Anda di halaman 1dari 10

NAMA : VERONICA MEYLORENSI

NIM : 1861050159
KELOMPOK : 5B

LEARNING OVJECTIVES :

Mahasiswa dapat mengerti, memahami dan menjelaskan :

1. Klasifikasi cacing usus


2. Siklus hidup cacing usus
3. Tanah sebagai mata rantai transimisi
4. Factor penyebab kecacingan
5. Factor
6. Pencegahan

KLASIFIKASI, MORFOLOGI DAN DAUR HIDUP TRANSMITTED SOIL HELMINTH

(Sumber : Buku Ajar Parasitologi Kedokteran UI Ed. 4)

Di antara nematoda usus terdapat sejumlah spesies yang ditularkan melalui tanah disebut soil transmitted
helminths. Cacing yang terpenting bagi manusia diantaranya :

a. Ascaris lumbricoides
b. Necator americanus
c. Ancylostoma duodenale
d. Trichuris trichiura
e. Strongyloides stercorais
f. Oxyuris vermicularis
g. Trichinella spiralis.

A. ASCARIS LUMBRICOIDES

Manusia merupakan satu-satunya hospes Ascaris lumbricoides.

Cacing jantan berukuran lebih kecil dari cacing betina. Stadium dewasa hidup di rongga usus kecil. Seekor
cacing betina dapat bertelur sebanyak I 00.000-200.000 butir sehari; terdiri atas telur yang dibuahi clan yang
tidak dibuahi. Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi berkembang menjadi bentuk infektif dalam
waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk infektif tersebut bila tertelan manusia, menetas di usus halus. Larvanya
menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limfe, lalu dialirkan ke jantung, kemudian
mengikuti aliran darah ke paru. Larva di paru menembus dinding pembuluh, lalu dinding alveolus, masuk
rongga alveolus, kemudian naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari trakea larva menuju faring,
serungga menimbulkan rangsangan pada faring. Penderita batuk karena rangsangan tersebut dan larva akan
tertelan ke dalam esofagus, lalu menuju ke usus halus. Di usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa.
Sejak telur matang tertelan sampai cacing dewasa bertelur diperlukan waktu kurang lebih 2-3 bulan

KARAKTERISTIK ASCARIS LUMBRICOIDES

KARAKTERISTIK
Ukuran cacing dewasa
Jantan Panjang 14 - 30 cm
Lebar 0,2 - 0,4 cm
Betina Panjang 20 – 35 cm
Lebar 0,3 – 0,6 cm
Umur cacing dewasa 1-2 tahun
Lokasi cacing dewasa Usus halus
Jumlah telur ± 200.000 telur

B. NECATOR AMERICANUS DAN ANCYLOSTOMA DUODENALE

Cacing dewasa hidup di rongga usus halus, dengan mulut yang besar melekat pada mukosa dinding usus.
Cacing betina N.americanus tiap hari mengeluarkan telur 5000-10000 butir, sedangkan A.duodenale kira-kira I
0.000-25000 butir.1 Cacing betina berukuran panjang ± 1 cm, cacing jantan ± 0,8 cm. Bentuk badan
N.americanus biasanya menyerupai huruf S, sedangkan A.duodenale menyerupai huruf C. Rongga mulut
kedua jenis cacing ini besar. N. americanus mempunyai benda kitin, sedangkan A.duodenale ada dua pasang
gigi. Cacing jantan mempunyai bursa kopulatriks. Telur dikeluarkan dengan tinja dan setelah menetas dalam
waktu 1-1,5 hari, keluarlah larva rabditiform. Dalam waktu ± 3 hari larva rabditiform tumbuh menjadi larva
filariform, yang dapat menembus kulit dan dapat hidup selama 7-8 minggu di tanah. Telur cacing tambang
yang besamya ± 60 x 40 mikron, berbentuk bujur dan mempunyai dinding tipis. Di dalamnya terdapat
beberapa sel. Larva rabditifonn panjangnya ± 250 mikron; sedangkan larva filariform panjangnya ± 600
mikron. Daur hidupnya sebagai berikut:

Telur ➔ larva rabditiform ➔ larva filariform ➔· menembus kulit ➔ kapiler darah ➔ Jantung kanan ➔ paru ➔
bronkus trakea ➔ taring ➔ usus halus
C. TRICHURIS TRICHURA
Bentuk trichuris trichura berwarna merah muda. Trichuris trichura yang jenis jantan berukuran
300-45 mm dengan bagian ekor kaudal melingkar dan satu spikulum. Sedangkan yang betina
berukuran 35-50 mm dan ujung posteriornya lurus berujung tumpul. Kulit dari telurnya pada bagian
luar berwarna kekuningan dan di bagian dalamnya jernih.

Siklus hidup trichirus trichiura berawal dari telurnya yang keluar bersama tinja yang selanjutnya
mengalami pematangan di dalam tanah. Dalam prosesnya, pematangan telur ini membutuhkan waktu
3 minggu hingga 5 minggu. Telur yang sudah matang akan bersifat infektif. Telur yang infektif inilah
yang kemudian dapat meninfeksi manusia. Prosesnya, dapat melalui vektor mekanik atau benda–
benda lain yang telah terkontaminasi. Misalnya tanah yang terkontaminasi dengan tinja manusia, (yang
mengandung telur cacing cambuk) atau sayuran yang disemprot menggunakan feses. Infeksi dapat
langsung terjadi apabila secara kebetulan telur cacing yang telah matang atau siap menetas tidak
sengaja tertelan. Telur yang tertelan oleh manusia akan masuk dalam usus dan menetas didalamnya.
Dalam proses penetasannya, larva akan keluar melalui dinding telur dan masuk ke bagian-bagian usus
halus. Selanjutnya akan menjadi dewasa. Setelah dewasa, cacing yang berada pada bagian distal usus
selanjutnya menuju ke daerah colon. Masa pertumbuhan yang dilalui sejak dari telur sampai pada
bentuk cacing dewasa kurang lebih selama 30hari sampai 90 hari. Cacing dewasa jantan dan betina
melakukan tindakan kopulasi, sehingga cacing betina mengalami gravid. Pada saatnya nanti, cacing
betina akan bertelur dan bercampur bersama dengan feses di dalam usus besar. Telur cacing akan
keluar bersama feses pada saat manusia buang air besar
D. STRONGYLOIDES STERCORALIS
Hanya cacing dewasa betina hidup sebagai parasit di vilus duodenum dan jejunum. Cacing
betina berbentuk fili-fonn, halus, tidak berwama dan panjangnya 2 mm. Cara berkembang biaknya
diduga secara partenogenesis. Telur bentuk para-sitik diletakkan di mukosa usus, kemudian telur
tersebut menetas menjadi larva rabditifonn yang masuk kc rongga usus serta dikeluarkan bersama
tinja.
Parasit ini mempunyai dua macam daur hidup :
1. Siklus langsung Sesudah 2-3 hari di tanah, larva rabditiform yang berukuran ± 225 x 16
mikron, berubah menjadi larva filariform berbentuk langsing dan merupakan bentuk infektif,
panjangnya ± 700 mikron. Bila larva filariform menembus kulit manusia, larva tumbuh, masuk ke dalam
peredaran darah vena, kemudian melalui jantung kanan sampai ke paru. Dari paru parasit yang mulai
menjadi dewasa menembus alveolus, masuk ke trakea dan taring. Sesudah sampai di laring terjadi
refleks batuk, sehingga parasit tertelan, kemudian sampai di usus halus bagian atas dan menJad1
dewasa. Cacing betina yang dapat bertelur ditemukan ± 28 hari sesudah infeksi.
2. SikJus tidak langsung Pada siklus tidak langsung, larva rabditifom di tanah berubah menjadi
cacing jantan dan cacing betina bentuk bebas. Bentuk bebas lebih gemuk dan bentuk parasitik. Cacing
betina berukuran I mm x 0,06 mm, yang jantan berukuran 0.75 mm x 0,04 mm, mcmpunyai ekor
melengkung dengan 2 buah spikulum. Sesudah pembuahan, cacing bctina menghasilkan telur yang
menetas men-jadi larva rabditiform. Larva rabditifonn dalam waktu beberapa hari dapat menjadi larva
filariform yang infektif dan masuk ke dalam hospes baru, atau larva rabditifom1 tersebut mengulangi
fase hidup bebas. SikJus tidak langsung ini terjadi bilamana keadaan lingkungun sekitamya optimum
yaitu sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan untuk ke-hidupan bebas parasit ini, misalnya di negeri
tropik dengan iklim lembab: SikJus langsung sering terjadi di negeri yang lebih dingin dengan keadaan
yang kurang menguntungkan untuk parasit tersebut.
E. Enterobius vermicularis (Oxyuris vermicularis)
Cacing betina berukuran 8-13 mm x 0,4 mm. Pada ujung anterior ada pelebaran kutikulum seperti
sayap yang disebut alae. Bulbus esofagus jelas sekali, ekomya panjang dan runcing. Uterus cacing yang
gravid melebar dan penuh telur. Cacing jantan berukuran 2-5 mm, juga mempunyai sayap dan ekornya
melingkar sehingga bentuknya seperti tanda tanya (?); spikulum pada ekor jarang ditemukan. Habitat
cacing dewasa biasanya di rongga sekum, usus besar dan di usus halus yang berdekatan dengan rongga
sekum. Makanannya adalah isi usus. Cacing betina yang gravid mengandung 11.000 -15.000 butir telur,
bemigrasi ke daerah perianal untuk bertelur dengan cara kontraksi uterus dan vaginanya. Telur jarang
dikeluarkan di usus, sehingga jarang ditemukan di dalam tinja. Telur berbentuk lonjong dan lebih datar
pada satu sisi (asimetrik). Dinding telur bening dan agak lebih tebal dari dinding telur cacing tambang.
Telur menjadi matang dalam waktu 6 jam setelah dikeluarkan. Telur resisten terhadap desinfektan dan
udara dingin. Dalam keadaan lembab telur dapat hidup sampai 13 h . an. Kopulasi cacing jantan dan
betina mungkin terjadi di sekum. Cacing jantan mati setelah kopulasi dan cacing betina mati setelah
bertelur.

F. TRICHINELLA SPIRALIS
Cacing dewasa bentuknya halus seperti rambut. Cacing betina berukuran 3-4 mm dan cacing jantan
kira-kira 1,5 mm. Ujung anterior langsing dengan mulut kecil, bulat tanpa papel. Ujung posterior pada
cacing betina membulat dan tumpul, pada cacing jantan melengkung ke ventral dengan dua buah
papel. Cacing betina bersifat vivipar dan biasanya masuk ke mukosa vilus usus, mulai dari duodenum
sampai ke sekum. Seekor cacing betina dapat mengeluarkan 1500 larva. Larva tersebut dilepaskan di
jaringan mukosa, masuk ke dalam limfe dan peredaran darah, kemudian disebarkan ke seluruh tubuh,
terutama otot diafragma, iga, lidah, laring, mata, perut, biseps dan lain-lain. Pada awal minggu ke-4
larva telah tumbuh menjadi kista dalam otot bergaris lintang. Kista dapat hidup di otot selama + 18
bulan, kemudian terjadi perkapuran dalam waktu 6 bulan sampai 2 tahun. lnfeksi terjadi bila daging
babi yang mengandung larva infektif yang terdapat di dalam kista dimakan. Di usus halus bagian
proksimal dinding kista dicemakan dan dalam waktu beberapa jam larva dilepaskan, segera masuk
mukosa, lalu menjadi cacing dewasa dalam waktu 1,5 -2 hari

FAKTOR YANG
MENYEBABKAN
KECACINGAN
(Sumber : Buku Ajar
Parasitologi
Kedokteran UI Ed. 4)

http://jurnal.unpad.ac.id/ejournal/article/download/597/651
Faktor-faktor yang menfasilitasi transmisi cacing dari lingkungan meliputi:
-faktor personal hygiene: mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan alas kaki
-faktor sanitasi lingkungan: sumber air bersih dan pembuangan kotoran manusia dan hewan
-sanitasi makanan

A. Faktor personal hygiene


a. mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Dengan mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dapat lebih efektif menghilangkan kotoran, debu
serta telur cacing yang menempel pada permukaan kulit dan kuku pada kedua tangan, sebab sabun
dan detergen dapat menurunkan ketegangan permukaan sehingga lebih efektif membantu membuang
kotoran, debu dan mikroorganisme dari kedua belah tangan
b. menggunakan alas kaki
Dengan mencuci tangan dengan air dan sabun dapat lebih efektif menghilangkan kotoran, debu serta
telur cacing yang menempel pada permukaan kulit dan kuku pada kedua tangan sebab sabun dan
detergen dapat menurunkan ketegangan permukaan sehingga lebih efektif membantu membuang
kotoran, debu dan mikroorganisme dari kedua belah tangan

B. Faktor sanitasi lingkungan


a. sumber air bersih
sumber air bersih yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari terutama air yang untuk dikonsumsi
harus terbebas dari bakteri, dan air yang tersedia memenuhi syarat fisik yaitu, tidak berwarna, tidak
berasa dan tidak berbau
b. pembungan kotoran manusia dan hewan di area terbuka
BAB di sembarang tempat menyebabkan pencemaran tanah dan lingkungan oleh tinja yang berisi telur
cacing infeksi. Pada anak sering terjadi karena mereka memegang tanah yang tercemar telur cacing
penularan melalui air sungai juga dapat terjadi, karena air sungai sering digunakan untuk berbagai
keperluan dan aktifitas seperti mandi, cuci dan tempat buang air besar

C. Sanitasi makanan
Di dapatkan bahwa makanan jajanan dipinggir jalan lebih tinggi prevalensi infeksi A.lumbricoides dan
T.trichiura dibandingkan dengan makanan yangtidak di pinggir jalan hal ini terjadi karena makanan
tidak terlindungi, sehingga makanan dapat tercemar oleh debu dan kotoran yang mengandung telur
cacing. Telur cacing yang ada di tanah akan terbawa angin atau dapat juga melalui lalat yang
sebelumnya hinggap di tanah, selokan dll sehingga kaki-kakinya membawa telur cacing tersebut
Pengalaman membuktikan, bahwa ketentuan yang tertera di atas sangat sulit diterapkan di suatu
masyarakat yang seclang berkembang. Pengertian sanitasi lingkungan yang baik sulit dikembangkan
dalam masya-rakat yang mempunyai keadaan sosio-ekonom i rendah, dengan keadaan seperti berikut:
I . rumah berhimpitan di daerah kumuh (slum area) di kota besar yang mem-punyai sanitasi Jingkungan
buruk, khususnya tempat anak balita tumbuh
2. di dacrah pedesaan anak berdefekasi dekat rumah dan orang dewasa di pinggir kali, di ladang dan
pcrkebunan tempat bekerja.
3. penggunan tinja yang mengandung tclur cacing untuk pupuk di kebun sayuran.
4. pengolah tanah pertanian/perkebunan dan pertambangan dengan tangan dan kaki telanjang, tidak
terlindung. Pengobatan masal meskipun ada obat yang ampuh, sulit dilaksanakan, karena harus
dilakukan 3 -4 kali setahun dan harga obat tidak terjangkau. Maka penyuluhan kepada masyarakat
menjadi penting sekali dan dititikberatkan pada perubahan kebiasaan dan mengembangkan sanitasi
lingkungan yang baik. Dengan demikian keadaan endemi dapat dikurangi sampai angka kesakitan
(morbiditas) yang tmgg1 dapat diturunkan.

TANAH SEBAGAI MATA RANTAI TRANSIMIS CACING


Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pencemaran Tanah Kelangsungan hidup parasit diluar sistem
gastrointestinal dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan. Menurut WHO (2004), faktor-faktor
lingkungan yang berpengaruh terhadap pencemaran tanah oleh STH dibedakan menjadi tiga kategori,
yaitu:

1 Faktor Fisik
a. Suhu
Secara umum, suhu diatas 60˚C dapat mematikan telur cacing.Namun berdasarkan penelitian, efek
suhu terhadap perkembangan dan kelangsungan hidup telur cacing dibedakan
menjadi tiga, yaitu:
 Suhu optimum
Suhu optimum adalah suhu antara 16±1˚C dan 34±1˚C. Pada suhu ini terjadi peningkatan laju
perkembangan dan peningkatan kelangsungan hidup cacing.
 Suhu minimum
Telah dilaporkan mengenai pengaruh suhu rendah terhadap telur cacing. Suhu antara 8,9˚C sampai
15,6˚C akan menghambat perkembangan sel-sel yang terdapat didalam
telur cacing.
 Suhu maksimum
Fakta menunjukkan bahwa suhu tinggi dapat menghambat semua proses fisiologis. Penghambatan
yang sama akan terjadi pada perkembangan telur cacing yang terkena suhu tinggi. Pemanasan dapat
menghambat perkembangan telur
cacing.
b. Sinar matahari dan radiasi ultraviolet
Beberapa penelitian tentang efek radiasi terhadap telur Ascaris spp, didapatkan bahwa radiasi dapat
merusak telur cacing dan larva. Selain itu, telur cacing Ascaris juga dapat dibunuh dengan paparan
sinar ultraviolet dari panjang gelombang 280 nm – 315 nm atau 180 nm – 315 nm. Dikatakan bahwa
telur Trichuris memiliki sifat yang lebih tahan cahaya karena pigmentasi gelap yang meliputi luar telur
sehingga memberikan perlindungan yang cukup dari sinar cahaya yang pendek. Pada cacing kait, larva
lebih cenderung memilih daerah berbayang sehingga cahaya merupakan stimulus yang dapat
meningkatkan aktivitas larva yang akan meningkatkan deplesi lipid.
c. Musim
Kelembaban minimum yang diperlukan oleh telur Ascaris adalah 22˚C. Dikatakan bahwa kekeringa
yang ekstrim dapat merusak telur cacing.

2 Faktor Kimia
a. pH
Telur parasit dianggap sangat tahan terhadap pH yang ekstrim. Tanah dan kotoran selain memberikan
pH yang optimal untuk penetasan telur cacing, juga dapat meberikan nutrisi dan elektrolit yang
dibutuhkan telur cacing untuk berkembang lebih lanjut membentuk larva infektif. PH optimal untuk
Necator americanus adalah 6.0
b. Substansi Kimia
Substansi-substansi kimia beracun seperti asam klorida, asam sulfat, asam asetat, asam nitrat, asam
karbonat, natrium hidroksida, merkuri klorida dan formaldehid dapat merusak telur dan menghambat
perkembangan embrio.
c. Oksigen
Kekurangan oksigen dapat menghambat metabolisme seluruh nematoda dan akan mempengaruhi
aktivitas nematoda tersebut. Pada Ascaris, laju perkembangan akan tertekan jika konsentrasi
oksigen rendah. Telur Trichuris juga tidak berbeda dengan Ascaris. Karbon dioksida yang dilepaskan jika
dibiarkan tetap berdekatan dengan telur akan menghambat perkembangan
embrio.

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN (Sumber : Buku Ajar Parasitologi Kedokteran UI Ed. 4)


1. Memutuskan daur hidup dengan cara:
a. Defekasi di jamban.
b. Menjaga kebersihan, cukup air bersih di jamban, untuk mandi dan cuci tangan secara teratur.
c. Memberi pengobatan masal dengan obat antelmintik yang efektif, ter-utama kepada
golongan rawan.

2. Penyuluhan kepada masyarakat me-ngenai sanitasi lingkungan yang baik dan cara menghindari
infeksi cacing.

3. mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan dan setelah BAB

4. Buang air besar (BAB) pada tempatnya

5. Memotong kuku secara rutin.

6. Menggunakan alas kaki.

7. Memasak daging dengan matang dan membersihkan sayur lalapan.

8. Menjaga kebersihan rumah, lingkungan, jamban secara rutin dan cukup air bersih.

9. Membuat jamban dengan jarak sumber air minimal 10 m.

10. Memberikan edukasi dan penyuluhan tentang sanitasi lingkungan dan cara menghindari infeksi
cacing.

11. Minum obat cacing minimal 6 bulan sekali.

Anda mungkin juga menyukai