Anda di halaman 1dari 21

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017

MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN


TEKNIK ALAT BERAT
BAB VIII
SISTEM PEMINDAHAN TENAGA
PADA ALAT BERAT

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA
KEPENDIDIKAN
2017
BAHAN AJAR UTN PLPG 2017
PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK ALAT BERAT

BAB VIII
“SISTEM PEMINDAH TENAGA (POWER TRAIN) PADA ALAT BERAT”

Kompetensi Inti :
Merawat dan memperbaiki sistem pemindah tenaga (powertrain system) alat berat

Kompetensi Dasar :
1. Konstruksi dan cara kerja sistem power train
2. Merawat sistem pemindah tenaga (power train system)
3. Memperbaiki sistem pemindah tenaga (power train system)

Materi
A. Konstruksi dan Cara Kerja Sistem Power Train
B. Cara Kerja Planetary Gear Unit
C. Konstruksi dan Cara Kerja Final Drive Alat Berat
D. Cara Kerja dan Trouble Shooting Transmisi Otomatis

1
BAB VIII.
SISTEM PEMINDAH TENAGA (POWER TRAIN) PADA ALAT BERAT

A. Konstruksi dan Cara Kerja Sistem Power Train


Fungsi dari sistem pemindah tenaga (power train) adalah untuk
memindahkan dan mendistribusikan energi dari engine ke roda penggerak (jenis
wheel tractor) atau rantai penggerak (jenis crawler tractor) alat berat. Terdapat
beberapa jenis sistem pemindah tenaga pada alat berat, antara lain:
1. Sistem Pemindah Mekanis
Sistem pemindah tenaga secara mekanis pada alat berat merupakan rangkaian
pemindah tenaga yang masih menggunakan kopling (master/main clutch) dan transmisi
manual. Umumnya jenis kopling yang digunakan adalah kopling gesek (friction clutch)
jenis disc and plate clutch. Kopling gesek adalah proses pemindahan tenaga melalui
gesekan antara bagian penggerak dengan yang akan digerakan. Main Clutch merupakan
suatu komponen penghubung dalam rangkaian penerusan/pemindahan tenaga (power
train) pada suatu kendaraan atau alat berat. Clutch terletak diantara engine dan
transmisi bertindak sebagai penghubung ataupun pemutus daya/putaran dari engine ke
transmisi.
Berdasarkan cara kerjanya, main clutch dibagi menjadi spring type dan over
center type. Pada spring type untuk menghubungkan/merapatkan (engaged) disc dan
plate menggunakan tekanan dari spring (spring loaded) dan pengoperasiannya
digerakkan dengan pedal (untuk men-disengaged-kan/merenggangkan disc dengan
plate). Beberapa contoh alat berat yang menggunakan sistem pemindah mekanis
(menggunakan main clutch) antara lain terdapat pada bulldozer dan motor grader. Motor
grader menggunakan master clutch/main clutch karena mendapat beban grading yang
tetap sepanjang bermil-mil. Clutch ini serupa dengan clutch pada truk atau mobil namun
didesain untuk tugas yang lebih berat. Memiliki beberapa friction plate (plat gesek),
pendinginan oli dan booster untuk mempermudah operasi. Master clutch
memungkinkan pelepasan sempurna antara engine dan transmisi saat berhenti, start,
atau penggantian arah. Di bawah ini merupakan gambar konstruksi susunan power train
pada buldozzer dan motor grader yang menggunakan sistem pemindah mekanis.

2
Pada produk Komatsu, unit yang menggunakan main clutch tipe spring
diantaranya adalah bulldozer D50A-16, motor grader GD500-2, GD510 dan GD520 Series.
Untuk motor grader produk Volvo, pada umumnya juga menggunakan power train sistem
pemindah mekanis.

Konstruksi master clutch pada engine motor grader produk Volvo


Master/main clutch motor grader GD511A-1 pada gambar di bawah ini termasuk
wet type yang mempunyai 2 disc (twin disc) spring type. Driven plate (disc) berada
diantara flywheel drive plate (plate) dan pressure plate yang ditekan oleh tenaga dari
spring. Disc pada tipe wet dibuat dari sintered alloy dengan koefisien gesek yang besar.
Bidang kontak permukaan disc dan plate dilumasi dengan oli untuk menjaga terjadinya
panas yang berlebihan sehingga umur clutch lebih lama.

3
Cara kerja:
Main clutch posisi engage

4
Main clutch posisi engaged terjadi ketika pedal main clutch dalam posisi
tidak diinjak (depressed). Pada kondisi tersebut spring (2) tidak dalam keadaan
tertekan, hal ini mengakibatkan spring (2) memanjang untuk kemudian menekan
plunger (8), rod (17) dan shifter (12) ke arah . Support (15) yang menunjang lever
(4) pada titik A bersinggungan dengan pressure plate (8) dan menekannya dimana
rod (17) tetap bersatu dengan release lever (4) pada titik B.
Dari kondisi diatas, ketika rod (17) bergerak ke arah , Lever (4) pada
titik B bergerak ke arah .Sedangkan pada titik A bergerak berlawanan ke arah ,
maka release lever (4) akan menekan pressure plate (8) sehingga disc dan plate
pada posisi engage dan dapat meneruskan tenaga dari engine melalui flywheel
menuju main clutch shaft (1) yang diteruskan ke transmisi.

Main clutch posisi disengaged


Main clutch akan disenganged ketika pedal clutch pada posisi diinjak atau
ditekan. Cara kerjanya adalah arah pergerakan tanda panah pada gambar di atas
akan bergerak ke arah yang berlawanan sehingga membuat posisi disc dengan
plate merenggang dan putaran dari engine ke transmisi akan terputus.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, bekerjanya main clutch terbagi
menjadi spring type dan over center type. Pada over center type untuk engaged
dan disenganged disc dan plate menggunakan mekanisme komponen berupa link,
link weight dan roller. Unit Komatsu yang menggunakan main clutch over center
type diantaranya yaitu D40A,P-3, D60A,P-6, D80-12, D80-12 dan D150A-1.

Pada main clutch over center type untuk enganged dan disengangednya
dengan mekanisme komponen-komponennya. Collar (1) dapat digerakkan oleh
release yoke (3) secara sliding pada main clutch shaft (2). Pada titik B merupakan
pertemuan antara link (4), weight link (5) dan roller (5) yang akan menekan
pressure plate (7). Titik C menyatukan antara Weight link (5) dan clutch cover

5
(8) yang menyatu dengan flywheel. Terdapat tiga posisi utama pada main clutch
over center type, yaitu posisi enganged, dead point dan disenganged.
2. Sistem Pemindah Hidrolis
Sistem pemindah tenaga secara hidrolis pada alat berat merupakan rangkaian
pemindah tenaga yang telah menggunakan torque converter dan transmisi otomatis. Pada
alat berat jenis wheel tractor sistem pemidah tenaganya dilengkapi juga dengan
komponen yang disebut dropbox berupa serangkaian gigi-gigi sebagai penyalur tenaga ke
penggerak roda depan dan belakang serta penurun putaran. Komponen utama dari power
train antara lain :
a. Torque Converter
b. Transmission
c. Dropbox
d. Propeller shaft (disebut juga driveshaft)
e. Axle (dilengkapi dengan differential, brake dan final drive)
Gambar berikut ini contoh konstruksi sistem pemindah hidrolis:

6
Torque converter adalah suatu komponen power train yang bekerjanya secara
hidrolis. Fungsi utamanya tidak jauh berbeda dengan main clutch/kopling, sehingga
torque converter sering disebut juga fluid clutch. Torque Converter dipasang antara
engine dan transmisi, berfungsi memindahkan tenaga engine ke transmisi. Dimana
tenaga mekanis menjadi tenaga kinetis (oil flow), yang selanjutnya output shaft torque
converter digerakkan oleh energi kinetis dari oil flow tersebut. Torque converter dapat
memindahkan tenaga engine ke transmisi secara halus, tidak berisik dan tidak ada
shock, yaitu dengan menggunakan oli sebagai media perantara. Sehingga tidak
menimbulkan benturan-benturan yang keras pada roda gigi dan poros transmisi dan
apabila unit mendapat benturan atau beban kejutan pada attachmentnya tidak akan
diteruskan ke engine. Sebaliknya, vibrasi yang mungkin timbul pada setiap
perubahan torque engine, akan diserap oil flow dalam torque converter.
Pada umumnya torque converter mempunyai tiga bagian utama, yaitu : Pump
(impeller), Turbin (Runner) dan Stator (Reactor). Pump dihubungkan dengan flywheel
oleh drive case dan digerakkan langsung oleh engine, menghasilkan energi
kinetis pada oli dalam torque converter. Turbin dipasang tetap pada out put shaft,
dimana sudu turbin menerima energi kinetis (oil flow) dari pump yang kemudian
mengubahnya menjadi energi mekanis. Stator terpasang pada Stator Shaft yang
terpasang fix pada case / housing dari torque converter.

Jika pump diputar, dan pada sudu-sudunya penuh oli, maka pump akan
menghasilkan oil flow dan masuk ke sudu - sudu turbin, dan turbin akan ikut berputar.
Sisa oil flow yang dari turbin mengalir masuk ke sudu - sudu stator, selanjutnya mengalir
ke arah mana pump berputar. Jika torque converter kekurangan oli maka turbin tidak
dapat berputar dan tenaga engine tidak dapat dipindahkan ke transmisi.
3. Sistem pemindah Menggunakan Pompa Hidrolik
Terdapat alat berat yang sistem power train-nya tidak dilengkapi kopling atau
torque converter dan transmisi namun perpindahan tenaga dari engine ke rantai
pengerak (crawler tractor) dengan menggunakan pompa hidrolik yang akan
menggerakkan/memutarkan travel motor untuk selanjutnya memutarkan sproket pada

7
sistem undercarriage. Sedangkan untuk jenis roda penggerak (wheel tractor), sebelum
menggerakkan roda, perpindahan tenaga dari travel motor akan disalurkan terlebih
dahulu ke gear box , drive shaft dan axle. Pada sistem ini dilengkapi juga control valve
untuk mengatur arah aliran hidrolik dari pompa yang menuju travel motor sehingga unit
alat berat tersebut bisa berjalan maju atau mundur bahkan diam (netral). Sistem ini
umumnya dipakai pada excavator, baik jenis crawler maupun wheel tractor.

8
B. Cara Kerja Planetary Gear Unit
Selain jenis countershaft transmission (jenis transmisi pada alat berat dengan gear-
gear selalu dalam keadaan terhubung tetap (constant mesh). Clutch-clutch, saat
diaktifkan, akan mengunci gear pada shaft melalui clutch drum. Hal ini akan
menyebabkan perubahan jalur penerusan tenaga di dalam transmisi), terdapat jenis
transmisi otomatis lain yang banyak digunakan di alat berat, yaitu planetary gear
transmission system.
Planetary gear system terdiri dari tiga elemen, yaitu :
Sun gear (S)
Carrier atau Planet Carrier (C)
Ring gear (R)

Apabila mencoba untuk memutarkan dua elemen dari ketiganya atau satu diputar
sedangkan satu lagi ditahan maka akan menghasilkan putaran yang bervariasi pada
elemen outputnya, lebih cepat atau lebih lambat, maju atau mundur. Speed ratio dari
gear penggerak dengan gear yang digerakkan sangat tergantung jumlah gigi dari masing-
asing gear. Kebanyakan pemakaian dari planetary gear system terdapat pada
transmission system yang mana untuk kecepatan putar dan arah putar dari intput dapat
diubah bervariasi dalam berbagai tingkatan pada planetary gear system.
Terdapat 2 macam planetary gear system :

1. Single Pinion
2. Double pinion

Double pinion type Single pinion type

Cara kerja planetary gear system


1. Pada low gear (putaran rendah) , ring gear ditahan (stasioner). Engine, melalui
torque converter, menggerakkan sun gear. Sun gear menggerakkan planet gear

9
(planet carrier) dan membuat planet gear berputar berkeliling ring gear yang
diam. Akibatnya kita mendapatkan kecepatan output yang rendah dan torsi yang
besar.
2. Sun gear bertindak sebagai drive gear (input), ring gear dan planet gear (planet
carrier) dikunci satu sama lain. Kemudian seluruh planetary (sun gear, ring gear
dan planet gear) berputar sebagai satu unit. Hal ini membuat kecepatan output
sama dengan kecepatan input. Pada kondisi ini juga tidak terjadi peningkatan
torsi.
3. Untuk mendapatkan kondisi overdrive : Ring gear saat ini bertindak sebagai drive
gear (input), sun gear ditahan ditempatnya (stasioner). Ring gear menggerakkan
planet gear , dan berputar berkeliling sun gear. Akibatnya kita mendapatkan high
speed – namun dengan torsi rendah.
4. Untuk mendapatkan putaran mundur: Sun gear sekali lagi bertindak sebagai drive
gear (input). Planet carrier (dudukan planet gear) ditahan (hold) pada
tempatnya. Sun gear memutar planet gear, namun saat ini planet gear tak dapat
berputar mengelilingi ring gear. Mereka hanya berputar di tempat pada porosnya.
Oleh karena itu ring gear akan berputar pada arah yang berlawanan sun gear.
Ring gear sekarang bertindak sebagai output gear.

C. Konstruksi dan Cara Kerja Final Drive


Secara umum fiinal drive adalah susunan roda gigi yang biasanya berupa satu set
roda gigi lurus dan atau satu set roda gigi planet (planetary gear) sebagai roda gigi
penggerak akhir yang berfungsi untuk mereduksi putaran dan meningkatkan torsi unit,
seperti pada bulldozer, dump truck, wheel loader, dan lain-lain. Pada pembahasan kali ini,
akan difokuskan pada pembahasan final drive pada bulldozer.

10
Prinsip Dasar Final Drive
Prinsip kerja final drive sama dengan prinsip
kerja pada transmisi, dimana terdapat pengurangan
kecepatan putar dan penambahan torsi dengan cara
memanfaatkan perbedaan jumlah gigi pada roda gigi.

Final drive dipasang melebar keluar dari


badan unit setelah steering clutch. Dalam operasinya,
final drive dihadapkan pada tekanan permukaan
yang besar disebabkan oleh beban goncangan
dan benturan, sehingga memerlukan perhatian
yang lebih untuk pemilihan oli pelumas dan
mencegah masuknya benda asing ke dalam final
drive case.
Perbandingan reduksi normal final drive
umumnya berada diantara 1:9 sampai 1:12. Untuk
perbandingan reduksi yang lebih kecil digunakan
sistem reduksi tunggal (single reduction system).
Untuk perbandingan reduksi yang lebih besar
digunakan sistem reduksi ganda (double reduction
system) atau sistem roda gigi planet (planetary gear system).

Klasifikasi Final Drive

Berdasarkan sistem reduksi, final drive pada bulldozer dapat diklasifikasikan


sebagai berikut:
a. Single reduction rotated final drive shaft (contoh: D31A-17).
b. Single reduction fixed drive shaft (contoh: D20S-1,2,3).
c. Double reduction (contoh: D75S-5, D80/85A-21, D150/155A-2).
d. Planetary gear type (rigid) (contoh: D375A-3,5, D475A-3,5).
e. Planetary gear type (semi rigid) (contoh: D275A-2).

11
Pada gambar di atas ditunjukkan sebuah final drive dengan tipe single reduction
fixed drive shaft yang menggunakan roda gigi lurus (spur gear). Tenaga penggerak berasal
dari steering clutch yang disalurkan ke pinion shaft (13) melalui final drive flange (1). Dari
pinion shaft (13), putaran diteruskan ke sprocket shaft (9) melalui gear (4) dan diteruskan
ke sprocket (6) melalui sprocket boss (8). Dengan demikian sprocket shaft akan berputar
untuk menggerakkan sprocket.
Single Reduction Fixed Drive Shaft

12
1. Collar. 9. Bearing. 17. Pinion.
2. Bearing cage. 10. Ring. 18. Bearing retainer.
3. Bearing. 11. Nut. 19. Gear.
4. Collar. 12. Hub. 20. Nut/bolt.
5. Washer. 13. Sprocket. 21. Plate.
6. Nut. 14. Retainer. 22. Hub.
7. Cover. 15. Final drive case. 23. Sprocket shaft.
8. Bushing. 16. Cover. 24. Bolt.

Final drive tipe single reduction fixed drive shaft (D20,21).

Pada gambar di atas ditunjukkan sebuah final drive tipe double reduction yang
digunakan pada bulldozer D20,21 series. Putaran dari steering clutch akan diteruskan oleh
hub (22) ke pinion (17). Pinion (17) akan berputar menggerakkan gear (19). Melalui hub
(22), putaran dari gear (19) diteruskan ke sprocket (13). Dengan demikian sprocket shaft
(23) selalu dalam kondisi diam (fixed).

13
Keterangan gambar:

1. Final drive flange.


12. Bearing
2. Bearing Cage. 13. Cover
3.1st Pinion shaft (11teeth) 14. Nut
4. 1st gear (48 teeth) 15. Seal guard
5. 2nd pinion (11 teeth) 16. Sprocket hub
17. Seal guard
6. Final drive case 18. Sprocket shaft
7. Floating seal 19. Nut
8. Sprocket 20. Final drive hub
21. 2nd gear
9. Lock
22. Nut
10. Sprocket nut
11. Floating seal

Pada gambar di atas ditunjukkan sebuah final drive tipe double reduction yang
digunakan pada bulldozer D80/85 series. Tenaga penggerak yang berasal dari steering
clutch diteruskan melalui final drive flange (1) ke 1st pinion shaft (3). Dari 1st pinion shaft
(3), putaran diteruskan ke 1st gear (4), 2nd pinion (5), dan 2nd gear (21). Dari 2nd gear
(21), putaran diteruskan melalui final drive hub ke sprocket hub (16) dan sprocket (8).
Planetary Gear Type (Rigid)

14
1. Floating seal 8. Floating seal guard 15. First pinion
2. Sun gear 9. Cover 16. Final drive case
3. Carrier 10. Planetary pinion 17. Bearing cage
4. Hub 11. Ring gear 18. Boss
5. Cover 12. Cover 19. Shaft
6. Sprocket boss 13. First gear 20. Wear guard
7. Sprocket teeth 14. First gear hub 21. Pivot shaft

Pada gambar di atas ditunjukkan sebuah final drive tipe planetary gear (rigid) yang
digunakan pada bulldozer D375A-5. Tenaga penggerak yang berasal dari steering clutch
diteruskan melalui 1st pinion (15). Melalui 1st gear (13), putaran dari 1st pinion (15)
diteruskan ke sun gear (2). Putaran dari sun gear (2) diteruskan ke planet pinion (10),
tetapi ring gear (11) dalam keadaan terkunci dengan cover (9), sehingga planetary pinion
(10) berputar pada sumbunya dan juga berputar mengelilingin sun gear (2).
Putaran dari carrier (3) selanjutnya diteruskan ke sprocket hub (4). Dimana arah
putaran carrier (4) sama dengan arah putaran sun gear (2). Putaran dari sprocket hub (4)
selanjutnya diteruskan ke sprocket teeth (7).
Planetary Gear Type (Semi Rigid)

Sistem reduksi pada final drive tipe planetary gear (semi rigid) terdiri atas satu
stage roda gigi lurus (spur gear) dan satu set planetary gear. Sistem pelumasannya
menggunakan sistem splash. Floating seal (19) pada komponen ini berfungsi untuk
mencegah masuknya kotoran dari luar ke dalam dan mencegah terjadinya kebocoran oli
dari dalam ke luar.

15
Keterangan gambar:
1. Cover 9. Bearing Cage 17. Hub
2. Sun gear (17 teeth) 10. Final drive case 18. Carrier
3. Sprocket teeth 11. No.1 pinion (20 teeth) 19. Floating seal
4. Sprocket bos 12. No.1 gear hub 20. Rubber bushing
5. Outer body 13. No.1 gear (77 teeth) 21. Wear guard
6. Seal 14. Cover 22. Shaft
7. Inner body 15. Riang gear (67 teeth) 23. Pivot shaft
8. Cover 16. Planet gear (25 teeth)

Final drive tipe planetary gear (semi rigid) (D275A-2).

Pada gambar di atas ditunjukkan sebuah final drive tipe planetary gear (semi rigid)
yang digunakan pada bulldozer D275A-2. Tenaga penggerak yang berasal dari steering
clutch diteruskan melalui no.1 pinion (3). Melalui no.1 gear (5), putaran dari no.1 pinion
(3) diteruskan ke sun gear (10). Putaran dari sun gear (10) diteruskan ke planet pinion (8),
tetapi ring gear (7) dalam keadaan terkuncidengan cover (9), sehingga planetary pinion
(8) berputar pada sumbunya dan juga berputar mengelilingin sun gear (10). Putaran dari
carrier (18) selanjutnya diteruskan ke sprocket hub (17). Dimana arah putaran carrier (18)
sama dengan arah putaran sun gear (10). Putaran dari sprocket hub (17) selanjutnya
diteruskan berturut-turut ke inner body (15), rubber bushing (20), outer body (13),
sprocket bos (12) dan sprocket teeth (11).

Limited Slip Differential


Komponen axle pada alat berat jenis wheel tractor, selain final drive terdapat juga
diffrential. Untuk meningkatkan traksi saat berkendara pada jalanan/tanah yang licin,
16
differential alat berat dilengkapi dengan limited slip differential. Untuk wheel loader dan
articulated hauler dump truck produk Volvo, peningkatan traksi pada diffrentialnya
disebut dengan diffrential lock.
Limited slip-differential pada
dasarnya merupakan differen-
tial konvensional dengan satu
tambahan. Ia memiliki clutch
plate yang terpasang di pada
sisi side gear.
Pada kondisi pengendaraan
normal, differential meneruskan
tenaga secara seimbang ke tiap-
tiap roda, dan bekerja seperti
diferential konvensional. Saat
membelok, roda sebelah luar
akan berputar lebih cepat
dibanding roda sebelah dalam.
Pada saat roda slip, dan salah
satu roda berada pada tanah
yang keras, gaya yang besar
pada differential akan menekan
side gear ke samping ke arah
clutch plate pada sisi roda yang
slip

Axle depan loader dilengkapi dengan differential lock yang dioperasikan secara
hidrolik. Saat lock diaktifkan, gaya traksi didistribusikan secara seimbang ke kedua roda
depan. Hal ini untuk meningkatkan traksi pada kondisi tanah yang licin. Jenis differential
lock ini tidak boleh diaktifkan saat roda dalam keadaan berputar karena dapat
menyebabkan kerusakan pada dog cutch /sliding collar

17
D. Trouble Shooting Transmisi Otomatis

Maksud trouble shooting adalah untuk menunjukkan sesuatu dengan tepat


sumber dari penyebab kerusakan, melakukan reparasi dengan cepat dan untuk mencegah
terulang kembali kerusakan yang same. Oleh sebab itu, cara yang paling efektif untuk
melakukan trouble shooting, adalah dengan jalan mengajukan beberapa pertanyaan
kepada si operator jawaban yang benar dari operator in! akan menjadi data untuk
menentukan penyebab kerusakan. Selanjutnya, gunakan hasil penyelidikan tersebut dan
juga hasil pengukuran/pemeriksaan seperti level dan kebocoran oli serta komponen-
komponen lain secara visual untuk memperkecil penyebab kerusakan, kemudian gunakan
chart trouble shooting untuk melokalisir posisi penyebab kerusakan secara akurat. Berikut
ini contoh chart troube shooting transmisi otomatis:

18
Catatan :
Apabila masalah sudah diatasi, penyebab perlu diperhatikan adalah slip pada
steering clutch
Item d (penyebab) hanya khusus mesin yang digunakan servo valve

19
Jawaban nomor:
1. Tekanan relief akan menjadi rendah, akibatnya clutch bisa slip.
2. a. Tekanan oli tidak bisa naik, sehingga clutch tidak bisa engaged dan unit tidak bisa
jalan
b. Tekanan oli menjadi tinggi (naik secara mendadak melebihi standard), sehingga
clutch housing bisa pecah
3. a. Tekanan oli akan naik secara mendadak dan clutch akan engaged secara tiba-tiba
b. Akan menjadi slip pada clutch dan tidak akan ada tenaga yang dapat dipindahkan,
karena tekanan oli tidak bisa naik
4. Tidak ada tekanan yang menekan piston dan spool cenderung menempel pada
sleeve akibatnya tekanan akan naik secara mendadak melebihi standard dan
clutch housing pecah.
5. Spool reducing valve cenderung berada pada sebelah kiri, sehingga oli yang berada
dibelakang sleeve tidak bisa keluar. Akibatnya tekanan oli akan naik secara mendadak
dan clutch akan engaged secara tiba-tiba.
6. a. Oli dibelakang sleeve akan selalu drain, sehingga tekanan relief tidak bisa naik dan
clutch akan slip.
b. Oli tidak bisa keluar ( drain ) dan sleeve akan selalu berada pada sebelah kanan,
akibatnya sama 3a.
7. Oli tidak bisa menyensor sleeve, sehingga sleeve akan selalu berada pada sebelah
kiri, akibatnya sama 3b.

20

Anda mungkin juga menyukai