JURUSAN FISIKA
PROPOSAL SKRIPSI
NIM : 4250407018
1. JUDUL
2. LATAR BELAKANG
Pasir besi yang keberadaannya terdistribusi secara luas serta jumlahnya yang
produk yang lebih bernilai dan berdaya guna lebih. Berdasarkan potensi tersebut
beberapa peneliti terdahulu telah mulai mengkaji dan memanfaatkan pasir besi
1
Ferit ialah merupakan salah satu bagian dari komponen yang sangat penting
meningkatkan pengendalian orientasi, misalnya ditambah dengan Co, Li, Ni, Zn,
Mn, Sr dan Ba menjadi magnet lunak atau magnet keras. Ferit dapat disintesis
sumber ferit yang sangat melimpah, salah satu contohnya adalah pasir besi.
Dalam pasir besi terkandung beberapa anggota besi oksida, misalnya magnetit
tetapi pasir besi di Indonesia belum diolah secara optimal dan dieksport dalam
bentuk mentah sehingga hal ini yang menyebabkan pasir besi memiliki harga
yang sangat murah. Diluar negeri pasir besi tersebut diolah dan dimanfaatkan
menjadi berbagai magnet yang dapat diapplikasikan dalam komponen listrik dan
elektronik.
penelitian yang difokuskan pada pasir besi, di tempat tersebut sudah berhasil
mengolah pasir besi menjadi magnet keramik, di antaranya adalah magnet keras
berupa Barium Ferit (Prihatin, 2004), Stronsium Ferit (Billah, 2006), Film Tipis
Barium ferit ( Santoso, 2007), Film tipis ferit Mn (Alvian, 2007) dan kajian sifat
kemajuan teknologi pengolahan material, pasir besi tidak hanya dibuat dalam
2
bentuk magnet keramik, tetapi dapat dikembangkan lebih lanjut dalam bentuk
serbuk MnFe2O4 dengan metode metalurgi serbuk. Metode metalurgi serbuk ini
penulis akan melakukan kajian yang berorientasi pada fabrikasi dan karakterisasi
ferit Mn. Serbuk ferit Mn diperoleh dengan mencampurkan MnO dengan Fe2O4
yang berasal dari pasir besi, selanjutnya dipanaskan pada temperatur di atas
alkohol agar diperoleh serbuk magnet Mn ferit. Dipilih magnet lunak ferit Mn
yang bagus (Osmokrovic, 2006) dan selain itu ferit jenis ini juga memiliki sifat
3. PERMASALAHAN
Permasalahan yang menjadi fokus kajian penelitian ini antara lain adalah :
4. PEMBATASAN MASALAH
3
2. Mangan diokside ( MnO2) yang digunakan adalah
5. TUJUAN PENELITIAN
bahan MnO2 dan Fe3O4 yang merupakan hasil dari ektraksi pasir besi.
telah dibuat.
6. MANFAAT PENELITIAN
digunakan sebagai bahan dasar magnet lunak dan industri lain seiring dengan
Mn yang berasal dari pasir besi yang dapat digunakan dalam pembuatan
4
transformator, memori komputer, induktor, recording heads, microwave,
7. LANDASAN TEORI
seluruh spin-spinya terjajar secara paralel (Gambar 1.a). Bila energi pertukaran
1.b). Sehingga momen magnetik netonya sama dengan nol, maka bahan tersebut
5
antiferomagnetik terjajar secara sempurna, tetapi sedikit miring dan
neto juga mungkin terdapat pada bahan antiferomagnetik jika spin-spinya tidak
berpasangan secara sempurna karena terdapat sedikit cacat (defect) pada struktur
tidak sama sehingga menghasilkan momen magnetik neto (Gambar 1.e). Sifat
magnetik bahan-bahan tersebut sangat dipengaruhi oleh ukuran bulir. Bulir yang
dipandang hanya memiliki dipol magnetik tunggal yang terisolasi disebut domain
tunggal atau single domain (SD). Kutub-kutub bebas pada permukaan bulir
menghasilkan suatu energi magnetik yang bertambah dengan volume bulir. Pada
ukuran tertentu, energi tersebut menjadi cukup besar dan memecah magnetisasi
magnetik.
6
B. Mineral Oksidasi Besi Magnetit
Mineral magnetit tersusun oleh ion ferrit (Fe3+) dan ion ferrous (Fe2+)
(FeO.Fe2O3). Magnetit memiliki kisi kristal spinel invers (AB2O4) yang terdiri
sebagian ion Fe2+ membentuk sisi tetrahedral dan sebagian ion Fe3+ serta
seluruh ion Fe2+ membentuk sisi oktahedral, seperti terlihat pada Gambar 2.
Ion-ion besi bervalensi dua berada pada sisi kisi oktahedral dan tetrahedral,
sedangkan ion–ion besi yang bervalensi tiga terpisah merata antara sisi kisi
oktohedral dan tetrahedral. Momen magnetik ion-ion dalam setiap kisi akan
subkisi B yang memiliki satu ion Fe2+ dan Fe3+ berpasangan dengan subkisi A
yang ditempati satu ion Fe3+, karenanya ada sepasang momen magnetik yang
dihasilkan oleh ion Fe2+. Pasangan antipararel yang tidak seimbang tersebut yang
7
C. Sifat-sifat Kemagnetan Bahan
Sifat magnet dari suatu bahan dipengaruhi oleh bilangan kuantum keempat
yang dikenal sebagai bilangan kuantum spin (ms). Bilangan ini menunjukkan
arah dari gerakan electron mengelilingi inti atom. Spin electron mempunyai nilai
+1/2 jika electron bergerak searah jarum jam, dan bernilai -1/2 jika electron
bergerak berlawanan arah dengan jarum jam. Kontribusi gerakan electron dalam
atom yang saling berlawanan ini akan menimbulkan suatu gaya yang disebut
momen magnetic, dimana resultannya akan sama dengan nol jika momen yang
dihasilkan oleh gerakan electron yang searah jarum jam diimbangi dengan
Secara mikroskopis atau skala atom, didalam bahan magnet terjadi arus-
arus kecil karena elektron beredar mengelilingi inti dan elektron berputar
1. Diamagnetik
sudut orbital atom ∑ Li =0, maka suatu atom tidak akan memiliki momen
e …………………....(1)
m =−
2me
∑Li
8
suseptibilitas negatif atau χm <0. Bahan-bahan diamagnetik juga bahan yang
sulit menyalurkan garis gaya magnet. Hal tersebut disebabkan karena hampir
apabila susunan atom dalam bahan tersebut mempunyai spin elektron yang
tidak berpasangan. Permeabilitas bahan ini sedikit lebih kecil dari 1. Contoh
2. Paramagnetik
dalam bahan ini terdapat momen dipol magnet yang permanen, akan tetapi
secara keseluruhan arahnya acak. Jika diberi medan magnet luar, arah dipol
magnet akan cenderung berbaris searah tetapi setelah medan magnet dari luar
dihentikan maka orientasi arah momen dipol magnet atomnya akan kembali
>0. Contoh bahan paramagnetik adalah Al, Pb, Fe2SO4, FeCl, Mo, W, Pt dan
Ag.
3. Ferromagnetik
bahwa ada kecenderungan dari spin elektron untuk tidak berubah arah
meskipun medan ditiadakan. Kemudian bila medan luar diperkuat lagi, maka
pembarisan arah pada setiap domain menjadi bertambah besar dan efek ini
9
berlanjut hingga mencapai keadaan jenuh. Kejenuhan ini akan tercapai bila
sejumlah fraksi tertentu dari spin elektron konduksi sudah berbaris kesuatu
temperatur Curie (Tc). Diatas temperatur Curie ini, bahan tidak bersifat
jauh lebih besar dari 1. Contoh bahan ini adalah Fe, Co, Ni dan Gd.
C. Kurva Histeresis
memiliki medan magnet yang spontan. Pada saat I meningkat, H akan meningkat
berdasarkan rumus diatas. Medan B mulai beranjak naik dari nol. Jika B dan H
diplot, maka kurva hasilnya akan sama dengan kurva OA1, yang ditunjukkan
dalam Gambar 3.
10
Gambar 3. Sebuah kurva histeresis yang lazim untuk besi. B1 adalah remanen besi
dan H1 adalah gaya koersif.
Setelah magnetisasi permukaan terhadap titik A, medan H akan turun
dengan mengurangi arus dalam koil. Medan B juga akan turun, tetapi kurva B-H
menjejaki kurva yang sama dengan A1B1 yang ditunjukan pada Gambar 3. Ingat
bahwa pada titik B1, arus dalam suatu koil toroid sama dengan nol, demikian pula
halnya H. Fluks magnet residu ini diakibatkan oleh adanya fakta bahwa momen
magnet domain dalam ferromagnetik masih menyebar dalam arah yang sama.
membentuk kurva B1H1 seperti Gambar 3. Ingat bahwa dibutuhkan sejumlah nilai
negatif dari H untuk menolkan medan B. Nilai H dalam arah negatif magnetisasi
awal yang diperlukan untuk menolkan medan B disebut gaya paksaan (Coercive
Force). Jika arus balik dinaikkan melampaui titik tersebut, medan B mulai
berbalik dan kurva B-H akan mengikuti kurva H1A2 pada gambar 1. Jika
sekarang arus sudah berkurang, kurva B-H akan membentuk kurva baru A 2A1.
Kurva tertutup A1B1H1A2A1 disebut loop histeresis (hysteresis loop). Jika arus
diubah kesiklus yang lebih kecil, loop histeresis terkaitnya akan lebih kecil. Jika
11
Kurva histerisis bisa digunakan untuk membedakan antara magnet
B B
Br
-HB r
C -HC H
H
a b
Gambar 4 (a) Kurva Histeresis (magnet lunak). (b) Kurva histeresis magnet
keras. Baik induksi remanen (rapat fluks) dan medan koersif, B dan H,
masing-masing besar untuk magnet keras. Hasil perkalian BH merupakan
patokan untuk ukuran energi demagnetisasi. (Van Vlack, 1994).
D. Ferit
Ferit atau ferimagnet memiliki struktur spin yang teratur, yang paling
umum terdiri dari komponen spin besar maupun spin kecil tetapi dengan momen
yang mempunyai rumus kimia MOFe2O3, dengan M adalah ion logam bervalensi
dua seperti Co, Ni, Mn, Cu, Mg, Zn, Cd atau besi bervalensi dua. Ferit ini
12
mengkristal dengan struktur kristal yang agak rumit yang dikenal dengan struktur
spinel. Contoh yang lazim dari ferit adalah mineral magnetit (Fe3O4) yang sudah
dikenal sejak jaman dulu. Pada umumnya ferit dibagi menjadi tiga kelas yaitu :
1.Ferit Lunak
Ferit jenis ini memiliki formula MFe2O4 dimana M= Cu, Zn, Ni, Co, Fe,
Mn, Mg dengan struktur kristal seperti mineral spinel. Sifat bahan ini
hysteresis loss yang rendah. Contoh sederhana dari bahan ini adalah ferrous
ferrite atau yang biasa disebut dengan magnetit (FeO.Fe2O3 atau Fe3O4), ferit
2. Ferit Keras
Ferit keras jenis ini merupakan turunan dari struktur magneto plumbit
yang dapat ditulis sabagai MFe12O19 dimana M = Pb, Ba, Sr. Bahan tersebut
sumbu C. Magnet jenis ini lebih murah untuk diproduksi dan banyak
secara khas. Bentuk umum untuk garnet adalah Me3Fe5O12, dimana Me salah
13
satu dari ion logam tanah jarang, contohnya Y, La dan Gd. Struktur sangat
rumit, berbentuk kubik dengan sel satuan disusun tidak kurang dari 160 atom.
Contoh garnet yang bagus adalah Yttrium Iron Garnet (Y 3Fe5O12) biasa
jenuhnya yang cukup besar, ferit merupakan penghantar listrik yang jelek.
Dengan demikian ferit digunakan untuk penerapan pada frekuensi tinggi karena
dalam keadaan itu akan muncul arus eddy dalam bahan penghantar yang akan
merugikan. Hambat jenis ferit berkisar dari 1 sampai 104 Ω sebagai pembanding,
E. Ferit Mn
Ferit Mn merupakan salah satu contoh dari magnet lunak yang mempunyai
struktur kristal kubik, dengan rumus umum MO.Fe2O3 dimana M adalah Fe, Mn,
Ni dan Zn atau gabungan seperti Mn-Zn dan Ni-Zn jika dirumuskan dalam reaksi
lebih variatif, sebelumnya ferit Mn hanya dibuat magnet keramik tetapi sekarang
sudah dikembangkan metode – metode yang lain yang relevan salah satunya
yaitu metode metalurgi serbuk. Metode ini dipilih karena keunggulannya yang
14
relatif sederhana dan mudah dipahami untuk kembangan metode-metode baru
F. Magnet Keramik
Magnet keramik adalah salah satu bahan yang mempunyai sifat tertentu
dan penting bagi industri. Definisi yang terbaik dari keramik adalah bahan-bahan
yang tersusun dari senyawa anorganik bukan logam yang pengolahannya melalui
mekanik.
ferit, yang merupakan oksida yang disusun oleh Fe2O3 sebagai komponen utama.
Bahan ini menunjukkan induksi magnetik spontan meskipun medan magnet luar
dikembangkan sejak tahun 1940-an. Bahan tersebut ternyata tidak lain adalah
oksida besi yang disebut ferit besi (ferrous ferrite) dengan rumus kimia
MO(Fe2O3) dimana M adalah Ba, Sr, Mn, Zn atau Pb. Selanjutnya semua bahan
15
magnetik, dan istilah ini adalah selalu digunakan untuk membedakan keduanya
dalam masalah bahan magnetik. Medan total dalam selenoida dapat dituliskan
karakteristik bahan.
B= μnI ..................................................................3
feromagnet atau ferit, μ jauh lebih besar dari μ 0. Untuk semua bahan lainnya,
nilainya sangat dekat dengan μ0. Nilai permeabilitas tidak konstan untuk bahan
Secara prinsip pada umumnya terdapat dua metode utama yang digunakan
menghasilkan bahan magnet yang lebih baik, tetapi dalam beberapa prosesnya
yang diperoleh bukan yang tertinggi, tetapi dalam pengerjaannya lebih mudah
dan lebih efisien. Dalam prakteknya pembuatan magnet dengan cara kedua ini
memerlukan bahan dasar berupa serbuk yang berukuran sangat kecil, yaitu dalam
orde micrometer (10-6m). Ukuran serbuk sekecil ini diperlukan agar komponen-
16
bahan mengalami pemanasan (kalsinasi). Sebagaimana yang dilakukan oleh
dasar berupa serbuk halus yang kemudian dipress dalam satu cetakan dan
serbuk adalah dapat menangani bahan yang tidak dapat atau sukar diproses
I. Difraksi Sinar-X
Panjang gelombang sinar-X untuk difraksi berada pada rentang 0,05 hingga
0,25 nm. Sinar-X untuk tujuan difraksi diproduksi dengan tegangan antara katoda
memegang peran sangat penting untuk analisis padatan kristalin. Selain untuk
meneliti ciri utama strukur, seperti parameter kisi dan tipe struktur, juga
dimanfaatkan untuk mengetahui rincian lain seperti susunan berbagai jenis atom
dalam kristal, adanya cacat, orientasi, ukuran subbutir, dan butir, ukuran dan
kerapatan.
(λ ≈ 0,1 nm) yang lebih pendek dibanding gelombang cahaya. Sinar-X yang
17
peristiwa yang terjadi setelah tumbukan yaitu hamburan, interferensi dan
dengan arah yang berbeda. Interferensi adalah superposisi dari dua atau lebih
persamaan Bragg.
2 d sin θ =n λ ..............................................4
jarak antar atom bahan dan θ merupakan sudut difraksi. Karakterisasi diperoleh
8. METODOLOGI PENELITIAN
1. Alat
a. Timbangan.
18
c. Penyaring pasir dengan tipe T200.
e. Hydraulic press.
a. Pasir besi
b. Alkohol
c. Aquades
d. MnO2
e. SiO2
f. CaO
g. PVA
dilakukan dalam proses pemurnian pasir besi guna membuat magnetit adalah
sebagai berikut,
19
Pengayakan atau penyaringan hasil gilingan menggunakan ayakan T200. Proses
ekstraksi tersebut dilakukan berulang kali untuk meminimalisasi adanya pengotor
yang bersifat nonmagnetik.
cara digiling menggunakan ball miling. Setelah pasir digiling selama 12 jam,
ferit Mn, dengan cara mencampur serbuk MnO2 yang berkualitas teknis
bahan dari luar negeri serta bahan tersebut lebih murah dan mudah
20
serbuk Fe2O3 karena langkah tersebut dapat mempersingkat proses. Langkah-
langkah tersebut telah dilakukan oleh peneliti terdahulu dan tidak mengurangi
sifat magnetik dari bahan yang dihasilkan. Berdasarkan reaksi kimia proses
digunakan adalah satu, sehingga dapat digunakan massa relatif (MR) sebagai
perbandingan massa pada pembuatan serbuk ferit Mn. Dalam penelitian ini
tidak menggunakan serbuk MnO tetapi serbuk MnO2, jadi massa relatif yang
digunakan adalah massa relatif MnO2 yaitu sebesar 86,938. Serbuk MnO2
dihitung banyaknya massa yang akan digunakan agar dapat mencapai 100%.
Serbuk Fe3O4 juga perlu dilakukan perhitungan karena dalam reaksi kimia
temperatur 1450 ºC, karena pada temperatur tersebut diperkirakan sudah benar-
mengurangi penyusutan bahan atau hasil cetak pada proses sintering. Pada proses
ini berlangsung penyebaran oksigen sehingga terjadi proses kimia dan terbentuk
dengan cara digiling selama 20 jam, kemudian disaring dengan penyaring bertipe
21
tersebut ditimbang dengan massa 12 gram kemudian dipres menggunakan
target yang berbentuk lingkaran berdiameter 3,5 cm dan memiliki ketebalan 0,4
cm.
ditahan pada temperatur 8000C selama 30 menit. Hasil kalsinasi digerus dengan
mortal.
12000C
3 jam
400C/menit
0
800 C 0.5 jam 400C/ menit
400C/ menit
4750C
280C
Hasil kalsinasi digerus kasar dengan mortar dengan ditambahkan zat aditif
CaO dan SiO2. Bahan aditif tersebut berfungsi untuk menghambat tumbuhnya
digiling dalam keadaan basah dengan ballmilling selama 16 jam dan hasilnya
disaring lolos 400 mess. Hasil saringan lolos 400 mess ditambahkan PVA 0,6 0/0
22
dari jumlah keseluruhan sebagai perekat. Kemudian sampel dicetak dengan
hydraulic pres. Pencetakan yang dihasilkan akan disintering dengan suhu 12500C
lihat pada Gambar 7. Sebagai tahap finishing, sampel disintering yang kemudian
dipoles dengan cara diamplas dengan amplas 800 cc dan 1000 cc.
12500C 1 jam
100C/menit
100C/menit
5000C 0.5 jam
B. Karakterisasi Hasil.
serbuk ferit Mn sudah benar-benar terbentuk atau belum. Hasil penelitian ferit
23
berbeda. Interferensi adalah superposisi dari dua atau lebih gelombang yang
(Persamaan 3).
Data hasil karakterisasi dengan XRD yaitu intensitas dan sudut hambur.
Analisis data dilakukan dengan bantuan grafik antara intensitas dengan sudut
24
Mulai
Proses penggilingan
campuran
Kalsinasi campuran
Pengeringan
campuran
Pencetakan
Sintering
Karakterisasi magnet
lunak.
Permeabilitymeter XRD
Nilai permeabilitas Orientasi kristal
Penulisan laporan
Selesa
i
25
DAFTAR PUSTAKA
Mufit. F, Fadhillah, Amir. H dan S. Bijaksana. 2006. Kajian Tentang Sifat Magnetit
Pasir Besi dari pantai Sunur, Pariaman, Sumatra Barat, Jurnal Geofisika.
Bandung : Institut Teknologi Bandung.
Idayanti Novrita dan Dedi. 2002. Pembuatan Magnet Permanen Ferit untuk Flow
Meter, Jurnal Fisika HFI Vol A5 No.0528. Tangerang: Himpunan Fisika
Indonesia.
Dedi, Idayanti Novrita dan Djaja Sukarna. 2002. Pembuatan Magnet Barium
Stronsium Ferit untuk Motor DC Mini, Jurnal Fisika HFI Vol A5 No.0526.
Tangerang: Himpunan Fisika Indonesia.
26