Anda di halaman 1dari 14

MODUL

PERKULIAHAN
Pendidikan
Pancasila dan
Kewarganegaraan

Pancasila sebagai
Sistem Etika

Program Tatap
Fakultas Kode MK Disusun Oleh
Studi Muka
Psikologi Psikologi PPKN Chory Prima Sari
06
DAFTAR ISI

PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3
LATIHAN.............................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 13

2019 [PPKn] Pengembangan Materi Pembelajaran dan e-learning


[Chory Prima Sari] http://mercubuana-yogya.ac.id/ 2
PEMBAHASAN

Etika merupakan ilmu yang membahas soal kriteria baik dan buruk dari
perilaku manusia. Istilah etika berasal dari bahasa Yunani, “ethos” yang bermakna
tradisi atau kebiasaan yang berkaitan dengan tingkah laku atau tindakan manusia.
Ethos juga berarti keseluruhan perilaku manusia yang membentuk karakter
manusia. Dalam bahasa latin, ethos juga punya makna sepadan dengan kata
mores yang kemudian lebih dikenal dengan istilah moral. Dalam hal ini, etika bisa
dimaknai sebagai filsafat moral.
Etika merupakan cabang filsafat. Secara umum, filsafat berarti pandangan
hidup yang mengandung kebijaksanaan berdsarkan refleksi pengalaman dan
pengetahuan ilmiah. Dalam hal ini, etika bisa disebut sebagai filsafat moral.
Filsafat moral dalam hal ini berarti konsep tentang perilaku baik dan buruk yang
menjadi pandangan atau panduan hidup manusia. Ada 6 definisi moral berkaitan
dengan nilai yakni
1. Sesuatu yang fundamental yang dicari orang sepanjang hidupnya.
2. Suatu kualitas atau tindakan yang berharga, kebaikan, makna atau
pemenuhan karakter untuk kehidupan seseorang.
3. Suatu kualitas atau tindakan yang sebagian membentuk identitas
seseorang sebagai pengevaluasian diri, penginterpretasian diri dan
pembentukan diri.
4. Suatu kriteria fundamental bagi seseorang untuk memilih sesuatu yang
baik di antara berbagai kemungkinan tindakan.
5. Suatu standar yang fundamental yang dipegang oleh seseorang ketika
bertingkah laku bagi dirinya dan orang lain.
6. Suatu ”objek nilai” atau suatu hubungan yang tepat dengan sesuatu yang
sekaligus membentuk hidup yang berharga dengan identitas kepribadian
seseorang. Objek nilai mencakup karya seni, teori ilmiah, teknologi, objek
yang disucikan, budaya, tradisi, lembaga, orang lain dan alam itu sendiri.
Dalam kehidupan sehari-hari, etika sering dipertukarkan dengan etiket.
Padahal sebenarnya kedua istilah ini memiliki makna yang berbeda. Etika erat

2019 [PPKn] Pengembangan Materi Pembelajaran dan e-learning


[Chory Prima Sari] http://mercubuana-yogya.ac.id/ 3
kaitannya dengan nilai, sedangkan etiket berkaitan dengan sopan santun. Etiket
mempelajari soal bagaimana berperilaku santun, sedangkan etika mempelajari
soal tindakan yang bernilai baik. Etika mengajarkan bagaimana kita mengejar
nilai-nilai kebaikan dari setiap perilaku kita. Sedangkan etiket merujuk pada tata
cara berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat.
Filsafat moral atau etika memiliki beberapa aliran antara lain keutamaan,
teleologis dan deontologis. Aliran keutamaan mempelajari perihal perilaku
manusia yang baik atau buruk yang mengarahkan pada keberadaan dan karakter
manusia. Aliran keutamaan menekankan pada seseorang untuk menjadi manusia
seperti apa. Karakter atau watak dalam nilai keutamaan antara lain baik hati,
ksatriya, belas kasih, terus terang, bersahabat, murah hati, bernalar, percaya diri,
penguasaan diri, sadar, suka bekerja bersama, berani, santun, jujur, terampil, adil,
setia, ugahari (bersahaja), disiplin, mandiri, bijaksana, peduli dan toleran. Etika
keutamaan juga mengarahkan seseorang dalam penguasaan diri. Semua bagian
tubuh punya fungsinya masing-masing. Jika digunakan untuk bekerja dan
bergerak, tubuh jadi sehat dan tumbuh dengan baik, tetapi jika tak digunakan dan
dibiarkan maka ia akan jadi penyakit susah tumbuh dan cepat menua.
Selain itu, ada aliran teleologis yakni hasil dari tindakan moral. Teleologis
menentukan nilai tindakan atau kebenaran dari suatu tindakan. Meskipun
seseorang mengikuti asas-asas moral yang tinggi, tetapi hasil tindakannya buruk,
maka tindakan tersebut dianggap tidak etis. Etika teleologis ini menganggap nilai
moral dari suatu tindakan dinilai berdasarkan pada efektivitas tindakan tersebut
dalam mencapai tujuannya. Etika teleologis ini juga menganggap bahwa di
dalamnya kebenaran dari tujuan akhir ditentukan. Teleologi berasal dari kata
Yunani telos yang berarti akhir, tujuan dan keadaan utuh, sedangkan logos
bermakna ilmu atau kajian. Etika teleologi menganggap moral didasarkan pada
hasil dari tindakan manusia. Dalam hal ini, manusia punya pemikiran sendiri
dalam mencapai tujuannya.
Kemudian ada aliran deontologi, yakni etika yang berkaitan dengan
kewajiban moral sebagai hal yang benar. Kewajiban moral bermakna kewajiban
yang mesti dijalankan karena layak dan patut. Dalam hal ini, kewajiban moral
merupakan kelayakan rasional yang tak dapat diturunkan. Istilah deontologi
2019 [PPKn] Pengembangan Materi Pembelajaran dan e-learning
4 [Chory Prima Sari] http://mercubuana-yogya.ac.id/
berasal dari kata Yunani deon yang berarti kewajiban dan logos yang berarti ilmu.
Etika deontologi menilai suatu tindakan baik atau buruk berdasar pada apakah
tindakan tersebut sesuai degan kewajiban moral. Dalam etika deontologi, ada tiga
prinsip yang harus dipenuhi yakni
1. Tindakan bernilai moral adalah tindakan yang harus dijalankan
berdasarkan pada kewajiban moral.
2. Nilai moral dari tindakan kemauan baik dari orang untuk melakukan
tindakan.
3. Kewajiban moral merupakan sesuatu yang niscaya yang harus dilakukan
karena hormat pada hukum moral universal.
Pengertian Pancasila sebagai sistem etika adalah mempelajari dimensi etis
atau moral dari nilai-nilai Pancasila. Sederhananya, hal ini bisa disebut sebagai
etika pancasila. Etika Pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-
sila Pancasila untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara di Indonesia. Etika Pancasila mengandung nilai-nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Etika Pancasila berarti
pernilaian baik dan buruk berdasar pada nilai-nilai Pancasila. Suatu tindakan
dianggap baik jika tidak bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Dalam hal ini,
etika pancasila menjadi panduan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Berikut penjabaran etika Pancasila:

 Sila Ketuhanan Yang Maha Esa


Sila ketuhanan mengandung dimensi moral berupa nilai spiritualitas yang
mendekatkan diri manusia kepada Sang Pencipta dan ketaatan kepada nilai
agama dan kepercayaan yang dianutnya. Hakikat sila ketuhanan terletak pada
keyakinan bangsa Indonesia bahwa Tuhan sebagai penjamin prinsip-prinsip
moral. Artinya, setiap perilaku warga negara harus didasarkan atas nilai-nilai
moral yang bersumber pada norma agama dan keyakinan. Setiap prinsip moral
yang berlandaskan pada norma agama dan keyakinan memiliki kekuatan (force)
untuk dilaksanakan oleh pengikut-pengikutnya. Dalam hal ini, nilai moral dalam
sila pertama turut mengajarkan untuk saling menghormati dan menghargai antar
sesama pemeluk agama dan keyakinan. Hal ini juga berari setiap warga bebas
untuk memeluk agama dan menjalankan kewajiban menurut agama dan

Page 5 Universitas Mercu Buana Yogyakarta


kepercayaannya masing-masing. Tidak ada paksaan bagi orang untuk menganut
keyakinan dan menjalankan kewajibannya. Dalam hal ini, negara turut menjamin
dan melindungi kebebasan beragama bagi warganya. Negara turut menjamin
perkembangan dan tumbuh suburnya kehidupan beragama serta kehidupan
toleransi antarumat beragama. Cara pengamalan sila pertama yakni:
 Manusia Indonesia percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
 Hormat menghormati dan bekerja sama antarpara pemeluk agama dan
para penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina
kerukunan hidup.
 Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaannya.
 Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

 Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


Sila kemanusiaan mengandung dimensi humanis, artinya menjadikan
manusia lebih manusiawi dan beradab dengan meningkatkan kualitas nilai-nilai
kemanusiaan dalam pergaulan antarsesama. Hakikat sila kemanusiaan terletak
pada actus humanus, yaitu tindakan manusia yang mengandung implikasi dan
konsekuensi moral yang dibedakan dengan actus homini, yaitu tindakan manusia
yang biasa. Tindakan kemanusiaan yang mengandung implikasi moral
diungkapkan dengan cara dan sikap yang adil dan beradab sehingga menjamin
tata pergaulan antarmanusia dan antarmakhluk yang bersendikan nilai-nilai
kemanusiaan yang tertinggi, yaitu kebajikan dan kearifan. Hakikat sila
kemanusiaan adalah manusia monopluralis, yang terdiri atas 3 monodualis, yaitu
susunan kodrat (jiwa, raga), sifat kodrat (makhluk individu, sosial) dan kedudukan
kodrat (makhluk pribadi yang otonom dan makhluk Tuhan). Cara pengamalan sila
kedua Pancasila yakni:

2019 [PPKn] Pengembangan Materi Pembelajaran dan e-learning


6 [Chory Prima Sari] http://mercubuana-yogya.ac.id/
 Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi
antarsesama manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
 Saling menghormati hak asasi manusia (HAM).
 Mengembangkan sikap tenggang rasa.
 Tidak semena-mena terhadap orang lain.
 Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
 Gemar melakukan kegiatan sosial dan kemanusiaan.
 Berani membela kebenaran dan keadilan berdasarkan nilai-nilai
kemanusiaan.

 Bangsa Indonesia menganggap dirinya sebagai bagian dari seluruh umat


manusia. Oleh karena itu, perlu dikembangkan sikap hormat-menghormati
dan bekerja sama dengan bangsa lain.

 Sila Persatuan Indonesia


Sila persatuan Indonesia mengandung dimensi nilai solidaritas, rasa
kebersamaan dan cinta tanah air. Hakikat sila persatuan Indonesia terletak pada
kesediaan untuk hidup bersama sebagai warga bangsa yang mementingkan
masalah bangsa di atas kepentingan individu atau kelompok. Etika yang
terkandung dalam sila ini terwujud dalam nasionalisme yang mempersatukan
beragam suku, agama dan ras dalam masyarakat Indoesia yang mampu
melahirkan kekuatan untuk menghadapi penetrasi nilai yang bersifat memecah
belah bangsa. Hakikat sila persatuan Indonesia terkait dengan semangat
kebangsaan. Rasa kebangsaan terwujud dalam bentuk cinta tanah air, yang
dibedakan ke dalam 3 jenis, yaitu tanah air nyata, tanah air formal dan tanah air
mental. Tanah air nyata adalah bumi tempat orang dilahirkan dan dibesarkan,
bersuka dan berduka, yang dialami secara fisik sehari-hari. Tanah air formal
adalah negara bangsa yang berundang-undang dasar, yang menjadikan
masyarakat Indonesia menjadi warga negara. Undang-undang menggariskan
hukum dan peraturan untuk menata, mengatur, memberikan hak serta kewajiban,
mengesahkan, membatalkan, memberikan perlindungan, menghukum,
memberikan surat pengenal dan surat lainnya. Tanah air mental tidak dibatasi

Page 7 Universitas Mercu Buana Yogyakarta


oleh ruang dan waktu, karena tidak bersifat geografis. Ia merupakan imajinasi
yang dibentuk dan dibina oleh ideologi atau seperangkat gagasan dasar. Cara
pengamalan sila ketiga Pancasila yakni:
 Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, keselamatan bangsa dan
bernegara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
 Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
 Cinta tanah air dan bangsa.
 Bangga sebagai bangsa Indonesia yang bertanah air Indonesia.
 Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang
berbhineka tunggal ika.

 Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan Perwakilan.
Sila kerakyatan mengandung dimensi nilai berupa sikap menghargai orang
lain, mau mendengar pendapat orang lain dan tidak memaksakan kehendak
kepada orang lain. Hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah
untuk mufakat yakni keputusan yang diambil lebih didasarkan atas semangat
musyawarah untuk mufakat, bukan membenarkan begitu saja pendapat mayoritas
tanpa peduli pendapat minoritas. Sila kerakyatan juga mengajarkan untuk
menghargai diri sendiri sama halnya dengan menghargai orang lain. Sila
kerakyatan turut mengandung nilai demokrasi, yakni pemerintahan dari rakyat
oleh rakyat dan untuk rakyat. Dalam kehidupan negara demokrasi, warga negara
dan warga masyarakat mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama
dengan mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat. Cara pengamalan
sila keempat Pancasila yakni:
 Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
 Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
 Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.

2019 [PPKn] Pengembangan Materi Pembelajaran dan e-learning


8 [Chory Prima Sari] http://mercubuana-yogya.ac.id/
 Dengan usaha yang baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil putusan musyawarah.
 Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani
yang luhur.
 Putusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, dapat menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.

 Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Sila keadilan mengandung dimensi nilai kepedulian terhadap nasib orang
lain dan kesediaan membantu kesulitan orang lain. Hakikat sila keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan perwujudan dari sistem etika yang tidak
menekankan pada kewajiban semata (deontologis) atau menekankan pada tujuan
belaka (teleologis), tetapi lebih menonjolkan keutamaan (virtue ethics) yang
terkandung dalam nilai keadilan itu sendiri. Keadilan berarti rasa wajib kepada diri
sendiri dan manusia lain, serta terhadap Tuhan terkait dengan segala sesuatu
yang telah menjadi haknya. Sila keadilan juga mengandung nilai emansipasi,
yakni kesetaraan manusia secara sosial. Cara pengamalan sila kelima Pancasila
yakni
 Mengembangkan perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
 Bersikap adil dalam sosial dan kemanusiaan
 Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
 Menghormati hak-hak orang lain.
 Suka memberi pertolongan kepada orang lain
 Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
 Tidak bersifat boros.
 Hidup sederhana.
 Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
 Suka bekerja keras.
 Menghargai hasil karya orang lain.

Page 9 Universitas Mercu Buana Yogyakarta


 Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.

Sumber Pancasila Sebagai Sistem Etika


Sebagai sistem etika, Pancasila memiliki bentuk-bentuk berdasarkan pada
sumber historis, sosiologis dan politis. Dari sumber historis, Pancasila awal
mulanya lahir sebagai Philosofische Grondslag atau filsafar dasar negara. Dalam
hal ini, nilai-nilai Pancasila belum ditegaskan ke dalam sistem etika, tetapi nilai-
nilai moral telah ada dalam pandangan hidup masyarakat. Di era orde lama, nilai-
nilai kemandirian bangsa telah dikenal dalam masyarakat yang oleh Presiden
Soekarno disebut sebagai istilah berdikari (berdiri di atas kaki sendiri). Pada era
orde lama, zaman presiden Soekarno, Pancasila sebagi sistem etika tidak
maksimal diterapkan karena kepimpinan Soekarno yang hampir otoriter dengan
sistem demokrasi terpimpin. Pada zaman Orde Baru, Pancasila sebagai sistem
etika disosialisasikan melalui penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (P-4) dan diinstitusionalkan dalam wadah Badan Pembinaan
Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP-
7). Sistem etika Pancasila yang diwujudkan dalam P-4 mengajarkan manusia
Indonesia menjadi manusia yang berperilaku dan berakhlak mulia sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila. Dalam hal ini, konsep manusia Indonesia antara lain
monodualistik yakni makhluk rohani sekaligus makhluk jasmani, dan makhluk
individu sekaligus makhluk sosial serta mono-pluralis yakni terdiri atas susunan
kodrat: jiwa dan raga. Sedangkan di era reformasi, Pancasila sebagai sistem etika
cenderung tenggelam karena perebutan kekuasaan yang mengarah pada
pelanggaraan etika politik. baik oleh penyelenggara negara di legislatif, eksekutif,
maupun yudikatif. Penyalahgunaan kekuasaan atau kewenangan inilah yang
menciptakan korupsi, kolusi dan nepotisme di berbagai penyelenggara negara. Di
era reformasi, etika Pancasila cenderung diabaikan terutama dalam etika politik
para pejabat negara. Hal ini turut dipengaruhi oleh globalisasi yang melahirkan
budaya konsumerisme dan hedonisme.
Dari sumber sosiologis, Pancasila sebagai sistem etika bisa ditemukan
dalam kehidupan masyarakat dari berbagai etnik di Indonesia antara lain dalam
2019 [PPKn] Pengembangan Materi Pembelajaran dan e-learning
10 [Chory Prima Sari] http://mercubuana-yogya.ac.id/
kearifan lokal dari beragam budaya masyarakat Indonesia. Misalnya, orang
Minangkabau dalam hal bermusyawarah memakai prinsip “bulat air oleh
pembuluh, bulat kata oleh mufakat”. Dalam Falsafah Jawa misalnya ada
ungkapan ”Negara mawa tata, desa mawa cara” yang berarti persatuan
masyarakat dalam berbangsa dan bernegara. Negara punya aturan, desa memiliki
adat-istiadat.
Sedangkan dari sumber politis, Pancasila sebagai sistem etika ada dalam
norma-norma dasar (Grundnorm) sebagai sumber penyusunan konstitusi dan
berbagai peraturan perundangan-undangan di Indonesia. Sebagai sistem etika,
Pancasila, merupakan norma tertinggi (Grundnorm) yang bersifat abstrak,
sedangkan perundang-undangan yang merupakan norma di bawahnya bersifat
konkrit. Pancasila dalam bidang politik turut bisa mewujud dalam etika politik yang
mengatur masalah perilaku politik yang berhubungan juga dengan praktik institusi
sosial, hukum, komunitas, struktur-struktur sosial, politik dan ekonomi. Etika politik
memiliki 3 dimensi, yaitu tujuan, sarana, dan aksi politik. Dimensi tujuan mewujud
dalam upaya mencapai kesejahteraan masyarakat dan hidup damai yang
didasarkan pada kebebasan dan keadilan. Dimensi sarana memungkinkan
pencapaian tujuan yang meliputi sistem dan prinsip-prinsip dasar
pengorganisasian praktik penyelenggaraan negara dan yang mendasari institusi-
institusi sosial. Dimensi aksi politik berkaitan dengan pelaku pemegang peran
sebagai pihak yang menentukan rasionalitas politik.

Tantangan Pancasila Sebagai Sistem Etika


Pancasila sebagai sistem etika mengalami berbagai tantangan dari zaman
ke zaman. Di era Orde Lama, tantangannya adalah peyelengaraan pemerintahan
dilaksanakan dengan sistem demokasi terpimpin yang mengarah ke
otoritarianisme. Prinsip demokrasi musyawarah dan mufakat cenderung
diabaikan. Di zaman Orde Baru, tantangannya adalah soal korupsi, kolusi dan
nepotisme oleh pejabat negara yang merugikan rakyat. Praktik ini menkhianati
amanat rakyat dan prinsip perwakilan rakyat. Sedangkan di era reformasi,
tantangannya adalah etika dalam berpolitik yang cenderung tenggelam dalam
perayaan kebebasan individu sehingga muncul persoalan seperti hoaks dan
ujaran kebencian.

Page 11 Universitas Mercu Buana Yogyakarta


Dalam menghadapi tantangan dari zaman-zaman tersebut, Pancasila
sebagai sistem etika berperan sebagai sumber moral dan inspirasi bagi penentu
sikap, tindakan, dan keputusan yang diambil setiap warga negara termasuk para
pejabat/penyelenggara negara. Dalam konteks masyarakat, etika Pancasila
menjadi pemandu bagi setiap warga masyarakat dalam tata pergaulan, baik lokal,
nasional, regional maupun internasional. Dalam konteks penyelenggara negara,
etika Pancasila menjadi dasar analisis bagi berbagai kebijakan yang dibuat oleh
pejabat negara sehingga tidak keluar dari semangat negara kebangsaan yang
berjiwa Pancasilais. Sedangkan dalam konteks nasional, etika Pancasila menjadi
penyaring keragaman nilai yang berkembang dalam kehidupan masyarakat dan
membendung dampak buruk globalisasi, serta sebagai pencegah penyebaran
ideologi yang memecahbelah bangsa.

LATIHAN
1. Bagaimana anda menerapkan etika Pancasila, baik di lingkungan keluarga,
kampus maupun lingkungan sosial tempat tinggal anda?
2. Bagaimana pendapat anda soal kasus korupsi oleh para pejabat Negara?
3. Bagaimana tantangan etika Pancasila dalam kehidupan anak muda di
zaman sekarang?

2019 [PPKn] Pengembangan Materi Pembelajaran dan e-learning


12 [Chory Prima Sari] http://mercubuana-yogya.ac.id/
Daftar Pustaka
Bakry, Ms Noor, 2014, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Siswanto, Joko dan Sutikna, Nana, 2015, Pancasila: Refleksi Komprehensif Hal-
Ihwal Pancasila, Yogyakarta: Ladang Kata.

Tim Penyusun Ristek Dikti, 2016, Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi,
Jakarta: Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia.

Page 13 Universitas Mercu Buana Yogyakarta


2019 [PPKn] Pengembangan Materi Pembelajaran dan e-learning
14 [Chory Prima Sari] http://mercubuana-yogya.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai