Anda di halaman 1dari 29

KEPERAWATAN ANAK II

JUVENILE DIABETES

DISUSUN OLEH:

1. Auliya Fitri : 17111024110021


2. Fajar Satria Gumelar : 17111024110041
3. Melati : 17111024110061
4. Muhammad Arief Choesaeri : 17111024110065
5. Nopia Kanadita : 17111024110081
6. Safitriani : 17111024110104

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FARMASI

S1 ILMU KEPERAWATAN
i

2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.

Rasa Syukur Alhamdulillah yang sedalam-dalamnya kami panjatkan


kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena hanya dengan rahmat dan petunjuk-
Nya lah kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini tentang “Juvenile
Diabetes” dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang
akan datang.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Samarinda, 20 September 2019

i Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A.Latar belakang...................................................................................................1

B.Rumusan masalah.............................................................................................2

C.Tujuan...............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A.Pengertian.........................................................................................................3

B.Etiologi..............................................................................................................4

C.Klasifikasi.........................................................................................................5

D.Manifestasi Klinis.............................................................................................6

E.Patofisiologi......................................................................................................7

F. Komplikasi.......................................................................................................9

G.PEMERIKSAAN PENUNJANG...................................................................11

H.Penatalaksanaan..............................................................................................13

I.Asuhan Keperawatan........................................................................................16

BAB III PENUTUP..............................................................................................24

A.Kesimpulan.....................................................................................................24

B. Saran...............................................................................................................24

Daftar Pustaka.......................................................................................................25
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Diabetes mellitus merupakan kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, akibat tubuh
kekurangan insulin, baik absolut maupun relatif yang ditandai dengan
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, dan
menimbulkan berbagai komplikasi akut serta kronik (Harmanto,
2004). Komplikasi akut meliputi koma hipoglikemia, ketoasidosis, koma
hiperosmolar non-ketotik, sedangkan komplikasi kronik meliputi
makroangiopati yang mengenai pembuluh darah besar pada jantung
dan otak. Mikroangiopati yang mengenai pembuluh darah kecil,
retinopati diabetik, nefropati diabetik, neuropati diabetik, serta rentan
terhadap infeksi seperti tuberkulosis paru, ginggivitis, infeksi saluran
kemih dan kaki diabetes (Suyono, 2006).
World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah
penduduk dunia yang menderita diabetes mellitus pada tahun 2030
diperkirakan akan meningkat paling sedikit menjadi 21,3 juta.
Berdasarkan laporan Federasi Diabetes Internasional tahun 2015,
penderita diabetes di Indonesia diperkirakan mencapai 9,1 juta orang
dengan rentang usia 20-79 tahun dan 53% penderita diabetes di
Indonesia tidak menyadari bahwa dirinya terkena diabetes .Tahun2014,
Indonesia berada pada peringkat ke-5.
Di Provinsi Riau khususnya kota Pekanbaru diketahui
terdapat 12.306 penderita (profil Kesehatan Kota Pekanbaru, 2015).
Hal ini menunjukkan bahwa di Indonesia, penyakit diabetes mellitus
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius. Perhatian
terhadap penanganan diabetes mellitus 1di negara berkembang masih
kurang, terutama tentang komplikasi yang ditimbulkan akibat diabetes
mellitus (Suyono, 2006).
Menurut Infodatin (Pusat Data dan Informasi) Kementerian
Kesehatan RI(2014) salah satu hal yang harus dilakukan
penderita diabetes melitus untuk melakukan hidup sehat yaitu
mengendalikan stress dan melakukan perubahan gaya hidup.
Perubahan gaya hidup yang tidak biasa terkait diet dan olahraga
serta pengobatan secara oral, tentukan akan membentuk pengalaman
terhadap penyakit yang diderita, termasuk aspek psikologisnya (Britneff
& Winkley, 2013).

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian juvenile diabetes?
2. Apa etiologi juvenile diabetes?
3. Apa saja klasifikasi juvenile diabetes?
4. Bagaimana patofisiologi juvenile diabetes?
5. Apa saja tanda dan gejala
6. Apa saja komplikasi dari juvenile diabetes?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang
8. Bagaimana asuhan keperawatan juvenile diabetes?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian juvenile diabetes
2. Mengetahui etiologi juvenile diabetes
3. Mengetahui klasifikasi juvenile diabetes
4. Mengetahui patofisiologi juvenile diabetes
5. Mengetahui tanda dan gejala
6. Mengetahui komplikasi juvenile diabetes
7. Mengetahui Pemeriksaan penunjang
8. Mengetahui asuhan keperawatan juvenile diabetes
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
akibat kadar glukosa darah yang tinggi yang disebabkan jumlah hormone
insulin kurang atau jumlah insulin cukup bahkan kadang-kadang lebih, tetapi
kurang efektif (Sarwono, 2006).
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah,
disertailesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop
elektron(Mansjoer dkk, 2007)
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yangditandai oleh
kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan
defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner
& Suddart, 2002). Kebanyakan penderita DM masih dalam usia produktif
(45-60 tahun). Usia penderita DM rata-rata 15 tahun lebih pendek dan angka
kematian akibat DM naik sekitar 30% per tahun (Harmanto, 2004).
WHO menyatakan Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kroonis
yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-
sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat
disembuhkan tetapidapat dikontrol dan menurut American Diabetes
Association(ADA) Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
DiabetesMellitus adalah suatu keadaan dimana terjadinya peningkatan kadar
gula dalam darah yang mengakibatkan gangguan metabolisme dan
berkembang menjadi gangguan multi sistem karena
3 keterbatasan insulin di dalam

tubuh seseorang.
DM tipe 1 adalah DM karena kegagalan memproduksi insulin,disebut juga
suatu penyakit yang terjadi karena tidak berfungsinya kekebalan tubuh. Diabetes
mellitus ini awalnya dikenal sebagai diabetes mellitus anak- anak/juvenile-onset
diabetes mellitus (JODM) atau yang tergantung pada insulin/insulin-dependent
diabetes mellitus (IDDM), yang disebabkan karena pancreas tidak
memproduksi insulin.
Diabetes tipe Juvenil (juvenile type), yaitu diabetes yang biasanya
dijumpai pada anak-anak atau dewasa muda. Tipe ini menyebabkan kelenjar
pankreas tidak mampu membentuk hormon insulin, sehingga mengobatinya
diperlukan suntikan hormone insulin dari luar. (daniati 2008)
Diabetes tipe 1 atau biasa disebut dengan juvenile diabetes terbentuk
apabila sistem imunisasi badan memusnahkan sel beta kelenjar pankreas,
satu-satunya jenis sel yang menghasilkan hormon insulin yang digunakan
untuk membantu glukosa masuk sel yang digunakan untuk tenaga. Diabetes
ini sering dijumpai pada golongan anak-anak dan remaja yang memerlukan
beberapa suntikan insulin setiap hari, atau menggunakan cadangan insulin, untuk
terus hidup. Penderita yang berisiko mengidap kencing manis jenis I adalah
serangan system imunisasi sendiri (autoimmune), genetik, dan alam
sekeliling. Pengidap diabetes tergantung insulin perlu disuntik sebelum makan
dan kadangkala insulin tambahan perlu disuntik pada waktu malam sebelum
tidur. Kekurangan dan kelebihan kadar gula dalam darah dapat menyebabkan hal
buruk terjadi pada pederita diabetes, karena terlalu banyak insulin diambil
atau disuntik, keadaannya bisa hipoglikemia disebabkan kekurangan glukosa.

B. Etiologi
Dokter dan para ahli belum mengetahui secara pasti penyebab diabetes tipe 1
Namun yang pasti penyebab utama diabetes tipe 1 adalah faktor
genetik/keturunan. Resiko perkembangan diabetes tipe 1 akan diwariskan melalui
faktor genetik. 4

1. Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya
DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang
memiliki tipe antigen HLA (human leucosite antigen). HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses
imun lainnya.
2. Faktor-faktor Imunologi
Adanya respons autotoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing, yaitu
autoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
3. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.

C. Klasifikasi
International Society of Pediatric and Adolescence Diabetes dan
WHO merekomendasikan klasifikasi DM berdasarkan etiologi (Tabel 1). DM
tipe 1 terjadi disebabkan oleh karena kerusakan sel β-pankreas. Kerusakan
yang terjadi dapat disebabkan oleh proses autoimun maupun idiopatik. Pada
DM tipe 1 sekresi insulin berkurang atau terhenti. Sedangkan DM tipe 2
terjadi akibat resistensi insulin. Pada DM tipe 2 produksi insulin dalam
jumlah normal atau bahkan meningkat. DM tipe 2 biasanya dikaitkan dengan
sindrom resistensi insulin lainnya seperti obesitas, hiperlipidemia, kantosis
nigrikans, hipertensi ataupun hiperandrogenisme ovarium (Rustama DS, dkk.
2010).
Klasifikasi DM berdasarkan etiologi (ISPAD 2009).
1. DM Tipe-1 (destruksi sel-β)
a. Immune mediated 5

b. Idiopatik
2. DM tipe-2
3. DM Tipe lain
a. Defek genetik fungsi pankreas sel
b. Defek genetik pada kerja insulin
c. Kelainan eksokrin pankreas
Pankreatitis ; Trauma / pankreatomi ; Neoplasia ; Kistik
fibrosis ;
Haemokhromatosis ; Fibrokalkulus pankreatopati ; dll.
d. Gangguan endokrin
Akromegali ; Sindrom Cushing ; Glukagonoma ;
Feokromositoma ; Hipertiroidisme ; Somatostatinoma ;
Aldosteronoma ; dll.
e. Terinduksi obat dan kimia
Vakor; Pentamidin; Asam Nikotinik; Glukokortikoid; Hormon
tiroid; Diazoxid; Agonis -adrenergik; Tiazid; Dilantin;
-interferon; dll.
4. Diabetes mellitus kehamilan
Sumber: ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines 2009.

D. Manifestasi Klinis
Menurut Emma S. Wirakusumah (2000:4) gejala khas yang sering
timbul dan dikeluhkan oleh penderita diabetes melitus adalah:
a. Trias poli yaitu:
1. Poliuria, yaitu banyaknya kencing akibat hiperglikemia, maka
terjadilah penambahan bentuk air kemih dengan jelas penarikan
cairan ke sel-sel tubuh
2. Polidipsia, yaitu banyak minum. Sebenarnya keluhan ini
merupakan reaksi tubuhakan adanya polyuria yang menyebabkan
kekurangan cadangan air tubuh.
3. Poliphagia, yaitu nafsu makan bertambah,
6 karena karbohidrat
tidak dapat digunakan karena jumlah insulin tidak dapat
menjamin proses metabolism glukosa.
b. Lemas, ini akibat karbohidrat yang keluarnya bersama urine maka
tubuh kekurangan kalori.
c. .Berat badan menurun, oleh karena gula yang ada pada darah
tidak dapat dioksidasi, maka terpaksa menghasilkan tenaga,
sehingga tubuh kehilangan lemak yang mengakibatkan penderita
menjadi kurus.
d. Polineuritis, yaitu rasa gatal-gatal seluruh tubuh, seperti diketahui
untuk metabolism karbohidrat diperlukan vitamin B1, dimana
vitamin B1 digunakan sebagai co-enzim,

E. Patofisiologi
Perjalanan penyakit ini melalui beberapa periode menurut ISPAD Clinical
Practice Consensus Guidelines tahun 2009, yaitu:
1. Periode pra-diabetes
Pada periode ini gejala-gejala klinis diabetes belum nampak karena
baru ada proses destruksi sel pankreas. Predisposisi genetik tertentu
memungkinkan terjadinya proses destruksi ini. Sekresi insulin mulai
berkurang ditandai dengan mulai berkurangnya sel pankreas yang
berfungsi.Kadar C-peptide mulai menurun.Pada periode ini
autoantibodi mulai ditemukan apabila dilakukan
pemeriksaanlaboratorium.
2. Periode manifestasi klinis
Pada periode ini, gejala klinis DM mulai muncul.Pada periode ini
sudah terjadi sekitar 90% kerusakan sel pankreas. Karena sekresi
insulin sangat kurang, maka kadar gula darah akan tinggi/meningkat.
Kadar gula darah yang melebihi 180 mg/dl akan menyebabkan
diuresis osmotik. Keadaan ini menyebabkan terjadinya pengeluaran
cairan dan elektrolit melalui urin (poliuria, dehidrasi, polidipsi).
Karena gula darah tidak dapat di-uptake
7 kedalam sel, penderita akan

merasa lapar (polifagi), tetapi berat badan akan semakin kurus. Pada
periode ini penderita memerlukan insulin dari luar agar gula darah di-
uptakekedalam sel.
3. Periode honey-moon
Periode ini disebut juga fase remisi parsial atau sementara. Pada
periode ini sisa-sisa sel pankreas akan bekerja optimal sehingga akan
diproduksi insulin dari dalam tubuh sendiri. Pada saat ini kebutuhan
insulin dari luar tubuh akan berkurang hingga kurang dari 0,5 U/kg
berat badan/hari. Namun periode ini hanya berlangsung sementara,
bisa dalam hitungan hari ataupun bulan, sehingga perlu adanya
edukasi ada orang tua bahwa periode ini bukanlah fase remisi yang
menetap.
4. Periode ketergantungan insulin yang menetap. Periode ini merupakan
periode terakhir dari penderita DM. Pada periode ini penderita akan
membutuhkan insulin kembali dari luar tubuh seumur hidupnya.

8
F. Komplikasi

Komplikasi DM baik pada DM tipe 1 maupun 2, dapat dibagi


menjadi 2 kategori, yaitu komplikasi akut dan komplikasi menahun.
a. Komplikasi Metabolik Akut
1. Ketoasidosis Diabetik (khusus pada DM tipe 1)
Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien mengalami
hiperglikemi dan glukosuria berat, penurunan glikogenesis, peningkatan
glikolisis, dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai
penumpukkan benda keton, peningkatan keton dalam plasma
mengakibatkan ketosis, peningkatan ion hidrogen dan asidosis
metabolik. Glukosuria dan ketonuria juga mengakibatkan diuresis
osmotik dengan hasil akhir dehidasi dan kehilangan elektrolit sehingga
hipertensi dan mengalami syok yang akhirnya klien dapat koma dan
meninggal.
2. Hipoglikemi
Seseorang yang memiliki Diabetes Mellitus dikatakan mengalami
hipoglikemia jika kadar glukosa darah kurang dari 50 mg/dl.
Hipoglikemia dapat terjadi akibat lupa atau terlambat makan sedangkan
penderita mendapatkan therapi insulin, akibat latihan fisik yang lebih
berat dari biasanya tanpa suplemen kalori tambahan, ataupun akibat
penurunan dosis insulin. Hipoglikemia umumnya ditandai oleh pucat,
takikardi, gelisah, lemah, lapar, palpitasi, berkeringat dingin, mata
berkunang-kunang, tremor, pusing/sakit kepala yang disebabkan oleh
pelepasan epinefrin, juga akibat kekurangan glukosa dalam otak akan
menunjukkan gejala-gejala seperti tingkah laku aneh, sensorium yang
tumpul, dan pada akhirnya terjadi penurunan kesadaran dan koma.
b. Komplikasi Vaskular Jangka Panjang (pada DM tipe 1 biasanya terjadi
memasuki tahun ke 5)
9
1. Mikroangiopaty
Merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan
arteriola retina (retinopaty diabetik), glomerulus ginjal (nefropatik
diabetic/dijumpai pada 1 diantara 3 penderita DM tipe-1), syaraf-syaraf
perifer (neuropaty diabetik), otot-otot dan kulit. Manifestasi klinis
retinopati berupa mikroaneurisma (pelebaran sakular yang kecil) dari
arteriola retina. Akibat terjadi perdarahan, neovasklarisasi dan jaringan
parut retina yang dapat mengakibatkan kebutaan. Manifestasi dini
nefropaty berupa protein urin dan hipetensi jika hilangnya fungsi nefron
terus berkelanjutan, pasien akan menderita insufisiensi ginjal dan
uremia. Neuropaty dan katarak timbul sebagai akibat gangguan jalur
poliol (glukosa—sorbitol—fruktosa) akibat kekurangan insulin.
Penimbunan sorbitol dalam lensa mengakibatkan katarak dan kebutaan.
Pada jaringan syaraf terjadi penimbunan sorbitol dan fruktosa dan
penurunan kadar mioinositol yang menimbulkan neuropaty. Neuropaty
dapat menyerang syaraf-syaraf perifer, syaraf-syaraf kranial atau sistem
syaraf otonom.
2. Makroangiopaty
Gangguan-gangguan yang disebabkan oleh insufisiensi insulin
dapat menjadi penyebab berbagai jenis penyakit vaskuler. Gangguan ini
berupa :
1) Penimbunan sorbitol dalam intima vascular.

2) Hiperlipoproteinemia

3) Kelainan pembekun darah

Pada akhirnya makroangiopaty diabetik akan mengakibatkan


penyumbatan vaskular jika mengenai arteria-arteria perifer maka dapat
menyebabkan insufisiensi vaskular perifer yang disertai Klaudikasio
intermiten dan gangren pada ekstremitas. Jika yang terkena adalah
arteria koronaria, dan aorta maka dapat mengakibatkan angina pektoris
dan infark miokardium.
10
Komplikasi diabetik diatas dapat dicegah jika pengobatan diabetes
cukup efektif untuk menormalkan metabolisme glukosa secara
keseluruhan.

11
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dlakukan pada DM tipe 1 dan 2 umumnya
tidak jauh berbeda.
a. Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL
b. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
c. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
d. Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330
mOsm/l
e. Elektrolit :
1) Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
2) Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan
seluler), selanjutnya akan menurun.
3) Fosfor : lebih sering menurun
f. Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari
normal yang mencerminkan control DM yang kurang selama 4
bulan terakhir ( lama hidup SDM) dan karenanaya sangat
bermanfaat untuk membedakan DKA dengan control tidak
adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden ( mis,
ISK baru)
g. Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan
penurunan pada HCO3 ( asidosis metabolic) dengan kompensasi
alkalosis respiratorik.
h. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ;
leukositosis : hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap
stress atau infeksi.
i. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/
penurunan fungsi ginjal)
j. Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan
adanya pancreatitis akut sebagai penyebab
12 dari DKA.
k. Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada
( pada tipe 1) atau normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang
mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan dalam
penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat
berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody .
( autoantibody)
l. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid
dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
m. Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas
mungkin meningkat.
n. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran
kemih, infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.
Diabetes melitus ditegakkan berdasarkan ada tidaknya gejala. Bila
dengan gejala (polidipsi, poliuria, polifagia), maka pemeriksaan gula
darah abnormal satu kali sudah dapat menegakkan diagnosis DM.
Sedangkan bila tanpa gejala, maka diperlukan paling tidak 2 kali
pemeriksaan gula darah abnormal pada waktu yang berbeda (Rustama
DS, dkk. 2010; ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines 2009).
Kriteria hasil pemeriksaan gula darah abnormal adalah:
1. Kadar gula darah sewaktu >200 mg/dl atau
2. Kadar gula darah puasa >126 mg/dl atau
3. Kadar gula darah 2 jam postprandial >200 mg/dl.
Untuk menegakkan diagnosis DM tipe 1, maka perlu dilakukan
pemeriksaan penunjang, yaitu C-peptide <0,85 ng/ml. C-peptide ini
merupakan salah satu penanda banyaknya sel β-pankreas yang
masih berfungsi. Pemeriksaan lain adalah adanya autoantibodi, yaitu
Islet cell autoantibodies(ICA), Glutamic acid decarboxylase
autoantibodies(65K GAD), IA2( dikenal sebagai ICA 512 atau
tyrosine posphatase) autoantibodiesdan Insulin autoantibodies(IAA).
Adanya autoantibodi mengkonfirmasi DM tipe 1 karena proses
autoimun. Sayangnya pemeriksaan 13
autoantibodi ini relatif mahal
(Rustama DS, dkk. 2010; ISPAD Clinical Practice Consensus
Guidelines 2009).
H. Penatalaksanaan
Tatalaksana pasien dengan DM tipe 1 tidak hanya meliputi pengobatan
berupa pemberian insulin. Ada hal-hal lain selain insulin yang perlu diperhatikan
dalam tatalaksana agar penderita mendapatkan kualitas hidup yang optimal dalam
jangka pendek maupun jangka panjang (Rustama DS, dkk. 2010; ISPAD Clinical
Practice Consensus Guidelines. 2009)
Terdapat 5 pilar manajemen DM tipe 1, yaitu:
1. Insulin
Insulin merupakan terapi yang mutlak harus diberikan pada
penderita DM Tipe 1. Dalam pemberian insulin perlu diperhatikan
jenis insulin, dosis insulin, regimen yang digunakan, cara menyuntik
serta penyesuaian dosis yang diperlukan.
a. Jenis insulin: kita mengenal beberapa jenis insulin, yaitu insulin
kerja cepat, kerja pendek, kerja menengah, kerja panjang,
maupun insulin campuran (campuran kerja cepat/pendek dengan
kerja menengah). Penggunaan jenis insulin ini tergantung
regimen yang digunakan.
b. Dosis insulin: dosis total harian pada anak berkisar antara 0,5-1
unit/kg berat badan pada awal diagnosis ditegakkan. Dosis ini
selanjutnya akan diatur disesuaikan dengan faktor-faktor yang
ada, baik pada penyakitnya maupun penderitanya.
c. Regimen: kita mengenal dua macam regimen, yaitu regimen
konvensional serta regimen intensif. Regimen konvensional/mix-
split regimen dapat berupa pemberian dua kali suntik/hari atau
tiga kali suntik/hari. Sedangkan regimen intensif berupa
pemberian regimen basal bolus. Pada regimen basal bolus
dibedakan antara insulin yang diberikan untuk memberikan dosis
basal maupun dosis bolus.
d. Cara menyuntik: terdapat beberapa14tempat penyuntikan yang baik
dalam hal absorpsinya yaitu di daerah abdomen (paling baik
absorpsinya), lengan atas, lateral paha. Daerah bokong tidak
dianjurkan karena paling buruk absorpsinya.
e. Penyesuaian dosis: Kebutuhan insulin akan berubah tergantung
dari beberapa hal, seperti hasil monitor gula darah, diet, olahraga,
maupun usia pubertas terkadang kebutuhan meningkat hingga 2
unit/kg berat badan/hari), kondisi stress maupun saat sakit.
2. Diet
Secara umum diet pada anak DM tipe 1 tetap mengacu pada
upaya untuk mengoptimalkan proses pertumbuhan. Untuk itu
pemberian diet terdiri dari 50-55% karbohidrat, 15-20% protein dan
30% lemak. Pada anak DM tipe 1 asupan kalori perhari harus
dipantau ketat karena terkait dengan dosis insulin yang diberikan
selain monitoring pertumbuhannya. Kebutuhan kalori perhari
sebagaimana kebutuhan pada anak sehat/normal. Ada beberapa
anjuran pengaturan persentase diet yaitu 20% makan pagi, 25%
makan siang serta 25% makan malam, diselingi dengan 3 kali snack
masing-masing 10% total kebutuhan kalori perhari. Pemberian diet
ini juga memperhatikan regimen yang digunakan. Pada regimen basal
bolus, pasien harus mengetahui rasio insulin:karbohidrat untuk
menentukan dosis pemberian insulin.
3. Aktivitas fisik/exercise
Anak DM bukannya tidak boleh berolahraga. Justru dengan
berolahraga akan membantu mempertahankan berat badan ideal,
menurunkan berat badan apabila menjadi obes serta meningkatkan
percaya diri. Olahraga akan membantu menurunkan kadar gula darah
serta meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin. Namun perlu
diketahui pula bahwa olahraga dapat meningkatkan risiko
hipoglikemia maupun hiperglikemia (bahkan ketoasidosis). Sehingga
pada anak DM memiliki beberapa persyaratan
15 yang harus dipenuhi
untuk menjalankan olahraga, di antaranya adalah target gula darah
yang diperbolehkan untuk olahraga, penyesuaian diet, insulin serta
monitoring gula darah yang aman.
Apabila gula darah sebelum olahraga di atas 250 mg/dl serta
didapatkan adanya ketonemia maka dilarang berolahraga. Apabila
kadar gula darah di bawah 90 mg/dl, maka sebelum berolahraga perlu
menambahkan diet karbohidrat untuk mencegah hipoglikemia.
4. Edukasi
Langkah yang tidak kalah penting adalah edukasi baik untuk
penderita maupun orang tuanya. Keluarga perlu diedukasi tentang
penyakitnya, patofisiologi, apa yang boleh dan tidak boleh pada
penderita DM, insulin (regimen, dosis, cara menyuntik, lokasi
menyuntik serta efek samping penyuntikan), monitor gula darah dan
juga target gula darah ataupun HbA1c yang diinginkan.
5. Monitoring kontrol glikemik
Monitoring ini menjadi evaluasi apakah tatalaksana yang
diberikan sudah baik atau belum. Kontrol glikemik yang baik akan
memperbaiki kualitas hidup pasien, termasuk mencegah komplikasi
baik jangka pendek maupun jangka panjang. Pasien harus melakukan
pemeriksaan gula darah berkala dalam sehari. Setiap 3 bulan
memeriksa HbA1c. Di samping itu, efek samping pemberian insulin,
komplikasi yang terjadi, serta pertumbuhan dan perkembangan perlu
dipantau
Tabel Target kontrol metabolik pada anak dengan DM tipe 1
Target Baik
Baik Sedang Kurang
metabolik sekali
<120 <140
<180 >180
Preprandial mg/dL mg/dL

Postprandial <140 <200 <240 >240


16

Urin reduksi - - +- >+


HbA1c <7% 7-7.9% 8-9% >10%

Sumber: Rustama DS, dkk. 2010.

I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus
dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, keadaan
umum pasien, tanda-tanda vital, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat
keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan
sehari-hari.
a. Identitas
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal
pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk
membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan
alamat dan lingkungan kotor dapat mempercepat atau memperberat
keadaan penyakit infeksi.
b. Keluhan utama
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS.
Ds yang mungkin timbul :
 Klien mengeluh sering kesemutan.
 Klien mengeluh sering buang air kecil saat malam hari
 Klien mengeluh sering merasa haus
 Klien mengeluh mengalami rasa lapar yang berlebihan (polifagia)
 Klien mengeluh merasa lemah
 Klien mengeluh pandangannya kabur
Do :
17
 Klien tampak lemas.
 Terjadi penurunan berat badan
 Tonus otot menurun
 Terjadi atropi otot
 Kulit dan membrane mukosa tampak kering
 Tampak adanya luka ganggren
 Tampak adanya pernapasan yang cepat dan dalam

c. Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran
kualitatif atau GCS dan respon verbal klien.
d. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan
nadi, dan kondisi patologis. Biasanya pada DM type 1, klien cenderung
memiliki TD yang meningkat/ tinggi/ hipertensi.
 Pulse rate
 Respiratory rate
 Suhu
e. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada penyakit ini biasanya didapatkan :
 Inspeksi : kulit dan membrane mukosa tampak kering, tampak adanya
atropi otot, adanya luka ganggren, tampak pernapasan cepat dan dalam,
tampak adanya retinopati, kekaburan pandangan.
 Palpasi : kulit teraba kering, tonus otot menuru.
 Auskultasi : adanya peningkatan tekanan darah.
f. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
18
2) Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat
terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur
atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi
penyakitnya.
Hal – hal yang biasanya didapat dari pengkajian pada klien dengan diabetes
mellitus :
1. Aktivitas/ Istirahat
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
2. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi, AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada
ekstremitas, ulkus padA kaki yang penyembuhannya lama, takikardi,
perubahan tekanan darah
3. Integritas Ego
Stress, ansietas
4. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
5. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan,
haus, penggunaan diuretik.
6. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia,gangguan penglihatan.
7. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
8. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
9. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
19

2. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko Ketidakstabilan kadar glukosa darah b/d gangguan status kesehatan
fisik

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari tubuh b/d ketidakmampuan


mengabsorbsi nutrient

c. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif

d. Keletihan b/d penyakit

e. Risiko Cidera b/d Gangguan Sensasi

3. NIC & NOC

No Diagnosa Noc Nic


Keperawatan

1. Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Manajemen Hipoglikemia


kadar glukosa darah 2300 2130
b/d gangguan status
Setelah dilakukan tindakan 1.1 Kenali tanda dan gejala
kesehatan fisik
keperawatan selama …. X hipoglikemia
24 jam diharapkan klie 1.2 Monitor kadar glukosa
mampu mempertahankan darah sesuai dengan
kadar glukosa darah dari indikasi
skala (1) menjadi (5) 1.3 Berikan glucagon sesuai
dengan indicator : indikasi
1.4 Beri tahu keluarga terdekat
 Glukosa Darah
dengan cara penggunaan
 Urin Glukosa
dan pemberian glucagon
Keterangan :
yang tepat
1. Devisiasi berat dari 1.5 Dorong pasien untuk selalu
kisaran normal memonitor kadar glukosa
20
2. Deviasi yang cukup darahnya
berat dari kisaran 1.6 Kolaborasikan dengan
normal paien dan tim perawatan
3. Devisiasi sedang diabetes jika diperlukan
dari kisaran normal perubahan terapi
4. Devisiasi ringan insulinnya
sedang dari kisaran
normal
5. Tidak ada devisiasi
dari kisaran normal
2. Ketidakseimbangan Status
Manajemen
Nutrisi 1004
Nutrisi 1100
nutrisi kurang dari
Setelah dilakukan tindakan 2.1 Tentukan status gizi
tubuh b/d
keperawatan selama …x24 pasien dan kemampuan
ketidakmampuan
jam diharapkan status pasien untuk memenuhi
mengabsorbsi nutrien
nutrisi dapat ditingkatkan kebutuhan gizi
dari skala (1) menjadi (5) 2.2 Tentukan jumlah kalori
dengan indikator : dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan untuk
 Asupan gizi
memenuhi persyaratan
 Asupan makanan
gizi
 Asupan cairan
2.3 Monitor kalori dan asupan
 Energy makanan
 Rasio berat badan / 2.4 Anjurkan pasien terkait
tinggi badan dengan kebutuhan
Keterangan : makanan tertentu
1. Sangat menyimpang berdasarkan
dari rentang normal perkembangan atau usia
2. Banyak (misalnya, peningkatan
menyimpang dari kalsium, protein, cairan,
rentang normal dan kalori untuk wanita
3. Cukup menyimpang
21 menyusui ; peningkatan
dari rentang normal asupan serat untuk
4. Sedikit menyimpang mencegah konstipasi pada
dari rentang normal orang dewasa yang lebih
5. Tidak menyimpang tua
dari rentang normal

3. Kekurangan volume Keseimbangan cairan 0601 Manajemen Cairan 4120


cairan b/d kehilangan Setelah dilakukan tindakan
3.1 hitung atau timbang popok
cairan aktif keperawatan selama …x24
dengan baik
jam diharapkan klien
3.2 jaga intake asupan yang
mampu mempertahankan
akurat dan catat output
keseimbangan cairan dari
pasien
skala (1) menjadi (5)
3.3 monitor tanda tanda vital
dengan indicator :
pasien
 Keseimbangan intake
3.4 monitor makanan/ cairan
dan output dalam 24
yang dikonsumsi dan
jam
hitung asupan kalori harian
 Turgor kulit
3.5 berikan cairan dengan tepat
 Kelembapan membrane
Berikan terapi IV seperti
mukosa
yang ditentukan
Keterangan :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
Dan Kriteria Hasil :
 Hipotensi ortostatik
 Kehausan
Ketrangan :
22

1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
4. Keletihan b/d penyakit Kelelahan : Efek yang Manajemen Energi 0180
Menganggu 0008
4.1 Kaji status fisiologis pasien
Setelah dilakukan tindakan yang menyebabkan
keperawatan selama … x 24 kelelahan sesuai dengan
jam diharapkan klien konteks usia dan
mampu mengurangi perkembangan
kelelahan dari skala (1) 4.2 Pilih intervensi untuk
menjadi (5) dengan mengurangi kelelahan baik
indicator : secara farmakologi dan
non farmakologi
 Penurunan Energi
4.3 Konsulkan dengan ahli gizi
 Gangguan dengan
mengenai cara
aktivitas sehari-hari
meningkatkan asupan
 Gangguan aktivitas
energi dari makanan
fisik
4.4 Ajarkan pasien mengenai
Keterangan :
pengelolaan kegiatan dan
1. Berat teknik manajemen waktu
2. Cukup berat untuk mencegah kelelahan
3. Sedang 4.5 Bantu pasien untuk
4. Ringan memantau secara mandiri
5. Tidak ada dengan mencatat
intake/asupan kalori dan
energy yang digunakan
sesuai kebutuhan
5. Risiko Cidera b/d Kejadian Jatuh 1912 Pencegahan Jatuh 6490
Gangguan Sensasi 23
Setelah dilakukan tindakan 5.1 Identifikasi perilaku dan
keperawatan selama … x 24 faktor yang mempengaruhi
jam diharapkan klien risiko jatuh
mampu mengurangi 5.2 Bantu ambulasi individu
kejadian jatuh dari skala (1) yang memiliki
menjadi (5) dengan ketidakseimbangan
indicator : 5.3 Ajarkan pasien bagaimana
jika jatuh, untuk
 Jatuh saat berdiri
meminimalkan cidera
 Jatuh saat berjalan
5.4 Berkolaborasi dengan
 Jatuh saat
anggota tim kesehatan
membungkuk
lainnya untuk
Ketrangan :
meminimalkan efek
1. 10 dan lebih samping dari pengobatan
2. 7-9 yang berkontribusi pada
3. 4-6 kejadian jatuh
4. 1-3
5. Tidak ada

24
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penderita terbanyak diabetes mellitus tipe 1 adalah usia anak dan remaja.
Disebabkan oleh faktor genetik, imun dan lingkungan.Terdapat 5 pilar
manajemen DM tipe 1, yaitu: Insulin, Diet, Aktivitas fisik/exercise, Edukasi dan
Monitoring kontrol glikemik

B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami
dan mengetahui asuhan keperawatan terkait penyakit Juvenile Diabetes atau
Diabetes Melitus Tipe 1 pada anak. Perlu kewaspadaan pada tenaga medis
mengenai penyakit ini maupun komplikasi yang mungkin terjadi yang seringkali
salah diagnosis. Keterlambatan dalam diagnosis akan berakibat fatal bagi
keselamatan jiwa penderita DM tipe 1.

25
Daftar Pustaka

Mansjoer, A., dkk. 2007.Kapita Selekta Kedokteran.Edisi 3 Jilid II. Jakarta:


Media Aesculapius.
Suyono, S.2006.Diabetes Mellitus di Indonesia.Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam.IV ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI.
Harmanto, N. 2004.Menumpas Diabetes Mellitus BersamaMahkotaDewa.
Jakarta:Agro Media Pustaka.
Britneff, E & Winkley, K.2013.The Role of Psychological Interventions For
PeopleWith Diabetes and Mental Health Issues.Journal of Diabetes
Nursing
Emma S. Wirakusumah (2000).Tetap Bugar di Usia Lanjut. Jakarta: Trubus
Agriwidya
Nia Daniati(2008).Pencegahan terhadap Jenis-Jenis Penderita Diabetes Melitus.
Dalam http://www.jurkesgi.com/niadm.htm
Weinzimer SA, Magge S (2005). Type 1 diabetes mellitus in children. Dalam:
Moshang T Jr. Pediatric endocrinology. Philadelphia: Mosby Inc, h 3-18.
Rustama DS, Subardja D, Oentario MC, Yati NP, Satriono, Harjantien N
(2010).Diabetes Melitus. Dalam: Jose RL Batubara Bambang Tridjaja
AAP Aman B. Pulungan, editor. Buku Ajar Endokrinologi Anak, Jakarta:
Sagung Seto 2010, h 124-161.
ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines 2009. Pediatric Diabetes 2009: 10
Brink SJ, Lee WRW, Pillay K, Kleinebreil (2010). Diabetes in children and
adolescents, basic training manual for healthcare professionals in
developing countries, 1sted. Argentina: ISPAD, h 20-21.

26

Anda mungkin juga menyukai