Pangestuti Dwi Utami Nim. B1501302 PDF
Pangestuti Dwi Utami Nim. B1501302 PDF
Disusun oleh :
PANGESTUTI DWI UTAMI
B1501302
Disusun oleh :
PANGESTUTI DWI UTAMI
B1501302
INTISARI
1
Judul
2
Mahasiswa Prodi DIII Kebidanan
3
Dosen STIKES Muhammadiyah Gombong
ABSTRACT
1
Title
2
Student of DIII Program of Midwifery Department
3
Lecturer of Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong
Penulis
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
terdapat dua pertiga dari seluruh kematian bayi terjadi di usia kurang dari 1
bulan. Dari kematian bayi yang berusia kurang dari satu bulan tersebut, dua
pertiganya merupakan kematian bayi dengan usia kurang dari satu minggu,
sedangkan dua pertiga dari jumlah bayi yang meninggal pada usia kurang dari
pada umur dibawah 1 bulan atau saat neonatus (Departemen Kesehatan RI,
2009) . Dalam laporan WHO yang dikutip dari State of the world’s mother
kematiann bayi baru lahir 0-8 hari di Indonesia adalah gangguan pernafasan
Angka kematian neonatal di Jawa Tengah tahun 2015 sebesar 7,2 per
Grobogan yaitu 13,6 per 1.000 kelahiran hidup, di ikuti Kota Magelang 11,9
per 1.000 kelahiran hidup, dan Temanggung 11,1 per 1.000 kelahiran hidup.
1.000 kelahiran hidup, diikuti Magelang 4,7 per 1.000 kelahiran hidup, Jepara
Sumatra Barat 47,3% dengan factor penyebabnya antara lain Asfiksia 51%,
kematian bayi yang dibawa oleh bayi sejak lahir seperti asfiksia. Sedangkan
kematian bayi luar kandungan atau kematian post neonatal disebabkan oleh
yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir dalam minggu pertama
pada otak bayi. Tanda kerusakan otak diawali dengan alregi, layuh dan malas
(Prawirohardjo, 2009).
mudah diproses oleh hati, tempatkan bayi dekat dengan jendela terbuka untuk
mendapatkan matahari pagi antara jam 7 sampai jam 8 pagi agar bayi tidak
kepanasan, atur posisi kepala agar wajah tidak menghadap matahari langsung,
tengkurap, usahakan kontak sinar dengan kulit seluas mungkin, oleh karena itu
bayi tidak memakai pakaian atau terlanjang tetapi hati-hati jangan sampai
kedinginan.
melakukan deteksi dini dengan melihat munculnya warna kuning pada kulit
bayi dan mendorong untuk terus memberikkan ASI ((MTBS), Buku Bagan
Ikterus neonatorum atau biasa dikenal dengan bayi kuning adalah suatu
kondisi dimana terjadinya warna kuning kulit dan sklera pada bayi baru lahir,
akibat penumpukan bilirubin pada kulit dan membran mukosa. Hal ini
Terjadinya kuning pada bayi baru lahir, merupakan keadaan yang relatif
tidak berbahaya, tetapi pada kadar bilirubin yang tinggi dapat menjadi toksik
terjadinya kern ikterus bila kadar bilirubin tidak dikendalikan. Kern ikterus
adalah ensefalopati bilirubin yang biasanya ditemukan pada bayi cukup bulan
penyakit hemolitik berat dan pada autopsy ditemukan bercak bilirubin pada
satunya adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI) segera setelah lahir. Hal ini
sebanyak 30.000 kematian bayi di indonesia dan 10 juta kematian anak balita
di dunia pada tiap tahunnya bisa dicegah melalui pemberian ASI secara
Air Susu Ibu (ASI) eksklusif merupakan intervensi yang paling efektif
dan murah untuk mencegah kematian anak. Anak-anak yang mendapat ASI
menyusui pada hari pertama setelah lahir dapat mengurangi risiko kematian
baru lahir hingga 45%. Meskipun manfaat-manfaat dari ASI eksklusif telah
bulan di seluruh dunia mendapatkan ASI eksklusif pada tahun 2012. Angka
global ini hanya meningkat dengan sangat perlahan selama beberapa decade
nutrisi yang tepat, tersedia secara biologis, mudah di cerna, melindungi bayi
secara optimal dapat mencegah 1,4 juta kematian balita di seluruh dunia setiap
serum yang tinggi dalam hari pertama kehidupan. Kurangnya asupan kalori
terjadi akibat beberapa faktor penyebab salah satunya yaitu karena ASI ibu
yang tidak keluar, pemberian ASI tidak adekuat ataupun karena kelainan
kejadian yang terjadi pada ibu dengan primipara yang disebabkan pengeluaran
persalinan secara Seksio Cesarea dan karena keadaan ibu yang lemah.
B. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
a. Bagi Peneliti
masyarakat.
b. Bagi Institusi
2. Manfaat Praktis
ikterus neonatorum.
b. Bagi Responden
lahir.
bidan dan tenaga kesehatan lain bahwa pemberian ASI sedini mungkin
Alkhadar. (2010). Koreasi niai APGAR menit kelima dengan kadar transminase
serum pada bayi baru lahir .
Bahiyatun. (2009). Buku Aja Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.
Dewi. (2010). Asuhan Neonatus bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika.
Excellence, National Institute for Health and Clinical. (2010). Neonatall Jaundice.
Gusliham. (2009). Dasa Tjipta kuning pada bayi baru lahir. medan.
Marmi. (2015). Asuan Neonatus bayi daan Anak Prasekolah. Yogyakatra: Pustaka
pelajaar.
Maryunani, A. (2010). Ilmu keshatan anak. Jakarta: CV. Trans Info Media.
(MTBS), Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit. (2008). Buku Bagan
Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Proverawati. (2010). Kapita dan Selakta ASI dan Menyusui. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Purwanti. (2009). Konsep penerapan ASI ekskuif Buku saku Unttuk Bidan.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Ramos. (2017). Kesehatan Ibu dan Bayi Baru lahir. Jakarta: Erlangga.
Roseli, U. (2008). Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI eksklusif. Jakarta: Pustaka
Bunda.
Rskesdas. (2013). Laporan Hasil riset kesetan dasar (Rskedas) nasionl . 2013:
Kementrian Kesehatan RI.
Saleha, S. (2009). asuan Kebidnan Pada masa nifas. Jakarta: Salemba Medika.
UNICEF. (2013). ASI adalah penyelamathidu paling murah dan efektif di dunia.
Jakarta.
Vivian. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika.
Widuri, H. (2013). Cara mengelola ASI eksklusif bagi ibu bekerja. Yogyakarta:
Gosy Publising.
PENGER Prinsip pemberian ASI adalah di mulai sedini mungkin, eksklusif selama 6
TIAN bulan di teruskan sampai 2 tahun dengan makanan pendamping ASI.
TUJUAN a. Meningkatkan ikatan kasih saying (ASIH)
b. Memberikan nutriasi terbaik (ASUH)
c. Melatih reflex dan motoric bayi (ASAH)
KEBIJAK Bayi Baru Lahir yang memiliki kriteria inklusi :
AN a. Bayi baru lahir fisiologis
c. Bayi yang hanya mendapat susui bidan tidak di beri makanan atau
PETUGA Bidan
S
PERALA Lembar Observasi
TAN
PERSIAP a. Inform concent dengan ibu dan keluarga tentang pemberian ASI awal
AN pada bayi baru lahir
PASIEN b. Menyiapkan kondisi ibu dan bayi baru lahir, bayi dipastikan kering dan
tidak kedinginan
CARA Penatalaksanaan :
KERJA
1. Langkah 1: lahirkan lakukan penilaian pada bayi, keringkan: saat bayi
lahir catat waktu kelahiran
a. Sambil meletakan bayi di perut ibu, ibu melakukan penilaian apakah
bayi perlu resusuitasi atau tidak
b. Jika stabil baik tidak memerlukan resusitasi, keringkan tubuh bayi,
mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan lembut
tanpa menghilangkan verniks. Verniks akan membantu
menyamankan dan menghangatkan bayi. Setelah di keringkan,
selimut bayi dengan kain kering untuk menunggu 2 menit sebelum
tali pusat di klen.
c. Hindari mengeringkan punggung tangan bayi, bau cairan amnion
pada tangan bayi membantu bayi mencari putting ibunya yang
berbau sama.
d. Periksa uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
(hamil tunggal) kemudian suntikan oxytosin 10 IU intramuskuler.
2. Langkah II: lakukan kontak kulit dengan kulit bayi selama paling
sedikit 1 jam
a. Setelah tal pusat di potong dan di ikat, letakan bayi tengkurep di
dada ibu. Luruskan bahu sehingga bayi menempel bayi di dada ibu.
Kepala bayi harus berada di antara payudara ibu tetapi lebih rendah
dari putting.
b. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan topi kepala bayi.
c. Lakukan kontak kulit bayi kekulit ibu di dada ibu paling sedikit 1
jam. Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai anaknya, jik perlu
letakan bantal di bawah kepala ibu untuk mempermudah kontak
visual antara ibu dan bayi. Hindari membersihkan payudara ibu
d. Selama kontak kulit bayi kekulit ibu tersebut, lakukan manajmen
aktif kala III persalinan.
3. Biarkan bayi mencari dan menemukan putting ibu dan mulai menyusu
a. Biarkan bayi mencari, menemukan putting ibu dan mulai menyusu.
b. Anjurkan ibu dan orang lainnya untuk tidak menginterupsi menyusu
misalnya memindahkan bayi dari satu payudara ke payudara yang
lain. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit.
Bayi cukup menyusu dari satupa yudara. Sebagian besar bayi akan
berhasil menemukan putting ibu dalam waktu 30-60 menit tapi tetap
biarkan kontak kulit bayi dengan ibu setidaknya 1 jam walaupun
bayi sudah menemukan putting kurang dari 1 jam.