Materi Inisiasi 5 Tuton Ut
Materi Inisiasi 5 Tuton Ut
Inisiasi ke-5 ini adalah ringkasan materi tentang Tindakan atau perbuatan pemerintah;
unsur-unsur Keputusan/Ketetapan; syarat sahnya Keputusan/Ketetapan; dan
Keputusan/Ketetapan yang cacat .
Indikator suatu keputusan disebut sebagai peraturan adalah selain ditujukan untuk umum,
keputusan itu bersifat abstrak artinya tidak ditentukan secara detail baik proses
pelaksanaan keputusan tersebut maupun bagaimana menjalankan keputusan tersebut.
Selain itu keputusan yang tidak mempunyai jangka waktu masa berlaku atau dengan kata
lain keputusan tersebut berlaku secara terus menerus, menandakan bahwa keputusan itu
adalah peraturan. Selain itu juga, tujuan keputusan itu diterbitkan adalah untuk mengatur
masyarakat banyak. Oleh karena keputusan itu merupakan peraturan maka jika terjadi
sengketa setelah diterbitkannya peraturan tersebut, maka lembaga penyelesaiannya ada di
Mahkamah Agung sebagaimana diatur dalam Pasal 11 ayat 2 huruf b Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.
1
Jadi keputusan itu selalu peraturan apabila isinya mengikat secara umum dan keputusan
selalu ketetapan apabila isinya hanya berlaku dan mengikat seseorang atau individu saja.
Akan tetapi peraturan itu tidak selalu keputusan sebab keputusan itu dapat merupakan
peraturan dapat pula merupakan ketetapan.
B. Ketetapan (beschikking).
2
berlaku, yang bersifat konkrit, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum
bagi seseorang atau badan hukum perdata.
3
3) Dalam suatu ikhwal tertentu;
Mengenai unsur ini, harus diingat perbedaan antara “penetapan” dan
“peraturan”. “Penetapan” berhubungan dengan suatu ikhwal yang konkrit pada
waktu melakukan penetapan, sedang “peraturan” mengenai hal-hal yang abstrak
untuk dihari yang akan datang, yang belum diketahui pada waktu mengambil
keputusan. Umpamanya: Menteri Dalam Negeri mengangkat A sebagai seorang
pejabat tinggi dengan gaji sejumlah tertentu. Ini adalah suatu “Penetapan”.
Akan tetapi apabila Menteri menetapkan, bahwa pejabat tinggi yang
menduduki jabatan seperti A akan menerima gaji Rp.5.000.000,- sebulan, maka di
sini dimaksud bahwa jabatan semacam ini akan mendapat imbalan gaji sejumlah
Rp.5.000.000,- sebulan, dalam hal ini keputusan tidak menunjuk kepada seorang
tertentu, akan tetapi keputusan ini lebih bersifat suatu pengaturan, sehingga kita
lebih sering memasukkannya dalam kategori “peraturan”.
Selanjutnya yang perlu menjadi perhatian bahwa penetapan tidak hanya
mengenai satu orang atau satu benda, perbuatan atau badan saja, akan tetapi dapat
lebih dari satu : asal orang/benda/perbuatan/badan yang bersangkutan tersangkut
dalam suatu ikhwal tertentu yang konkrit, di sini kita berhadapan dengan suatu
“penetapan”.
4) a. Menetapkan suatu hubungan hukum atau keadaan hukum yang sedang berjalan;
atau
b. Menimbulkan suatu hubungan hukum atau keadaan hukum baru; atau
c. Menolak salah satu akibat yang dimaksud dalam huruf a dan huruf b.
Unsur ini dapat disingkat dan disimpulkan sebagai unsur “menimbulkan
akibat hukum secara langsung”. Akibat hukum itu dapat merupakan sebagai
berikut :
a. Menetapkan dalam arti menguatkan suatu hubungan hukum/keadaan hukum
yang sedang berjalan (declatoir).
Contoh :
1. Keterangan tentang hubungan seorang anak dengan bapak atau ibunya
karena pengakuan atau adopsi.
2. Keterangan tentang umur seorang remaja, yang hendak melakukan
perkawinan.
4
c. Penolakan salah satu akibat hukum yang dimaksud huruf a dan b di atas.
Contoh :
1. Penolakan seorang pelamar untuk diangkat menjadi pegawai.
2. Penolakan izin konsesi, izin bangunan atau usaha.
Sumber :
Soemitro, Rachmat, 1987, Peradilan Tata Usaha Negara, Bandung: Eresco.
Muchsan, 1992, Sistem Pengawasan Terhadap Perbuatan Aparat Pemerintah
dan Peradilan Tata Usaha Negara di Indonesia, Yogyakarta: Penerbit Liberty.