Anda di halaman 1dari 5

GLOMERULONEFRITIS

A. Pengertian
Penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan inflamasi di glomerulus akibat
suatu proses imunologis. Glomerulonefritis akut (GNA) adalah suatu proses inflamasi di
glomeruli yang merupakan reaksi antigen-antibodi terhadap infeksi bakteri atau virus
tertentu.3-5 Infeksi yang paling sering terjadi adalah setelah infeksi bakteri streptokokus
beta hemolitikus grup A tipe nefritogenik (Glomerulonefritis akut post infeksi
streptokokus GNAPS). Glomerulonefritis akut (GNA) merupakan penyakit yang sering
ditemukan pada anak. Penyakit ini ditandai dengan hematuria yang timbul mendadak,
hipertensi, edem, dan penurunan fungsi ginjal. Meskipun penyakit ini dapat mengenai
semua umur, tetapi GNA paling sering didapatkan pada anak berumur 2–10 tahun. Angka
kejadian GNA sulit diketahui dan diperkirakan lebih tinggi dari angka kejadian yang
dilaporkan dalam kepustakaan sebab banyak pasien yang tidak terdeteksi karena
gejalanya ringan atau tidak menunjukkan gejala. Glomerulonefritis akut biasanya
merupakan respons tubuh terhadap infeksi yang sedang terjadi pada tubuh.
Dengan mengalirnya darah ke dalam kapiler glomerulus, plasma disaring melalui
dinding kapiler glomerulus. Hasil ultrafiltrasi tersebut yang bebas sel, mengandung
semua substansi plasma seperti  ektrolit, glukosa, fosfat, ureum, kreatinin, peptida,
protein-protein dengan berat molekul rendah kecuali protein yang berat molekulnya lebih
dari 68.000 (seperto albumin dan globulin). Filtrat dukumpulkan dalam ruang bowman
dan masuk ke dalam tubulus sebelum meningalkan ginjal berupa urin.
B. Faktor resiko
Beberapa hal yang dapat menyebabkan glomerulonefritis akut, antara lain adalah:
- Infeksi. Glomerfulonefritis dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau virus. Infeksi yang
terjadi pada tubuh mengakibatkan reaksi kekebalan tubuh yang berlebihan sehingga
mengakibatkan peradangan pada ginjal dan terjadi glomerulonefritis. Contoh infeksi
yang dapat menyebabkan glomerulonefritis, antara lain adalah infeksi bakteri
Streptococcus pada tenggorokan, infeksi gigi, endokarditis bakteri, HIV, hepatitis B,
dan hepatitis C.
- Kelainan sistem imun. Contohnya adalah penyakit lupus yang menyebabkan
peradangan pada berbagai organ tubuh, termasuk ginjal. Selain itu glomerulonefritis
juga dapat disebabkan oleh kelainan sistem imun lainnya, seperti sindrom
Goodpasture yang menyerupai pneumonia dan menyebabkan perdarahan di paru-paru
dan ginjal, serta nefropati IgA yang menyebabkan endapan salah satu protein sistem
pertahanan tubuh (IgA) pada glomerulus ginjal, seperti pada Henoch-schonlein
purpura.
- Vaskulitis. Vaskulitis dapat terjadi pada berbagai organ, termasuk ginjal. Contoh
penyakit vaskulitis yang menyerang pembuluh darah ginjal dan mengakibatkan
glomerulonefritis adalah poliarteritis dan granulomatosis Wegener.
C. Diagnosis
- Pemeriksaan urine. Pemeriksaan urine merupakan metode terpenting dalam
mendiagnosis glomerulonefritis karena dapat mendeteksi adanya kerusakan struktur
glomerulus. Beberapa parameter yang dianalisis melalui pemeriksaan urine, antara
lain adalah:
o Keberadaan sel darah merah sebagai penanda adanya kerusakan glomerulus.
o Keberadaan sel darah putih sebagai penanda adanya peradangan.
o Menurunnya berat jenis urine.
o Keberadaan protein sebagai penanda adanya kerusakan sel ginjal.
- Tes darah. Tes darah dapat memberikan informasi tambahan terkait kerusakan ginjal.
Beberapa hal yang dapat diperiksa pada darah untuk melihat kerusakan ginjal, antara
lain:
o Menurunnya kadar hemoglobin (anemia).
o Meningkatnya kadar zat sisa seperti ureum dan kreatinin.
o Menurunnya kadar protein albumin dalam darah karena keluar melalui urine.
- Tes Imunologi. Tes imunologi dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai
kelainan sistem imun. Pemeriksaan tersebut antara lain antinuclear antibodies (ANA),
komplemen, antineutrophil cytoplasmic antibody (ANCA), dan antiglomerular
basement membrane (anti-GBM).
- Pencitraan. Pencitraan bertujuan untuk memperlihatkan gambaran kondisi ginjal
secara visual. Metode pencitraan yang dapat digunakan, antara lain adalah foto
Rontgen, CT scan dan USG.
- Biopsi ginjal. Dilakukan dengan mengambil sampel jaringan ginjal dan diperiksa di
bawah mikroskop untuk memastikan pasien menderita Biopsi juga akan membantu
dokter untuk mencari penyebab dari glomerulonefritis tersebut.
D. Etiologi
Sebagian besar (75%) glomerulonefritis akut paska streptokokus timbul setelah
infeksi saluran pernapasan bagian atas, yang disebabkan oleh kuman Streptokokus beta
hemolitikus grup A tipe 1, 3, 4, 12, 18, 25, 49.
Glomerulonefritis karena kompleks imun yang bersirkulasi, glomerulonefritis
karena kompleks imun in situ, dan glomerulonefritis karena penyebab lainnya, seperti:
- Podocyte injury
Perlukaan pada podosit dapat diinduksi oleh antibodi terhadap antigen
podosit oleh toksin, sebagai contoh puromisin yang meracuni ribosom dan
focal segment dari glomerulosclerosis yang dapat melukai podosit. Perlukaaan
pada podosit ditandai dengan adanya perubahan morfologi, vakuolisasi, dan
retraksi atau sobekan pada Glomerulus Basement Membrane (GBM),
sehingga struktur kapiler glomerulus menjadi terurai. Hal ini dikarenakan
fungsi dari podosit (intraglomerular mesangial cell) adalah mengikat kapiler
glomerulus, sehingga membentuk kuntuman di dalam kapsula Bowman.
- Nephron loss
Penyakit ginjal dalam bentuk apapun dapat merusak nefron, sehingga
mengurangi GFR sebesar 30%-50%. Penurunan ini akan berakibat
timbulnya berbagai macam kelainan dan gangguan fungsi ginjal, seperti
glomerulosclerosis, proteinuria, perlukaan podosit, dan lain-lain.
Karena nefron hilang, secara otomatis dapat menyebabkan hilangnya
glomerulus.
- Glomerular disease
Disebut primer bila penyakit tersebut hanya menyerang ginjal dan disebut
sekunder bila penyakit tersebut tidak hanya menyerang ginjal, akan tetapi
dapat menyebabkan penyakit glomerulus pada ginjal
 Primer (Primary Glomerulonephritis/GN)
 Sekunder (Poststreptococcal Glomerulonephritis/PSGN)
1. Glomerulonefritis yang disebabkan oleh deposisi kompleks imun (antigen-
antibodi) dari sistem sirkulasi di glomerulus.
Etiologi terjadinya glomerulonefritis pada kondisi ini adalah adanya
antigen yang bersirkulasi di dalam darah, kemudian terjebak di glomerulus.
Adanya antigen ini akan memicu terjadinya reaksi imun di glomerulus yang pada
akhirnya dapat menyebabkan terjadinya peradangan glomerulus
(glomerulonefritis). Dengan kata lain, antigen pada kondisi glomerulonefritis
seperti ini bukan asli dari glomerulus.
Apapun jenis antigennya, antigen ini bersirkulasi di dalam darah,
kemudian terjebak di dalam glomerulus dan membentuk kompleks
antigenantibodi. Adanya kompleks antigen-antibodi di dalam glomerulus ini akan
memicu terjadinya reaksi hipersensitivitas tipe III dengan cara mengaktifkan
sistem komplemen dan migrasi leukosit di glomerulus. Akibatya, terjadi
perlukaan atau peradangan pada glomerulus yang disebut sebagai
glomerulonefritis.3-4 Peradangan ini dapat berlangsung sementara (akut) maupun
menetap (kronik) karena adanya paparan antigen berulang, sehingga
menimbulkan siklus reaksi imun berulang dan persisten. Kondisi
glomerulonefritis akut sering ditemukan pada infeksi poststreptococcal yang
disebabkan oleh infeksi Streptococcus β hemolyticus. Kondisi ini hanya
berlangsung singkat dan merupakan self-limited disease, namun dapat
menyebabkan sindroma nefritik baik pada anak maupun dewasa muda yang
ditandai dengan gejala hematuria, edema, azotemia (penurunan fungsi ginjal), dan
hipertensi.
2. Glomerulonefritis yang disebabkan oleh kompleks imun in situ di glomerulus,
intrinsik antigen glomerulus atau molekul yang “tertanam” di glomerulus.
Etiologi terjadinya kondisi glomerulonefritis pada kondisi ini adalah
adanya reaksi secara langsung antara antibodi dengan antigen yang sudah
tertanam di glomerulus. Antibodi juga dapat bereaksi in situ dengan antigen
nonglomerular yang sudah “tertanam” sebelumnya yang berinteraksi dengan
komponen intrinsik glomerulus. Contoh antigen yang sudah tertanam ini adalah
kompleks nukleosomal pada pasien SLE, produk bakteri, seperti endostroptosin
yang dihasilkan oleh kelompok streptococcus A, agregat protein besar, seperti
agregat IgG yang cenderung terdeposit di mesangial, dan kompleks imun
glomerulus sendiri yang mengandung sisi reaktif terhadap antigen bebas, antibodi
bebas, dan komplemen. Adanya interaksi antara reaksi imun in situ dan kompleks
imun yang terjebak di glomerulus menyebabkan terjadinya perubahan pada
morfologi dan fungsi glomerulus, sehingga menimbulkan glomerulonefritis.
E. Epidemiologi
GNAPS dapat terjadi pada semua kelompok umur, namun tersering pada
golongan umur 5-15 tahun, dan jarang terjadi pada bayi. Referensi lain menyebutkan
paling sering ditemukan pada anak usia 6-10 tahun. Penyakit ini dapat terjadi pada laki
laki dan perempuan, namun laki laki dua kali lebih sering dari pada perempuan.
Perbandingan antara laki-laki dan perempuan adalah 2:1. Diduga ada faktor resiko yang
berhubungan dengan umur dan jenis kelamin. Suku atau ras tidak berhubungan dengan
prevelansi penyakit ini, tapi kemungkinan prevalensi meningkat pada orang yang sosial
ekonominya rendah, sehingga lingkungan tempat tinggalnya tidak sehat.
F. Gejala
Gambaran klinis dapat bermacam-macam. Kadang-kadang gejala ringan tetapi
tidak jarang anak datang dengan gejala berat.. Kerusakan pada rumbai kapiler gromelurus
mengakibatkan hematuria/kencing berwarna merah daging dan albuminuria, seperti yang
telah dikemukakan sebelumnya. Urine mungkin tampak kemerah-merahan atau seperti
kopi Kadang-kadang disertai edema ringan yang terbatas di sekitar mata atau di seluruh
tubuh. Umumnya edema berat terdapat pada oliguria dan bila ada gagal jantung. Edema
yang terjadi berhubungan dengan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG/GFR) yang
mengakibatkan ekskresi air, natrium, zat-zat nitrogen mungkin berkurang, sehingga
terjadi edema dan azotemia.
• Hematuria
• Albuminuria
• Edema ringan (periorbita)
• Hipertensi
• Demam
• Gejala gastrointestinal (muntah, tidak nafsu makan, konstipasi, diare)
G. Terapi Non Farmakologi
- Mengurangi konsumsi garam untuk mencegah atau mengurangi timbulnya
gejala hipertensi.
 rendah garam (1 g/hari).
 kontrol tekanan darah
- Mengurangi konsumsi protein (diet rendah protein) untuk mencegah atau
mengurangi timbulnya proteinuria.
 Diet rendah protein (1 g/kgbb/hari).

Anda mungkin juga menyukai