Anda di halaman 1dari 9

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

PERIOPERATIF

DOSEN PENGAMPU :

Ns. Muhammad Hasan Basri, S.Kep, M.Kep

DISUSUN OLEH:

Siti Nurahma Sari

AKADEMI KEPERAWATAN SETIH SETIO MUARA BUNGO

TAHUN 2019/2020
A. DEFENISI PERIOPERATIF

Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan


keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien.
Kata “perioperatif” adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pembedahan
yaitu pre operatif, intra operatif, dan post operatif (Hipkabi, 2014).

1. Fase Pre Operatif


Fase pre operatif dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan intervensi bedah dan
diakhiri ketika pasien dikirim ke meja operasi. Lingkup aktivitas keperawatan selama
waktu tersebut dapat mencakup penetapan pengkajian dasar pasien di tatanan klinik
ataupun rumah, wawancara pre operatif dan menyiapkan pasien untuk anastesi yang
diberikan serta pembedahan (Hipkabi, 2014).
2. Fase Intra Operatif
Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk kamar bedah dan berakhir saat pasien
dipindahkan ke ruang pemulihan atau ruang perawatan intensif (Hipkabi, 2014). Pada
fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup pemasangan infus, pemberian
medikasi intravena, melakukan pemantauan kondisi fisiologis menyeluruh sepanjang
prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien.
3. Fase Post Operatif
Fase post operatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan (recovery
room) atau ruang intensive dan berakhir berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada
tatanan rawat inap, klinik, maupun di rumah.lingkup aktivitas keperawatan mencakup
rentang aktivitas yang luas selama periode ini. Pada fase ini fokus pengkajian meliputi
efek agen anastesi dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas
keperawatan kemudian berfokus pada peningkatan penyembuhan pasien dan
melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjut, serta rujukan untuk penyembuhan,
rehabilitasi, dan pemulangan (Hipkabi, 2014).
B. Persiapan PRE OPERATIF

Tindakan yang diperluhkan :

1.  Pemberian pendidikan kesehatan

Pendidikan  kesehatan yg diperluhkan mencakup penjelasan mengenai berbagai

informasi tsb, informasi tsb diantaranya tentang jenis pemeriksaan  yang dilakukan

sblm bedah ,alat – alat  khusus yang diperluhkan ,pengiriman ke kamar bedah,ruang

pemulihan ,dan kemungkinan pengobatan.

2. Persiapan diet

Pasien yang akan dibedah memerlukan  pesiapan khusus dlm hal pengaturan

diet,  sehari sblm bedah , pasien boleh menerima makanan biasa .namun , 8 jam sblm

bedah tsb dilakukan , pasien tidak diperbolehkan makan . Sedangkan cairan tdk

dipergunakan 4 jam sblm operasi, sebab makanan dan cairan dlm lambung dapat

menyebabkan terjadi aspirasi.

3. Persiapan kulit

persiapan ini  dilakukan dg cara membebaskan daerah yang akan dibedah dari

mikroorganisme  dg menyiram kulit dg sabun heksaklorofin (hexachorophene ) atau

sejenisnya yg sesuai dg jenis pembedahan . Bila pda kulit terdapat pda rambut, maka

harus dicukur.

4.     Latihan  bernafas dan latihan batuk

latihan ini dilakukan  untuk meningkatkan kemampuan pengembangan paru – paru .

Sedangkan batuk dapat mjd kontraindikasi pada bedah intrakranial ,mata ,telinga

hidung dan tenggorokan krn dpt meningkatkan tekanan , merusak jaringan dan

melepaskan jahitan. Penafasan yang dianjurkan adl penafasan diagfarma.


5.  Latihan kaki

latihan ini dpt dilakukan untuk mencegah dampak tromboflebilis.Latihan kaki

yg  dianjurkan antara lain  latihan memompa, latihan quadrisep dan latiha

mengencangkan glutea .

6. Latihan mobilitas

latihan mobilitas dilakukan  untuk mencegah komplikasi sirkulasi, mencegah

dekubitus , merangsang peristaltik , serta mengurangi nyeri . Melalui latihan

mobilitas , pasien harus mampu men disiggunakan alat di tempat  tidur . Seperti

menggunakan penghalang agar bisa memutar bakedan , melatih duduk  disisi  tempat

tidur , atau dengan  menggeser pasien ke sisi tempat tidur . Melatih duduk diawali dg

tidur fowler , kemudian duduk tegak dg kaki  menggantung disisi tempat tidur.

7.  Pencegahan  cedera 

Untuk mengatasi risiko terjadinya cedera , tindakan yang perlu   dilakukan  sebelum

pelaksanaan bedah adalah:

1).   Cek identitas

2). Lepaskan perhiasan pada pasien yang dapat  mengganggu, misalnya :

cincin, gelang dan lain – lain

3. Bersih cat kuku  untuk memudahkan pernilaian sirkulasi

4).  Lepaskan protesis

5).  Alat bantu pendengaran dapat digunakan jika pasien  tidak dapat

mendengar

6).   Anjuran pasien untuk mengosongkan kandungan kemih

7).  Gunakan kaos kaki antiemboli bila pasien berisikon terjadi


Tujuan

1.   Mengenal pasien, mengetahui masalah saat ini, mengetahui riwayat

penyakit dahulu serta keadaan / masalah yang mungkin menyertai pada saat

ini.

2.  Menciptakan hubungan dokter-pasien

3.  Menyusun rencana penatalaksanaan sebelum, selama dan sesudah

anestesi/operasi

4.  Informed consent

Penilaian catatan medik (chart review)

1. Membedakan masalah obstetri / ginekologi dengan masalah non-obstetri

yang terjadi pada kehamilan.

2. Jenis operasi yang direncanakan

3. Indikasi / kontraindikasi

4. Ada/tidak kemungkinan terjadinya komplikasi, faktor penyulit

5. Obat-obatan yang pernah / sedang / akan diberikan untuk masalah saat ini

yang kemungkinan dapat berinteraksi dengan obat / prosedur anestesi

6.     Hasil-hasil pemeriksaan penunjang / laboratorium yang diperlukan

C. Persiapan Intra Operatif

Rencana Tindakan:

1. Penggunaan baju seragam bedah.

Penggunaan seragam bedah didesain secara khusus dengan harapan dapat mencegah

kontaminasi dari luar. Hal itu dilakukan dengan berprinsip bahwa semua baju dari luar

hrus diganti dengan baju bedah yang steril; atau baju harus dimasukan ke dalam celana

atau harus menuti pinggang untuk mengurangi menyebarnya bakteri; serta gunakan tutup

kepala, masker, sarung tangan, dan celemek steril.


2. Mencuci tangan sebelum pembedahan.

3. Menerima pasien didaerah bedah.

Sebelum memasuki wilayah bedah, pasien harus melakukan pemeriksaan ulang diruang

penerimaan untuk mengecek kembali nama, bedah apa yang akan dilakukan, nomor status

registrasi pasien, berbagai hasil laboratorium dan X-ray, persiapan darah setelah

dilakukan pemeriksaan silang dan golongan darah, alat protesis, dan lain-lain.

4.  Pengiriman dan pengaturan posisi dikamar bedah.

Posisi yang dianjurkan pada umumnya adalah terlentang, terlungkup, trendelenburg,

litotomi, lateral, atau disesuaikan dengan jenis opersai yang akan dilakukan.

5.  Pembersihan dan persiapan kulit.

Pelaksanaan tindakan ini bertjuan untuk membuat daerah yang akan dibedah bebas dari

kotoran dan lemak kulit, serta untuk mengurangi adanya mikroba. Bahan yang digunakan

dalam pembersihan kulit ini harus memiliki spectrum khasiat; memiliki kecepatan khasiat;

memiliki potnsi yang baik dan tidak menurun bila terdapat kadar alhokol, sabun detergen

atau bahan organik lainnya.

6. Penutupan daerah steril.

Penutupan daerah steril dilakukan dengan menggunakan duk steril agar tetap sterilnya

daerah seputar bedah dan mencegah perpindahnya mikroorganisme antara daerah steril

dan tidak.

7. Pelaksanaan anastesia.

Anatesia dapat dilakukan dengan berbagai macam, antara lain anastesia umum, inhalasi

atau intravena, anastesi regional, dn anastesia lokal.

8.  Pelaksaan pembedahan. Setelah dilakukan anastesia, tim bedah akan melaksanakan

pembedahan sesuai dengan ketentuan pembedahan.


D. TINDAKAN PASCA PERATIF

Rencana Tindakan:

1. Meningkatkan proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri dapat dilakukan

dengan cara merawat luka, serta memperbaiki asupan makanan tinggi protein dan vitamin

C. Protein dan vitamin C dapat membantu pembentukan kolagen dan mempertahankan

integritas dinding kapiler.

2.     Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan latihan nafas, tarik nafas yang

dalam dengan mulut yang terbuka, lalu tahan nafas selama 3 detik dan hembuskan. Atau,

dapat pula dilakukan dengan menarik nafas melalui hidung dengan menmggunakan

diafragma, kemudian nafas dikeluarkan pelahan lahan melalui mulut yang di kuncupkan.

3. Mempertahankan sirkulasi, dengan stoking pada pasien yang beresiko tromboflebitis

atau pasien dilatih agar tidak duduk terlalu lama dan harus meninggikan kaki pada tempat

duduk guna mempelancar vena balik.

4. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, dengan memberikan cairan sesuai

dengan kebutuhan pasien; monitor input dan output; serta mempertahankan nutrisi yang

cukup.

5. Mempertahankan eliminasi, dengan mempertahankan asupan dan output; serta

mencegah terjadinya lentensi urin.

6. Mempertahankan aktifitas dengan latihan yang memperkuat otot sebelum ambulatory.

7.  Mengurangi kecemasan dengan melakukan komunikasi secara terapautik.


E. MASALAH KEP POSTOP
1. Gangguan pertukaran gas, berhubungan dengan efek sisa anesthesia, imobilisasi, nyeri.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pemebedahan, drain dan drainage.
3.Nyeri berhubungan dengan incisi pembedahan dan posisi selama pembedahan.
4. Risiko injury berhubungan dengan effect anesthesia, sedasi, analgesi.
5.Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan intra dan post
operasi.
6. Ketidak efektifan kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan sekresi.

F. MASALAH KEP PRE INTRA


Pada pemberian anestesi umum selama intrabedah, diagnosa keperawatan yang paling
lazim ditemukan adalah: Risiko cedera intraoperatif berhubungan dengan prosedur
anestesi umum.
DAFTAR PUSTAKA
• Doenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan). PT EGC.
Jakarta.
• Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume I
(terjemahan). PT EGC. Jakarta.
• Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I.
(terjemahan).Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.
• Johnson., Mass. 1997. Nursing Outcomes Classification, Availabel on:
www.Minurse.com, 14 Mei 2004
• McCloskey, Joanne C,. Bulecheck, Gloria M. 1996. Nursing Intervention
Classsification (NIC). Mosby, St. Louise.
• NANDA, 2002. Nursing Diagnosis : Definition and Classification (2001-2002),
Philadelphia.

Anda mungkin juga menyukai