Anda di halaman 1dari 18

AUDIT SDM

MODUL 1. PENGERTIAN, SISTEM DAN PROSES AUDI SDM

KB. 1 Pengertian Audit


a. Auditing adalah jasa yang diberikan oleh auditor dalam memeriksa dan mengevaluasi
laporan keuangan yang disajikan perusahaan klien. Pemeriksaan ini tidak dimaksudkan
untuk mencari kesalahan atau menemukan kecurangan, walaupun dalam pelaksanannya
sangat memungkinkan diketemukannya kesalahan atau kecurangan. Pemeriksaan atas
laporan keuangna dimaksudkan untuk menilai kewajaran atas laporan keuangan
berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (Agoes, 2004).
b. Audit adalah pengujian yang independen, objektif dan mahir atas seperangkat laporan
keuangan dari suatu perusahaan beserta dengan semua bukti penting yang mendukung.
Hal ini diarahkan dengan maksud untuk menyatakan pendapat yang berguna dan dapat
dipercaya dalam bentuk laporan tertulis, seperti apakah laporan keuangan
menggambarkan posisi keuangan kemajuan dari suatu perusahan secara wajar dan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (Stamp dan Moonitz dalam Suharli, 2000).
c. Audit adalah akumulasi dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan
melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dengan criteria yang telah ditentukan.
Audit seharusnya dilakukan oleh ornag yang kompeten dan independen (Arens dkk,
2008).
d. Audit adalah kegiatan mengumpulkan informasi factual dan signifikan melalui interaksi
(pemeriksaan, pengukuran, dan penilaian serta penarikan kesimpulan) secara sistematis,
objektif, dan terdokumentasi yang berorientasi pada asas nilai manfaat (Susilo, 2002).

Jenis audit:
a. Financial audit (audit laporan keuangan)
Audit keuangan merupakan evaluasi kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh
manajemen secara keseluruhan dibandingkan dengan standar akuntansi keuangan yang
berlaku dan diterima secara umum.
b. Compliance audit (audit ketaatan)
Audit ketaatan merupakan pemeriksaan untuk mengetahu apakah prosedur dan aturan
yang telah ditetapkan oleh pihak yang memiliki otoritas sudah dijalankan oleh pihak atau
personil yang seharusnya menjalankan prosedur dan aturan tsb. Prosedur dan aturan
tersebut bisa berasal dari luar organisasi atau perusahaan, atau bisa juga merupakan
prosedur dan aturan yang merupakan kebijakan internal perusahaan.
c. Operational audit (audit operasional)
Adalah pemeriksaan atas semua atau sebagian prosedur dan metode operasional suatu
organisasi untuk menilai efisiensi, efektivitas, dan keekonomiannya. Audit operasional
biasanya dilakukan oleh pihak manajemen untuk mencari rekomendasi perbaikan untuk
meningkatkan kinerja organisasi. Dalam beberapa literature, audit operasional juga sering
disebut dengan audit manajemen. Audit operasional atau audit manajemen ini merupakan
audit yang ruang lingkupnya sangat luas yang dapat meliputi seluruh fungsi dalam
organisasi, mulai dari pemasaran, produksi atau operasi, organisasi dan SDM, dsb.

Pihak dalam audit ada 3 yaitu:


1) Auditor
Adalah orang atau pihak yang memiliki kompetensi untuk melakukan audit. Dalam
melakukan audit harus objektif dan independen.
2) Auditee
Adalah orang atau pihak yang menjadi objek audit. Objek audit ini sangat beragam, bisa
berupa laporan, proses, hasil kerja, dsb. Meskipun demikian, apapun objek yang diaudit
tentu ada pihak atau orang yang bertanggung jawab thd objek audit tsb.
3) Stakeholder
Adalah pihak yang berkepentingan thd hasil audit. Bisa berasal dari internal organisasi,
misalnya manajemen puncak atau bisa juga berasal dari eksternal seperti pemegang
saham atau pemerintah.

Audit adalah sebuah alat dalam manajemen untuk memastikan bahwa organisasi berjalan secara
efektif dan efisien. Apabila kita kaitkan dengan fungsi manajemen (Planning, Organizationing,
Leading, Controlling) tsb, audit secara khusus berada dalam fungsi controlling atau
pengendalian.

Secara sederhana, proses pengendalian dalam manajemen dijabarkan dalam beberapa langkah,
yaitu:
1) Menetapkan standar yang jelas yang akan menjadi dasar dalam pengendalian manajemen;
2) Memonitor dan mencatat kinerja actual;
3) Membandingkan kinerja dengan standar;
4) Menyampaikan hasil perbandingan kepada pihak yang bertanggung jawab;
5) Mengambil tindakan korektif bila diperlukan dan memberiikan umpan balik.

The Committee of Sponsoring Organizations of the Tradeway Commission (COSO), sebuah


lembaga yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan melalui etika bisnis,
pengendalian internal yang efektif, dan tata kelola perusahaan yang baik menjelaskan mengenai
pengendalian internal, yaitu:
1) Pengendalian internal adalah sebuah proses. Pengendalian internal adalah sebuah sarana
untuk mencapai tujuan, dan bukan tujuan itu sendiri.
2) Pengendalian internal dipengaruhi oleh orang. Pengendalian internal bukanlah sekedar
manual kebijakan dan formulir, tetapi juga terkait dengan orang di setiap level organisasi.
3) Pengendalian internal diharapkan dapat memberiikan jaminan yang logis, masuk akal dan
dapat diterima namun bukanlah jaminan yang mutlak.
4) Pengendalian internal dilakukan untuk mencapai satu atau lebih tujuan yang terpisah
namun saling terkait.

Dalam pengendalian manajemen, audit juga focus pada dua isu utama manejemen yaitu
efektivitas dan efisiensi. Audit dilakukan untuk memastikan bahwa organisasi berjalan ke arah
yang benar dalam mencapai tujuannya seoptimal mungkin (efektif), dengan biaya yang
seminimal mungkin (efisiensi).

Tujuan dan Manfaat Audit


Sebagai alat dalam pengendalian manajemen, audit tidak terlepas dari tujuan pengendalian
manajemen itu sendiri, yaitu untuk memastikan:
a. Tingkat keekonomian, efisiensi, dan efektifitas pencapaian tujuan organisasi;
b. Kepatuhan terhadap berbagai peraturan perundangan yang berlaku dan kebijakan
manajemen;
c. Masalah yang ada dapat diidentifikasi, dan juga penyebabnya;
d. Pengamanan asset dan informasi;
e. Peluang peningkatan pendapatan dan laba, atau penurunan biaya dalam organisasi dapat
diidentifikasi;
f. Pencegahan dan deteksi kesalahan dan penipuan;
g. Kualitas pencatatan akuntansi dan penyusunan informasi keuangan dan manajemen yang
dapat diandalkan secara berkala;
h. Berbagai pilihan tindakan yang tesedia bagi manajemen dapat diidentifikasi.

Setiap audit pasti memiliki tujuan yang berbeda-beda tergantung dari jenis audit yang dilakukan.
Namun demikian, secara umum audit memiliki tujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat
digunakan sebagai rekomendasi pengambilan keputusan dalam mencapai tujuan organisasi.

Terkait dengan tujuan audit, COSO membagi tujuan audit menjadi tujuan strategis dan tujuan
operasional.
Tujuan strategis audit adalah tujuan audit yang langsung berhubungan dengan organisasi, yaitu
untuk memastikan:
a. Pertama: kepatuhan terhadap peraturan perundangan
Evaluasi kepatuhan praktik bisnis terhadap peraturan yang berlaku merupakan salah satu
tujuan audit yang paling penting, dan tujuan dasar ini mempengaruhi tujuan audit lainnya.
Kepatuhan ini didorong atau dipaksa oleh peraturan dan perundangan eksternal, standar
profesi, kontrak dengan mitra kerja atau konsumen, dan seluruh kebijakan, panduan,
instruksi, system dan prosedur internal.
b. Kedua: keterandalan dan konsistensi penyajian laporan keuangan
Penyajian laporan keuangan terutama karena adanya keharusan dari peraturan
perundangan yang berlaku. Berbagai peraturan perundangan yang ada mengharuskan
perusahaan menyajikan laporan keuangan dengan cara atau metode sedemikian rupa yang
telah ditentukan untuk memastikan akurasi dan konsistensi laporan keuangan tsb.
c. Ketiga: efisiensi operasional dan kemampulabaan (profitability)
Memastikan efektifitas dan efisiensi internal adalah salah satu tujuan utama organisasi.
Audit dilakukan untuk memastikan bahwa semua elemen dalam organisasi melakukan
semua proses atau aktivitas yang esensial dengan cara yang tepat.

Tujuan operasional:
a. Monitor risiko
Untuk memastikan organisasi dapat mencapai tujuannya, perlu dilakukan audit terhadap
exposure risiko yang dihadapi setiap unit sehingga risiko tsb dapat ditangani secara tepat
sejak dini.
b. Mengevaluasi system pengendalian manajemen
System pengendalian manajemen dapat berupa laporan, komunikasi, observasi, dsb yang
fungsi utamanya adalah sebagai pengendalian atas berbagai aktivitas dalam organisasi.
Audit diperlukan untuk memastikan bahwa system pengendalian manajemen yang ada
berjalan secara efektif dan efisien.
c. Memastikan efektifitas dan efisiensi operasi perusahaan
Hasil audit yang dilakukan dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Salah satu
manfaat utama dari audit, yang juga menjadi tujuan audit seperti yang dijelaskan di atas
adalah sebagai dasar pengambilan keputusan dalam meningkatkan efektifitas dan
efisiensi organisasi.

Manfaat audit:
1) Manfaat bagi manajemen
Audit yang dilakukan baik yang dilakukan secara internal maupun oleh auditor eksternal,
baik yang dilakukan secara sukarela atas inisiatif sendiri maupun yang dilakukan untuk
memenuhi kewajiban memberii manfaat besar bagi manajemen untuk:
a) Mendapat gambaran mengenai apa yang terjadi di dalam organisasinya, termasuk
permasalahan yang terjadi.
b) Mengambil keputusan atau tindakan perbaikan yang diperlukan untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi organisasi. Langkah perbaikan ini bisa sangat beragam dan
luas, seperti mengubah tata letak dan proses produksi, menyusun ulang struktur
organisasi, melakukan mutasi personil, dsb.
2) Manfaat bagi stakeholder
a) Bagi investor atau pemilik modal untuk menilai kinerja manajemen dalam
menjalankan organisasi terkait dengan pencapaian sasaran organisasi khususnya
terkait dengan investasi yang sudah dikeluarkan.
b) Bagi kreditur untuk menentukan kelayakan pemberian kredit atau pinjaman modal
kerja.
c) Bagi pemerintah untuk melakukan pengawasan dan juga dalam menyusun regulasi,
misalnya dalam penanganan kesehatan dan keselamatan kerja, pelaporan pajak, dsb.
d) Pihak-pihak lainnya seperti perusahaan asuransi, akademisi, calon investor, dsb.
3) Manfaat bagi auditor
a) Pemahaman mengenai operasi dan manajemen organisasi yang diaudit, baik secara
fungsional maupun komprehensif melalui pengalaman melakukan audit.
b) Network atau jaringan yang luas melalui hubungan dengan banyak pihak khususnya
pihak yang diaudit.
4) Manfaat bagi auditee
a) Mengetahui permasalahan yang terjadi dalam ruang lingkup pekerjaan dan tanggung
jawabnya.
b) Mengetahui tingkat ketaatannya terhadap berbagai peraturan perundangan dan
ketentuan atau kebijakan internal organisasi.
c) Memperoleh rekomendasi perbaikan atas permasalahan atau kekurangan yang terjadi.

Tahapan dan Aktivitas audit:


a. Tahap pra audit yaitu perencanaan audit
Audit adalah suatu program atau aktivitas yang tentunya akan memakan biaya yang tidak
kecil baik biaya material, energy maupun waktu. Untuk itu, audit harus direncanakan
dengan baik agar hasilnya maksimal dan memberii manfaat yang diinginkan. Apabila
dilihat dari analisa biaya-manfaat (cost benefit analysis), audit harus memberi manfaat
lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan. Dalam tahap perencanaan audit ini, aktivitas
yang dilakukan tidak terbatas pada:
1) Menentukan tujuan audit
2) Menentukan ruang lingkup audit
Auditor harus menyusun skala prioritas dengan membatasi ruang lingkup audit sesuai
dengan tujuan yang ditetapkan. Apabila diperlukan, audit bisa dilakukan secara
bertahap.
a) Menentukan pendekatan atau metode audit yang digunakan.
b) Menyusun jadwal audit
c) Mengumpulkan informasi awal; aktivitas ini sering disebut dengan preliminary
audit atau audit pendahuluan antara lain dengan melakukan physical tour,
mempelajari proses bisnis, observasi, dsb. Audit pendahuluan ini mungkin saja
akan menghasilkan:
(1) Perumusan tujuan audit yang lebih rinci dan atau spesifik.
(2) Daftar bidang/kegiatan yang akan menjadi sasaran dalam tahap audit
selanjutnya.
(3) Temuan sementara terkait dengan objek audit dan criteria yang telah
ditetapkan.
(4) Bukti-bukti yang perlu diperoleh atau didalami pada audit selanjutnya.

b. Tahap pelaksanaan audit


Tahap ini merupakan tahap yang sangat krusial dan sering kali menjadi focus dalam
keseluruhan aktivitas audit. Dalam tahap ini, auditor mungkin melakukan aktivitas
berikut tetapi tidak terbatas pada:
1) Analisis dokumen.
2) Membandingkan suatu aktivitas yang dilakukan dengan system dan prosedur yang
berlaku.
3) Mewawancarai auditee; wawancara dilakukan untuk menanyakan hal yang tidak
jelas, melakukan klarifikasi, meminta penjelasan, dsb.
4) Mencari bukti.
Bukti adalah fakta dan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pembuatan
kesimpulan audit. Dalam proses audit, aduditor harus dapat menganalisis dan
menentukan fakta dan informasi yang relevan, andal dan berkaitan dengan tujuan audit.
Karena itu, untuk dapat digunakan sebagai dasar pembuatan kesimpulan audit, bukti yang
diperoleh dalam audit harus memenuhi criteria:
(1) Relevan : berhubungan dengan aktivitas yang sedang diaudit.
(2) Material : cukup berarti dalam mempengaruhi kesimpulan yang dibuat.
(3) Valid : diperoleh dari sumber yang dapat dipercaya
(4) Cukup : memadai sebagai dasar pembuatan kesimpulan

Dalam pengembangan temuan ini, perlu diperhatikan beberapa pertimbangan sbb:


(1) Analisis dilakukan secara konstektual yaitu pada waktu dan kondisi dimana
program/aktifitas yang diaudit terjadi, bukan konteks pada saat audit dilakukan.
(2) Kompleksitas dan besarnya sumber daya yang terkait program atau aktivitas yang
diaudit.
(3) Analisis dan pengembangan temuan dilakukan secara independen, objektif, teliti dan
cermat sesuai dengan bukti yang ada.
(4) Beberapa temuan yang mungkin tidak menjadi ruang lingkup audit namun cukup
penting dapat menjadi catatan untuk pelaksanaan audit selanjutnya.

c. Tahap post audit


Tahap ini merupakan tahap setelah aktivitas audit dilakukan. Dalam tahap ini, aktivitas
yang dilakukan antara lain tetapi tidak terbatas pada:
1) Menyusun laporan audit; laporan audit disusun dalam format yang telah ditentukan
sebelumnya. Format laporan ini bisa disajikan secara kronologis sesuai dengan
informasi yang diperoleh selama tahapan audit, atau disajikan sesuai dengan
kepentingan pengguna laporan.
Laporan audit berisi kesimpulan audit tentang elemen-elemen atas tujuan audit dan
rekomendasi yang diberikan untuk memperbaiki berbagai kekurangan yang terjadi
serta rencana tindak lanjut dalam mengaplikasikan rekomendasi tsb.
2) Diskkusi; laporan audit dapat menjadi bahan diskusi untuk menyusun rencana tindak
lanjut atau rekomendasi atas temuan audit.

Norma pelaksanaan audit adalah pedoman bagi akuntan public atau auditor dalam menilai
kualitas hasil pekerjaan dan mengukur tingkat tanggung jawab akuntan atau auditee. Secara baku
norma yang menjadi ukuran pekerjaan auditor tersebut ditetapkan oleh organisasi akuntan atau
auditor professional, contohnya Generally Accepted Auditing Standars (GAAS). GAAS
mencakup mutu professional akuntan public dan pertimbangan dalam pelaksanaan dan pelaporan
audit (Michell Suharli).

GAAS terdiri dari:


a. Norma Umum
1) Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dalam
bidangnya dan telah menjalani latihan teknis yang cukup.
2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan yang diberikan kepadanya,
auditor harus senantiasa mempertahankan sikap mental independen.
3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan keuangan, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

b. Norma Pelaksanaan audit


1) Audit harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus dipimpin dan
diawasi dengan semestinya.
2) System pengendalian intern yang ada harus dipelajari dan dinilai dengan secukupnya
untuk menentukan dapat/tidaknya system tersebut diandalkan sebagai dasar untuk
menetapkan luasnya pengujian yang harus dilakukan serta prosedur audit yang
digunakan.
3) Bukti kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, tanya jawab,
dan konfirmasi sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapat atas laporan yang
diaudit.

c. Norma pelaporan
1) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
2) Laporan audit harus menyatakan apakah prinsip akuntansi dalam periode berjalan, telah
dilaksanakan secara konsisten dibandingkan dengan periode sebelumnya.
3) Pengungkapan informative dengan laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan keuangan.
4) Laporan audit harus memuat suatu pernyataan mengenai laporan keuangan secara
menyeluruh atau memuat suatu penegasan bahwa pernyataan demikian tidak dapat
diberikan, maka alasannya harus diberikan. Dalam hal auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan, maka laporan audit harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat
pekerjaan audit jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikulnya.

Selain GAAS, juga ada kode etik perilaku professional menurut AICPA yang terdiri dari
empat bagian yaitu:
1) Prinsip-prinsip etika adalah standar ideal dari perilaku etis yang dapat dicapai dalam
terminogi filosofis.
2) Peraturan perilaku adalah perilaku jelas yang harus ditaati oleh semua akuntan public
yang menjalankan praktek akuntansi public.
3) Interpretasi peraturan perilaku, tidak merupakan keharusan tetapi para praktisi harus
memahaminya.
4) Ketetapan etika adalah penjelasan yang dikeluarkan oleh komisi pelaksana dari divisi
etika professional mengenai beberapa situasi nyata yang khusus.

Norma audit dapat berasal dari:


1) Panduan etika yang berasal dari organisasi profesi.
2) Panduan etika dari perusahaan
3) Panduan lainnya sesuai peraturan perundangan di masing-masing Negara, industry atau
lingkungan tertentu.

Secara umum, norma audit mengatur beberapa hal. Pertama adalah mengenai kualifikasi atau
karakteristik yang dibutuhkan untuk menjadi auditor. Hal ini sangat penting karena kualitas
audit yang dilakukan akan sangat ditentukan oleh kualifikasi auditor yang melakukannya, tidak
hanya kemampuan teknisnya tetapi juga sikap dan perilakunya. Beberapa karakteristik personal
yang penting dimiliki oleh seorang auditor antara lain:
1) Integritas
2) Empati
3) Reliabilitas atau keterandalan
4) Bertanggung jawab
5) Dapat dipercaya
6) Berorientasi pada detail.

Selain itu, norma audit umumnya juga mengatur mengenai prinsip pelaksanaan audit, antara
lain:
1) Independence; auditor harus melakukan audit secara bebas dan tidak memiliki
kepentingan terhadap pihak yang diaudit.
2) Discretion and confidentiality; data dan fakta yang didapatkan dalam proses audit harus
dijaga kerahasiaannya kecuali ada peraturan perundangan yang mengharuskan, misalnya
dalam pengadilan.
3) Objectivity; audit harus dilakukan secara objektif berdasarkan data dan fakta yang
ditemukan, tidak dipengaruhi oleh perasaan auditor terhadap pihak yang diaudit.
4) Fairness; audit dilakukan secara proporsional, data dan temuan diintegrasikan dengan
baik dan dilaporkan dengan tepat.
5) Diligence; auditor harus berusaha keras untuk mencari temuan yang signifikan dalam
audit yang sangat mempengaruhi kualitas audit.
6) Social acceptability; pelaksanaan audit dan implementasi dari hasil temuannya harus
dapat diterima secara sosial.
7) Authority; auditor memiliki kewenangan yang cukup untuk melakukan berbagai aktivitas
dan meminta informasi yang dibutuhkan sesuai dengan ruang lingkup dan tujuan audit.
8) Cultural awareness; auditor harus sadar akan adanya perbedaan budaya mengingat di era
globalisasi ini karyawan perusahaan bisa berasal dari berbagai etnis atau bangsa dengan
beragam latar belakang budaya.

Regulasi yang diterapkan terhadap auditor di Indonesia saat ini terbagai menjadi dua, yaitu:
1) Regulasi oleh pemerintah, antara lain:
a) Gelar akuntan (UU No. 34 Tahun 1954)
b) Penyelenggaraan pendidikan profesi (Kepmen No. 179/U/2001)
c) Register Negara (Kepmen No. 331/KMK/017/1999)
d) Pemberian jasa (kepmen No. 426/KMK.06/2002 dan No. 359*KMK.06/2003)
e) Regulasi oleh otoritas lain seperti Bank Sentral, Bapepam, dsb.
2) Regulasi oleh organisasi profesi akuntan, antara lain:
a) Standar akuntansi
b) Standar audit
c) Kode etik profesi

RANGKUMAN
KB 1 MOdul 1 ini menjelaskan mengenai peran, fungsi, pengertian dan manfaat audit.
Dalam fungsi manajemen, audit secara khusus berperan dalam tahap pengendalian. Audit sendiri
dapat dibagi dalam tiga jenis, yaitu audit laporang keuangan, audit ketaatan, dan audit
operasional. Ada tiga pihak yang selalu terlibat dalam audit, yaitu pihak yang diaudit, pihak yang
melakukan audit, dan pihak yang berkepentingan terhadap hasil audit. Audit dapat member
manfaat bagi banyak pihak, yaitu manfaat bagi manajemen, auditor, stakeholder, dan pihak yang
diaudit.
Aktivitas audit sendiri dapat terbagi dalam tiga tahap, mulai dari tahap sebelum audit,
tahap pelaksanaan audit, sampai tahap setelah audit. Dalam pelaksanaannya, audit memiliki
berbagai norma yang mengatur. GAAS menyebutkan bahwa norma audit terdiri atas norma
umum, norma pelaksanaan audit, dan norma pelaporan.

KB. 2 Audit Sumber Daya Manusia

Audit MSDM adalah pemeriksaan dan penilaian secara sistematis, objektif, dan terdokumentasi
terhadap fungsi-fungsi organisasi yang terpengaruh oleh manajemen SDM dengan tujuan
memastikan dipenuhinya asas kesesuaian, efektivitas, dan efisiensi dalam pengelolaan SDM
untuk mendukung tercapainya sasaran-sasaran fungsional maupun tujuan jangka organisasi
secara keseluruhan baik untuk jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang
(Susilo, 2000).
Bayangkara (2008) mengatakan bahwa audit MSDM merupakan penilaian dan analisis yang
komprehensif terhadap program-program SDM. Walaupun secara khusus audit ini dilakukan
oleh Departemen SDM, tetapi tidak terbatas pada aktivitas yang terjadi pada departemen ini.
Secara singkat, audit MSDM adalah alat untuk mengevaluasi berbagai aktivitas manajemen
SDM dalam organisasi atau perusahaan. Audit MSDM dilakukan untuk menilai kualitas
manajemen SDM dalam perusahaan dan bagaimana aktivitas-aktivitas tsb mendukung strategi
perusahaan.

Audit MSDM sendiri memiliki ruang lingkup yang sangat luas yang mencakup semua aktivitas
manajemen SDM mulai dari rekrutmen dan seleksi, pelatihan dan pengembangan, penggajian
dan program retensi, sampai pada program terminasi atau pemutusan hubungan kerja. Lebih luas
lagi, audit MSDM juga mencakup ruang lingkup organisasi seperti efektivitas struktur
organisasi, rentang kendali, pola hubungan antar jabatan, sampai pada uraian jabatan.

Area utama audit fungsi MSDM antara lain:


 Perencanaan SDM dan analisa Jabatan
 Pengadaan SDM (rekrutmen dan seleksi)
 Pengembangan SDM (pelatihan dan pengembangan, karier)
 Pemeliharaan SDM (Penilaian kinerja, kompensasi/balas jasa, hubungan industrial,
system informasi SDM)

Audit MSDM menurut Marin Costel dapat dilihat dari beberapa perspektif:
1. Perspektif teknis organisasional
Audit MSDM merupakan alat untuk memverifikasi dokumen dan menganalisis berbagai
indicator yang menunjukkan tingkat efisiensi organisasi.
2. Perspektif sosio psikologis
Audit SDM merupakan sarana untuk menilai kualitas hubungan kerja di dalam sebuah
perusahaan untuk melihat faktor apa yang penting bagi motivasi karyawan dan
mengidentifikasi sumber daya untuk mengoptimalkan organisasi menurut sudut pandang
karyawan.
3. Perspektif ekonomis
Audit MSDM merupakan alat untuk:
a. Membangun daya saing perusahaan dalam area SDM, yang dapat dilakukan dengan
membandingkan indicator sosial dan ekonomis perusahaan dengan peraturan atau
prosedur dan kebijakan yang berlaku, atau dengan perusahaan lain yang sejenis.
b. Mengembangkan efektifitas fungsi departemen SDM dengan makin meningkatnya
peran dan kewenangan departemen SDM.
c. Mengembangkan efektivitas audit itu sendiri dengan membandingkan antara biaya
audit dengan dampak atau manfaat dari audit yang dilakukan.

Proses manajemen SDM secara umum dapat dibagi dalam tiga aktivitas besar, yaitu:
1. Attraction
Aktivitas attraction atau penarikan SDM terkait dengan bagaimana menarik SDM yang
dimulai dari proses perencanaan SDM, analisis jabatan, sampai rekrutmen dan seleksi.
2. Development
Aktivitas development atau pengembangan SDM terkait dengan proses pengembangan
karyawan agar sesuai kebutuhan organisasi antara lain melalui proses pembelajaran,
pelatihan, penilaian dan pengembangan karyawan.
3. Retention
Aktivitas retention atau retensi SDM terkait dengan program pemeliharaan karyawan
antara lain melalui karier, kesejahteraan, dan hubungan industrial.

Ulrich (1997) dalam bukunya Human Resource Champion menjelaskan bahwa Departemen
SDM saat ini memiliki empat peran, yaitu:
a. Strategic partner, yang berperan mengaitkan praktek dan strategi sumber daya manusia
dengan strategi bisnis.
b. Administrative expert, yang berperan membangun dan mengembangkan infrastruktur
manajemen SDM. Peran ini adalah peran tradisional Departemen SDM yang masih harus
dijalankan.
c. Employee champion, yang terlibat dalam permasalahan sehari-hari, isu dan kebutuhan
karyawan agar mereka dapat memberikan kontribusi yang maksimal.
d. Change agent, yang berperan dalam proses transformasi dan perubahan yang terjadi
dalam organisasi.

Tujuan audit MSDM adalah:


a. Menilai efektifitas dari Departemen SDM untuk mengetahui apakah departemen SDM
sudah menjalankan fungsinya secara efektif atau sudah mencapai tujuan. Secara umum
efektifitas ini berarti apakah Depaertemen SDM sudah berhasil menyediakan tenaga kerja
yang sesuai dengan kebutuhan organisasi, baik dari sisi jumlah maupun kualifikasi pada
waktu yang tepat.
b. Menilai efisiensi dari Departemen SDM. Pencapaian tujuan atau efektifitas Departemen
SDM bukan berarti dilakukan dengan biaya yang tidak terkontrol (at any cost).
Sebaliknya, semua program atau aktivitas SDM harus dilakukan secara efisien dan
ekonomis dengan tetap mengacu pada sasaran.
c. Menilai ketaatan program atau aktivitas SDM. Program atau aktifitas SDM harus
dievaluasi apakah sudah mengikuti berbagai peraturan perundangan dan ketentuan yang
berlaku atau tidak.
d. Membantu manajemen SDM memberikan kontribusi yang signifikan terhadap tujuan
organisasi.
e. Menciptakan nilai sehingga organisasi bertanggung jawab secara sosial, etikal dan
mampu unggul dalam persaingan.
f. Mendapatkan umpan balik dari para karyawan dan manajer operasi dalam hal yang
berkaitan dengan efektivitas manajemen SDM.
g. Memperbaiki fungsi manajemen SDM dengan menyediakan sarana untuk membuat
keputusan ketika akan mengurangi atau menambah kegiatan-kegiatan SDM.

Audit MSDM yang dilakukan dapat memberi banyak manfaat, antara lain:
a. Mengidentifikasi permasalahan kritis terkait dengan pengelolaan SDM.
b. Melakkukan perbaikan dalam pengelolaan SDM
c. Mengevaluasi dan menstimulasi keseragaman kebijakan dan praktek manajemen SDM.
d. Menjadi dasar pengambilan keputusan terkait SDM
e. Mengomunikasikan isu SDM dengan pihak terkait, seperti manajer lini atau pemerintah.
f. Mengidentifikasi kontribusi Departemen/unit kerja SDM bagi organisasi.
g. Mengklarifikasi tugas dan tanggung jawab serta meningkatkan citra profesionalisme
Departemen SDM.
h. Memastikan kepatuhan terhadap berbagai peraturan perundangan.
i. Mengurangi biaya SDM melalui prosedur personalia yang lebih efektif.
j. Menciptakan penerimaan yang lebih tinggi akan perubahan yagn dibutuhkan Departemen
SDM.
k. Mendorong kajian ulang yang mendalam dan sistematis akan system informasi
Departemen SDM.

Kinerja audit MSDM mengukur


HR effectiveness : sejauh mana Departemen/unit kerja SDM sudah mencapai tujuannya.
HR efficiency : berapa besar biaya
HR Capability : kemampuan atau kompetensi SDM yaitu para professional atau spesialis di
Departemen/unit kerja SDM secara individual maupun kemampuan Departemen/unit kerja SDM
secara keseluruhan.
HR excellence : seberapa baik Departemen SDM dalam menyusun, mengembangkan, dan
mengimplementasikan system-sistem manajemen SDM.
Sistem adalah sekumpulan komponen, elemen, atau bagian yang bekerja bersama secara
interdependen untukk mencapai sesuatu. System memanfaatkan input tertentu melalui
serangkaian proses, dan mentransformasikannya dalam bentuk output: produk, jasa atau
informasi.

Proses audit terdiri dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan atau eksekusi audit, pelaporan,
sampai tindak lanjut. Semua bagian dari audit MSDM ini harus dilakukan dengan baik agar
tujuan audit dapat tercapai secara optimal. Audit MSDM tidak akan berjalan dengan baik
misalnya apabila tikda memiliki perncanaan yang baik. Sebaliknya, bila perencanaan audit
MSDM sudah dilakukan dengan baik tapi dalam pelaksanannya tidak optimal maka audit
MSDM yang dilakukan juga tidak akan optimal.
1. Perencanaan Audit MSDM
Beberapa hal yang harus diperhatikan agar audit MSDM optimal yaitu:
a. Kebijakan audit
b. Audit roadmap, merupakan visualisasi dari strategi dan proses audit yang berlaku
secara spesifik di suatu organisasi.
c. Perencanaan audit tahunan
d. Permintaan audit
e. Penentuan ruang lingkup audit
2. Persiapan Audit MSDM
Dalam persiapan audit MSDM ini dilakukan beberapa kegiatan, antara lain:
a. Perumusan tujuan, tujuan audit MSDM harus dirumuskan secara spesifik, terukur,
realistis, relevan dalam koridor waktu yang jelas (smart: specific, measurable,
realistic, relevant, time bound).
b. Pembatasan ruang lingkup
c. Perumusan program audit yang kemudian dituangkan dalam kertas kerja audit
MSDM.
d. Penentuan metode audit, metode audit MSDM harus dipilih sesuai dengan program
audit sesuai dengan situasi atau kondisi pada saat pelaksanaan audit.
e. Penyusunan jadwal dan tim audit; jadwal harus disusun secara cermat dan harus
selesai sesuai dengan koridor waktu yang telah ditetapkan. Selain jadwal, dalam
pelaksanaan audit MSDM juga harus ditentukan personil atau auditor yang akan
melakkuan audit, baik itu internal auditor maupun external auditor.
f. Investigasi awal
g. Pengumuman audit

3. Pelaksanaan Audit MSDM


Setelah pengumuman audit diinformasikan, maka audit MSDM akan memasuki tahap
eksekusi atau pelaksanaan. Dalam tahap pelaksanaan audit MSDM ini akan dilakukan
beberapa aktivitas, antara lain:
a. Analisis dokumen
b. Wawancara
c. Analisis historis
d. Survey
e. Eksperimen

4. Pelaporan Audit MSDM


Penyusunan laporan audit, dapat dibuat dengan melakukan:
a. Diskusi, diperlukan untuk mempertajam temuan terutama yang bersifat material atau
penting.
b. Klarifikasi, karena bisa saja antara auditor dan auditee memiliki persepsi yang
berbeda atas suatu temuan, terutama terkait dengan konteks pada saat temuan audit
MSDM tsb terjadi.
c. Closing meeting, ada pertemuan penutupan untuk proses lebih lanjut dalam membina
hubungan baik khususnya untuk rencana tindak lanjut dari audit MSDM.
d. Penyusunan laporan sesuai dengan format yang direncanakan atau sesuai dengan
format yang telah disepakati sebelumnya.

5. Tindak lanjut Audit MSDM


Hasil audit MSDM yang dituangkan dalam laporan perlu ditindaklanjuti dengan:
a. Penyusunan rekomendasi
b. Penyusunan program aksi
c. Evaluasi

RANGKUMAN:
K. 2 ini menjelaskan tentang pengertian dan ruang lingkup audit MSDM. Audit MSDM
adalah pemeriksanaan dan penilaian secara sistematis, objektif, dan terdokumentasi terhadap
fungsi-fungsi organisasi yagn terpengaruh oleh manajemen SDM dengan tujuan memastikan
dipenuhinya asas kesesuaian, efektifitas, dan efisiensi dalam pengelolaan SDM untuk
mendukung tercapainya sasaran-sasaran fungsional maupun tujuan jangka organisasi secara
keseluruhan baik untuk jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang. Audit
MSDM sendiri memiliki ruang lingkup yang sangat luas, dan mencakup semua aktivitas
manajemen SDM mulai dari attraction, development, sampai retention.
Audit MSDM dilakukan untuk mencari informasi terkait pengelolaan SDM yang
bertujuan untuk menjamin ketaatan, efektivitas, dan efisiensi pengelolaan SDM demi
kepentingan pengendalian organisasi. Banyak pihak yang mendapat manfaat dari audit MSDM
ini, mulai dari pihak manajemen, Departemen SDM, Manajer lini, karyawan, sampai auditor itu
sendiri.
Karena sangat penting dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit, audit MSDM harus
direncanakan dan dijalankan dengan baik. System audit terdiri dari proses perencanaan,
persiapan, eksekusi, pelaporan, sampai tindak lanjut.

Modul 2 RUANG LINGKUP AUDIT SDM


Kegiatan Belajar 1. Audit Komptabilitas
Mengacu pada pengertian audit SDM, maka bila anda akan merencanakan suatu program
audit, ruang lingkup audit SDM yang akan diaudit akan sangat luas, sama luasnya dengan
seluruh dimensi manajemen SDM dalam arti mencakup keseluruhan aspek manajemen SDM
yang menjadi target audit, oleh karena itu perlu dibatasi. Pada kegiatan belajar 1 materi yang
dibahas adalah audit kompatibilitas yang menekankan pada keselarasan dan konsistensi strategi,
kebijakan dan prosedur MSDM dengan sasaran dan strategi korporat/perusahaan.
Hal ini penting dilakukan selain menilai apakah departemen/divisi SDM telah
menjalankan perannya sebagai mitra strategik, juga dikarenakan temuan atas keselarasan dan
konsistensi strategi MSDM ini mencerminkan apa dan bagaimana praktek SDM akan dilakukan
di perusahaan serta mutakhir tidaknya aktivitas/program aksi yang diterapkan perusahaan. Atas
dasar pertimbangan tersebut audit kompatibilitas penting untuk dipahami dan dikuasai dengan
baik.

Kegiatan Belajar 2. Audit Fungsi Perencanaan dan Pengadaan SDM


Terkait dengan luasnya ruang lingkup audit SDM, maka agar memudahkan anda untuk
mempelajari dan menguasai keseluruhan materi, dalam KB.2. materi yang dibahas mencakup
fungsi MSDM terkait dengan upaya menarik kandidat agar mau bergabung dengan perusahaan,
diawali dengan audit perencanaan SDM dan analisa jabatan kemudian dilanjutkan dengan materi
mengenai audit pengadaan SDM yaitu audit Rekruitmen dan audit Seleksi.
Audit perencanaan SDM membahas apa dan bagaimana perusahaan melakukan proses
perancangan suatu rencana SDM yang strategik sifatnya dengan memperkirakan permintaan dan
kebutuhan SDM melalui analisa eksternal dan internal sehingga perusahaan memiliki suatu
blueprint yang bisa dijadikan landasan dasar dalam menentukan dan melakuan aktivitas/program
aksi SDM lainnya.
Materi audit analisa jabatan mencakup pengertian dan proses bisnis analisa jabatan,
dimana pada intinya output dari audit analisa jabatan yaitu uraian dan persyaratan jabatan
merupakan instrumen penting yang akan digunakan dalam menilai proses rekrutmen dan seleksi.
Sedangkan materi audit rekrutmen dan audit seleksi memberikan gambaran mengenai
pengertian dan proses bisnis dari masing-masing fungsi, dimana bila proses dan metode yang
digunakan tepat dan efektif, maka perusahaan akan mendapatkan SDM yang diinginkan yang
bisa memberikan kontribusi maksimal dan berarti sesuai kapasitas yang dimiliki.

Kegiatan Belajar 3. Audit Fungsi Pengembangan dan Pemeliharaan SDM


Dalam kegiatan belajar 3 modul 2 ini, materi yang dibahas adalah: Audit Pelatihan dan
Pengembangan SDM, Audit Karier, Audit Penilaian Kinerja dan Audit Balas Jasa.
Audit pelatihan dan pengembangan mencakup pengertian dan proses bisnis dimana anda
kemudian bisa mendapatkan gambaran menyeluruh tentang apa dan bagaimana suatu program
pelatihan dirancang dalam rangka meningkatkan kompetensi pegawai baik untuk jabatan saat ini
maupun untuk posisi jabatan yang kelak akan menjadi tanggung jawabnya.
Audit karier diuraikan dengan pendekatan yang sama yaitu mencakup pengertian dan
proses bisnis karier sehingga melalui gambaran input-proses-output, akan dapat dipahami aspek
apa saja yang berpengaruh dalam praktek pengembangan karier pegawai, mulai dari perencanaan
strategik SDM dimana dirumuskan kualitas SDM seperti apa yang diinginkan kemudian
dilanjutkan dengan tahap assesment, tahap perencanaan karier dan tahap pengembangan karier.
Tahap asesment, merupakan proses penggalian kompetensi pegawai, dimana data hasil
assesment digabung dengan data hasil penilaian kinerja kemudian didokumentasikan dalam
portofolio SDM. Tahap perencanaan karier merupakan proses dimana melalui program knseling,
atasan bersama-sama pegawai menentukan tujuan karier yang ingin dicapai. Tahap
pengembangan karier merupakan proses penentuan bentuk program pengembangan seperti apa
yang akan diterapkan pada pegawai.
Audit penilaian kinerja dan audit balas jasa juga menjelaskan pengertian dan cakupan
proses bisnis kedua fungsi tersebut. Penilaian kinerja adalah proses evaluasi kinerja seorang
karywan pada periode tertentu. Penilaian kinerja sangat diperlukan sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan di bidang SDM.
Dalam sistem balas jasa atau kompensasi, perlu disadari bahwa kompensasi terbagi
menjadi kompensasi moneter dan nonmoneter. Selain itu, kompensasi moneter dibagi lagi
menjadi kompensasi langsung dan tidak langsung. Proses evaluasi jabatan sangat penting
dilakukan untuk mencapai keadilan internal dalam sistem kompensasi.

KB.4. Audit Kepuasan Kerja, Ketaatan dan Budaya Perusahaan


Audit kepuasan kerja merupakan proses pemeriksaan dan penilaian secara sistematis,
obyektif, dan terdokumentasi terhadap aspek-aspek yang berpengaruh yaitu kesesuaian pegawai
dengan karakteristik pekerjaan dan niai utama perusahaan sehingga termotivasi menampilkan
kinerjanya yang terbaik.
Audit ketaatan merupakan proses pemeriksaan dan penilaian secara sistematis, objektif
dan terdokumentasi terhadap kesesuaian praktek MSDM dengan kebijakan, peraturan dan
regulasi yang berlaku dalam rangka mewujudkan keadilan dan kesejahteraan pegawai maupun
citra serta kelangsungan perusahaan dalam jangka panjang.
Audit budaya perusahaan merupakan proses pemeriksaan dan penilaian secara sistematis,
objektif dan terdokumentasi terhadap nilai-nilai yang berlaku dan orientasi pendekatan yang
digunakan perusahaan dalam menghadapi tantangan perubahan dalam lingkup usaha yang sarat
akan persaingan. Ketiga audit tersebut merupakan aktivitas yang tak kalah pentingnya
dibandingkan audit komptabilitas dan audit fungsi-fungsi MSDM, karena terkait erat dengan
pencapaian output MSDM khususnya yang terkait dengan kualitas SDM yang diinginkan yaitu
pegawai dengan tingkat absensi rendah, tingkat turn over rendah, berkompeten, memiliki kinerja
dan komitmen tinggi, memiliki kepuasan kerja tinggi dan ketaatan asas tinggi dalam arti tingkat
ketaatan pegawai terhadap kebijakan, sistem prosedur, peraturan, dan regulasi yang berlaku
tergolong tinggi.

Modul 3 PENDEKATAN RISET DAN AUDIT FUNGSI SDM


KB.1. Model Pendekatan dan Kunci Keberhasilan Audit SDM
Audit SDM pada dasarnya tidak berbeda dengan proses konsultasi di bidang SDM yang
bertujuan mengevaluasi dan memberikan saran perbaikan praktek MSDM. Model pendekatan
dan instrumen riset audit SDM serta faktor penentu keberhasilan audit SDM sebagai panduan
agar auditor mampu menerapkan program audit dengan benar.
Dalam hal ini disarankan menggunakan model audit yang merupakan model
berlandaskan holistik, spiritual, strategik, dan integratif, berbasis proses bisnis dan kompetensi
dengan tanggung jawab etika, tanggung jawab sosial dan tanggung jawab kepada stakeholder.
Pendekatan audit SDM yang digunakan antara lain pendekatan komparatif, otoritas luar,
statistik, ketaatan terhadap kebijakan dan peraturan serta Management by Objectives (MBO).
Pilihan pendekatan biasanya mencakup sebagian atau merupakan gabungan seluruh pendekatan.
Instrumen riset audit SDM mencakup analisis dokumen, analisis historis, survei,
wawancara dan eksperimen. Pilihan instrumen juga sangat tergantung tujuan yang ingin dicapai,
akan tetapi pada umumnya minimal mencakup gabungan analisis dokumen, survei, dan
wawancara. Agar penerapan audit SDM keberhasilannya bisa optimal, auditor perlu memenuhi
persyaratan kompetensi yang seharusnya antara lain kompetensi dalam hal prosedur, metode dan
teknik audit, perundang-undangan dan peraturan yang berlaku, sistem manajemen dan referensi
dokumen SDM, sistem dan sistem prosedur SDM, pemahaman situasi dan penguasaan bisnis
korporat dari perusahaan yang diaudit; mendapat dukungan dari pimpinan puncak serta mampu
bersinergi dengan auditee.

KB.2. Audit Fungsi Perencanaan dan Pengembangan SDM


Dalam praktek manajemen SDM, perusahaan menentukan aktivitas/program yang pada
intinya selaras dengan strategi, kebijakan dan peraturan yang berlaku berlandaskan sistem dan
sistem prosedur baku yang ditetapkan. Sasaran audit SDM antara lain menilai apakah praktek
manajemen SDM ini sudah tepat, efektif dan benar.
Penjelasan bagaimana bisa melakukan audit fungsi perencanaan SDM, audit fungsi
Analisa Jabatan, audit fungsi Rekrutmen dan audit fungsi Seleksi di suatu institusi/perusahaan
dengna tujuan menilai ketepatan, efektivitas, kesesuaiannya dengan sistem dan ketaatannya
terhadap sistem prosedur yang berlaku. Agar mempermudah maka pada setiap fungsi SDM
diberikan indikator keberhasilan audit serta contoh pertanyaan dengan acuan sistem dan proses
bisnis dari fungsi SDM terkait, yang bisa diajukan untuk menggali dan mendapatkan informasi,
data sebagai bukti eviden yang dapat dipertanggungjawabkan. Pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan mengacu pada proses bisnis (input-proses-output) dari fungsi SDM yang akan diaudit.
Agar pelaksanaan audit terarah maka harus mempertimbangkan hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam proses audit.

KB.3. Audit Fungsi Pengembangan dan Pemeliharaan SDM


Penjelasan bagaimana bisa melakukan audit fungsi Pelatihan dan Pengembangan, audit
fungsi Manajemen Karier, audit fungsi Penilaian Kinerja, audit fungsi Kompensasi (Balas Jasa)
di suatu institusi/perusahaan dengan tujuan menilai ketepatan, efektivitas, kesesuaiannya dengan
sistem dan ketaatannya terhadap sistem prosedur yang berlaku. Agar mempermudah maka pada
setiap fungsi SDM diberikan indikator keberhasilan audit serta contoh pertanyaan dengan acuan
sistem dan proses bisnis dari fungsi SDM terkait, yang bisa diajukan untuk menggali dan
mendapatkan informasi, data sebagai bukti eviden yang dapat dipertanggungjawabkan.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mengacu pada proses bisnis (input-proses-output) dari
fungsi SDM yang akan diaudit. Misalkan dalam melakukan audit fungsi pelatihan dan
pengembangan maka pertanyaan yang diajukan sesuai dengan indikator keberhasilan audit fungsi
pelatihan dan pengembangan dengan mempertimbangkan proses bisnis.
Agar pelaksanaan audit terarah maka harus mempertimbangkan hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam proses audit.

Modul 4 PENGUKURAN DAN AUDIT ASPEK SDM


KB.1. HR Metrics
Menjelaskan mengenai pergeseran paradigma dalam pengelolaan SDM, mulai dari era
personalia, human resources, sampai pada human capital. Masing-masing era memiliki
penekanan sendiri, era personalia yang menekankan pada kontrol dan administrasi kepegawaian,
era human resources yang menekankan pada layanan, dan era human capital fokus pada
pengambilan keputusan organisasi.
Dengan adanya pergeseran paradigma tersebut, dibutuhkan berbagai ukuran (metrics)
yang dapat digunakan untuk mengukur sejauhmana SDM di suatu organisasi sudah dikelola
secara efektif dan efisien. Meskipun pada awalnya tidak mudah untuk menyusun dan
mengembangkan berbagai ukuran tersebut, saat ini sudah banyak tersedia berbagai ukuran
keberhasilan yang dapat digunakan. Namun demikian, bukan berarti organisasi atau perusahaan
harus menggunakan semua atau sebanyak mungkin ukuran. Mereka malah harus memilih
beberapa metrics saja yang paling sesuai yang relevan dan mempengaruhi pencapaian tujuan
bisnisnya.

KB.2. Menilai Tingkat Lowongan Pekerjaan, Tingkat Perputaran Karyawan, dan


Penyelenggaraan Pelatihan
Perusahaan harus memonitor agar tidak banyak posisi yang kosong, khususnya pada
jabatan-jabatan kunci. Apabila jabatan kunci ini lowong untuk jangka waktu yang lama maka hal
ini dapat merugikan perusahaan.
Masalah lain yang dihadapi oleh banyak perusahaan saat ini adalah tingginya angka
turnover atau keluar masuknya pegawai. Semakin tinggi angka turnover pegawai, maka berarti
makin tinggi biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dan
mempersiapkan SDM yang baru.
Penyelenggaraan pelatihan sebagai salah satu metode pengembangan SDM harus
diperhatikan perusahaan karena akan bermanfaat bagi perusahaan maupun bagi karyawan.
Perusahaan harus memastikan bahwa karyawan memiliki kompetensi yang memadai untuk
menyelesaikan pekerjaannya, dan pelatihan adalah salah satu cara yang dapat digunakan.

KB.3. Menilai Tingkat Absensi, Tingkat Lembur, Tingkat Kesalahan, dan Tingkat
Keluhan dan Pengaduan
Perusahaan harus menekan jumlah karyawan yang absen karena dapat menimbulkan
biaya yang besar. Dalam beberapa kondisi, khususnya di industry manufaktur, ketidakhadiran
karyawan sangat mengganggu proses produksi.
Selain itu, perusahaan juga harus memperhatikan tingkat lembur karyawan. Jam lembur
yang panjang bagi karyawan dalam jangka panjang dapat merugikan karyawan dan perusahaan
itu sendiri. Auditor juga harus memperhatikan apakah jam lembur meningkatkan produktivitas.
Tingkat kesalahan pegawai harus ditekan serendah mungkin bahkan dihilangkan.
Kesalahan pegawai dapat menimbulkan biaya yang sangat besar baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Lebih lanjut, kesalahan yang dilakukan pegawai dapat menimbulkan
tuntutan hukum dari konsumen.
Tingkat keluhan dan pengaduan karyawan dapat digunakan oleh perusahaan untuk
mengukur iklim kerja secara keseluruhan di perusahaan. Namun demikian, yang lebih penting
adalah bagaimana perusahaan menindaklanjuti keluhan dan pengaduan tersebut.

Modul 5. AUDIT BIAYA UMUM DAN EFEKTIVITAS ORGANISASI


KB.1. Audit Biaya Jabatan/Pekerjaan dan Audit Biaya Gaji dan Upah
Audit biaya jabatan/pekerjaan dan audit biaya gaji dan upah berdasarkan kerangka
pemikiran bahwa penilaian tersebut mempengaruhi biaya pengelolaan SDM yang pada akhirnya
akan memberikan dampak berarti terhadap pengeluaran perusahaan secara keseluruhan karena
merupakan beban tetap perusahaan terbesar. Dengan demikian perusahaan perlu menilai ROI
(Return On Investment) bidang SDM agar investasi dan biaya praktek MSDM tidak merugikan
tetapi justru memberi manfaat ekonomik bagi perusahaan.
Audit biaya jabatan/pekerjaan mengacu pada jenis, jenjang dan fungsi jabatan/pekerjaan
serta merupakan fondasi bagi pemberian gaji dasar/gaji pokok. Dalam hal ini auditor perlu
memahami prinsip dan komponen yang merupakan cakupan gaji dan upah agar mampu
memeriksa dan menilai biaya gaji dan upah secara tepat dan benar.

KB.2. Audit Biaya Pelatihan dan Audit Biaya Pengembangan Organisasi


Bahasan mengenai penilaian sector pelatihan dan sector pengembangan organisasi
Departemen/unit kerja SDM. Biaya kedua sector tersebut merupakan biaya investasi yang
besarannya bervariasi tergantung tujuan.
Biaya yang diperkirakan harus dibayarkan baik biaya langsung maupun biaya tidak
langsung (potential cost) dan manfaat atau keuntungan yang akan diperoleh berupa uang maupun
yang non ekonomik (potential benefit). Pada dasarnya pelatihan dan pengembangan organisasi
merupakan sector yang beresiko tinggi karena dampaknya tidak langsung terlihat sehingga perlu
dilakukan analisa, pertimbangan yang matang. Dengan demikian pengetahuan tentang tahapan
dan proses bisnis program pengembangan organisasi Departemen/unit kerja SDM yang
berdampak terhadap komponen-komponen biaya, merupakan prasyarat bagi auditor agar bisa
menghitung ROI dari kedua aspek tersebut dengan benar.

KB.3. Audit Efetktivitas SDM, Audit Kondisi Lingkungan Kerja, dan Audit Efektivitas
Menjelaskan tentang a) pengertian dan pengukuran audit efektivitas SDM melalui survey
terhadap motivasi, komitmen dan sikap pegawai b) audit kondisi lingkungan kerja melalui
penerapan program K3 c) audit keefektivitas organisasi Departemen/unit kerja SDM dengan
menggunakan goal approach, resource approach, dan internal process approach.
Bahasan isu ini merupakan bagian terkait dengan efektivitas pengelolaan SDM
khususnya terkait dengan audit terhadap pencapaian sasaran MSDM. Dimana temuan hasil audit
digunakan untuk meningkatkan motivasi, komitmen dan sikap pegawai, memperbaiki system
manajemen K3, serta meningkatkan efektivitas organisasi Departemen/unit kerja SDM.

Modul 6 AUDIT KEPUASAN KERJA, AUDIT KETAATAN, AUDIT BUDAYA


PERUSAHAAN dan PELAPORAN HASIL AUDIT SDM
KB.1. Audit Kepuasan Kerja dan Audit Ketaatan
Menjelaskan pertama, faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menerapkan audit
kepuasan kerja yaitu faktor job fit, motivational fit dan organizational fit. Kedua, menjelaskan
pengertian audit ketaatan serta aspek yang perlu dievaluasi dalam menerapkan audit ketaatan
internal yaitu kepatuhan praktek MSDM terhadap kebijakan, peraturan dan SOP baku yang
berlaku di perusahaan dan audit ketaatan audit eksternal yaitu kepatuhan praktek pengelolaan
perusahaan terkait dengan tanggung jawab sosial.
Penjelasan juga termasuk alasan mengapa audit kepuasan kerja dan audit ketaatan perlu
dilakukan. Melalui audit kepuasan kerja, perusahaan bisa mendapatkan gambaran mengenai cara
pikir dan perasaan pegawai terhadap iklim perusahaan yang akan memotivasinya serta pada
akhirnya akan berdampak terhadap kinerja pegawai bersangkutan. Sedangkan melalui audit
ketaatan, manajemen bisa mendapatkan umpan balik sejauh mana penyimpangan praktek
MSDM terhadap kebijakan dan peraturan internal perusahaan maupun terhadap peraturan dan
perundang-undangan yang ditetapkan pemerintah terkait bidang MSDM dan lingkungan.
Dengan demikian manajemen bisa melakukan koreksi dan perbaikan demi kepentingan
pegawai, pengguna, masyarakat dan pemerintah serta menjaga citra dan kelangsungan hidup
perusahaan di masa depan.
KB.2. Audit Budaya Perusahaan
Menjelaskan tentang pengertian budaya dan keterkaitannya dengan pengelolaan SDM
serta bagaimana menerapkan audit budaya perusahaan melalui survey dengan menggunakan tipe
kuesioner terstruktur yang berbeda.
Budaya perusahaan yang mencerminkan nilai-nilai utama perusahaan dapat
diidentifikasikan dari artefacts misalnya antara lain dari perumusan visi dan misi, motto, bahasa,
kebijakan, system, system prosedur dan peraturan yang berlaku. Cara lain yang dapat dilakukan
melalui survey.
Dari perspektif MSDM, budaya perusahaan merupakan faktor kunci bagi perusahaan
untuk menarik dan mempertahankan SDM bertalenta. Dan bahwa aspek kepemimpinan visionary
mempengaruhi keberhasilan upaya mengembangkan budaya perusahaan yang mendukung
terwujudnya nilai-nilai yang mampu memenangkan persaingan dan membawa keuntungan
berkelanjutan bagi perusahaan.

KB.3. Penyusunan Laporan Audit SDM dan Rekomendasi Hasil Audit SDM
Menjelaskan tentang penyusunan laporan audit SDM termasuk di dalamnya
Rekomendasi dan program aksi. Dalam hal ini auditor harus menyadari bahwa kemampuan
membuat penyusunan laporan audit bukanlah sesuatu yang mudah karena pada dasarnya
menuntut keterampilan khusus dimana penyampaian harus didasari kebijaksanaan dan kehati-
hatian agar pihak auditee memahami dengan hati bilamana terdapat ketidaksesuaian dan atas
kemauan sendiri berkeinginan untuk melakukan tindakan perbaikan yang membawa manfaat
bagi departemen/unit SDM dan perusahaan.
Pada dasarnya penyusunan laporan audit SDM terdiri dari tahapan pra penyusunan dan
tahap penyusunan laporan audit dengan memperhatikan makna, bentuk atau format, isi dan
sistematika, gaya penyampaian laporan audit sehingga efektif sekaligus menarik pembaca atau
pihak yang diaudit.

Anda mungkin juga menyukai