Bab 2
Bab 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
kadar glukosa plasma puasa yang tinggi ( ≥ 126 mg/dl atau lebih) dan kadar
9
10
1) Anatomi
(2) Badan pankreas merupakan bagian utama pada organ itu dan
pertama.
b) Saluran Pankreas
pankreas dan duodenum. Saluran atau duktus pada pankreas ada dua
c) Jaringan pankreas
duodenum
2) Fisiologis
kadar glukosa darah, yaitu insulin dan hormon yang dapat meningkatkan
insulin, yaitu sebuah protein yang dapat turut dicernakan oleh enzim-
enzim pencerna protein dan karena itu tidak diberikan melalui mulut
et al., 2009).
adalah kadar glukosa pada saat puasa yaitu antara 80-100 mg/dL dan
respon maksimal diperoleh pada kadar glukosa yang berkisar dari 300-
terbatas pada laju 350 mg/menit dan ketika kadar glukosa sangat tinggi,
2.1.3 Klasifikasi
terjadinya kerusakan sel beta ini tidak jelas. Ketidakmampuan sel beta
makanan tidak disimpat dalam hati dan tetap berada dalam darah
1057 ].
defek genetik fungsi sel β, defek genetik aksi insulin, penyakit eksokrin
pankreas, dan endokrinopati yang dicetuskan oleh obat atau zat kimia,
15
2.1.4 Etiologi
a) Faktor genetik
Antigen) tertentu.
b) Faktor imunologi
c) Faktor lingkungan
Tidak ada faktor tunggal penyebab diabetes tipe 2, namun faktor yang
3) Diabetes Gestational
2.1.5 Patofisiologi
1) Skema
Defisiensi insulin
Gangguan metabolisme
Peningkatan kadar
Hati merespon Menstimulus rasa gula darah
dengan melakukan lapar (Hiperglikemi)
glukoneogenesis
Asupan makan
meningkat Polifagia
Gangguan
Pemecahan Gangguan metabolisme Viskositas darah Tekanan osmotik
otot secara metabolisme protein meningkat ekstrasel meningkat
terus menerus lemak
Masa otot LDL & VLDL Blood urine Hipertensi Perpindahan air
berkurang membawa lemak nitrogen secara osmosis
masuk ke sel meningkat keluar sel
Kerusakan
endotel arteri pembuluh darah
Nitrogen perifer Dehidrasi
Oksidasi urine intra sel
meningkat Suplai oksigen dan
kolesterol dan
nutrisi terganggu
trigiserida
19
Retinopati
Kerusakan Diuresis
glumerulus ginjal osmotik
Tanda dan gejala:
Tanda dan gejala:
Gagal Poli uri
Penglihatan menurun,
Pasien terlihat ginjal
mobilisasi dibantu, Dehidrasi
kumal, kotor, Kronik
orientasi (waktu, ekstra sel
berbau apek,
tempat orang)
pakaian tidak
menurun, mudah
pernah diganti
marah, cemas, tidak
bisa beraktifitas Tanda dan gejala:
Defisit seperti biasa
perawatan Membran mukosa/kulit
diri kering, turgor kulit
Resiko tinggi cidera
menurun, muntah, bak
Gangguan cairan meningkat dengan warna
dan elektrolit pekat, BB menurun,
lemah, natrium urine
meningkat, TTV
meningkat, akral dingin
2)Uraian
fisiologis pada pankreas yaitu kerusakan sel beta pada pulau langerhans
(Corwin, 2009). Glukosa pertama kali diubah menjadi fruktosa 1,6 fosfat
normal maka pembentukan glukosa dari asam amino dan dari gugus
22
karena glukosa akan terakumulasi dalam plasma darah maka sel tubuh
fisik, selain itu sistem saraf pusat menstimulus rasa lapar untuk
dilakukan secara terus menerus akan mengurangi tonus otot pasien akan
(poliuria) dan rasa haus (polidipsia) (Nanda, 2013). Kadar gula darah
jika terdapat luka maka akan sulit sembuh dikarenakan suplai O2 dan
nitrogen dalam urine, jika terdapat luka maka penyembuhan luka akan
jaringan setelah itu terjadi gangren dan ulkus [ CITATION Pau08 \l 1057
].
lemak tadi akan membawa lemak masuk ke sel endotel arteri yang dapat
reaksi inflamasi dan imun, leokosit dan trombosit meningkat yang akan
(Guyton & Hall, 2007). Mikrovaskuler yang terjadi pada mata akan
yang menimbulkan nyeri yang sangat akut, sedangkan pada otak dapat
Mellitus meliputi:
1) Gejala Awal:
mengakibatkan sering juga buang air kecil. Lebih sering buang air
liter air seni setiap harinya. Jangan remehkan kondisi selalu ingin
penyempitan dan terdapat gula yang berlebih pada jaringan yang merupakan
medium yang baik bagi pertumbuhan kuman, telapak kaki yang berdiameter
oleh peradangan dan biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal. Proses
a) Pain (Nyeri)
b) Paleness (kepucatan)
c) Paresthesia (kesemutan)
e) Paralysis (lumpuh)
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola
dari fontaine:
tingkatan, yaitu:
a) Derajat 0: tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan
e) Derajat IV: gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selulitis.
Menurut Smeltzer dan Bare (2010), terdapat lima grade ulkus diabetikum,
antara lain:
Mellitus yaitu:
Tabel 2.1
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai
patokan penyaring (PERKENI, 2006)
pemeriksaan :
mg/dl).
7) Insulin darah mungkin menurun atau bahkan sampai tidak ada (pada
tipe I) atau normal sampai tinggi (pada tipe II) yang mengindikasikan
infeksi.
2.1.8 Komplikasi
dua yaitu:
1) Komplikasi Akut
insulin atau preparat oral yang berlebihan, atau akibat aktivitas fisik
berat.
dan lemak.
2) Komplikasi Kronik
a) Komplikasi Makrovaskuler
b) Komplikasi Mikrovaskuler
(2) Nefropati.
32
beragam secara klinis dan bergantung pada lokasi sel saraf yang
terkena.
2.1.9 Penatalaksanaan
terapeutik pada setiap tipe Diabetes Melitus adalah mencapai kadar glukosa
Mellitus, yaitu:
a) Tujuan Diet
33
b) Syarat Diet
badan normal.
energi total.
total.
60-70%.
diperbolehkan.
c) Prinsip Diet
34
dihindari.
(3) Sumber protein rendah lemak, seperti ikan, ayam tanpa kulit,
gorengan.
saat insulin bekerja, tidak ada makanan atau makanan kurang dari
makanan yang tepat dan waktu makan yang teratur dapat mencegah
problem-problem tersebut.
36
yang rendah. Kandungan lemak tidak boleh lebih dari 30% dari total
energi dengan perbandingan antara asam lemak jenuh dan tak jenuh
dapat menekan kenaikan kadar gula darah setelah makan, selain itu
badan ke berat badan ideal. Untuk itu penderita diberi diet rendah
kalori atau rendah energi. Dengan diet rendah kalori, pada umumnya
kadar glukosa.
37
meningkatkan rasio asam lemak tak jenuh dengan asam lemak jenuh
(FKUI, 2007).
2) Penyuluhan (edukasi)
kesehatan.
3) Latihan jasmani
lipid darah.
teratur 3-4 kali per minggu selama 30 menit yang bersifat CRIPE
4) Obat
kadar glukosa darah 2 jam sesudah makan tinggi. Pada umumnya OHO
tidak dianjurkan pada pasien Diabetes Mellitus dengan gangguan hati dan
ginjal.
oleh sel beta pankreas. Oleh sebab itu sulfonilurea merupakan pilihan
utama pada pasien dengan berat badan normal atau kurang. Untuk
puncak glikemik sesudah makan. Oleh karena itu, prinsif kerja obat ini
karbohidrat.
hal ini akan menyebabkan fluktuasi (ketidak stabilan) kadar gula darah.
kolesterol LDL, antara lain: daging merah, produk susu, kuning telur,
2.2.1 Pengkajian
yang baru muncul dengan sumber informasi antara lain klien, keluarga,
wawancara dan pemeriksaan fisik) atau data tidak langsung dari pasangan
1) Data Biografi
a) Identitas Klien
2) Riwayat Kesehatan
mengurangi?
menyebar?
dirasakan?
(Rohmah, 2009).
43
oral). Perlu juga dikaji apakah klien pernah dirawat di rumah sakit
meliputi:
1057 ].
Pola nutrisi dan cairan meliputi kebiasaan atau pola makan klien
apakah teratur atau tidak dan berapa banyak porsi sekali makan,
berat badan dalam periode beberapa hari atau minggu, kaji apakah
Her10 \l 1057 ].
setelah tidur. Perlu dikaji kebiasaan klien sebelum tidur yang dapat
1057 ].
e) Pola Eliminasi
perawat, dokter, tim kesehatan lain serta klien lain dan bagaimana
tetap ikut serta dalam aktifitas sosial atau menarik diri dari interaksi
Pola persepsi diri dan toleransi terhadap stres meliputi konsep diri,
status emosi, pola koping dan gaya komunikasi. Perlu dikaji apakah
(Rohmah, 2009).
2009).
4) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
(pada tahap lanjut), lesu, tampak lelah, lemas, tinggi badan, berat
b) Sistem Pernafasan
48
nafas yang berbau aseton, dan bau halitosis atau bau manis. Bisa
c) Sistem Kardiovaskuler
lambat.
d) Sistem Neurosensori
49
e) Sistem Muskuloskeletal
f) Sistem Integumen
apabila terdapat luka klien sering mengeluh luka sulit sembuh dan
mengalami infeksi.
g) Sistem Endokrin
gangguan pada hormon lain. Oleh karena itu perlu dikaji penyakit
tremor. Jika tidak ada gangguan pada hormon lain maka pengkajian
hipoglikemik.
h) Sistem Genitourinaria
bahkan bisa terjadi infeksi saluran kemih. Urine akan tampak lebih
bau busuk jika infeksi. Klien sering merasa haus sehingga intake
i) Pemeriksaan Penunjang
(1) Tes Toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200
mg/dL).
(2) Gula darah puasa normal (70-115 mg/dL) atau diatas normal
( ≥ 120 mg/dL).
(3) Gula darah dua jam post prandial (PP) lebih dari 140 mg/dL.
6%).
51
(5) Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton, berat jenis dan
(pada tipe I) atau normal sampai tinggi (pada tipe II) yang
penggunaannya.
terakhir.
terhadap infeksi.
menghubungkan data dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk
data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medis, dan pemberi
hipermetabolisme.
DO. Luka sulit sembuh, pucat, akral dingin, CRT < 2 detik,
DS. -
DO. Nyeri, panas, bengkak, terdapat pus, berbau tidak enak, leokost
intra kranial
DO. Pasien terlihat kumal, kotor, berbau apek, pakaian tidak pdiganti.
DS. -
2.2.4 Intervensi
diharapkan dari klien atau tindakan yang harus dilakukan perawat yang
hipermetabolisme.
Tujuan:
terpenuhi.
Kriteria hasil:
normal.
Tabel 2.2
Intervensi keperawatan gangguan pemenuhan nutrisi (Doenges, 2000)
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Timbang berat badan setiap Mengaji pemasukan makanan yang
hari sesuai indikasi adekuat
2 Tentukan program diet dan pola Mengidentifikasi kekurangan dan
makan serta bandingkan dengan penyerapan dari kebutuhan
makanan yang dapat dihabiskan terapeutik
pasien
3 Auskultasi bising usus, catat Hiperglikemi dan gangguan cairan
adanya nyeri abdomen, perut elektrolit dapat menurunkan
kembung, mual, muntahan mortalitas/ fungsi lambung yang
makanan yang belum dapat akan mempengaruhi pilihan
dicerna intervensi
4 Berikan makanan cair yang Pemberian makanan melaluhi oral
mengandung zat makanan dan lebih baik jika pasien sadar dan
elektrolit melaluhi oral fungsi gastrointestinal baik
57
Tujuan:
terpenuhi.
Kriteria hasil :
vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler
58
baik, haluaran urine tepat secara individu, dan kadar elektrolitdalam batas
normal.
Tabel 2.3
Intervensi keperawatan gangguan cairan dan elektrolit (Doenges, 2000)
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Dapatkan riwayat pasien/orang Membantu dalam memperkirakan
terdekat sehubungan dengan kekurangan volume total.
lamanya/intensitas dari gejala
seperti muntah, pengeluaran urine
yang sangat berlebihan.
2 Pantau tanda-tanda vital, catat Hipovolemia dapat
adanya perubahan TD ortostatik. dimanifestasikan oleh hipotensi dan
takikardia.
3 Pola nafas seperti adanya Paru-paru mengeluarkan asam
pernafasan Kussmaul atau karbonat melalui pernafasan yang
pernafasan yang berbau keton. menghasilkan kompensasi alkalosis
respiratoris terhadap keadaan
ketoasidosis.
4 Frekuensi dan kualitas pernafasan, Koreksi hiperglikemia dan asidosis
penggunaan otot bantu nafas, dan akan menyebabkan pola dan
adanya periode apnea dan frekuensi pernafasan mendekati
munculnya sianosis. normal.
Tujuan:
adekuat.
61
Kriteria hasil:
hangat, turgor kulit kembali lebih dari dua detik, tanda-tanda vital dalam
Tabel 2.4
Intervensi keperawatan gangguan perfusi jaringan perifer (Doenges, 2000)
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Awasi tanda-tanda vital, palpasi Indikator keadekuatan sirkulasi
nadi perifer secara rutin, evaluasi kekurangan volume cairan
pengisian kapiler dan perubahan
mental, catat keseimbangan cairan
24 jam.
2 Dorong latihan rentang gerak Merangsang sirkulasi pada
sering untuk kaki. ekstremitas bawah
3 Kaji tanda-tanda kemerahan dan Indikator pembentukan trombus.
edema.
4 Dorong ambulasi dini: hindari Duduk mengkonstriksi aliran vena,
duduk atau menggantungkan kaki tetapi jalan mendorong aliran balik
di tepi tempat tidur. vena.
Tujuan:
lagi.
Kriteria hasil :
lebih luas
Tabel 2.5
Intervensi keperawatan resiko infeksi (Doenges, 2000)
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Observasi tanda-tanda infeksi dan Pasien mungkin masuk dengan
peradangan, seperti demam, infeksi yang biasanya telah
kemerahan, adanya pus pada luka, mencetuskan keadaan ketoasidosis
sputum purulen, urine warna atau dapat mengalami infeksi
keruh atau berkabut. nosokomial.
2 Tingkatkan upaya pencegahan Mencegah timbulnya infeksi silang
dengan melakukan cuci tangan (infeksi nosokomial).
yang baik pada semua orang yang
berhubungan dengan pasien
termasuk pasiennya sendiri.
3 Pertahankan teknik aseptik pada Kadar glukosa yang tinggi dalam
prosedur invasif (seperti darah akan menjadi media terbaik
pemasangan infus, kateter Folley bagi pertumbuhan kuman.
dan sebagainya), pemberian obat
intravena dan memberikan
perawatan pemeliharaan. Lakukan
pengobatan melalui IV sesuai
indikasi.
4 Pasang kateter/lakukan perawatan Mengurangi resiko terjadinya
perineal dengan baik. Ajarkan infeksi saluran kemih.
pasien wanita untuk
membersihkan daerah perinealnya
dari depan kearah belakang.
Tujuan:
menjadi normal.
Kriteria hasil :
resiko infeksi.
Tabel 2.6
Intervensi keperawatan gangguan integritas kulit (Doenges, 2000)
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Observasi tanda-tanda infeksi dan Pasien mungkin masuk dengan
peradangan, seperti demam, infeksi yang biasanya telah
kemerahan, adanya pus pada luka, mencetuskan keadaan ketoasidosis
sputum purulen, urine warna atau dapat mengalami infeksi
keruh atau berkabut. nosokomial.
2 Inspeksi seluruh area kulit, catatkulit biasanya cenderung rusak
pengisian kapiler, adanya karena perubahan sirkulasi perifer,
kemerahan, pembengkakan. ketidakmampuan untuk merasakan
toleran, imobilisasi, gangguan
pengaturan suhu
3 Pertahankan teknik aseptik pada Kadar glukosa yang tinggi dalam
prosedur invasif (seperti darah akan menjadi media terbaik
pemasangan infus, kateter Folley bagi pertumbuhan kuman.
dan sebagainya), pemberian obat
intravena dan memberikan
perawatan pemeliharaan. Lakukan
pengobatan melalui IV sesuai
indikasi.
4 Catat adanya pembengkakan, daerah ini cenderung terkena
66
pada luka.
Tujuan:
Kriteria hasil:
Tabel 2.7
Intervensi keperawatan gangguan rasa nyaman (nyeri) (Doenges, 2000)
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Kaji keluhan nyeri, perhatikan Membantu dalam mengidentifikasi
lokasi, lamanya, dan intensitas derajat ketidaknyamanan dan
(skala 0-10). Perhatikan petunjuk kebutuhan untuk/keefektifan
verbal dan non-verbal. analgesik.
2 Diskusikan sensasi yang dirasakan. Memberikan keyakinan bahwa
sensasi bukan imajinasi dan
penghilangannya dapat dilakukan.
3 Bantu pasien menemukan posisi Peninggian lengan, ukuran baju,
nyaman. dan adanya drain mempengaruhi
kemampuan pasien untuk rileks dan
tidur/istirahat secara efektif.
4 Berikan tindakan kenyamanan Meningkatkan relaksasi, membantu
dasar (contoh, perubahan posisi untuk memfokuskan perhatian, dan
posisi yang tak sakit, pijatan dapat meningkatkan kemampuan
punggung) dan aktifitas terapeutik. koping.
Dorong ambulasi dini dan
penggunaan teknik relaksasi,
bimbingan imajinasi.
5 Tekan/sokong dada saat latihan Memudahkan partisipasi pada
batuk/napas dalam. aktifitas tanpa timbul
ketidaknyamanan.
Tujuan:
beraktifitas minimal.
Kriteria hasil :
Tabel 2.8
Intervensi keperawatan Intoleransi aktivitas (Doenges, 2000)
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Diskusikan dengan pasien Pendidikan dapat memberikan
kebutuhan akan aktifitas. Buat motivasi untuk meningkatkan
jadwal perencanaan dengan pasien tingkat aktifitas meskipun pasien
dan identifikasi aktifitas yang mungkin sangat lemah.
menimbulkan kelelahan.
2 Berikan aktifitas alternatif dengan Mencegah kelelahan yang
periode istirahat yang cukup/tanpa berlebihan.
diganggu.
3 Pantau nadi, frekuensi pernafasan Mengindikasikan tingkat aktifitas
dan tekanan darah yang dapat ditoleransi secara
sebelum/sesudah melakukan fisiologis.
aktifitas.
4 Diskusikan cara menghemat Pasien akan dapat melakukan lebih
kalori selama mandi, berpindah banyak kegiatan dengan penurunan
tempat dan sebagainya. kebutuhan akan energi pada setiap
69
kegiatan.
Tujuan:
keadaan aman
Kriteria hasil:
cidera.
Tabel 2.9
Intervensi keperawatan Resiko tinggi cidera (Doenges, 2000)
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Hindari lantai yang licin Lantai licin dapat menyebabkan
terpeleset dan jatuh
2 Gunakan bed yang rendah Mempermudah dalam naik dan
turun dari bed
3 Orientasikan pasien dengan Dengen mengenal keadaan ruangan
ruangan pasien terhindar dari barang-barang
atau keadaan yang dapat
menyebabkan cidera
4 Bantu pasien dalam melakukan Memenuhi kebutuhan aktifitas
aktifitasnya sehari-hari pasien dengan aman
kranial.
70
Tujuan:
kembali normal.
Kriteria hasil :
Tabel 2.10
Intervensi keperawatan gangguan istirahat tidur (Doenges, 2000)
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Berikan kesempatan untuk Karena aktifitas fisik dan mental
beristirahat/tidur sejenak, yang lama mengakibatkan
anjurkan latihan saat siang hari, kelelahan yang dapat meningkatkan
turunkan aktifitas mental/fisik kebingungan, aktifitas yang
pada sore hari. terprogram tanpa stimulasi
berlebihan yang meningkatkan
waktu tidur.
2 Hindari penggunaan “pengikatan” Resiko gangguan sensori,
secara terus menerus. meningkatkan agitasi dan
menghambat waktu istirahat.
3 Evaluasi tingkat stres/orientasi Peningkatan kebingungan,
sesuai perkembangan hari demi disorientasi dan tingkah laku yang
hari. tidak kooperatif dapat melanggar
pola tidur yang mencapai tidur
pulas.
4 Lengkapi jadwal tidur dan ritual Penguatan bahwa saatnya tidur dan
secara teratur. Katakan pada mempertahankan kestabilan
pasien bahwa saat ini adalah lingkungan. Catatan: Penundaan
waktu untuk tidur. waktu tidur mungkin diindikasikan
untuk memungkinkan pasien
membuang kelebihan energi dan
memfasilitasi tidur.
10) Devisit perawatan diri berhubungan dengan retinopati atau kebutaan dal
kelemahan fisik
Tujuan:
Kriteria hasil:
Tabel 2.11
Intervensi keperawatan Devisit perawatan diri (Doenges, 2000)
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Kaji perawatan diri pasien Membantu dalam menentukan
intervensi selanjutnya
2 Anjurkan keluarga untuk Memenuhi kebutuhan hygine
membantu pasien dalam pasien
malakukan personal hygine
3 Lakuan penyibinan jika pasien Mempermudah dalam
tidak bisa mobilisasi membersihkan pasien
4 Lakukan oral hygien tiap saat Meningkatkan nafsu makan
sebelum dan setelah makan
5 Anjurkan keluarga untuk Menjaga kebersihan pasien
mengganti pakaian pasien
minimal 2 x sehari
Tujuan:
Kriteria hasil:
pengobatan.
Tabel 2.12
Intervensi keperawatan kurangnya pengetahuan (Doenges, 2000)
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Ciptakan lingkungan saling Menanggapi dan memperhatikan
percaya dengan mendengarkan perlu diciptakan sebelum pasien
penuh perhatiaan dan selalu ada bersedia mengambil bagian dari
untuk pasien. proses belajar
2 Berkolaborasi dengan pasien Partisipasi dalam perencanaan
dalam menata tujuan belajar yang meningkatkan antusias dan
diharapkan. kerjasama pasien dengan prinsip-
prinsip yang dipelajari.
3 Pilih berbagai stragi blajar, sepertiPenggunaan cara yang berbeda
teknik demonstrasi yg tentang mengakses informasi
memerlukan ketrampilan dan meningkatkan penyerapan pada
biarkan pasien individu yang belajar.
mendemonstrasikan ulang
4 Diskusikan tentang rencana diet Kesadaran tentang pentingnya diet
dan penggunaan makanan tinggi akan membantu pasien dalam
serat. merencanakan makan atau mentaati
program. Serat dapat
memperlambat absorbsi glukosa.
2.2.5 Implementasi
Implementasi merupakan fase ketika perawat menerapkan perencanaan ke
telah dibuat dan memacu pada rencana keperawatan yang telah dibuat.
dengan melibatkan klien dan keluarga serta anggota tim keperawatan dan
2.2.6 Evaluasi
keperawatan dapat berhasil atau gagal, selain itu perawat dapat menemukan
masalah
E = Evaluasi
R = Reassessment