Anda di halaman 1dari 8

MATERI PENYULUHAN GASTROENTERITIS AKUT (DIARE)

A. Definisi Diare
Menurut WHO, 2005 secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air
besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja
(menjadi cair) dengan atau tanpa darah.

B. Klasifikasi Diare
Departemen Kesehatan RI (2011), mengklasifikasikan jenis diare menjadi empat kelompok
yaitu:
1. Diare akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari (umumnya
kurang dari tujuh hari)
2. Disentri; yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya,
3. Diare persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari secara terus
- menerus,
4. Diare dengan masalah lain; anak yang menderita diare (diare akut dan persisten)
mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi atau penyakit
lainnya

C. Etiologi Diare
a. Faktor Infeksi
1. Infeksi enteral: infeksi saluran pencernaan makanan yang meriupakan penyebab
utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut:
a. Infeksi virus: enterovirus (virus ECHO, coxsaxide, poliomyelitis), adeno-virus,
rotavirus, astrovirus.
b. Infeksi parasit: cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongyloides); protozoa
(entamoeba histolytica, giardia lamblia, tri chomonas nominis); jamur (candida
albicans).
2. Infeksi parenteral ialah inf eksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis
media akut (OMA), transilitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan
sebagainya. Keadaan ini terutama pada bayi dan anak berumur 2 tahun.

b. Faktor Malabsorbsi
1. Malabsorbsi karbohidrat:
a. Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa)
b. Monosakarida (intoleransi glukosa, fraktosa, galaktosa).Pada bayi dan anak
yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
c. Malabsorbsi lemak
d. Malabsorbsi protein
e. Faktor makanan (makanan basi, beracun, alergi, terhadap makanan)
f. Faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang tapi dapat terjadi pada anak
yang lebih besar.
g. Faktor imunodefisiensi
h. Faktor obat-obatan, antibiotic
i. Faktor penyakit usus, colitis ulcerative, croho disease, enterocilitis.

D. Manifestasi klinis Diare


1. Tanda :
a. Cengeng
b. Anus dan daerah sekitar lecet
c. BB menurun
d. Turgor berkurang
e. Mata dan ubun-ubun besar dan menjadi cekung (pada bayi)
f. Selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering
g. Nadi cupat dan kecil
h. Denyut jantung jadi cepat
i. TD menurun
j. Kesadaran menurun
k. Pucat, nafas cepat
l. Buang air besar 4x/hari untuk bayi dan > 3x untuk anak-anak atau dewasa.
m. Demam

2. Gejala :
a. Tidak nafsu makan
b. Lemas
c. Dehidrasi
d. Gelisah
e. Cengeng
f. Oliguria
g. Anuria
h. Rasa haus

D. Patofisiologi Diare
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik, akibat
terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga
usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan
sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat
peningkatan isi rongga usus. Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare
sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang
selanjutnya dapat menimbulkan diare pula. Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya
mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,
mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin
tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

eberapa yang menjadi penyebab kolik abdomen adalah kolik bilier, kolik renal dan kolik
karena sumbatan usus halus (Gilroy, 2009).
1. Kolik bilier
Kolik bilier merupakan gejala tidak nyaman yang dirasakan pasien dan sering tidak
disertai tanda-tanda klinis lain. Nyeri ini merupakan gejala klinis dari penyakit batu empedu
(kolelitiasis/koledokolitiasis). Oleh karena nyeri ini merupakan gejala, maka bebera
E. Pathway Diare

Faktor Infeksi Faktor Malabsorbsi Faktor Faktor Psikologi


Makanan

Entry port Tek. Osmotik Toksik tak Ansietas


dalam usus dapat diserap
Pergeseran air dan
Hiperekskresi elektrolit ke
cairan & rongga usus Hiperperistalik
elektrolit

DIARE

Frek. BAB Distensi Abdomen


meningkat

Mual muntah
Kehilangan cairan &
elektrolit berlebih
Nafsu makan menurun

Dehidrasi
BB menurun

Kekurangan Ketidakseimbangan Nutrisi


Volume Cairan
Kurang dari Kebutuhan Tubuh
F. Pemeriksaan Diagnostik Diare
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. :
a. Pemeriksaa feses
b. Makroskopis dan mikroskopis
c. PH dan kadar gula dalam tinja
d. Bila perlu diadakan uji bakteri untuk mengetahui organisme penyebabnya, dengan
melakukan pembiakan terhadap contoh tinja.
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui kadar elektrolit dan jumlah sel darah
putih.
3. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, bila memungkinkan
dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup.
4. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
5. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit
secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

G. Komplikasi Diare
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan
pada elektro kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan
vili mukosa, usus halus
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami
kelaparan

Dari komplikasi Gastroentritis,tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


1. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang
elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.
2. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit tidak
elastis, suara serak, penderita jatuh pre syok, nadi cepat dan dalam.
3. Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari bedrat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-
tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-
otot kaku sampai sianosis.
H. Penatalaksanaan Medis Diare
1. Pemberian cairan
a. Belum ada dehidrasi
Per oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas tiap defekasi
b. Dehidrasi ringan
1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB per oral (intragastrik)
selanjutnya: 125 ml/kgBB per oral (intragastrik)
c. Dehidrasi sedang
1 jam pertama: 50-100 ml/kgBB per oral/intragastrik (sonde)
selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari ad libitum.
d. Dehidrasi berat
Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun berat badan 3 – 10 kg.
1. 1 jam pertama : 12 ml/kgBB/jam = 3 tetes /kgBB/menit (set infus berukuran 1 ml
= 15 tetes) atau 13 tetes/kgBB/menit (1 set infus 1 ml = 20 tetes).
2. 7 jam berikut : 12 ml/kgBB/jam = 3 tetes/kgBB/menit (1 set infus = 15 tetes) atau
4 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).
3. 16 jam berikut: 125 ml/kgBB per oral atau intragastrik. Bila anak tidak mau
minum, teruskan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 15 tetes)
atau 3 tetes/kgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes).

2. Pengobatan dietetik
a. Untuk anak (1 tahun dan > 1 tahun dengan BAB<7 kg, jenis makanannya:
b. Susu (ASI dan atau formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak
jenuh).
c. Makanan ½ padat (bubur), makanan padat (nasi tim).
d. Susu khusus sesuai dengan kelainannya misalnya tidak mengandung laktosa/asam
lemak berantai sedang atau jenuh.
3. Obat-obatan
a. Obat anti – sekresi
b. Obat spasmolitik
c. Antibiotik, diberikan jika jelas penyebabnya misal oleh bakteri.

4. Cairan per oral


a. Pasien dehidrasi ringan dan sedang diberi cairan per oral yaitu NaCl dan NaHCO 3,
KCl dan glukosa.
b. Pasien diare akut dan koleri umur 6 bulan diberi Natrium 90 mEq/L.
c. Pasien umur 6 bulan de ngan dehidrasi ringan/sedang diberi Natrium 50-60 mEq/L.
d. Pemberian formula tidak lengkap (mengandung garam dan gula), lengkap (oralit).
5. Cairan parenteral
a. Pemberian RL sesuai dengan berat/ringannya penyakit dan juga sesuai umur dan
berat badannya.

I. Asuhan Keperawatan Teori


1. Resiko terjadi gangguan sirkulasi darah
a. Bila dehidrasi masih ringan
1. Beri minum sebanyak-banyaknya  1 gelas/pasien defekasi
2. Cairan mengand ung elektrolit seperti oralit
3. Jika anak muntah dapat diberikan melalui sonde
4. Jika lewat oral tidak bisa makan dipasang infus RL sesuai persetujuan dokter.

b. Pada dehidrasi berat


Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat, jumlah cairan yang masuk tubuh dapat
dihitung dengan cara:
1. Jumlah tetesan permenit dikalikan 60, dibagi 15/20 (sesuai set infus yang
dipakai
2. Perhatikan tanda vital: denyut, nadi, pernapasan, suhu dan tekanan darah.
3. Perhatikan frekuensi buang iar besar anak apakah masih sering, encer/sudah
berubah konsistensinya.
4. Beri minuman teh/oralit 1-2 sendok setiap jam untuk mencegah bibir dan
selaput lendir kering.
5. Jika rehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberi makan lunak.

2. Kebutuhan nutrisi
1. Beri makanan mengandung cukup kalori, protein, mineral vitamin tetapi tidak
menimbulkan diare kembali.
2. Beri ASI terus bagi bayi yang masih minum ASI.
3. Bila bayi tidak minum ASI diberi susu yang cocok.
4. Bagi anak di atas 1 tahun dan sudah makan biasa dianjurkan makan bubur tanpa
sayuran dan minum teh bagi hari masih diare, hari keesokannya jika membaik boleh
diberi wortel daging tidak berlemak.
3. Risiko terjadi komplikasi
Biasanya terjadi dehidrasi asidosis, dan komplikasi terjadi sebagai akibat tindakan
pengobatan sebagai berikut:
a. Infeksi terjadi hematom, flebitis
b. Kelebihan cairan terjadi sembab, mengkilap pada kelopak mata bayi, bengkak
seluruh wajah, jika berlanjut edema paru, sesak nafas bila edema sampai otak,
kejang, sehinga terutama untuk bayi tetesannya harus tepat.
c. Kulit iritasi dan lecet pada anus dan sekitarnya, dapat dibersihkan dengan kapas
yang dibasahi minyak sayur, jangan sesekali beri bedak.
d. Kejang-kejang karena hipoglikemia atau kelebihan cairan.
e. Malnutrisi energi protein.

4. Gangguan rasa aman dan nyaman


a. Karena sering buang air sehingga melelahkan dapat dirawat di atas eltor bed.
b. Bagi pasien dilakukan biopsi usus perlu diberi penjelasan dan motivasi, karena
posisinya miring 2 – 3 jam.

5. Kurang pengetahuan orang tua mengenai penyakit


Beri penyuluhan, seperti penularan penyakit melalui 4 F (finger, feces, food, dan fly)
yaitu:
a. Mencuci tangah
b. Membiasakan defekasi di jamban
c. Kebersihan lingkungan menghindari lalat
d. Makanan selalu tertutup dan air minum yang di masak.
e. Jangan lupa memberikan oralit, dan ini hanya untuk pencegahan.
DAFTAR PUSTAKA

Depertemen Kesehatan RI. 2011. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta: Ditjen PPM
dan PL
Suharyono, dkk. 1998. Gastroenterologi Anak Praktis. Jakarta: Gaya Baru.
Suntosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. 2005-2006. Definisi dan
Klasifikasi. Yogyakarta: Prima Medika.
Ngastiyah. 2002. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius.
WHO. 2005. Pocket Book of Hospital Care for Children. Switzerland: WHO Press

Anda mungkin juga menyukai