PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Hampir 10 tahun lamanya Indonesia menempati urutan ke-3 sedunia dalam hal jumlah
penderita tuberkulosis. Berdasarkan Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2007
menyatakan jumlah penderita tuberkulosis di Indonesia sekitar 528.000. Laporan WHO pada
tahun 2009, mencatat peringkat Indonesia menurun ke posisi lima dengan jumlah penderita
TBC sebanyak 429.000 orang. Pada Global Report WHO 2010, didapat data TBC Indonesia,
total seluruh kasus TBC tahun 2009 sebanyak 294.731 kasus, dimana 169.213 adalah kasus
TBC baru BTA positif, 108.616 adalah kasus TBC BTA negatif, 11.215 adalah kasus TBC
ekstra paru, 3.709 adalah kasus TBC kambuh, dan 1.978 adalah kasus pengobatan ulang
diluar kasus kambuh(Anonimc, 2011).
Definisi yang paling banyak diterima secara luas adalah bahwa stroke adalah suatu
sindrom yang ditandai dengan gejala dan atau tanda klinis yang berkembang dengan cepat
yang berupa gangguan fungsional otak fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24
jam (kecuali ada intervensi bedah atau membawa kematian), yang tidak disebabkan oleh
sebab lain selain penyebab vaskuler(Mansjoer, 2000).
Menurut Geyer (2009) stroke adalah sindrom klinis yang ditandai dengan
berkembangnya tiba-tiba defisit neurologis persisten fokus sekunder terhadap peristiwa
pembuluh darah.Stroke merupakan penyebab kecacatan nomor satu di dunia dan penyebab
kematian nomor duadi dunia.Duapertiga stroke terjadi di negara berkembang. Pada
masyarakat barat, 80% penderita mengalami stroke iskemik dan 20% mengalami stroke
hemoragik. Insiden stroke meningkat seiring pertambahan usia(Dewanto dkk, 2009).
1
5. Bagaimana Faktor Resiko penyakit TBC dan Stroke?
6. Bagaimana penanganan penyakit TBC dan Stroke?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian penyakit TBC dan Stroke.
2. Untuk mengetahui klasifikasi penyakit TBC dan Stroke.
3. Untuk Mengetahui etiologi penyakit TBC dan Stroke.
4. Untuk mengetahui gejala penyakit TBC dan Stroke.
5. Untuk Mengetahui Faktor Resiko penyakit TBC dan stroke.
6. Untuk mengetahui penanganan penyakit TBC dan Stroke.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.2 TBC
Secara umum, penyakit tuberkulosis baru merupakan penyakit infeksi yang semua
menjadi masalah kesehatan dalam masyarakat kita, penyakit tuberkulosis paru yang
dimulai dari tuberkulosis, yang berarti suatu penyakit infeksi yang di sebabkan oleh
bakteri berbentuk batang basil yang di kenal dengan nama myobakterium tuberkulosi.
Penularan penyakit ini dari perantara ludah, atau dahak penderita yang mengandung basil
berkulosis paru. Pada saat penderita batuk, butir-butir air ludah berkembang di udara dan
terhisap oleh orang sehat, sehingga masuk ke dalam paru-parunya, yang kemudian
meyebabkan penyakit tuberkulosis paru.
3
Di indonesia maupun di berbagai belahan dunia, penyakit tuberkulosis merupakan
penyakit menular. Angka tertingg yang terjangkit penyakit ini dijumpai di india, yang
sebanyak 1,5jt orang. Yang berberada di urutan kedua adalah cina yang mencapai 2jt
orang, selanjutnya indonesia menduduki urutan ketiga dengan jumlah penderita kurang
lebih 583.000juta orang.
Pada 1999 WHO menegaskan bahwa indonesia setiap tahunnya kurang lebih ratusan ribu
kasus baru dengan kematian 130 penderita, tuberkulosis paru positif pada dahaknya,
sedangkan menurut hasil penelitian kusnindar tahun 1990, jumlah kematian karena
tuberkulosis diperkirakan 105,952 orang pertahun, kejadian tuberkulosis paru yang tinggi
paling banyak terjadi pada kelompok masyarakat sosial, ekonomi lemah. Meningkatnya
penyakit ini dari tahun ke tahun dipengaruhi oleh faktor ketahanan tumbuh pada manusia
yang tingkat ketahanannya lemah. Hal ini bisa berbentuk status gizi, kebersihan diri
individu dan kepadaan hunian tempat tinggal.
4
terjadi akibat kecelakaan yang mengalami benturan keras di kepala dan mengakibatkan
pecahnya pembuluh darah di otak. Stroke hemoragik juga bisa terjadi karena tekanan
darah yang terlalu tinggi. Pecahnya pembuluh darah ini menyebabkan darah
menggenangi jaringan otak di sekitar pembuluh darah yang menjadikan suplai darah
terganggu, maka fungsi dari otak juga menurun. Penyebab lain dari stroke hemoragik
yaitu adanya penyumbatan pada dinding pembuluh darah yang rapuh (aneurisme), mudah
menggelembung, dan rawan pecah, yang umumnya terjadi pada usia lanjut atau karena
faktor keturunan (Arya, 2011).
a. Menurut Arya (2011), stroke hemoragik dibagi menjadi dua kategori, yaitu: Stroke
Hemoragik Intraserebral (SHI) SHI yaitu pendarahan terjadi dalam jaringan otak.
Adapun gejala klinis dari SHI ini beragam. Nyeri kepala berat, lemah, muntah, dan
adanya darah pada rongga subarakhnoid pada pemeriksaan fungsi lumbal
merupakan gejala penyerta yang khas. Penyebab yang paling utama dari SHI pada
lansia yaitu hipertensi, robeknya pembuluh darah, rusaknya formasi/bentuk
pembuluh darah, tumor, gangguan pembekuan darah, dan sebab lain yang tidak
diketahui. Pada perdarahan intrakranial, bisa terjadi penurunan kesadaran sampai
koma, kelumpuhan pada salah satu atau kedua sisi tubuh, gangguan pernafasan
atau gangguan jantung, atau bahkan kematian. Bisa juga terjadi kebingungan dan
hilang ingatan terutama pada usia lanjut.
b. Perdarahan Subarakhnoid (PSA)
PSA merupakan keadaan yang akut. Pendarahan ini terjadi pada ruang
subarakhnoid (ruang sempit antar permukaan otak dan lapisan jaringan yang
menutupi otak). Darah di rongga subarakhnoid merangsang selaput otak dan
menimbulkan meningitis kimiawi. Darah yang sampai pada ventrikel (rongga-
rongga kecil) dapat menggumpal dan mengakibatkan hidrosefalus akut. Penderita
PSA mengeluh nyeri kepala yang hebat, juga dijumpai nyeri di punggung, rasa
mual, muntah dan rasa takut. Dampak yang paling mencelakakan dari PSA yaitu
apabila perdarahan pembuluh darah itu menyebabkan cairan yang mengelilingi
otak dan mengakibatkan pembuluh darah di sekitarnya menjadi kejang, sehingga
menyumbat pasokan darah ke otak.
7
hingga usia 90 tahun, menyamai risiko stroke pada orang yang menderita
hipertensi.
b. penyakit jantung, terutama penyakit yang disebut atrial fibrilation, yakni penyakit
jantung dengan denyut jantung yang tidak teratur di bilik kiri atas. Denyut jantung
di atrium kiri ini mencapai empat kali lebih cepat dibandingkan di bagian-bagian
lain jantung. Ini menyebabkan aliran darah menjadi tidak teratur dan secara
insidentil terjadi pembentukan gumpalan darah. Gumpalan-gumpalan inilah yang
kemudian dapat mencapai otak dan menyebabkan stroke. Pada orang-orang berusia
di atas 80 tahun, atrial fibrilation merupakan penyebab utama kematian pada satu
di antara empat kasus stroke.
8
Secara umum tingkat atau derajat penularan penyakit ini tergantung pada
banyaknya basil tuberculosis dalam sputum, virulensi atas, basil peluang adanya
pencemaran udara dari batuk, nersin, bersin, berbicar keras. Penyakit ini sangat peka dan
tidak pandang bulu. Tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan tua, muda, bayi,
maupun balita. Adakan tetapi menurut penelitian, tingkat kepekaan yang sangat tinggi
terdapat pada anak kuarang dari tiga tahun, angka tingkat kepekaan paling rendah terjadi
pada anak akhir usia 12-13 tahun dan dapat meningkat lagi pada saat remaja dan awal
masa tua.
Gejala stroke cenderung terjadi secara tiba-tiba dan hanya selalu menyerang satu sisi
bagian tubuh. Hal ini semakin memburuk dalam jangka waktu 24 sampai 72 jam. Gejala
yang biasa terjadi termasuk:
Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko Anda terkena TBC. Faktor paling besar
adalah apabila sistem kekebalan tubuh melemah, di antaranya akibat:
9
Konsumsi obat-obatan yang digunakan untuk mengobati penyakit autoimun,
seperti rheumatoid arthritis, penyakit Crohn, dan psoriasis.
HIV
AIDS
Langkah utama untuk mencegah stroke adalah menerapkan gaya hidup sehat. Selain itu,
kenali dan hindari faktor risiko yang ada, serta ikuti anjuran dokter. Beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk mencegah stroke, antara lain:
11
b. Olahraga secara teratur. Olahraga secara teratur dapat membuat jantung dan
sistem peredaran darah bekerja lebih efisien. Olahraga juga dapat menurunkan
kadar kolesterol dan menjaga berat badan serta tekanan darah pada tingkat yang
sehat.
c. Bagi orang yang berusia 19-64 tahun, pastikan melakukan aktivitas aerobik
setidaknya 150 menit seminggu yang dibagi dalam beberapa hari, ditambah dengan
latihan kekuatan otot setidaknya dua kali seminggu. Yang termasuk aktivitas
aerobik antara lain jalan cepat atau bersepeda. Sementara yang termasuk latihan
kekuatan, antara lain angkat beban, yoga, ataupun push-up dan sit-up
d. Namun bagi mereka yang baru sembuh dari stroke, sebaiknya berkonsultasi
terlebih dahulu dengan dokter sebelum memulai kegiatan olahraga. Olahraga
teratur biasanya mustahil dilakukan di beberapa minggu atau beberapa bulan
pertama setelah stroke. Pasien bisa mulai berolahraga setelah rehabilitasi
mengalami kemajuan.
e. Berhenti merokok. Risiko stroke meningkat dua kali lipat jika seseorang
merokok, karena rokok dapat mempersempit pembuluh darah dan membuat darah
mudah menggumpal. Tidak merokok berarti juga mengurangi risiko berbagai
masalah kesehatan lainnya, seperti penyakit paru-paru dan jantung.
f. Hindari konsumsi minuman beralkohol. Minuman keras mengandung kalori
tinggi. Jika minuman beralkohol dikonsumsi secara berlebihan, maka seseorang
rentan terhadap berbagai penyakit pemicu stroke, seperti diabetes dan hipertensi.
Konsumsi minuman beralkohol berlebihan juga dapat membuat detak jantung
menjadi tidak teratur.
g. Hindari penggunaan NAPZA. Beberapa jenis NAPZA, seperti kokain
dan methamphetamine, dapat menyebabkan penyempitan arteri dan mengurangi
aliran dar
12
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
I. DATA UMUM
1. Nama KK : Tn. A
2. Alamat :
13
3. Komposisi keluarga :
Status
No. Nama L/P Usia Pekerjaan Pendidikan Hub Keluarga
Kesehatan
Genogram :
Keterangan:
14
4. Tipe keluarga:
Keluarga Besar
5. Suku
Sunda
6. Agama
Islam
7. Status ekonomi
Marginal
15
Krluarga mengatakan bahwa istrinya mempunyai penyakit stroke, sedangkan kepala keluarga nya mempunyai
penyakit TBC sedang dalam pengobatan selama 5 bulan.
III. LINGKUNGAN
b. Luas Rumah :
c. Ventilasi :
d. Pencahayaan :
Denah rumah :
16
14. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
17
21. Nilai atau norma keluarga:
V. FUNGSI KELUARGA
18
29. Strategi adaptasi disfungsional:
19
VIII. PEMERIKSAAN FISIK KELUARGA
No Pemeriksaan
............... ............. .......... .......... ..........
1 Pemeriksaan Umum
Penampilan umum
TTV
BB/TB
2 Kepala
Rambut
Mata
Hidung
Mulut
Telinga
3 Leher
4 Dada
5 Abdomen
1
6 Ekstremitas
2
IX. Data Tambahan
A. Nutrisi :
B. Eliminasi :
C. Istirahat Tidur :
D. Aktivitas Sehari-hari :
E. Merokok :
F. Lain-lain :
1
X. ANALISA MASALAH
2
PENGKAJIAN KELUARGA MANDIRI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
24 Sept Sehat
2019
Keterangan:
Keriteria keluarga mandiri ada 3 bagian, berikan tanda cek (V) pada kolom dengan angka 1-10 sesuai dengan kriteria
berikut ini:
3
5. Masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga
6. Keluarga dapat mengungkapkan/ menyebutkan akibat dari masalah kesehatan tersebut
7. Keluarga dapat membuat keputusan yang tepat tentang penanganan masalah kesehatan tersebut
C. Keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan, dengan kriteria:
8. Keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber daya dan fasilitas yang diperlukan untuk
perawatan. (Sumber daya dapat berupa pembiayaan untuk kesehatan, alat P3K, KMS, dan kartu
kesehatan keluarga).
9. Keluarga terampil melaksanakan perawatan pada anggota keluarga (preventif, promotif dan kuratif).
10. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan.
Untuk kategori keluarga mandiri/ simpulan dibuat berdasarkan penjumlahan kriteria diatas, masing-masing kriteria
memiliki nilai satu. Pembagian kategori berdasarkan pengelompokan sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
4
XII. PRIORITAS MASALAH
1. Sifat masalah
Tidak/kurangsehat 3
Ancaman kesehatan 2 1 3x1/3
Krisis/ kurang sejahtera
1
2. Kemungkinan masalah
dapat diubah
Tinggi
Cukup 3 1 1x1/3
Rendah
2
4. Menonjolnya masalah
5
perlu segera ditangani 1 1
Masalah tidak dirasakan
Jumlah
Angka Tertinggi
6
INTERVENSI KEPERAWATAN KELUARGA
Klien dapat Klien dapat mika Setelah dilakukan 1. Kaji fungsi motorik
melakuakn miki tindakan dan sensorik
aktivitas dengan keperawatan dengan
mandiri sebanyak 3 x mengobservasi
1. Mobilitas fisik
pertemuan setiap ekstremitas
diharapkan klien secara terpisah
dapat melakukan terhadap kekuatan
mika miki dan gerakan
normal, respon
terhadap rangsang.
2. Ubah posisi klien
setiap 2 jam.
3. Lakukan latihan
secara teratur dan
letakkan kaki klien
dilantai saat duduk
di kursi atau papan
penyangga saat
tidur di tempat
tidur.
4. Topang kaki saag
mengubah posisi
dengan meletakkan
bantal di satu sisi
saat membalikkan
klien.
5. Pada saat klien
ditempat tidur
letakkan bantal
diketian di antara
lengan atas dan
1
dinding dada untuk
mencegah abduksi
bahu dan letakkan
lengan posisi
berhubungan
dengan abduksi
sekitar 60°.Jaga
lengan dalam posisi
sedikit fleksi.
6. Letakkan telapak
tangan diatas bantal
lainnya seperti
posisi patur liberty
dengan siku diatas
bahu dan
pergelangan tangan
diatas siku.
7. Letakkan tangan
dalam posisi
berfungsi dengan
jari-jari sedikit fleksi
dan ibu jari dalam
posisi b.d abduksi.
Gunakan pegangan
berbentuk roll.
Lakukan latihan
pasif. Jika jari dan
pergelanga spastik,
gunakan splin.
8. Lakukan latihan
ditempat tidur.
Lakukan latihan kaki
sebanyak 5x
kemudian
ditingkatkan secara
perlahan sebanyak
20x setiap kali
latihan.
2
9. Lakukan latihan
pergeraka sendi
(ROM) 4x sehari
stelah 24 jam
serangan stroke jika
sudah tidak
mendapat terapi.
10. Bantu klien duduk
atau turun dari
tempat tidur.
11. Gunakan kursi roda
bagi klien
hemiplegiya.
3
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN KELUARGA
4
tidur. Lakukan latihan kaki
sebanyak 5x kemudian
ditingkatkan secara perlahan
sebanyak 20x setiap kali
latihan.
9. Melakukan latihan pergeraka
sendi (ROM) 4x sehari
10. Membantu klien duduk atau
turun dari tempat tidur.
11. Menggunakan kursi roda bagi
klien hemiplegiya
5
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
6
DAFTAR PUSTAKA