinya akan mempengaruhi kadar klorofil yang ada di dalamnya.
2. Jelaskan fungsi klorofil pada proses fotosintesis!
Jawab :
Pada klorofil terdapat kloroplas yang didalamnya terdapat grana sebagai tempat reaksi
terang pada tanaman. Pada reaksi terang tersebut terjadi berbagaia aktivitas yakni
penyerapan cahaya matahari untuk memecah molekul air menjadi oksigen dan zat –
zat lainnya yang dibutuhkan oleh tanaman. Klorofil juga dapat menjadi mediator
electron dalam proses transmisielektron pada reaksi kimia di daun.
3. Manakah di antara tumbuhan terdedah dan ternaung (pada spesies yang sama) yang
memiliki jumlah klorofil terbesar? Mengapa demikian?
Jawab :
Yang lebih banyak mengandung klorofil adalah tanaman yang terdedah, karena
tanaman tersebut mendapatkan pasokan cahaya matahari lebih banyak daripada yang
ternaungi. Jika semakin banyak mendapatkan cahaya matahari maka akan
mengoptimalkan proses fotosintesis dan klorofil yang didalamnya bekerja dengan
maksimal. Berbeda dengan tanaman yang tenaungi maka klorofil tidak akan bekerja
dan lambat laun akan mati dan tereduksi. Hal ini dikarenakan kadar klorofil dapat
dipengaruhi oleh cahaya, dimana cahaya pada beberapa jenis tumbuhan angiospermae
dapat membentuk klorofil tanpa cahaya, Tanaman lain (gymnospermae) yang
ditumbuhkan di tempat tanpa mendapat cahaya tidak dapat membentuk klorofil,
mereka pucat (klorosis) kekuning-kuningan. Jika tanaman tidak terkena cahaya akan
terdapat protoklorofil yang mirip dengan klorofil a, hanya protoklorofil mengandung
kurang 2 atom H dibandingkan dengan klorofil-a.. Reduksi protoklorofil untuk
menjadi klorofil a memerlukan sinar untuk mengubah dirinya sendiri menjadi klorofil
a, peristiwa ini disebut autotransformasi

O. DAFTAR PUSTAKA
Darmawan dan Baharsjah. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan . Jakarta : PT Gramedia.
Dwidjoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Gramedia.
Lakitan, Benyamin. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi TUmbuhan. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Pratama, Andi Jaya dan Laily, Ainun Nikmati. 2015. Analisis Kandungan Klorofil
Gandasuli
(Heychium garderianum Shephard ex Ker-Gawl) Pada Tiga Daerah Perkembangan
Daun Yang Berbeda. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Sulistiana, Susi. 2015. Tanaman Puring (Codiaeum Variegatum) Sebagai Pendegradasi
Polutan Menuju Lingkungan Sehat. Peran MST Dalam Mendukung Urban Lifestyle
Yang Berkualitas.
Susilowarno, G dkk. 2007. Biologi SMA/MA/ Kelas XII. Jakarta : Grasindo.
Widyaningsih, Risafani. 2015. Keanekaragaman Morfologi Puring (Codiaeum variegatum
(L.) Blume) Di Kampus Institut Pertanian Bogor, Dramaga. Departemen Biologi.
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

P. Lampiran
Perhitungan pada nodus pertama :
1. Klorofil-a = 13,7 x (OD 665) – 5,76 (OD 649)
= 13,7 x (0,384) – 5,76 x (0,230)
= 3,936 mg/L
2. Klorofil-b = 25,8 x (OD 649) – 7,7 x (OD 665)
= 25,8 x (0,230) – 7,7 x (0,384)
= 2,9772 mg/L
3. Klorofil Total = 20,0 x (OD 649) + 6,1 x (OD 665)
= 20,0 x (0,230) + 6,1 x (0,384)
= 2,2576 mg/L
Perhitungan pada nodus ketiga :
1. Klorofil-a = 13,7 x (OD 665) – 5,76 x (OD 649)
= 13,7 x (0,307) – 5,76 x (0,201)
= 3,04814 mg/L
2. Klorofil-b = 25,8 x (OD 649) – 7,7 x (OD 665)
= 25,8 x (0,201) – 7,7 x (0,307)
= 2,8219 mg/L
3. Klorofil Total = 20,0 x (OD 649) + 6,1 x (OD 665)
= 20,0 x (0,201) + 6,1 x (0,307)
= 5, 8927 mg/L
Perhitungan pada nodus kelima :
1. Klorofil-a = 13,7 x (OD 665) – 5,76 x (OD 649)
= 13,7 x (0,534) x 5,76 x (0,497)
= 4,453 mg/L
2. Klorofil-b = 25,8 x (OD 649) – 7,7 x (OD 665)
= 25,8 x (0,497) – 7,7 x ( 0,534)
= 8,711 mg/L
3. Klorofil Total = 20,0 x (OD 649) + 6,1 x (OD 665)
= 9,94 + 3,26
= 13,20 mg/L

Menghaluskan daun dengan ditambahkan Alkohol 95% sebanyak 100mL


alcohol 95% sedikit demi sedikit.

Menyaring ekstrak dengan kertas saring Hasil dari saringan (Filtrat)

Hasil spektofotometer dengan gelombang Hasil spektofotometer dengan gelombang


649nm pada daun nodus ketiga 665nm pada daun nodus ketiga

Anda mungkin juga menyukai