Anda di halaman 1dari 33

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hortikultura berasal dari bahasa latin, yaitu hortus (kebun) dan colere
(menumbuhkan). Secara harfiah, hortikultura berarti ilmu yang mempelajari
pembudidayaan kebun. Hortikultura merupakan cabang pertanian yang berurusan
dengan budidaya intensif tanaman yang di ajukan untuk bahan pangan manusia
obat-obatan dan pemenuhan kepuasan (Zulkarnain, 2009). Hortikultura adalah
gabungan ilmu, seni, dan teknologi dalam mengelola tanaman sayuran, buah,
ornamen, bumbu-bumbu dan tanaman obat obatan. Hortikultura merupakan
budidaya tanaman sayuran, buah-buahan, dan berbagai tanaman hias, hortikultura
saat ini menjadi komoditas yang menguntungkan karena pertumbuhan ekonomi
yang semakin meningkat maka pendapatan masyarakat yang juga meningkat.
Peningkatan konsumsi hortikultura disebabkan karena struktur konsumsi bahan
pangan cenderung bergeser pada bahan non pangan.
Mentimun (Cucumis sativus L.) adalah satu sayuran buah yang banyak
dikonsumsi segar oleh masyarakat Indonesia. Nilai gizi mentimun cukup baik
karena sayuran buah ini merupakan sumber mineral dan vitamin. Kandungan
nutrisi per 100 g mentimun terdiri dari 15 g kalori, 0,8 g protein, 0,1 pati, 3 g
karbohidrat, 30 mg fosfor, 0,5 mg besi, 0,02 thianine, 0,01 ribovlavin, 14 mg
asam (Sumpena, 2002), fosfor, besi belerang vitamin A, B1 da C. Metimun
mentah bersifat menurunkan panas badan juga meningkatkan stamina. Mentimun
juga mengandung asam malonat yang berfungsi menekan gula darah agar tidak
berubah menjadi lemak, baik untuk mengurangi berat badan kandungan seratnya
berguna untuk melancarkan buang air besar, menurunkan kolesterol dan
menetralkan racun. Hingga saat ini produksi mentimun di Indonesia masih sangat
rendah yaitu 3,5 t ha-1 sampai 4,8 t ha-1 padahal hasil produksi mentimun hibrida
bisa mencapai 20 t ha-1 budidaya mentimun dalam skala produksi yang tinggi dan
intensif belum banyak dilakukan, pada umumnya tanaman mentimun ditanam
hanya sebagai tanaman selingan (Warintek, 2006).
Tanaman timun dapat diusahakan di dataran rendah sampai dataran tinggi.
Namun di Indonesia kebanyakan di tanam di dataran rendah. Berbagai jenis lahan
sawah, tegalan, dan lahan gambut dapat ditanami tanaman ini. Selain itu, timun

1
juga dapat ditanam sebagai tanaman sela diantara tanaman palawija atau  sayuran
lainnya. Jenis sayuran ini juga dapat ditanam dengan pola tumpang sari ataupun
tumpang gilir. Pada dasarnya tanaman timun dapat tumbuh dan beradaptasi di
hampir semua jenis tanah. Tanah mineral yang bertekstur ringan sampai pada
tanah yang bertekstur berat dan juga pada tanah organik seperti gambut dapat
diusahakan sebagai tempat budidaya timun. Peningkatan produksi timun dapat
dipacu dengan usaha intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi harus dilakukan
secara terpadu. Pengembangan budidaya timun mempunyi penting dan
sumbangan yang cukup besar terhadap peningkatan taraf hidup petani, penyediaan
bahan pangan bergizi, serta perluasan kesempatan kerja dapat diandalkan sebagai
satu komoditas ekspor non migas dari sector pertanian.
Produksi timun di Indonesia masih sangat rendah yaitu 3,5 ton/ha sampai
4,8 ton/ha, padahal produksi timun hibrida bisa mencapai 20 to ha. Budidaya
tanaman timun dalam skala produksi yang tinggi dan intensif belum banyak
dilakukan, pada umumnya tanaman timun ditanam sebagai tanaman selingan
(Warintek, 2006).
Menurut Data BPS Propinsi Sumatera Utara, 2017. Bahwa luas panen
tanaman mentimun pada tahun 2016 2.210 ha, dengan capaian produksi sebesar
77,595 ton dan rata – rata produksi sebesar 136,36 kw/ha. Untuk meningkatkan
keuntungan dapat dicapai antara lain melalui peningkatan produksi dengan biaya
produksi yang lebih rendah, Peningkatan produksi dapat dicapai melalu perlakuan
pemupukan.

Menurut data Badan Pusat Statistik (2017), Telah terjadi penurunan hasil
produksi mentimun dari tahun 2010 hingga tahun 2015. Pada tahun 2010 produksi
mentimun secara nasional yaitu 547.141 ton, tahun 2011 yaitu 521.535 ton, tahun
2012 yaitu 511.525 ton, tahun 2013 yaitu 491.636 ton, tahun 2014 yaitu 477.989,
dan tahun 2015 yaitu 447.696. Penurunan hasil ini disebabkan oleh usaha para
petani mentimun dalam proses budidaya belum dilakukan secara maksimal, mulai
dari proses olah tanah, pemupukan dan perawatan tanaman, karena kebanyakan
petani memandang budidaya mentimun masih dianggap sebagai usaha
sampingan.Tanaman mentimun memerlukan unsur hara sebagai penunjang
pertumbuhan dan akan mempengaruhi hasil produksi. Perumbuhan suatu tanaman

2
tergantung pada jumlah unsur hara yang disediakan bagi tanaman dalam jumlah
minimun, sehingga pemberian unsur hara yang seimbang dan kelengkapan unsur
hara makro dan mikro sangat dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan
produksi tanaman tersebut.
Pupuk kandang merupakan pupuk yang penting di Indonesia. Selain
jumlah ternak lebih tinggi sehingga volume bahan ini besar, secara kualitatif
relatif lebih kaya hara dan mikrobia dibandingkan limbah pertanian. Yang yang
dimaksud pupuk kandang ialah campuran kotoran hewan/ ternak dan urine. Pupuk
kandang terdiri dari kotoran padat dan urine (air kencing). Kotoran ini dapat
bercampur dengan sisa-sisa makanan dan jerami alas kandang.
Pupuk kandang sebagai limbah ternak banyak mengandung unsur hara
makro seperti Nitrogen (N), Fospat (P2O5), Kalium (K2O) dan Air (H2O).
Meskipun jumlahnya tidak banyak, dalam limbah ini juga terkandung unsur hara
mikro diantaranya Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Tembaga (Cu), Mangan
(Mn), dan Boron (Bo). Banyaknya kandungan unsur makro pada pupuk kandang
membuat penggunaannya hanya dilakukan pada saat pemupukan dasar saja. Hal
ini erat kaitannya dengan jumlah unsur makro yang dibutuhkan tanaman yang
tidak boleh melebihi rasio C/N =12. Sehingga pupuk kandang yang memiliki rasio
C/N tinggi yaitu + 25 kurang baik bila digunakan untuk menyuburkan tanaman
secara langsung.
Menurut Sutedjo (2002), kotoran kambing teksturnya berbentuk butiran
bulat yang sukar dipecah secara fisik. Kotoran kambing dianjurkan untuk
dikomposkan dahulu sebelum digunakan hingga pupuk menjadi matang. Ciri- ciri
kotoran kambing yang telah matang suhunya dingin, kering dan relatif sudah tidak
bau. Kotoran kambing memiliki kandungan K yang lebih tinggi dibanding jenis
pupuk kandang lain. Pupuk ini sangat cocok diterapkan pada paruh pemupukan
kedua untuk merangsang tumbuhnya bunga dan buah.
Kotoran kambing banyak mengandung N (0,60 %) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan kotoran sapi (0,40%) (Affandi, 2008).Kandungan unsur
hara pada pupuk kandang kambing yaitu 0,60% Nitrogen, 0,30% Fosfor, 0,17%
Kalium dan 60% Air (Lingga, 1991). Pupuk kandang kambing memiliki kadar N

3
sebesar 0.60% dan C/N sebesar 20 - 25 sehingga diharapkan dapat mengurangi
penggunaan pupuk urea (BPP, 2006)..
Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahan bahan
organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang
kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur, kelebihan dari pupuk organik ini
adalah dapat secara cepat mengatasi defesiensi hara tidak bermasalah dalam
pencucian hara dan mampu menyediakan hara secara cepat (Hadisuwito, 2011:13)
Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak beredar
di pasaran. Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau
disebut sebagai pupuk cair foliar yang mengandung hara makro dan mikro
esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik). Pupuk
organik cair selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, juga
membantu meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk
tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai alternatif
pengganti pupuk kandang (Sarjana Parman, 2007). Pupuk organik cair
mempunyai beberapa manfaat diantaranya adalah (Nur Fitri, Erlina Ambarwati,
dan Nasih Widya, 2007).
Pupuk organik cair limbah sayuran sawi putih (Brassica chinensis L.)
mengandung berbagai senyawa penting yang dibutuhkan tanaman, baik yang
bersifat makro seperti nitrogen (N), fosfor (P), kalsium (K), sulfur (S) Kalsium
(Ca) dan magnesium (Mg), maupun yang sifatnya mikro seperti besi (Fe),
tembaga (Cu), seng (Zn) dan almunium (al). Unsur hara ini mudah di serap oleh
tanaman salah-satu adalah sayur-sayuran yang membutuhkan unsur hara seperti
tanaman sawi putih (Brassica chinensis L.) (Putri, 2016:73)
Berdasarkan permasalahan diatas dilakukan uji “Respon Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Timun (Cucumis sativus.) Terhadap Pemberian Pupuk
Kompos Kandang Kambing dan Pupuk Organik Cair Limbah Brassica”.

4
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana Budidaya Tanaman Timun (Cucumis sativus)
b. Bagaimana pengaruh budidaya tanaman Timun (Cucumis sativus) dengan
pemberian pupuk kompos kandang kambing
c. Bagaimana pengaruh budidaya tanaman Timun (Cucumis sativus) dengan
pemberian pupuk organik cair Limbah Brassica

1.3 Tujuan Percobaan


a. Untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi tanaman Timun (Cucumis
sativus) terhadap pemberian pupuk kompos kandang kambing
b. Untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi tanaman Timun (Cucumis
sativus) terhadap pemberian pupuk organik cair limbah Brassica
c. Untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi tanaman Timun (Cucumis
sativus) terhadap pemberian kompos kandang kambing dan pupuk organik cair
limbah Brassica

1.4 Hipotesis
a.Pemberian pupuk kompos kandang kambing berpengaruh nyata terhadap respon
pertumbuhan dan produksi tanaman Timun (Cucumis sativus)
b.Pemberian pupuk organik cair limbah kubis berpengaruh nyata terhadap respon
pertumbuhan dan produksi tanaman Timun (Cucumis sativus)

1.5 Manfaat Percobaan


a. Memperoleh informasi mengenai respon pertumbuhan dan produksi tanaman
Timun (Cucumis sativus) terhadap pemberian Pupuk kompos kandang kambing
b. Memperoleh informasi mengenai respon pertumbuhan dan produksi Tananam
Timun (Cucumis sativus) terhadap pemberian pupuk organik cair limbah Brassica
c. Sebagai salah satu syarat tugas mata kuliah Praktikum Budidaya Tanaman
Hortikultura
d. Sumber Informasi/ bacaan bagi masyarakat(Petani)

5
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Tanaman Timun


2.1.1 Taksonomi tanaman Timun
Menurut klasifikasi tanaman, mentimun dimasukkan ke dalam bangsa
Cucurbitales, keluarga Cucurbitaceae, dan marga Cucumis. Marga Cucumis
terdiri atas beberapa spesies yang mempunyai arti ekonomi penting, di antaranya
Cucumis sativus L. mempunyai 7 genom, Cucumis angurial L. (pare) mempunyai
12 genom dan Cucumis melo L. (melon) mempunyai 12 genom (Sumpena, 2001).
Devisio : Spermatophyta
Sub Kes : Angiospermae
Kelas : Dicotylodeneae
Ordo : Cucurbitaceae
Genus :  Cucumis
Species :  Cucumis sativus L
Tanaman mentimun berakar tunggang, akar tunggangnya akan tumbbuh
lurus kedalam tanah sampai kedalaman 20 cm. Perakaran tanaman mentimun
dapat tumbuh dan berkembang pada tanah yang berstruktur remah (Cahyono,
2003).
            Mentimun merupakan tanaman semusim (annual) yang bersifat menjalar
atau memanjat dengan perantaraan pemegang yang berbentuk pilin spiral.
Batangnya basah serta berbuku-buku. Panjang atau tinggi tanaman dapat
mencapai 50-250 cm, bercabang dan bersulur yang tumbuh pada sisi tangkai daun
(Rukmana, 1994).
            Daun tanaman mentimun berbentuk bulat dengan ujung daun runcing
berganda dan bergerigi, berbulu sangat halus, memiliki tulang daun menyirip dan
bercabnng-cabang, kedudukan daun tegap. Mentimun berdaun tunggal, bentuk,
ukuran dan kedalaman lekuk daun mentimun sangat bervariasi (Cahyono, 2003).
            Bunga mentimun merupakan bunga sempurna, berbentuk terompet dan
berukuran 2-3 cm, terdiri dari tangkai bunga dan benangsari. Kelopak bunga
berjumlah 5 buah, berwarna hijau dan berbentuk ramping terletak dibagian bawah
tangkai bunga. Mahkota bunga terdiri dari 5-6 buah, berwarna kuning terang dan
berbentuk bulat (Cahyono, 2003).

6
            Buah mentimun muda berwarna antara hijau, hijau gelap, hijau muda, dan
hijau keputihan sampai putih tergantung kultivar, sementara buah mentimun tua
berwarna coklat, coklat tua bersisik, kuning tua. Diameter buah mentimun antara
12-25 cm (Sumpena 2001).
            Biji timun berwarna putih, berbentuk bulat lonjong (oval) dan pipih. Biji
mentimun diselaputi oleh lendir dan saling melekat pada ruang-ruang tempat biji
tersusun dan jumlahnya sangat banyak. Biji-biji ini dapat digunakan untuk
perbanyakan dan pembiakan (Cahyono, 2003).
Menurut Wahyudi (2010) mentimun memiliki beberapa varietas, ada tiga
contoh varietas yaitu mayapada F-1, misano F-1, dan venus yang namanya diganti
menjadi vanesa.
Mentimun dapat dibudidayakan di sawah, ladang, kebun, dalam media
polybeg dengan menggunakan lanjaran atau para-para atau dibiarkan merambat di
tanah, karena mentimun adalah tanaman semusim yang bersifat menjalar atau
merambat dengan perantara alat pemegang seperti ajir. Cara budidaya mentimun
pada dasarnya sama dengan budidaya sayuran konvesional lainnya

2.1.2 Syarat Tumbuh Tanaman Timun

Tanaman mentimun mempunyai daya adaptasi cukup luas terhadap


lingkungan tumbuhnya. Di Indonesia mentimun dapat di tanam di dataran rendah
dan dataran tinggi yaitu sampai ketinggian ± 100 m di atas permukaan laut
(Sumpena 2001).
            Tanaman mentimun tumbuh dan berproduksi tinggi pada suhu udara
berkisar antara 20-320 C, dengan suhu optimal 270 C. Di daerah tropik seperti di
Indinesia keadaan suhu udara ditentukan oleh ketinggian suatu tempat dari
permukaan laut. Cahaya juga merupakan faktor penting dalam pertumbuhan
tanaman mentimun, karena penyerapan uunsur hara akan berlangsung optimal jika
pencahayaan berlangsung antara 8-12 jam/hari (Cahyono, 2003).
Kelembaban relatif udara (rh) yang dikehendaki oleh tanaman mentimun
untuk pertumbuhannya antara 50-85%, sedangkan curah hujan optimal yang
diinginkan 200-400 mm/bulan. Curah hujan yang terlalu tinggi tidak baik untuk

7
pertumbuhan tanaman mentimun, terlebih pada saat mulai berbunga karena curah
hujan yang tinggi akan banyak menggugurkan bunga (Sumpena 2001).
Pada umumnya hamper semua jenis tanah yang digunakan untuk lahan
pertanian cocok untuk ditanami mentimun. Untuk mendapatkan produksi yang
tinggi dan kualitas yang baik, tanaman mentimun membutuhkan tanah yang subur
dan gembur, kaya akan bahan organik, tidak tegenang, pH-nya 5-6. Namun masih
toleran terhadap pH 5,5 batasan minimal dan pH 7,5 batasan maksimal. Pada pH
tanah kurang dari 5,5 akan terjadi gangguan penyerapan hara oleh akar tanaman
sehingga pertumbuhan tanaman terganggu, sedangkan pada tanah yang terlalu
basa tanaman akan terserang penyakit klorosis (Rukmana, 1994).
2.1.3 Teknik Budidaya Tanaman Timun
Penyiapan benih timun
Budidaya mentimun biasanya memperbanyak tanaman melalui biji. Cara
mendapatkan benih yang baik adalah dengan menyeleksi mentimun yang
pangkalnya kecil namun buahnya panjang dan besar. Biarkan buah mentimun
tersebut masak dipohon. Setelah terlihat akan membusuk petik buah tersebut dan
diamkan selama satu malam. Keesokannya buah dibelah dan dikerok bijinya. Lalu
masukkan kedalam wadah yang bersih dan biarkan kembali selama satu malam.
Setelah itu, ayak biji mentimun di air mengalir sampai selaput yang
menyelubunginya hilang. Untuk memudahkan pengelupasan selaput, campurkan
halus abu pada benih tersebut. Pada waktu pengayakan lakukan sortasi biji. Pilih
biji yang tenggelam, tidak hanyut terbawa aliran air. Kemudian jemur biji
mentimun selama 2 hari. Setelah dijemur sebaiknya biji dikemas dalam botol kaca
yang bersih. Simpan biji tersebut selama 1-2 bulan sebelum digunakan untuk
menghilangkan masa dormannya. Benih yang disimpan dengan baik bisa bertahan
hingga satu tahun.
Sehari sebelum budidaya mentimun dilakukan, siapkan benih dengan cara
direndam dalam air hangat selama 3-5 jam kemudian letakkan di kain basah dan
lembab. Setelah 15-24 jam biasanya akan tumbuh tunas dari biji-biji tersebut, dan
benih mentimun siap untuk ditanam.

Persemaian

8
Penyemaian dengan pencampuran media semai berupa  tanah dan pupuk
kandang   matang dengan perbandingan 2:1. Pelaksanaan semai dengan cara
sebagai berikut:

1. Ayak tanah dan pupuk kandang menggunakan ayakan pasir, kemudian


diaduk rata
2. Siapkan polibag atau kantong plastik berukuran 6 X 10 cm yang sudah
dilubangi di  setiap sudut dasarnya
3. Siapkan tempat persemaian berupa bedengan yang berukuran lebar 100
cm, tinggi 15-20 cm, dan panjang sesuai kebutuhan. Beri pembatas dari
bilah bambu di kedua sisi bedengan dan penyekat di setiap panjang
polibag 1-1,5 m agar bisa disusun rapat
4. Isikan media semai ke dalam polibag, lalu susun di tempat persemaian
yang sudah disiapkan secara rapi dan rapat
5. Sehari sebelum tanam benih, siram media polibag dengan air. Lakukan
penyiraman hingga media semai di bagain dasar polibag menjadi basah
6. Rendam benih dalam air selama enam jam, lalu tiriskan dan bungkus
dengan kain katun yang lembab. Peram bungkusan benih di tempat yang
hangat (temperatur udara 30-32° C) selama 12 jam
7. Tanam benih dengan cara ditancapkan di tengah polibag dengan
kemiringan 45 derajat. Perhatikan posisi ujung kutikula, yaitu ujung yang
lancip, mengarah ke bawah
8. Setelah penanaman benih selesai, siram menggunakan gembor dengan
hati-hati agar benih tidak berantakan
9. Untuk mempercepat dan menyeragamkan perkecambahan, tutup
permukaan persemaian dengan karung atau daun pisang atau plastik
selama dua hari, yaitu sampai calon daun lembaga mulai seragam
menyembul ke permukaan media.

Persiapan lahan
Tanah yang bagus untuk mentimun adalah tanah penuh hara. Untuk cara
budidaya mentimun yang pas, gemburkan dulu dengan cangkul/bajak sampai
kedalaman 20-30 cm, lalu buat bedengan dengan spesifikasi:

9
1. Ukuran bedengan adalah lebar 1 meter, dan tinggi 20-30 cm
2. Sesuaikan panjangnya dengan lahan
3. Beri jarak antar bedengan sekitar 20 cm
4. Untuk drainase, buatlah parit antar bedeng
5. Setelah bedengan dibuat, tutup dengan mulsa plastik di siang hari/saat
panas supaya kondisinya tetap bagus
6.  Buat lubang bedengan berdiameter 10 cm, dengan jarak antar lubang
(mendatar) 40 cm, dan baris ke bawah 50 cm
7. Berikan kompos atau pupuk kandang pada lubang (1 hektar = 20-30 ton),
biarkan 1-2 minggu

Penanaman benih timun


Tanamlah biji yang telah bertunas, yang telah disiapkan dengan cara yang
sudah diuraikan di atas. Masukkan masing-masing satu biji kedalam lubang tanam
kemudian tutup dengan tanah. Siram setiap pagi dan sore hari. Setelah 2 hari
biasanya benih yang ditanam sudah mulai tumbuh dan bertunas agak lebih tinggi.

Pemupukan timun
Pemupukan yang di berikan pada saat pemeliharaan tanaman, dengan
melihat pertumbuhan tanaman baik vegetatif  maupun generatif.  Pemupukan
mentimun dilakukan 4 kali secara bertahap. Jenis dan dosis pupuk yang digunakan
adalah campuran dari pupuk phonska 75 kg/ha, ZA 75 kg/ha, NPK Mutiara 25
kg/ha, dan pupuk cantik 25 kg/ha. Setelah tercampur larutkan dalam air dengan
dosis 1 gayung pupuk (700 gr) per 1 ember air (20 liter air). Pemupukan susulan
di lakukan pada umur 12 hst, 22 hst, serta pada umur 32 hst dan 42 hst yaitu pada
fase pembungaan dan pembuahan, namun pada fase ini di beri tambahan pupuk
supracal dengan dosis 20 kg/ha, nitro phonska 25 kg/ha dan kcl 25 kg/ha, karena
untuk merangsang pembuahan serta buah yang di hasilkan bagus.

Pemasangan lanjaran atau pengajiran


Pemasangan lanjaran bisa dilakukan atau dipasang setelah 2 minggu
tanam. Pengajiran bertujuan untuk tanaman agar tumbuh tegak ke atas dan
memperoleh sinar matahari secara optimal. Selain itu pengajiran juga berfungsi

10
untuk merambatkan tanaman, memudahkan pemeliharaan dan tempat menopang
buah. Pengajiran dilakukan seawal mungkin (± 5 hari setelah tanam) agar tidak
mengganggu dan merusak perakaran tanaman. Tinggi ajir ± 2 meter cara
pengajiran yaitu: mengikat batang tanaman (di bawah daun pertama),  melilitkan
tali kasur pada batang tanaman.

Pembumbunan
Pembumbunan adalah penimbunan tanah dipangkal rumpun tanaman
sehingga menutup rimpang yang mungkin muncul dipermukaan tanah. Dengan
demikain, pembumbunan juag berarti memperluas wilayah tumbuh akar dan
rimpang, sehingga daya tembus akar dan pembesaran rimpang menjadi makin
leluasa. Dengan pembumbunan, partikel tanah yang besar dihancurkan menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil. Kegiatan pembumbunan dalam budi daya
tanaman bisa dilakukan bersama-sama dengan penyiangan. Saat dilakukan
penyiangan, tanah-tanah disepanjang barisan tanaman ditimbunkan dipangkal
rumpun tanaman. Cara ini sekaligus juga menciptakan parit-parit di atas bedengan
yang akan semakin melancarkan drainase. Tanah yang tergenangi air dan terlalu
lembab bisa memicu serangan penyakit sehingga tanaman mudah membusuk.
Umunya kegiatan pembumbunan sampai panen tiba dilakukan sebanyak tiga kali.
Namun, ditanah yang ringan kegiatan ini harus dilakukan agak sering, terutama
setelah turun hujan yang bisa mengikis tanah dipangkal tanaman.

Pewiwilan dan Pengikatan


Wiwil adalah pekerjaan membuang tunas-tunas yang tumbuh di ruas ke 3
atau 4. Dampak positif dari wiwil ini adalah mempercepat pertumbuahan tanaman
ke atas disamping untuk merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru, Sedangkan
fungsi ikat adalah agar tanaman dapat menjalar ke atas, sehingga tanaman dapat
tumbuh tegak. Dengan ikat akan mempermudah pelaksanaan pemeliharaan dan
panen.

Penyiangan.

11
Penyiangan dilakukan untuk menghilangkan gulma yang ada di sekitar
tanaman.

Pemanenan
Panen dan Pemasaran Panen timun biasanya bisa dimulai pada umur 33 –
35 HST. Tergantung tingkat kesuburan tanah dan varietas yang ditanam.
Pemanenan buah timun dilakukan tiap hari agar bentuk dan ukuran buah masuk
dalam permintaan pasar sayur setempat. Pemasaran timun saat ini sangat mudah
karena petani hanya perlu panen dan biasanya pedagang langsung ambil langsung
di lokasi tanam.  Keuntungan optimal akan dengan mudah dicapai apabila petani
timun memakai modal pribadi karena mereka bisa menjual dengan harga yang
lebih mahal tanpa dipotong komisi dari para bandar yang membeli hasil panennya.

Ciri dan umur panen


Mentimun mulai berbunga pada 20 hari setelah tanam dan berbuah setelah
40 hari. Panen pertama budidaya mentimun biasanya dilakukan setelah 75 hari.
Pemanenan dilakukan secara bertahap selama 1-1,5 bulan.

Cara panen
Buah dipanen di pagi hari sebelum jam 9.00 dengan cara memotong
tangkai buah dengan pisau tajam. Mentimun hasil panen harus diletakkan di
tempat sejuk karena buah mentimun akan cepat kehilangan kandungan air. Setelah
dipanen, biasanya mentimun di pack dalam tempat yang mempunyai sirkulasi
udara atau dimasukkan karung untuk dijual ke pasar.
2.1.4 Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Timun
Hama dan penyakit merupakan hambatan – hambatan yang sering
menyerang tanaman. Adanya hama dan penyakit akan membuat kerusakan
tanaman dan penurunan produktivitas tanaman. Hal inilah masalah bagi para
petani mentimun untuk mengendalikan hama dan penyakit dengan cara apapun
agar tanaman tidak mati.

12
Dalam melakukan pengendalian hama dan penyakit tanaman sebaiknya
harus memperhatikan kondisi tanaman, gejala tanaman, dan juga pemeliharaan
tanaman baru bisa melakuka pengendalian hama dan penyakit tanaman mentimun.
Berikut cara pengendalian hama dan penyakit tanaman mentimun dengan mudah.
Hama Tanaman Mentimun
a. Oteng – oteng atau kutu kuya ( Aulocophora similis Oliver )
Gejala : merusak bagian duan menjadi kuning, bolong dan mati. Serta
memakan daun hingga daun mati dan layu.
Pengendalian:
 Melakukan sanitasi kebun atau lahan.
 Menyemprot tanaman dengan insektida berupa Natural BVR atau Pestona
sesuai dengan petunjuk.

b. Ulat tanah ( Agrotisiplon )


Gejala : menyerang tanaman masih mudah, hingga tanaman mentimun
layu dan mati.
Pengendalian :
 Melakukan pemankasan bagian terserang.
 Penyemprotan dengan insektisida berbahan aktif
 Melakukan sanitasi kebun atau lahan.

c. Lalat buah ( dacuscucurbitae Coq. )


Gejala : memamakan daging buah hingga berlubang, busuk dan mudah
berjatuhan.
Pengendalian :
 Pembuangan buah yang terserang, jauh dari tanaman lainnya.
 Penyemprotan insektisida atau herbisida berupa Natural metilat dan
lainnya.

d. Kutu daun ( Aphsgossypii cover )


Gejala : menyerang pucuk daun hingga keriput, mengulung keriting dan hingga
kering.
Pengendalian :

13
 Pemberiaan fungisida atau herbisida sebelum penanaman tanaman.
 Melakukan sanitasi kebun atau lahan.

Penyakit Tanaman Mentimun


a. Busuk daun ( Downy mildew )
Penyebab : Pseudoperonospora.
Gejala : terdapat bercak daun berwran kuning dan berjamur, dan daun akan mudah
membusuk.
Pengendalian :
 Melakukan sanitasi kebun atau lahan.
 Penyemprotan fungisida atau pemberian Natural Glio sebelum tanam

b. Penyakit embun tepung ( Powdery mildew )


Penyebab : Erysiphe cichoracerum.
Gejala : permukaan daun dan batang akan terdapat tepung, sehingga akan
menghambat pertumbuhan tanaman.
Pengendalian :
 Melakukan sanitasi kebun atau lahan, serta penjarangan tanam.
 Penyemprotan fungisida atau Natural Glio sebelum tanam sesuai dengan
petunjuk

c. Antraknose
Penyebab : cendawan Colletotrichum lagenarium Pass.
Gejala : terdapat bercak dauan, batang tangkai dan buah berwarna kuning hingga
kehitaman.
Pengendalian :
 Melakukan pemangkasan bagian terserang atau sanitasi kebun dengan baik
 Penyemprotan fungisida dan antraksida  berbahan aktif sesuai dengan
petunjuk.

d. Bercak daun
Penyebab : cendawan Pseodomonas laschrymans

14
Gejala : terdapa bercak pada permukaan daun berwran kuning hingga kecoklatan,
hingga berlubang dan juga mengering.
Pengendalian :
 Pemangkasan bagian terserang atau melakukan penyiangan tanaman.
 Penyemprotan fungisida berbahan aktif atau menggunakan Natural Glio
sesuai dengan petunjuk.

e. Virus
Penyebab : cucumber Mosaic virus
Gejala : permukaan daun akan belang berwarna hijau tua dan hijau muda, daun
layu, mengering dan juga tanaman akan kerdil.
Pengendalian :
 Melakukan pemisahan tanaman terserang dengan tanaman lainnya.
 Penyemprotan fungisida atau insektisida berbahan aktif sesuai dengan
dosis.

f. kudis
Penyebab : cendawan Cladosporium cucumerinum
Gejala : terdapat bercak di buah dan mengeluarkan cairan dan buah akan mudah
busuk dan berjatuhan.
Pengendalian :
 Memisahkan bagian terserang dengan tanaman lainnya.
 Penyemprotan dengan fungsida berbahan aktif sesuai dengan petunjuk.

g. Busuk buah
Penyebab : Rhizopus dan lainnya
Gejala : terdapat bercak berwarna kehitaman dan kecoklatan, sehingga akan
membusuk dan juga buah mudah berjatuhan.
Pengendalian :
 Memisahkan buah yang terserang dengan yang lainnya.
 Penyemprotan dengan fungisida dan herbisida sesuai dengan petunjuk.

15
2.1.5 Nilai Ekonomis Tanaman Timun
Mentimun merupakan salah satu jenis hortikultura yang memiliki banyak
kegunaan dan nilai ekonomi yang cukup tinggi. Selain dijadikan sayuran dan
bahan baku asinan, buah yang memiliki kandungan air tinggi ini juga digunakan
sebagai penyegar serta bahan baku industri farmasi dan kosmetika. Karena itu,
mentimun memiliki prospek yang cukup besar untuk dibudidayakan.
Pasar ekspor mentimun segar dan produk asinan mentimun pun telah berkembang.
Beberapa negara yang potensial untuk dijadikan sasaran ekspor di antaranya
Malaysia, Singapura, Thailand, Jepang, Hongkong, Taiwan, Pakistan, Prancis,
Inggris, Belanda, Arab Saudi, dan Brunei Darussalam.
Timun saat ini sudah menjadi komoditi yang menjanjikan bagi petani. Hal
ini tentunya akan semakin memacu petani untuk terus Budidaya Timun dengan
cara Intensive dan benar sehingga hasil yang di peroleh bisa memberi keuntungan
Maximal dan bisa memperoleh keuntungan yang besar pula. Seiring dengan Nilai
Ekonomi dari Timun di Pasaran dan semakin Intensivenya penanaman timun di
lapangan akan semakin memacu keragaman dari Hama dan penyakit yang
menyerang tanaman timun.
Timun merupakan salah satu komuditi pangan pokok yang sangat
dibutuhkan saat ini. mentimun biasa digunakan sebagai lalapan atau pendamping
makanan, dalam industri pangan, timun merupakan lalapan paling utama berbagai
macam kuliner, juga timun biasa dimanfaatkan sebagai jus, dan masih banyak
manfaat lain sebagainya. Contohnya yaitu pada kuliner pecel lele, sambel, dan
makanan serupa. Oleh sebab itu timun memiliki harga yang lumayan dipasaran.
Inilah alasan yang membuat usaha menanam timun bisa sangat menguntungkan
karena timun memiliki nilai ekonomis cukup tinggi di mata masyarakat.

Faktor utama pendorong yang menjadikan semakin banyaknya permintaan


timun dipasaran, semakin banyaknya jumlah pengusaha rumah makan yang
membutuhkan timun. Dan ini merupakan pertanda baik bagi para petani timun,
karena kemungkinan hasil panen timun akan laku dipasaran. Timun banyak
dibutuhkan oleh pengusaha makanan dan kuliner. Meningkatnya permintaan pasar
terhadap komoditi timun akan meningkatkan potensi pasar dan harga yang baik

16
untuk timun. sehingga peluang usaha bercocok tanam timun juga semakin terbuka
lebar.

2.2 Pupuk Kompos Kandang Kambing


2.2.1 Pengertian Pupuk Kompos
Pupuk kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari
campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh
populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat,
lembap, dan aerobik atau anaerobic”.(Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003:26).
Pengomposan adalah “proses dimana bahan organik mengalami
penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan
bahan organik sebagai sumber energi”. (Murbandono, LHS, 2004:14). Jadi,
membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar
kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan
yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan
aktivator pengomposan.
Kompos sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat semakin
tingginya jumlah sampah organik yang dibuang ke tempat pembuangan akhir dan
menyebabkan terjadinya polusi bau dan lepasnya gas metana ke udara”. (Rohendi,
2005:15). Kompos adalah jenis pupuk alami yang terbuat dari bahan organik yang
merupakan sisa buangan makhluk hidup (tanaman dan hewan). Sebagai pupuk
alami, keberadaan kompos terutama sangat dibutuhkan untuk memperbaiki
kondisi fisik tanah, di samping untuk menyuplai unsur hara.
Kompos memiliki kandungan yang sudah lengkap baik unsur hara
MAKRO ( N, P, k, Ca, Mg, S ) serta hara MIKRO ( Fe, Cu, Mn, Mo, Zn, Cl,
B ).  Akan tetapi apabila di bandingkan dengan pupuk kimia buatan,
kandungan haranya lebih rendah, sehingga dalam pengaplikasiannya dapat
dibutuhkan pupuk kompos dalam jumlah yang banyak.  Disisi lain kompos bisa
menjadikan tanah semakin ramah lingkungan serta subur juga terdapat adanya
kandungan senyawa organiknya ialah asam humat dan asam fulfat yang berfungsi
sebagai pemacu pertumbuhan.
Kompos dapat memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan
kandungan bahan organik tanah serta akan meningkatkan kemampuan tanah untuk

17
mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang dapat
bermanfaat bagi tanaman akan bisa meningkat dengan penambahan kompos.

2.2.2 Pupuk Kompos Kandang Kambing


Kambing merupakan salah satu hewan yangmampu beradaptasi dengan
baik diberbagai kondisi lingkungan. Kambing tersebar luas di wilayah Indonesia.
Kegunaan kambing umumnya dimanfaatkan dagingnya. Namun, di Indonesia
akhir -akhir ini sudah berkembang pesat peternakan kambing yang memproduksi
susu sebagai produk utama. Disamping produk berupa susu dan daging dari
kambing, terdapat limbah yang dihasilkan dari usaha peternakan kambing yaitu
feses atau kotoran yang dihasilkan kambing setiap harinya.
Tekstur feses kambing adalah sangat khas, karena berbentuk butiran-
butiran yang agar sukar dipecah secara fisik sehingga berpengaruh terhadap
proses dekomposisi dan proses penyediaan haranya. Hasil analisis yang dilakukan
oleh Hidayati dkk (2010) menyatakan bahwa total jumlah bakteri yang terdapat
pada kotoran kambing adalah 52 x106 cfu/gr, sedangkan total koliform mencapai
27,8 x 106cfu/gr. Umumnya kotoran kambing mempunyai C/N rasio diatas 30
( Widowati dkk,2005). Tiap satu ekor kambing akan menghasilkan ± 4 kg
fesesperharinya. Dilihat dari jumlah feses yang dihasilkan serta tingginya rasio
C/N kotoran kambing, pengomposan merupakan salah satu alternatif untuk
menurunkan C/N rasio mendekati C/N rasio tanah sehingga aman untuk 13
digunakan sebagai pupuk serta menambah nilai ekonomis dari kotoran ternak
kambing yang bernilai ekonomis rendah.
Tekstur dari kotoran kambing adalah khas, karena berbentuk butiran –
butiran yang agak sukar dipecah secara fisik sehingga sangat berpengaruh
terhadap proses dekomposisi dan proses penyediaan haranya. Nilai rasio C/N
pupuk kandang kambing pada umumnya masih diatas 30. Pupuk kandang yang
baik harus mempunyai C/N < 20, sehingga pupuk kandang kambing akan lebih
baik penggunaannya bila dikomposkan terlebih dahulu. Kalaupun akan digunakan
secara langsung, pupuk kandang ini akan memberikan manfaat yang lebih baik
pada musim penanaman. Kadar air pupuk kandang kambing relatif lebih rendah
dari pupuk kandangsapi dan sedikit lebih tinggi dari pupuk kandang ayam.

18
Kotoran kambing dan juga domba mengandung senyawa-senyawa organik
dan unsur hara penting yang berguna untuk tanaman. Dalam Sutanto, R (2002)
memberikan data bahwa kandungan dalam kotoran kambing/domba, yaitu N dan
P2O5 berturut-turut 0,7% dan 0,4%.
Kotoran kambing teksturnya berbentuk butiran bulat yang sukar dipecah
secara fisik. Namun, kotoran kambing tidak serta-merta dapat dimasukkan ke
dalam tanah. Sebab, kotoran segar kambing dapat membuat tanaman “kaget” dan
terganggu karena masih tingginya bahan organik di dalamnya. Oleh sebab itu,
untuk menurunkan rasio C/N kotoran kambing dan sekaligus memiliki kandungan
hara yang “menggembirakan” tanaman, maka harus diolah dulu.
Ciri-ciri kotoran kambing yang telah matang suhunya dingin, kering dan
relatif sudah tidak bau. Kotoran kambing memiliki kandungan K yang lebih tinggi
dibanding jenis pupuk kandang lain. Pupuk ini sangat cocok diterapkan pada
paruh pemupukan kedua untuk merangsang tumbuhnya bunga dan buah.

2.2.3 Cara Pembuatan Pupuk Kompos Kandang Kambing


Untuk membuat pupuk jenis ini kita memerlukan metode yang tepat
supaya mendapatkan hasil yang lebih maksimal, sehingga penggunaan pupuk
organik padat untuk menyuburkan tanaman bisa benar-benar terasa.
Limbah dari peternakan kambing juga biasanya banyak macamnya,
diantaranya adalah kotoran kambing dan sisa-sisa pakan kambing yang tidak
habis, limbah dari peternakan kambing biasanya kurang dimanfaatkan secara
optimal oleh para peternak, biasanya limbah dari kotoran kambing biasanya
dikumpulkan di suatu tempat kemudian dibakar.

Cara Pembuatan Kompos Kandang Kambing :

A. Hancurkan kotoran kambing, bisa dengan cangkul secara manual, bisa dengan
alat penghalus khusus, atau dicampurkan dengan pupuk UREA 1%. Hancurkan
sampai kotoran kambing tidak utuh lagi. Semakin halus maka semakin baik
nantinya.
B. Siapkan tempat untuk proses frementasi pupuk, jangan sampai tempat
tergenang air hujan atau terkena air hujan agar proses tidak gagal ditengah-tengah.

19
C. Siapkan wadah untuk menaruh kotoran kambing yang akan diproses, bisa dari
bak terpal, ember, dll
D. Siapkan bakteri starter EM4 sesuai dengan banyaknya pupuk yang akan dibuat,
bisa lihat perbandingan diatas atau bisa lihat dosisnya di kemasan, jika kurang
faham bisa dikira-kira asal rata hehe. EM4 bisa dicampur dengan air untuk hasil
yang merata.
E. Masukkan kotoran kambing, sekam/abu/serbuk gergaji dan dolomit. Agar
mempermudah proses bisa dengan membuat lapisan-lapisan. Lapisan pertama
misal kotoran kambing setebal 10-30 cm, lalu atasnya sekam/abu/serbuk gergaji,
dolomit, dan larutan bakteri starter EM4 secara merata. Terus seperti itu sampai
bahan-bahan habis. Lalu dicampur dengan cangkul sampai tumpukan bahan
menggunung.
F. Untuk skala kecil atau skala rumah tangga bisa langsung dicampur keseluruhan
bahan sampai merata, lalu siram dengan larutan bakteri starter sampai kadar air
kira-kira 40%. Jadi tidak usah repot-repot membuat lapisan.
G. Tutup tumpukan bahan tadi dengan terpal atau plastik, lebih bagus terpal atau
bekas spanduk agar tidak tembus sinar matahari langsung. Diamkan selama
seminggu.
H. Setelah seminggu buka terpal dan aduk bahan-bahan pupuk. Tujuannya untuk
memberikan udara atau aerasi agar proses frementasi berjalan maksimal. Pupuk
akan terasa hangat karena proses fermentasi, dan itu bagus. Tutup lalu diamkan
selama kurang lebih 3 minggu.
I. Setelah 3 minggu dari proses pengadukan pupuk organik padat bisa diangin-
anginkan. Tujuannya agar pupuk tidak bau dan lebih mudah untuk digunakan.

2.2.4 Manfaat Dan Kelebihan Pupuk Kompos Kandang Kambing

Tidak banyak orang tahu bahwa kotoran kambing yang sepertinya tidak
bermanfaat sama sekali ternyata sangat bermanfaat untuk tanaman, kandungan
yang ada dalam kotoran kambing bisa menjadikan tumbuhan menjadi lebih subur
dan cepat tumbuh besar, namun, untuk bisa mengoptimalkannya manfaatnya, ada
beberapa cara yang harus dilakukan.

20
Bagi peternak kambing, biasanya kotoran dari hewan ternaknya akan
langsung dibuang pada suatu tempat, bagi petani, hal tersebut ibarat emas yang
dapat dimanfaatkan untuk tanamannya, sudah banyak yang membuktikan, bahwa
kotoran kambing ini sangat bagus untuk dijadikan pupuk tanaman, alangkah lebih
baiknya kita mengetahui terlebih dahulu manfaat yang bisa didapat, berikut daftar
manfaatnya: :
a.Dapat mengurangi timbunan limbah kotoran ternak
b.Mengurangi bau tak sedap yang dihasilkan oleh kotoran ternak tersebut
c.Dapat menghilangkan kandungan patogen yang ada pada kotoran ternak tersebut
d.Membubuh tuntas biji-biji gulma
e. Dapat memperbaiki kualitas tanah
f. Dapat membantu melepaskan unsur hara yang langsung dapat dimanfaatkan
oleh tanaman
g. Dapat mengurangi sumber polusi
h. Ramah terhadap lingkungan karena terbuat dari bahan organik dan terbebas dari
penggunaan bahan kimia
i. Lebih mudah terurai oleh tanah dan tidak merusak lingkungan
j. Menjaga kesuburan tanah hingga bertahun-tahun karena bahan organiknya
sangat mudah diurai dan tidak meninggalkan komponen pada tanah
k. Mengurangi limbah peternakan
l. Melenyapkan potensi munculnya patogen yang melekat pada kotoran hewan
ternak
Manfaat pupuk kandang/organik yang dirasakan oleh petani adalah
meningkatnya produktivitas dari lahan pertanian. Karena dengan meningkatnya
kadar kandungan bahan organik dan unsur hara yang ada dalam tanah, maka
dengan sendirinya akan memperbaiki sifat kimia dan bologi tanah atau lahan
pertanian. Selain itu, penggunaan pupuk organik dapat memudahkan pengolahan
lahan karena kondisi tanah semakin baik.
kelebihan pupuk kandang lainnya yaitu:
a. Harganya murah dan mudah dibuat sendiri.
b. Mengandung unsur mikro yang lebih lengkap dibanding pupuk anorganik.

21
c. Dapat memberikan kehidupan mikroorganisme tanah yang selama ini menjadi
sahabat petani dengan lebih baik.
d. Mampu berperan memobilisasi atau menjembatani hara yang sudah ada ditanah
sehingga mampu membentuk partikel ion yang mudah diserap oleh akar tanaman.
e. Berperan dalam pelepasan hara tanah secara perlahan dan kontinu sehingga
dapat membantu dan mencegah terjadinya ledakan suplai hara yang dapat
membuat tanaman menjadi keracunan.
f. Menjaga kelembaban tanah dan mengurangi tekanan atau tegangan struktur
tanah pada akar-akar tanaman.
g. Meningkatkan struktur tanah dalam arti komposisi partikel yang berada dalam
tanah lebih stabil dan cenderung meningkat karena struktur tanah sangat berperan
dalam pergerakan air dan partikel udara dalam tanah, aktifitas mikroorganisme
menguntungkan, pertumbuhan akar, dan kecambah biji.
h. Membantu mencegah terjadinya erosi lapisan atas tanah yang merupakan
lapisan mengandung banyak hara.
i. Menjaga tingkat kesuburan tanah yang sudah dalam keadaaan berlebihan
pemupukan dengan pupuk anorganik/kimia dalam tanah.
j. Tanaman tidak mudah terserang penyakit dan tanaman lebih sehat.
k. Tanaman yang menggunakan pupuk organik lebih menyehatkan karena
kandungan nutrisinya alami dan lebih lengkap.

2.3 Pupuk Organik Cair Limbah Brassica


2.3.1 Pengertian Pupuk Limbah Brassica
Pupuk organik limbah Brassica adalah larutan dari hasil pembusukan
bahan bahan organik yang berasal dari sisa tanaman yang kandungan unsur
haranya lebih dari satu unsur, kelebihan dari pupuk organik ini adalah dapat
secara cepat mengatasi defesiensi hara tidak bermasalah dalam pencucian hara
dan mampu menyediakan hara secara cepat (Hadisuwito,2011-13)
Pemberian pupuk organik cair juga harus memperhatikan dosis yang
diaplikasikan terhadap tanaman karena dapat mengakibatkan timbulnya gejala
kelayuan pada tanaman (Rahmidan Jumiati, 2007)
2.3.2 Pupuk Organik Cair Limbah Brassica

22
Pupuk organik cair adalah larutan dari pembusukan bahan - bahan organik
yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang kandungan
unsur haranya lebih dari satu unsur. Bahan baku pupuk organik cair yang sangat
bagus yaitu bahan organik basah atau bahan organik yang mempunyai kandungan
air tinggi seperti sisa - sisa buah - buahan dan sisa sayur - sayuran.

Klasifikasi pupuk organik cair menurut Hadisuwito (2007) yaitu :


1) Pupuk cair limbah organik.
2) Pupuk kandang cair.
3) Pupuk cair limbah manusia
Pupuk organik cair adalah larutan dari pembusukan bahan-bahan organik
yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang kandungan
unsur haranya lebih dari satu unsur.Kelebihan dari pupuk organik ini adalah dapat
secara cepat mengatasi defesiensi hara, tidak masalah dalam pencucian hara, dan
mampu menyediakan hara secara cepat.Salah satu pupuk organik cair adalah
MOL (Mikro Organisme Lokal).
Pupuk Cair Organik adalah zat penyubur tanaman yang berasal dari bahan-
bahan organik dan berwujud cair. Pupuk cair merupakan salah satu jenis proses
fermentasi. Secara garis besar prduk fermentasi dibedakan atas produk pangan,
kesehatan, energi dan lingkungan. Contoh produk makanan adalah keju, tape,
kecap, tempe, oncom dan sebagainya. Produk kesehatan yang paling dominan
adalah produksi antibiotika, vitamin dan alkohol. Dalam bidang energi misalnya
produksi bioetanol, metanol, metana dan sebagainya. Dalam bidang lingkungan
misalnya kompos, biopestisida, dan sebagainya (Ayub.S, 2004).
Pupuk organik cair limbah sayuran sawi putih (Brassica chinensis L)
mengandung berbagai senyawa penting yang dibutuhkan tanaman, baik yang
bersifat makro seperti nitrogen (N), Fosfor (P), Kalsium (K), Sulfur (S), Kalium
(Ca), dan magnesium (Mg), maupun yang sifatnya mikro seperti besi (Fe),
tembaga (Cu), seng (Zn), dan almunium (al). Unsur hara ini mudah diserap oleh
tanaman salah satu adalah sayur – sayuran yang membutuhkan unsur hara seperti
tanaman sawi putih (Brassica chinensis L.) (Putri, 2016:73).
2.3.3 Cara Pembuatan Pupuk Organik Cair Limbah Brassica

23
Bahan baku berupa sampah sayuran sawi sebanyak 1 kg dicuci dan
dicincang halus, kemudian bahan tersebut dimasukkan ke dalam ember.
Selanjutnya tanah subur sebanyak 1 kg ditambahkan ke dalam ember tersebut.
Setelah itu ditambahkan larutan terasi sebanyak 100 g dan larutan gula merah
sebanyak 200 g. Kemudian larutan bakteri (EM4) sebanyak 200 mL ditambahkan
ke dalam ember. Kemudian ember diisi air sampai penuh yaitu sebanyak 4 L.
Kemudian campuran bahan tersebut diaduk selama 5-10 menit setiap hari agar
terjadi pertukaran oksigen dalam pupuk. Setelah 12 hari akan didapatkan pupuk
organik cair yang segar dan dilakukan analisis rasio C/N pada pupuk tersebut.
Cairan dalam ember dapat dijadikan pupuk organik cair sedangkan ampas sisa
saringan yang masih mengandung bakteri dapat diolah kembali menjadi pupuk
organik cair (Danarto, 2011)
2.3.4 Manfaat Dan Kelebihan POC Limbah Brassica
Adapun Manfaat dari POC Limbah Brassica yaitu :
1. Menyehatkan Lingkungan
2. Memperbaiki stuktur tanah
3. Mampu menekan biaya
4. Kualitas hasil panen semakin meningkat
Adapun Kelebihan dari POC Limbah Brassica yaitu :
1. Mengandung unsur hara makro dan mikro lengkap, tetapi jumlahnya sedikit.
2. Dapat memperbaiki struktur tanah, sehingga tanah menjadi gembur.
3. Memiliki daya simpan air (water holding capasity) yang tinggi.
4. Beberapa tanaman yang dipupuk dengan pupuk organik lebih tahan terhadap
serangan penyakit.
5. Meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah yang menguntungkan.
6. Memiliki residual effect yang positif, sehingga tanaman yang ditanam pada
musim berikutnya tetap bagus pertumbuhan dan produktivitasny

24
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Budidaya Tanaman Hortikultura dilaksanakan mulai
Tanggal .... Bulan .... Tahun .... sampai dengan Tanggal .... Bulan .... Tahun ....
Tempat Praktikum Budidaya Tanaman Hortikultura dilakukan di Kebun
Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area, dengan ketinggian tempat
± 12 m dpl, topografi datar dan dengan jenis tanah alluvial.

3.2 Bahan dan Alat


Alat – Alat yang digunakan dalam Percobaan Praktikum Budidaya
Tanaman Hortikultura yaitu : Cangkul, Mesin Babat, Parang, Bambu, Gembor,
Tali plastik, pacak, ember, selang , plang, terpal
Bahan – bahan yang digunakan dalam Percobaan Praktikum Budidaya
Tanaman Hortikultura yaitu : Benih timun, EM4, gula merah, ekstrak sawi
putih(Brassica),korotan kambing, dedak, air

3.3 Metode Percobaan Praktikum


Percobaan praktikum ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan
Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan yaitu :
1. Pupuk kompok kotoran kambing yang terdiri dari 4 taraf yaitu :

25
K0= Kontrol (Tidak menggunakan pupuk kompos kotoran kambing)
K1= Pupuk kompos kotoran kambing dengan dosis 10 ton/ha
K2= Pupuk kompos kotoran kambing dengan dosis 20 ton/ha
K3= Pupuk kompos kotoran kambing dengan dosis 30 ton/ha
2. Pupuk organik cair limbah Brassica yang terdiri dari 5 taraf yaitu :
B0= Kontrol (Tanpa pupuk organik cair limbah brassica)
B1= Pupuk organik cair limbah Brassica 10 %
B2= Pupuk organik cair limbah Brassica 20 %
B3= Pupuk organik cair limbah Brassica 30 %
B4= Pupuk organik cair limbah Brassica 40 %

Dengan demikian diperoleh dengan jumlah Kombinasi perlakuan sebanyak


4 x 5 = 20 kombinasi perlakuan, yaitu:

K0B0 K1B0 K2B0 K3B0


K0B1 K1B1 K2B1 K3B1
K0B2 K1B2 K2B2 K3B2
K0B3 K1B3 K2B3 K3B3
K0B4 K1B4 K2B4 K3B4
Berdasarkan kombinasi perlakuan yang di dapat yaitu 20 kombinasi
perlakuan, maka ulangan yang digunakan dalam percobaan in menurut
perhitungan ulangan minimum pada Rancangan Acak Kelompok (RAK )
Faktorial sebagai berikut ;
(tc – 1) (r – 1 ) ≥ 15
(20 – 1) (r – 1 ) ≥ 15
19 ( r – 1 ) ≥ 15
19 r – 19 ≥ 15
19 r ≥ 15 + 19
19r ≥ 34
r ≥ 34/19 = 17
r = 2 ulangan
Keterangan :

26
Jumlah ulangan = 2 ulangan (yang dilakukan)
Jumlah Plot percobaan = 40 Plot
Ukuran plot percobaan = 120 cm x 120 cm
Jarak Tanam Timun = 40 cm x 60 cm
Jumlah Tanaman timun per plot = 6 tanaman
Jumlah Tanaman sampel timun per plot = 3 tanaman
Jumlah Tanaman timun keseluruhan = 240 tanaman
Jumlah Sampel tanaman timun keseluruhan = 120 tanaman
Jarak antar plot = 50 cm
Jarak antar ulangan = 150 cm

3.4 Pelaksanaan Percobaan


3.4.1 Pembuatan Pupuk Kompos Kandang Kambing
Pada pembuatan pupuk kompos kandang kambing, praktikan
menggunakan kotoran kambing dan dedak yang berasal dari sisa-sisa bahan
organik yang dapat memperbaiki sifat fisik dan struktur tanah,Dalam pembuatan
pupuk kompos yang dilakukan adalah dengan mencampurkan Kotoran kambing
dan Dedak kemudian pencampuran kembali dengan penambahan EM4 sebanyak
500 ml dan gila merah sebanyak 1/2 agar bakteri yang terkandung di dalam
kotoran kambing dan dedak dapat terdekomposisi kembali menjadi bahan organic
yang menghasilkan nutrisi hara yang baik.
3.4.2 Pembuatan Poc Limbag Brassica
Pupuk organik cair (POC) limbah sawi putih(brasicca) dibuat dengan
memanfatkan limbah Sawi Putih yang tidak layak konsumsi lagi yang
dipermentasi menggunakan EM4 dengan tambahan gula merah sebanyak 1/4 dan
juga air. Untuk membuat POC limbah Sawi putih satu tong yang berisi air 30 L
diperlukan limbah sawi putih sebanyak 8 kg dan EM4 500 ml. Sebelum
dicampurkan, limbah Sawi putih dipotong-potong kemudian di Blender menjadi
ukuran yang lebih kecil dan begitu juga gula,gula dilarutkan dengan air kemudian
campurkan dengan blenderan limbah Sawi putih dan tambahkan EM4 sebanyak
200 ml. Setelah itu tutup tong supaya proses permentasi dapat berlangsung dengan
baik.

27
3.4.3 Pengolahan lahan
Lahan dipersiapkan dengan cara membersihkan areal yang akan ditanami
Menggunakan cangkul dan mesin babat. Sebelum melakukan pembersihan, lahan
terlebih dahalu diukur luasnya agar memudahkan pekerjaan nantinya. Lahan
dibersihkan dari tanaman penggangu misalnya seperti rerumputan dan tanaman
lain yang keberadaanya tidak diinginkan dalam areal tersebut.
3.4.4 Penanaman Benih Timun
Penanaman Timun dilakukan pada dengan jarak tanam 25 × 25 cm, benih
ditanam ± 3 cm, benih ditanam dengan 2 benih dalam satu lubang kemudian
ditutup dengan tanah. Sebelum melakukan penanaman benih timun di rendam
terlebih dahulu dengan air selama 10 menit.
3.4.5 Aplikasi Pupuk Kompos Kandang Kambing
Pupuk kompos kandang kambing yang telah di diamkan selama seminggu
dan telah menjadi kompos kemudian di aplikasikan kebedengan yang belum
ditanami tanaman timun. Pengaplikasinya dilakukan dengan cara menabur kan
pupuk kompos kandang kambing keatas permukaan bedengan sebanyak 3.6 kg
secara merata setelah itu tutup kembali dengan tanah. Setelah itu dilakukan
penanaman.
3.4.6 Aplikasi POC Limbah brassica
Minggu kedua setelah tumbuh, dilakukan pengaplikasian pupuk organik
cair pada tanaman yaitu dengan cara memcampurkan POC dengan air. Dengan
menggunakan spray POC limbah Brassica sebanyak 150 ml dicampurkan dengan
menggunakan air senbyak 800 ml setelah dicampurkan POC tersebut kemudian
disiram ketanaman. Pengaplikasian POC dilakukan 1 kali dalam seminggu.
3.4.7 Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman yaitu dengan membersihkan bedengan dari vegetasi
yang tumbuh diatas tanah atau disebut dengan gulma, kemudian melakukan
pembumbunan pada tanaman agar nanti nya air dapat meresap dengan baik
kedalam akar tanaman. Jika tanah di dalam plot mulai berkurang dapat
ditambahkan dengan tanah lain yang diambil dari luar bedengan setelah itu
dilakukan penyiraman setiap hari.
Pada tahap pemeliharaan tanaman ini dilakukan dalam beberapa hal :

28
a.Penyiraman
Dalam pengamatan ini , penyiraman dilakukan setiap hari. Yaitu sore hari.
Dalam menyiram tanaman ini yang perlu di perhatikan adalah kadar dan
kebutuhan air harus sesuai dengan umur tanaman. Tidak kurang dan tidak pula
berlebihan. Jika intensitas air dalam menyiram kurang, maka otomatis tanaman
masih belum mendapatkan pasokan air yang cukup.
b. Penyiangan
Dalam pengamatan ini, penyiangan dilakukan untuk pembersih gulma
yang tumbuh disekitar bedengan.

c. Pembumbunan
Dalam pengamatan ini, pembumbunan dilakukan ketika tanaman sudah
berumur dua minggu atau 14 HST.
3.4.8 Pemasangan Lanjaran
Pemasangan lanjaran dilakukan setelah 2 minggu setelah tanam,
pemasangan lanjaran dengan menggunakan bambu sepanjang 2 meter dengan
menancapkan kedalam tanah dengan kedalaman 30 cm, dan penahan atasnya
digunakan bambu dan tali plastik yang berfungsi untuk penahan
lanjaran.Pengajiran bertujuan untuk tanaman agar tumbuh tegak ke atas dan
memperoleh sinar matahari secara optimal. Selain itu pengajiran juga berfungsi
untuk merambatkan tanaman, memudahkan pemeliharaan dan tempat menopang
buah.
3.4.9 Pemanenan
Pemanenan pertama kali, dapat dilakukan setelah mentimun berumur 75
hari, ada pun beberapa timun dapat dipanen sekitar 40 hari pada timun hibrida.
Panen bias dilakukan dengan cara bertahap sampai selama 1 sampai 1,5 bulan.
Pemanenan dilakukan setiap hari pukul 09.00 pagi, petiklah buah yang sudah
matang.
3.5 Parameter Pengamatan
3.5.1 Diameter batang (cm)

29
Diameter batang diukur meggunakan jangka sorong dengan cara
mengukur bagian pangkal batang tepat pada permukaan tanah. Pengukuran
pertama dilakukan saat umur 2 minggu setelah tanam (MST), dengan interval 1
minggu sekali dan seterusnya.
3.5.2 Jumlah Daun (helai)
Pengamatan jumlah daun di hitung ketika daun telah membuka sempurna.
Dihitung dari bawa ke atas hingga daun terakhir yang telah membuka sempurna
3.5.3 Jumlah Buah Per Sampel
Pengamatan jumlah buah persempel dilakukan pada setiap sempel yang
diamati, dimulai dari pemanenan pertama hingga pemanenan ketiga.

3.5.4 Jumlah Buah Per Plot


Pengamatan jumlah buah per plot dilakukan dengan memanen buah yang
ada di plot selain tanaman sempel
3.5.5 Panjang buah Per Sampel (cm)
Pengamatan panjang buah dilakukan dengan mengunakan
meteran/menggunakan penggaris
3.5.6 Diameter Buah Per Sampel (cm)
Pengamatan diameter buah dilakukan menggunakan jangka sorong untuk
menghitung diameter buah.
3.5.7 Bobot Buah Per Sampel (g)
Pengamatan bobot buah persempel dilakukan menggunakan timbangan
digital agar tidak terjadi kesalahan dalam penimbangannya
3.5.8 Bobot Buah Per Plot (g)
Pengamatan bobot buah per plot dilakukan menggunakan timbangan
digital agar tidak terjadi kesalahan dalam penimbangannya

30
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1995.Fermentasi Bahan Organik Dengan Teknologi Effective


Mocroorganismes -4 (EM4).IndonesiaanKyusei Nature Farming Societies
and PT. SonggolangitPersada.Jakarta.
Biro Pusat Statistik. 2017. “Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia”. BPS.
Jakarta Indonesia.
Djuwanto.1999. Keuntungan danKerugian Penggunaan PupukAnOrganik dan
Organik.Makalah PPM UNY : KaryaAlternatif mahasiswa.
Dwijoseputro, D. 1985. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta.

Hakim, N. 2006. Pengelolaan Kesuburan Tanah Masam dengan Teknologi


Pengapuran Terpadu. Andalas University Press. Padang. Hal, 5-15.
Harjadi, S, 1996. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia. Jakarta.

Harjowigeno, 1987. Ilmu Tanah. PT Milton Putra. Jakarta.

         Indonesia. Sinar Baru. Bandung.

Irianto, 2009. “Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Mentimun (Cucumis sativus


L.)”Fakultas Pertanian Universitas Jambi.
Jakarta.

Kartini, niluh. 2000. Diktat Pertanian Organik. FP Univ, Undayana: Denpasar


Kerta Saputra dan M. suteja. 1988. Pupuk dan Cara Pemupukan. Reneka Cipta.

31
Khotimah, N. 2007. Budi Daya Tanaman Pangan, Karya Mandiri Nusantara.
Jakarta Barat. Hal, 141-145.
Lingga, B. 1992. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

Lingga, P, 2001. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Raja

Grafindo Persada. Jakarta.

Musnawar,Effi Ismawati. 2006. Pupuk Organik Padat.Pembuatan dan Aplikasi.


Penebar Swadaya: Jakarta
Novizan, 2002. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Nyoman P. Aryantha,dkk.2010. Kompos.Pusat Penelitian Antar Universitas Ilmu


Hayati
Rachmat, S. dan Geraad Grubben. 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran
Rendah. Prosea Indonesia dan Balai Penelitian Hortikultura. Universitas
Gadja Mada. Hal, 102-104.
Reijntjes, C, B. Haverkorb, A. Waters-Bayers. 1999. Pertanian Masa Depan.
Kanisius. Yogyakarta. Hal, 44-45.
Rukmana, R. 1994. Budidaya Mentimun. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Hal, 5-8.
Rukmana, R. 1994. Budidaya Mentimun. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Rukmana, R. 2007. “Budidaya Mentimun”. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Sadjad. S. 1977. Catatan Sejarah Tentang Pengembangan Mutu Benih. Vol. 2.


Penataran Latihan Pola Beranam, LP3  IRRI, Bogor. Hal, 1-12.
Soenaryono, H. 1989. Kunci Bercocok Tanam Sayur-sayuran Penting di

Soewito, D. S. 1990. Memanfaatkan Lahan Bercocok Tanam Mentimun. CV

Sugito, J. 1992. Sayur Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal, 106-112.


Sumpena, U. 2001. Budidaya Mentimun Intensif dengan Mulsa Secara Tumpang
Gilir. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal, 1-46.
Sumpena, U. 2001. Budidaya Mentimun. Penebar Swadaya. Jakarta. Hlm 1 dan

19.

Sunarjono, H, H. 2007. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal,


109-114.

32
Susanto,Rachman. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius: Yogyakarta
Sutedjo, M, M dan Kartasas Poetra A, G. 1997. Pupuk dan Cara Pemupukan.
Rineka Cipta Buana. Bandung. Hal, 14-15.
Tafia, Arik. 1999. Penggunaan Kascing (Kotoran Cacing) Sebagai Pupuk
Organik dan Peranannya Bagi Tanaman. Jakarta
         Titik Terang. Jakarta.

Wijoyo, P. M. 2012. “Budidaya Mentimun yang Lebih Menguntungkan”. Pustaka


Agro. Jakarta.
Yamaguchi, Rubatzky, Vincent, E.1999. “Sayuran Dunia 3 Prinsip, Produksi,
dan Gizi”, Bandung : Penerbit ITB.
Zahid A 1994. Manfaat Ekonomis dan Ekologi Daur Ulang Limbah Kooran
Ternak Sapi Menjadi Kascing, Studi Kasus di PT Pola Nusa Duta.Fak
Kedokteran Hewan IPB: Bandung

33

Anda mungkin juga menyukai