Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Hampir 10 tahun lamanya Indonesia menempati urutan ke-3 sedunia dalam hal jumlah
penderita tuberkulosis. Berdasarkan Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2007
menyatakan jumlah penderita tuberkulosis di Indonesia sekitar 528.000. Laporan WHO pada
tahun 2009, mencatat peringkat Indonesia menurun ke posisi lima dengan jumlah penderita
TBC sebanyak 429.000 orang. Pada Global Report WHO 2010, didapat data TBC Indonesia,
total seluruh kasus TBC tahun 2009 sebanyak 294.731 kasus, dimana 169.213 adalah kasus
TBC baru BTA positif, 108.616 adalah kasus TBC BTA negatif, 11.215 adalah kasus TBC
ekstra paru, 3.709 adalah kasus TBC kambuh, dan 1.978 adalah kasus pengobatan ulang
diluar kasus kambuh(Anonimc, 2011).
Definisi yang paling banyak diterima secara luas adalah bahwa stroke adalah suatu
sindrom yang ditandai dengan gejala dan atau tanda klinis yang berkembang dengan cepat
yang berupa gangguan fungsional otak fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24
jam (kecuali ada intervensi bedah atau membawa kematian), yang tidak disebabkan oleh
sebab lain selain penyebab vaskuler(Mansjoer, 2000).
Menurut Geyer (2009) stroke adalah sindrom klinis yang ditandai dengan
berkembangnya tiba-tiba defisit neurologis persisten fokus sekunder terhadap peristiwa
pembuluh darah.Stroke merupakan penyebab kecacatan nomor satu di dunia dan penyebab
kematian nomor duadi dunia.Duapertiga stroke terjadi di negara berkembang. Pada
masyarakat barat, 80% penderita mengalami stroke iskemik dan 20% mengalami stroke
hemoragik. Insiden stroke meningkat seiring pertambahan usia(Dewanto dkk, 2009).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan penyakit TBC dan Stroke?
2. Jelaskan Klasifikasi penyakit TBC dan Stroke?
3. Apa etiologi penyakit TBC dan Stroke?
4. Apa saja Tanda dan gejala penyakit TBC dan Stroke?

1
5. Bagaimana Faktor Resiko penyakit TBC dan Stroke?
6. Bagaimana penanganan penyakit TBC dan Stroke?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian penyakit TBC dan Stroke.
2. Untuk mengetahui klasifikasi penyakit TBC dan Stroke.
3. Untuk Mengetahui etiologi penyakit TBC dan Stroke.
4. Untuk mengetahui gejala penyakit TBC dan Stroke.
5. Untuk Mengetahui Faktor Resiko penyakit TBC dan stroke.
6. Untuk mengetahui penanganan penyakit TBC dan Stroke.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Stroke dan TBC


2.1.1 Stroke
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah
diotak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan atau kematian. Sedangkan menurut Hudak (1996),
Stroke adalah defisit neorologis yang mempunyai serangan mendadak dan berlangsung
24 jam sebagai akibat dari kardiovascular disease (CVD).
Stroke adalah sindroma klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak fokal
maupun global dengan gejala – gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan
dapat menyebabkan kematian tanpa ada penyebab lain yang jelas selain kelainan vascular
(WHO, 2006).
Stroke mengalami peningkatan signifikan pada masyarakat seiring dengan
perubahan pola makan, gaya hidup dan peningkatan stressor yang cukup tinggi.
Peningkatan jumlah penderita tidak saja menjadi isu yang bersifat regional akan tetapi
sudah menjadi isu global (Rahmawati, 2009).
Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal maupun global,
akibat terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan atau sumbatan dengan gejala
dan tanda sesuai bagian otak yang terkena; dapat sembuh sempurna, sembuh dengan
cacat, atau kematian (Junaidi, 2011).

2.1.2 TBC

Secara umum, penyakit tuberkulosis baru merupakan penyakit infeksi yang semua
menjadi masalah kesehatan dalam masyarakat kita, penyakit tuberkulosis paru yang
dimulai dari tuberkulosis, yang berarti suatu penyakit infeksi yang di sebabkan oleh
bakteri berbentuk batang basil yang di kenal dengan nama myobakterium tuberkulosi.
Penularan penyakit ini dari perantara ludah, atau dahak penderita yang mengandung basil
berkulosis paru. Pada saat penderita batuk, butir-butir air ludah berkembang di udara dan
terhisap oleh orang sehat, sehingga masuk ke dalam paru-parunya, yang kemudian
meyebabkan penyakit tuberkulosis paru.

3
Di indonesia maupun di berbagai belahan dunia, penyakit tuberkulosis merupakan
penyakit menular. Angka tertingg yang terjangkit penyakit ini dijumpai di india, yang
sebanyak 1,5jt orang. Yang berberada di urutan kedua adalah cina yang mencapai 2jt
orang, selanjutnya indonesia menduduki urutan ketiga dengan jumlah penderita kurang
lebih 583.000juta orang.

Pada 1999 WHO menegaskan bahwa indonesia setiap tahunnya kurang lebih ratusan ribu
kasus baru dengan kematian 130 penderita, tuberkulosis paru positif pada dahaknya,
sedangkan menurut hasil penelitian kusnindar tahun 1990, jumlah kematian karena
tuberkulosis diperkirakan 105,952 orang pertahun, kejadian tuberkulosis paru yang tinggi
paling banyak terjadi pada kelompok masyarakat sosial, ekonomi lemah. Meningkatnya
penyakit ini dari tahun ke tahun dipengaruhi oleh faktor ketahanan tumbuh pada manusia
yang tingkat ketahanannya lemah. Hal ini bisa berbentuk status gizi, kebersihan diri
individu dan kepadaan hunian tempat tinggal.

2.2Klasifikasi penyakit TBC dan Stroke

2.2.1 Klasifikasi Stroke


Klasifikasi Utama Stroke dan Penyebabnya Sistem klasifikasi utama stroke biasanya
membagi stroke menjadi dua kategori berdasarkan penyebab terjadinya stroke, yaitu stroke
iskemik dan hemoragik.
1) Stroke Iskemik Stroke iskemik merupakan stroke yang terjadi akibat adanya bekuan atau
sumbatan pada pembuluh darah otak yang dapat disebabkan oleh tumpukan thrombus
pada pembuluh darah otak, sehingga aliran darah ke otak menjadi terhenti. Stroke
iskemik merupakan sebagai kematian jaringan otak karena pasokan darah yang tidak kuat
dan bukan disebabkan oleh perdarahan. Stroke iskemik biasanya disebabkan oleh
tertutupnya pembuluh darah otak akibat adanya penumpukan lemak (plak) dalam
pembuluh darah besar (arteri karotis), pembuluh darah sedang (arteri serebri), atau
pembuluh darah kecil (Arya, 2011). Arya (2011) menyatakan bahwa stroke iskemik
secara patogenesis dibagi menjadi:
a. Stroke trombolitik Stroke iskemik yang disebabkan karena trombosis pada arteri
karotik interna secara langsung masuk ke arteri serebri madia.
b. Stroke embolik Stroke iskemik yang disebabkan karena embolik yang pada umumnya
berasal dari jantung.
2) Stroke Hemoragik Stroke hemoragik terjadi karena pecahnya pembuluh darah otak,
sehingga menimbulkan perdarahan di otak dan merusaknya. Stroke hemoragik biasanya

4
terjadi akibat kecelakaan yang mengalami benturan keras di kepala dan mengakibatkan
pecahnya pembuluh darah di otak. Stroke hemoragik juga bisa terjadi karena tekanan
darah yang terlalu tinggi. Pecahnya pembuluh darah ini menyebabkan darah
menggenangi jaringan otak di sekitar pembuluh darah yang menjadikan suplai darah
terganggu, maka fungsi dari otak juga menurun. Penyebab lain dari stroke hemoragik
yaitu adanya penyumbatan pada dinding pembuluh darah yang rapuh (aneurisme), mudah
menggelembung, dan rawan pecah, yang umumnya terjadi pada usia lanjut atau karena
faktor keturunan (Arya, 2011).
a. Menurut Arya (2011), stroke hemoragik dibagi menjadi dua kategori, yaitu: Stroke
Hemoragik Intraserebral (SHI) SHI yaitu pendarahan terjadi dalam jaringan otak.
Adapun gejala klinis dari SHI ini beragam. Nyeri kepala berat, lemah, muntah, dan
adanya darah pada rongga subarakhnoid pada pemeriksaan fungsi lumbal
merupakan gejala penyerta yang khas. Penyebab yang paling utama dari SHI pada
lansia yaitu hipertensi, robeknya pembuluh darah, rusaknya formasi/bentuk
pembuluh darah, tumor, gangguan pembekuan darah, dan sebab lain yang tidak
diketahui. Pada perdarahan intrakranial, bisa terjadi penurunan kesadaran sampai
koma, kelumpuhan pada salah satu atau kedua sisi tubuh, gangguan pernafasan
atau gangguan jantung, atau bahkan kematian. Bisa juga terjadi kebingungan dan
hilang ingatan terutama pada usia lanjut.
b. Perdarahan Subarakhnoid (PSA)
PSA merupakan keadaan yang akut. Pendarahan ini terjadi pada ruang
subarakhnoid (ruang sempit antar permukaan otak dan lapisan jaringan yang
menutupi otak). Darah di rongga subarakhnoid merangsang selaput otak dan
menimbulkan meningitis kimiawi. Darah yang sampai pada ventrikel (rongga-
rongga kecil) dapat menggumpal dan mengakibatkan hidrosefalus akut. Penderita
PSA mengeluh nyeri kepala yang hebat, juga dijumpai nyeri di punggung, rasa
mual, muntah dan rasa takut. Dampak yang paling mencelakakan dari PSA yaitu
apabila perdarahan pembuluh darah itu menyebabkan cairan yang mengelilingi
otak dan mengakibatkan pembuluh darah di sekitarnya menjadi kejang, sehingga
menyumbat pasokan darah ke otak.

2.2.2 Klasifikasi Penyakit Tuberkulosis


Bentuk penyakit tuberculosis ini dapat di klasifikasikan menjadi dua, yaitu
tuberculosis paru dan tuberculosis ekstra paru.
1. Tuberculosis Paru
Penyakit ini merupakan bentuk yang paling sering di jumpai, yaitu sekitar 80%
dari semua penderita. Tuberculosis yang menyerang jaringan paru-paru ini
5
merupakan satu-satunya bentuk dari TB yang mudah tertular kepada manusia lain,
asal kuman bisa keluar dari si penderita.
2. Tuberculosis Ekstra Paru
Penyakit ini merupakan bentuk penyakit TBC yang menyerang organ tubuh lain,
selain paru-paru, pleura, kelenjar limpe, persendian tulang belakang, saluran
kencing dan susuran saraf pusat. Oleh karena itu, penyakit TBC ini dinamakan
penyakit yang tidak pandang bulu, karena dapat menyerang seluruh organ dalam
tubuh manusia secara bertahap. Dengan kondisi organ tubuh yang telah rusak tentu
saja dapat menyebabkan kematian bagi penderitanya.

2.3 Etiologi penyakit TBC dan Stroke


2.3.1 Etiologi TBC
1. Faktor Sosial Ekonomi
Faktor social ekonomi disini sangat erat kaitannya dengan kondisi rumah,
kepadatan hunian, lingkungan perumahan, serta lingkungan dan sanitasi tempat
bekerja yang buruk. Pendapatan keluarga juga sangat erat dengan penularan TBC,
karena pendapatan yang kecil membuat orang tidak dapat hidup layak, yang
memenuhi syarat-syarat kesehatan.
2. Status Gizi
Kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi, akan mempengaruhi daya tahan
tubuh seseorang, sehingga rentan terhadap berbagai penyakit, termasuk
tuberculosis paru.
3. Umur
Penyakit tuberculosis paru paling sering ditemukan pada usia muda atau usia
produktif yaitu 15-50 tahun.
4. Jenis kelamin
Menurut WHO sedikitnya dalam periode setahun ada sekitar 1 juta perempuan
yang meninggal akibat tuberculosis paru. Pada laki-laki, penyakit ini lebih tinggi,
6
karena rokok dan minuman alcohol dapat menurunkan system pertahanan tubuh.
Sehingga, wajar jika perokok dan minuman alcohol sering disebut sebagai agen
dari penyakit tuberculosis paru.

2.3.2 Etiologi Stroke


Banyak kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan stroke, tetapi pada awalnya adalah
dari pengerasan arteri atau yang disebut juga sebagai arteriosklerosis. Karena
arteriosklerosis merupakan gaya hidup modern yang penuh stress, pola makan tinggi
lemak, dan kurang berolahraga. Ketiganya sebenarnya tergolong dalam faktor risiko
yang dapat dikendalikan. Selain itu, menurut Saraswati (2008) ada pula faktor-faktor
lain yang tidak dapat dikendalikan, yaitu antara lain :
1)Faktor Risiko Tidak Terkendali
a. Usia Semakin bertambah tua usia, semakin tinggi risikonya. Setelah berusia 55
tahun, risikonya berlipat ganda setiap kurun waktu sepuluh tahun. Dua pertiga
dari semua serangan stroke terjadi pada orang yang berusia di atas 65 tahun.
b. Jenis kelamin Pria lebih berisiko terkena stroke daripada wanita, tetapi
penelitian menyimpulkan bahwa justru lebih banyak wanita yang meninggal
karena stroke. Risiko stroke pria 1,25 lebih tinggi daripada wanita, tetapi
serangan stroke pada pria terjadi di usia lebih muda sehingga tingkat
kelangsungan hidup juga lebih tinggi. Dengan perkataan lain, walau lebih
jarang terkena stroke, pada umumnya wanita terserang pada usia lebih tua,
sehingga kemungkinan meninggal lebih besar.
c. Keturunan-sejarah stroke dalam keluarga Nampaknya, stroke terkait dengan
keturunan. Faktor genetik yang sangat berperan antara lain adalah tekanan
darah tinggi, penyakit jantung, diabetes dan cacat pada bentuk pembuluh darah.
Gaya hidup dan pola suatu keluarga juga dapat mendukung risiko stroke.
3. Faktor Risiko Terkendali
a. Hipertensi Hipertensi (tekanan darah tinggi) merupakan faktor risiko utama yang
menyebabkan pengerasan dan penyumbatan arteri. Penderita hipertensi memiliki
faktor risiko stroke empat hingga enam kali lipat dibandingkan orang yang tanpa
hipertensi dan sekitar 40 hingga 90 persen pasien stroke ternyata menderita
hipertensi sebelum terkena stroke. Secara medis, tekanan darah di atas 140-90
tergolong dalam penyakit hipertensi. Oleh karena dampak hipertensi pada
keseluruhan risiko stroke menurun seiring dengan pertambahan umur, pada orang
lanjut usia, faktor-faktor lain di luar hipertensi berperan lebih besar terhadap risiko
stroke. Orang yang tidak menderita hipertensi, risiko stroke meningkat terus

7
hingga usia 90 tahun, menyamai risiko stroke pada orang yang menderita
hipertensi.
b. penyakit jantung, terutama penyakit yang disebut atrial fibrilation, yakni penyakit
jantung dengan denyut jantung yang tidak teratur di bilik kiri atas. Denyut jantung
di atrium kiri ini mencapai empat kali lebih cepat dibandingkan di bagian-bagian
lain jantung. Ini menyebabkan aliran darah menjadi tidak teratur dan secara
insidentil terjadi pembentukan gumpalan darah. Gumpalan-gumpalan inilah yang
kemudian dapat mencapai otak dan menyebabkan stroke. Pada orang-orang berusia
di atas 80 tahun, atrial fibrilation merupakan penyebab utama kematian pada satu
di antara empat kasus stroke.

2.4 Tanda dan Gejala TBC dan Stroke


2.4.1 Tandaa Dan Gejala TBC
Ada beberapa tanda saat sseorang terjangkit tuberculosis paru antra lain:
o Batuk-batuk berdahak 2 mingu
o Batuk-batuk dengan mengeluarkan darah atau pernah mengeluarkan darah.
o Dada teras sakit atau nyeri dan,
o Dada terasa sesak saat bernafas.
Bakteri tuberculosis paru ini mempunyai masa inkubasi, mulai dari terbakteri
sampai lesi primer muncul, kadang kuranlebih 4-12. Sedangkan untuk pulmounair
progressif dan extrapulmounair, tuberculosis biasanya memakan waktu yang lebih lama,
sampai bertahun –tahun.Selama basil tuberkel ada pada sputum (dahak), akan menjadi
masa penularan yang efektif. Sejauh ini tidak segera diobati penyakit akan berpengaruh
dan berkembang pesat bertahun-tahun.

8
Secara umum tingkat atau derajat penularan penyakit ini tergantung pada
banyaknya basil tuberculosis dalam sputum, virulensi atas, basil peluang adanya
pencemaran udara dari batuk, nersin, bersin, berbicar keras. Penyakit ini sangat peka dan
tidak pandang bulu. Tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan tua, muda, bayi,
maupun balita. Adakan tetapi menurut penelitian, tingkat kepekaan yang sangat tinggi
terdapat pada anak kuarang dari tiga tahun, angka tingkat kepekaan paling rendah terjadi
pada anak akhir usia 12-13 tahun dan dapat meningkat lagi pada saat remaja dan awal
masa tua.

2.4.2 Tanda Dan Geja Stroke

Gejala stroke cenderung terjadi secara tiba-tiba dan hanya selalu menyerang satu sisi
bagian tubuh. Hal ini semakin memburuk dalam jangka waktu 24 sampai 72 jam. Gejala
yang biasa terjadi termasuk:

 Sakit kepala tiba-tiba


 Kehilangan keseimbangan, bermasalah dengan berjalan
 Kelelahan
 Kehilangan kesadaran atau koma
 Vertigo dan pusing
 Penglihatan yang buram dan menghitam
 Kelemahan atau mati rasa pada satu sisi bagian tubuh di wajah, tangan, kaki
 Adanya masalah dengan berbicara dan pendengaran.

2.5 Faktor Resiko TBC dan Stroke


2.5.1 Faktor Resiko TBC

Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko Anda terkena TBC. Faktor paling besar
adalah apabila sistem kekebalan tubuh melemah, di antaranya akibat:

 Penyakit ginjal stadium akhir


 Kanker
 Malnutrisi
 Pengobatan kanker, seperti kemoterapi

9
 Konsumsi obat-obatan yang digunakan untuk mengobati penyakit autoimun,
seperti rheumatoid arthritis, penyakit Crohn, dan psoriasis.
 HIV
 AIDS

2.5.2 Faktor Resiko Stroke


Ada banyak faktor risiko penyebab stroke :

 Berat badan berlebihan atau obesitas


 Tubuh yang tidak aktif bergerak
 Sering dan banyak mengonsumsi alkohol
 ngguna obat-obatan terlarang seperti kokain dan metamfetamin.
 Tekanan darah yang tinggi – risiko pada kondisi ini dapat memicu tingginya
tekanan darah melebihi 120/80 mm Hg. Dokter Anda akan membantu
menentukan berapa tekanan darah yang sesuai dengan umur Anda baik Anda
memiliki diabetes atau tidak
 Perokok aktif maupun yang terpapar asap rokok
 Kolesterol yang tinggi
 Diabetes
 Sleep apnea. Gangguan tidur di mana tingkat oksigen secara perlahan
berkurang jumlahnya selama malam hari
 Penyakit jantung, termasuk gagal jantung, cacat jantung, infeksi jantung,
atau ritme jantung yang tidak normal

Faktor lainnya yang berhubungan dengan risiko yang tinggi yaitu :

 Memiliki sejarah pribadi atau keluarga yang mengalami kondisi ini,


serangan jantung, atau stroke ringan
 Berumur di atas 55 tahun;
 Jenis kelamin. Laki-laki memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan
perempuan. Perempuan biasanya terkena kondisi ini pada usia lanjut, dan
lebih rentan terhadap kematian akibat penyakit ini dibandingkan laki-laki.
Selain itu, perempuan juga, memiliki risiko dari penggunaan pil KB atau
terapi hormon yang termasuk estrogen, juga dalam kondisi kehamilan dan
melahirkan .
10
2.6 Pencegahan TBC dan Stroke
2.6.1 Pencegahan TBC
a. Bagi penderita, pencegahan penularan dapat dilakukan dengan menutup mulut saat batuk,
dan membuang dahak tidak sembarang tempat.
b. Bagi masyarakat, pencegahan penkularan dapat dilakukan dengan meningkatkan ketahanan
bayi, yaitu dengan memberikan vaksin BCG.
c. Bagi petugas kesehatan, pencegahan dapat dilakukan denganumum. memberikan penyuluhan
tentang penyakit TBC, yang meliputi gejala, bahaya, dan akibat yang ditimbulkannya pada
kehidupan masyarakat.
d. Petugas kesehatan juga harus segera melakukan pengisolasian dan pemeriksaan terhadap
orang-orang yang terinfeksi atau dengan melakukan pengembangan program pengobatan
jalan.
e. Pencegahan penularan dapat dicegah dengan melaksanakan desinfeksi, seperti cuci tangan,
kebersihan rumah yang ketat dan perhatian khusus terhadap muntahan atau ludah anggota
keluarga yang terjangkit penyakit.
f. Melakukan penyelidikan terhadap orang-orang yang terkontaminasi. Perlu dilakukan test
tuberculin bagi seluruh anggota keluarga.
g. Dilakukan pengobatan khusus. Penderita dengan TBC aktif perlu pengobatan yang tepat.
Yaitu obat-obat kombinasi yang telah ditetapkan oleh dokter untuk diminum dengan tekun
dan teratur, selama 6-12 bulan.

2.6.2 Pencegahan Stroke

Langkah utama untuk mencegah stroke adalah menerapkan gaya hidup sehat. Selain itu,
kenali dan hindari faktor risiko yang ada, serta ikuti anjuran dokter. Beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk mencegah stroke, antara lain:

a. Menjaga pola makan. Terlalu banyak mengonsumsi makanan asin dan berlemak


dapat meningkatkan jumlah kolesterol dalam darah dan risiko menimbulkan
hipertensi yang dapat memicu terjadinya stroke. Jenis makanan yang rendah lemak
dan tinggi serat sangat disarankan untuk kesehatan. Hindari konsumsi garam yang
berlebihan. Konsumsi garam yang baik adalah sebanyak 6 gram atau satu sendok
teh per hari.Makanan yang disarankan adalah makanan yang kaya akan lemak
tidak jenuh, protein, vitamin, dan serat. Seluruh nutrisi tersebut bisa diperoleh dari
sayur, buah, biji-bijian utuh, dan daging rendah lemak seperti dada ayam tanpa
kulit.

11
b. Olahraga secara teratur. Olahraga secara teratur dapat membuat jantung dan
sistem peredaran darah bekerja lebih efisien. Olahraga juga dapat menurunkan
kadar kolesterol dan menjaga berat badan serta tekanan darah pada tingkat yang
sehat.
c. Bagi orang yang berusia 19-64 tahun, pastikan melakukan aktivitas aerobik
setidaknya 150 menit seminggu yang dibagi dalam beberapa hari, ditambah dengan
latihan kekuatan otot setidaknya dua kali seminggu. Yang termasuk aktivitas
aerobik antara lain jalan cepat atau bersepeda. Sementara yang termasuk latihan
kekuatan, antara lain angkat beban, yoga, ataupun push-up dan sit-up
d. Namun bagi mereka yang baru sembuh dari stroke, sebaiknya berkonsultasi
terlebih dahulu dengan dokter sebelum memulai kegiatan olahraga. Olahraga
teratur biasanya mustahil dilakukan di beberapa minggu atau beberapa bulan
pertama setelah stroke. Pasien bisa mulai berolahraga setelah rehabilitasi
mengalami kemajuan.
e. Berhenti merokok. Risiko stroke meningkat dua kali lipat jika seseorang
merokok, karena rokok dapat mempersempit pembuluh darah dan membuat darah
mudah menggumpal. Tidak merokok berarti juga mengurangi risiko berbagai
masalah kesehatan lainnya, seperti penyakit paru-paru dan jantung.
f. Hindari konsumsi minuman beralkohol. Minuman keras mengandung kalori
tinggi. Jika minuman beralkohol dikonsumsi secara berlebihan, maka seseorang
rentan terhadap berbagai penyakit pemicu stroke, seperti diabetes dan hipertensi.
Konsumsi minuman beralkohol berlebihan juga dapat membuat detak jantung
menjadi tidak teratur.
g. Hindari penggunaan NAPZA. Beberapa jenis NAPZA, seperti kokain
dan methamphetamine, dapat menyebabkan penyempitan arteri dan mengurangi
aliran dar

12
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

I. DATA UMUM
1. Nama KK : Tn. A

2. Alamat :

13
3. Komposisi keluarga :

Status
No. Nama L/P Usia Pekerjaan Pendidikan Hub Keluarga
Kesehatan

1. Tn. P L 68 Petani SD Ayah Sehat

2. Ny. R P 65 Petani SD Ibu Sehat

3. Ny. S P 35 IRT SMA Istri Stroke

4. An. T L 21 Karyawan SMA Anak Sehat

5. An. U P 17 Pelajar SMA Anak Sehat

Genogram :

Keterangan:

14
4. Tipe keluarga:
Keluarga Besar

5. Suku
Sunda

6. Agama
Islam

7. Status ekonomi
Marginal

8. Aktifitas Rekreasi keluarga


Tidak ada

II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

9. Tahap perkembangan keluarga :


Tahap keluarga pelepasan

10. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Mempersiapkan anaknya untuk hidup mandiri

11. Riwayat keluarga inti :

15
Krluarga mengatakan bahwa istrinya mempunyai penyakit stroke, sedangkan kepala keluarga nya mempunyai
penyakit TBC sedang dalam pengobatan selama 5 bulan.

12. Riwayat keluarga sebelumnya


Tidak ada dalam kasus

III. LINGKUNGAN

13. Karakteristik rumah


a. Tipe Rumah :

b. Luas Rumah :

c. Ventilasi :

d. Pencahayaan :

e. SPAL dan MCK :

f. Sarana air bersih dan minum:

Denah rumah :

16
14. Karakteristik tetangga dan komunitas RW

15. Mobilisasi geografis keluarga

16. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

17. Sistem pendukung keluarga

IV. STRUKTUR KELUARGA

18. Pola komunikasi :

19. Struktur kekuatan keluarga

20. Struktur peran:

17
21. Nilai atau norma keluarga:

V. FUNGSI KELUARGA

22. Fungsi Afektif :

23. Fungsi Sosialisasi

24. Fungsi Reproduksi

25. Fungsi perawatan kesehatan :

VI. STRESS DAN KOPING KELUARGA

26. Stress jangka pendek dan panjang serta kekuatan keluarga:

27. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor:

28. Koping keluarga :

18
29. Strategi adaptasi disfungsional:

VII. HARAPAN KELUARGA

19
VIII. PEMERIKSAAN FISIK KELUARGA

No Pemeriksaan
............... ............. .......... .......... ..........
1 Pemeriksaan Umum

 Penampilan umum

 TTV

 BB/TB

2 Kepala

 Rambut

 Mata

 Hidung

 Mulut

 Telinga

3 Leher

4 Dada

5 Abdomen

1
6 Ekstremitas

2
IX. Data Tambahan

A. Nutrisi :

B. Eliminasi :

C. Istirahat Tidur :

D. Aktivitas Sehari-hari :

E. Merokok :

F. Lain-lain :

1
X. ANALISA MASALAH

No Data-Data Diagnosa Keperawatan

1. DO: pada saat di kaji klien tidak dapat melakukan aktivitas


sehari-hari seperti mandi, ganti pakaian dan lain-lain.
Mobilitas fisik
Tidak dapat menggerakkan tangan dan kaki yang sebelah
kanan.

Klien hanya tertidur terkadang duduk di kursi roda,


aktivitas sehari-hari dibantu oleh kedua anaknyq

DS: (tidak ada di kasus)

2
PENGKAJIAN KELUARGA MANDIRI

Tanggal Masalah Masalah Kriteria Keluarga Mandiri Kategori/


Kesehatan Keperawatan
Simpulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

24 Sept Sehat
2019

Keterangan:

Keriteria keluarga mandiri ada 3 bagian, berikan tanda cek (V) pada kolom dengan angka 1-10 sesuai dengan kriteria
berikut ini:

A. Keluarga mengetahui masalah kesehatan, dengan kriteria:


1. Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda, dan gejala dari masalah kesehatan yang ada.
2. Keluarga dapat menyebutkan penyebab masalah kesehatan
3. Keluarga dapat menyebutkan faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
4. Keluarga memiliki persepsi yang positif terhadap masalah
B. Keluarga mau mengambil keputusan untuk mengatasi masalah, dengan kriteria:

3
5. Masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga
6. Keluarga dapat mengungkapkan/ menyebutkan akibat dari masalah kesehatan tersebut
7. Keluarga dapat membuat keputusan yang tepat tentang penanganan masalah kesehatan tersebut
C. Keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan, dengan kriteria:
8. Keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber daya dan fasilitas yang diperlukan untuk
perawatan. (Sumber daya dapat berupa pembiayaan untuk kesehatan, alat P3K, KMS, dan kartu
kesehatan keluarga).
9. Keluarga terampil melaksanakan perawatan pada anggota keluarga (preventif, promotif dan kuratif).
10. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan.

Untuk kategori keluarga mandiri/ simpulan dibuat berdasarkan penjumlahan kriteria diatas, masing-masing kriteria
memiliki nilai satu. Pembagian kategori berdasarkan pengelompokan sebagai berikut:

Keluarga mandiri I (KM I) : skornya 1 – 4

Keluarga mandiri II (KM II) : skornya 5 – 7

Keluarga mandiri III (KM III) : skornya 8 - 10

XI. DAFTAR MASALAH

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

4
XII. PRIORITAS MASALAH

( Bailon & Maglaya, 1978)

No Kriteria Skor Bobot Perhitungan Hasil Pembenaran

1. Sifat masalah

 Tidak/kurangsehat 3
 Ancaman kesehatan 2 1 3x1/3
 Krisis/ kurang sejahtera
1

2. Kemungkinan masalah

dapat diubah

 Dengan mudah 2 0x2/2


 Hanya sebagian 1 2
 Tidak dapat dirubah
0

3. Potensi masalah untuk dicegah

 Tinggi
 Cukup 3 1 1x1/3
 Rendah
2

4. Menonjolnya masalah

 Masalah berat, harus segera 2


ditangani 2x1/2
 Ada masalah, tetapi tidak

5
perlu segera ditangani 1 1
 Masalah tidak dirasakan

Jumlah

Perhitungannya: Skor    x Bobot

Angka Tertinggi

6
INTERVENSI KEPERAWATAN KELUARGA

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi


Keluarga
Jangka Panjang Jangka Pendek Kriteria Standar

Klien dapat Klien dapat mika Setelah dilakukan 1. Kaji fungsi motorik
melakuakn miki tindakan dan sensorik
aktivitas dengan keperawatan dengan
mandiri sebanyak 3 x mengobservasi
1. Mobilitas fisik
pertemuan setiap ekstremitas
diharapkan klien secara terpisah
dapat melakukan terhadap kekuatan
mika miki dan gerakan
normal, respon
terhadap rangsang.
2. Ubah posisi klien
setiap 2 jam.
3. Lakukan latihan
secara teratur dan
letakkan kaki klien
dilantai saat duduk
di kursi atau papan
penyangga saat
tidur di tempat
tidur.
4. Topang kaki saag
mengubah posisi
dengan meletakkan
bantal di satu sisi
saat membalikkan
klien.
5. Pada saat klien
ditempat tidur
letakkan bantal
diketian di antara
lengan atas dan
1
dinding dada untuk
mencegah abduksi
bahu dan letakkan
lengan posisi
berhubungan
dengan abduksi
sekitar 60°.Jaga
lengan dalam posisi
sedikit fleksi.
6. Letakkan telapak
tangan diatas bantal
lainnya seperti
posisi patur liberty
dengan siku diatas
bahu dan
pergelangan tangan
diatas siku.
7. Letakkan tangan
dalam posisi
berfungsi dengan
jari-jari sedikit fleksi
dan ibu jari dalam
posisi b.d abduksi.
Gunakan pegangan
berbentuk roll.
Lakukan latihan
pasif. Jika jari dan
pergelanga spastik,
gunakan splin.
8. Lakukan latihan
ditempat tidur.
Lakukan latihan kaki
sebanyak 5x
kemudian
ditingkatkan secara
perlahan sebanyak
20x setiap kali
latihan.
2
9. Lakukan latihan
pergeraka sendi
(ROM) 4x sehari
stelah 24 jam
serangan stroke jika
sudah tidak
mendapat terapi.
10. Bantu klien duduk
atau turun dari
tempat tidur.
11. Gunakan kursi roda
bagi klien
hemiplegiya.

3
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN KELUARGA

No Tanggal & Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi


Waktu

Mobilitas fisik 1. Mengkaji fungsi motorik dan S : Klien masih


sensorik dengan belum bisa
1. mengobservasi setiap melakukan
ekstremitas secara terpisah kegiatan yang telah
terhadap kekuatan dan dianjurkan.
gerakan normal, respon
terhadap rangsang. O: Klien masih
2. Mengubah posisi klien setiap 2 nampak sulit untuk
jam. menggerakan kaki
3. Melakukan latihan secara dan tangan sebelah
teratur dan letakkan kaki klien kanannya,
dilantai saat duduk di kursi
A: Mobilitas fisik
atau papan penyangga saat
belum teratasi.
tidur di tempat tidur.
4. Menopang kaki saat mengubah P: Lanjutkan
posisi dengan meletakkan intevensi.
bantal di satu sisi saat
membalikkan klien.
5. Pada saat klien ditempat tidur
meletakkan bantal diketiak di
antara lengan atas dan dinding
dada untuk mencegah abduksi
bahu dan letakkan lengan TTD
posisi berhubungan dengan
abduksi sekitar 60°.
6. Menjaga lengan dalam posisi
sedikit fleksi. Meletakkan
telapak tangan diatas bantal
Perawat
lainnya seperti posisi patur
liberty dengan siku diatas bahu
dan pergelangan tangan diatas
siku.
7. Meletakkan tangan dalam
posisi berfungsi dengan jari-jari
sedikit fleksi dan ibu jari dalam
posisi b.d abduksi. Gunakan
pegangan berbentuk roll.
Lakukan latihan pasif. Jika jari
dan pergelanga spastik,
gunakan splin.
8. Melakukan latihan ditempat

4
tidur. Lakukan latihan kaki
sebanyak 5x kemudian
ditingkatkan secara perlahan
sebanyak 20x setiap kali
latihan.
9. Melakukan latihan pergeraka
sendi (ROM) 4x sehari
10. Membantu klien duduk atau
turun dari tempat tidur.
11. Menggunakan kursi roda bagi
klien hemiplegiya

5
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan


peredaran darah diotak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak
sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian.
Sedangkan menurut Hudak (1996), Stroke adalah defisit neorologis yang
mempunyai serangan mendadak dan berlangsung 24 jam sebagai akibat dari
kardiovascular disease (CVD).
Stroke adalah sindroma klinis yang berkembang cepat akibat
gangguan otak fokal maupun global dengan gejala – gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian
tanpa ada penyebab lain yang jelas selain kelainan vascular (WHO, 2006).

Secara umum, penyakit tuberkulosis baru merupakan penyakit infeksi


yang semua menjadi masalah kesehatan dalam masyarakat kita, penyakit
tuberkulosis paru yang dimulai dari tuberkulosis, yang berarti suatu penyakit
infeksi yang di sebabkan oleh bakteri berbentuk batang basil yang di kenal
dengan nama myobakterium tuberkulosi. Penularan penyakit ini dari
perantara ludah, atau dahak penderita yang mengandung basil berkulosis
paru. Pada saat penderita batuk, butir-butir air ludah berkembang di udara
dan terhisap oleh orang sehat, sehingga masuk ke dalam paru-parunya, yang
kemudian meyebabkan penyakit tuberkulosis paru.

6
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai