198 837 1 PB PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 9

Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri

Volume 6 No 2: 88-96 Tahun 2017 88

Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri


Tersedia online di http://www.industria.ub.ac.id
ISSN 2252-7877 (Print) ISSN 2549-3892 (Online)
https://doi.org/10.21776/ub.industria.2017.006.02.5

Model Analisis dan Strategi Mitigasi Risiko Produksi Keripik Tempe


 
Model Analysis and Mitigation Strategy of Risk in Tempe Chips Production
July Prasetyo Irawan, Imam Santoso*, Siti Asmaul Mustaniroh
Department of Agro-industrial Technology, Faculty of Agricultural Technology
University of Brawijaya, Malang, Indonesia
*
imam.santoso.ub@gmail.com
Received: 10th January, 2017; 1st Revision: 04th May, 2017; 2nd Revision: 14th July, 2017; Accepted: 17th July, 2017

Abstrak
Risiko produksi merupakan suatu keadaan yang dapat merugikan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi
bisnis. UKM XYZ merupakan industri kecil pembuat keripik tempe yang memiliki risiko pada proses produksi.
Tujuan penelitian adalah menganalisis dan merumuskan strategi mitigasi risiko yang dihadapi pada UKM XYZ.
Metode analisis yang digunakan adalah Failure Mode Effect Analysis (FMEA) dan Analytical Hierarchy Process
(AHP). Hasil penelitian menunjukkan risiko tertinggi yaitu harga bahan baku kedelai yang berfluktuasi, hasil
produk keripik tempe yang kurang baik dan beragam, serta permintaan keripik tempe tidak pasti. Tulisan ini juga
mengembangkan strategi mitigasi risiko proses produksi.
Kata kunci: Analytical Hierarchy Process, Failure Mode Effect Analysis, keripik tempe, risiko produksi

Abstrak
Production risk is a condition that can be detrimental to the achievement of the goals and objectives of the
business organization. UKM XYZ is a small industry of tempe chips producer that has a risk on the production
process. The objective of the research is to analyze and formulate risk mitigation strategies. The analysis method
used is Failure Mode Effect Analysis (FMEA) and Analytical Hierarchy Process (AHP). The results showed the
highest risk are fluctuating soybean feedstock, low diversity and quality of the product, and demand of tempe chips
is uncertain. This paper also develops a risk mitigation strategy for the production process.
Keywords: Analytical Hierarchy Process, Failure Mode Effect Analysis, production risk, tempe chips

PENDAHULUAN Ketidakpastian ini dapat mempengaruhi


pencapaian tujuan dari setiap organisasi yang
Salah satu industri kecil atau UKM di kota berhadapan dengan risiko. Oleh karena itu perlu
Malang adalah UKM keripik tempe yang terletak dilakukan analisis risiko untuk mengidentifikasi,
di daerah Sanan dan menjadi sentra industri mengukur, dan kemudian menyusun strategi
keripik tempe. UKM XYZ merupakan salah satu sebagai dasar untuk membangun sistem
UKM keripik tempe di Sanan yang berdiri pada manajemen risiko yang utuh.
tahun 2000, dengan kapasitas produksi tempe Manajemen risiko adalah kegiatan atau
yang dapat dihasilkan yaitu 100-120 kg/hari proses manajemen yang terarah bersifat
(1000 pcs). Sistem produksi yang diterapkan proaktif yang ditujukan untuk mengakomodasi
make to order yaitu strategi memproduksi kemungkinan kegagalan salah satu atau sebagian
produk akhir setelah konsumen melakukan dari sebuah instrumen (Tampubolon, 2004).
pemesanan. Pemasaran produk keripik tempe Fokus manajemen risiko yang baik, adalah
ini menyebar ke beberapa daerah seperti Batu, mengidentifikasi, mengelola dan mengendalikan
Kediri, Sidoarjo, Surabaya, dan Bali. risiko dengan baik. Menurut Sholihin (2010),
Proses produksi yang dilakukan oleh UKM tujuan dari manajemen risiko adalah untuk
XYZ tidak terlepas dari risiko yang dihadapi. menyediakan informasi risiko kepada pihak
Risiko adalah peluang terjadinya hasil yang tidak regulator, memastikan bahwa tidak terjadinya
diinginkan sehingga risiko hanya terkait dengan kerugian, meminimalisasi kerugian dari berbagai
situasi yang memungkinkan munculnya hasil risiko yang bersifat uncontrolled, mengukur
negatif dan berkaitan dengan memperkirakan eksposur dan pemusatan risiko, mengalokasikan
terjadinya hasil negatif tersebut (Basyaib, 2007). modal dan membatasi risiko. Proses manajemen
Risiko dapat dihubungkan dengan kemungkinan memiliki beberapa langkah yaitu menentukan
kerugian yang tidak terduga. Kemungkinan tujuan, mengidentifikasi risiko, menentukan
ini dapat menunjukan adanya ketidakpastian. ukuran risiko, menyeleksi teknis analisis,
89
Model Analisis dan Strategi Mitigasi …
implementasi, dan evaluasi (Susilo dan Kaho, menguraikan masalah multi faktor atau multi
2008). kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki.
Metode FMEA adalah suatu prosedur Hirarki sebagai suatu representasi dari sebuah
terstruktur untuk mengidentifikasi dan mence- permasalahan yang kompleks dalam suatu
gah sebanyak mungkin mode kegagalan (failure struktur multi level dimana level pertama adalah
mode) dengan sekala prioritas. Hasil akhir dari tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub
metode FMEA adalah Risk Priority Number kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level
(RPN) atau angka risiko prioritas. RPN terakhir dari alternatif.
merupakan nilai yang dihitung berdasarkan
informasi yang diperoleh berkaitan dengan METODE PENELITIAN
Potential Failure Modes, Effect dan Detection.
Nilai RPN dihitung berdasarkan perkalian antara Penelitian dilaksanakan dengan menggu-
tiga peringkat kuantitatif yaitu efek/ pengaruh, nakan studi kasus di UKM XYZ. Kelurahan
penyebab, dan deteksi pada setiap proses atau Sanan, Kecamatan Blimbing, Kota Malang.
dikenal dengan perkalian S, O, D (severity,
occurance, detection). Kemudian diurutkan Prosedur Penelitian
mulai rating tertinggi, serta tindakan yang Tahapan penelitian didesain secara
disarankan untuk perbaikan. (Firdaus sistemastis agar sesuai dengan tujuan penelitian
dkk., 2010). Menurut Iswanto dkk. (2013), sesuai dengan permasalahan. Penelitian ini
pembuatan metode FMEA bertujuan untuk terdiri dari sejumlah tahapan yakni observasi dan
mengidentifikasi dan menilai risiko-risiko yang diskusi awal dengan pemilik UKM, kajian
memiliki hubungan dengan potensi kegagalan. pustaka, perumusan masalah penelitian,
FMEA menjadikan metode sebuah teknik identifikasi variabel, penyusunan kuesioner,
menganalisa yang mengkombinasikan antara pengumpulan dan pengolahan data, perumusan
teknologi dan pengalaman (experience) kesimpulan.
seseorang dalam mengidentifikasi penyebab
kegagalan dari produk atau proses dan Identifikasi Varibel
perencanaan untuk penghilangan penyebab Terdapat dua faktor yang diukur yaitu
kegagalannya. faktor risiko dan indikator risiko. Pengkajian
Hasil dari prioritas risiko yang didapat akan pengukuran risiko-risiko yang dihadapi dapat
dapat menentukan strategi yang tepat dalam dilihat pada Tabel 1.
mengatasi atau meminimasi risiko yang ada
dengan menggunakan metode AHP. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data dengan
AHP adalah salah satu metode yang digunakan Metode FMEA
untuk pengambilan keputusan yang Pengumpulan data menggunakan expert
menggunakan beberapa variabel dengan proses judgement dibanntu dengan instrumen kue-
analisis bertingkat. Menurut Setiawan (2009), sioner. Data analisis risiko dinilai oleh panelis
metode AHP memberikan solusi dalam mem- ahli yakni pemilik UKM sesuai kriteria Severity
bantu membuat keputusan, seorang decision (S), Occurrence (O), dan Detection (D). Nilai
maker dapat mengambil keputusan berdasarkan Severity mencerminkan tingkat keparahan
multi kriteria yang diterapkan. Menurut dampak suatu potensi kegagalan atau kerugian
Darmanto dkk. (2014), Keunggulan AHP dari setiap indikator risiko. Nilai Occurence

Tabel 1. Kajian dan pengukuran risiko produksi keripik tempe


Faktor Risiko Indikator risiko
Risiko bahan baku Harga bahan baku kedelai fluktuatif
Ketersediaan pasokan kedelai kurang
Kualitas kedelai yang tidak bagus
Risiko proses produksi Hasil produk keripik tempe yang tidak bagus
Kebersihan dan ketidaknyamanan lingkungan kerja
Kerusakan mesin dan peralatan pada proses produksi
Risiko permintaan Permintaan keripik tempe fluktuatif
Para pesaing produk keripik tempe
Pembatalan pemesanan produk keripik tempe
Retur penjualan keripik tempe
Keterlambatan pengiriman keripik tempe

Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri, 6(2): 85-96 (2017)


90
Model Analisis dan Strategi Mitigasi …
adalah probabilitas atau peluang terjadinya fluktuasi harga komoditas pertanian sangat
kegagalan atau kerugian dari setiap indikator dipengaruhi oleh kondisi yang berada diluar
risiko, sedangkan nilai Detection adalah tingkat kontrol pemerintah seperti kondisi iklim ekstrim
ketersediaan sistem deteksi dampak suatu dan kondisi geopolitik di dunia internasional.
potensi kegagalan atau kerugian dari setiap Harga kedelai juga berpengaruh terhadap
indikator risiko untuk mengetahui secara lebih jumlah stok kedelai impor yang dimiliki dan
dini terhadap terjdinya suatu kegagalan atau kualitas dari kedelai tersebut. Semakin sedikit
kerugian dari setiap indikator risiko. persediaan kedelai yang ada akan berdampak
kepada harga kedelai yang tinggi, begitu juga
Pengolahan Data dengan Metode AHP sebaliknya semakin banyak persediaan kedelai
Pada tahap awal diidentifikasi alternatif impor harga kedelai semakin rendah. Hal ini
strategi yang mungkin sesuai dengan hasil juga berlaku pada kualitas kedelai yang
analisis setiap indikator risiko dari setiap faktor. berdampak pada harga kedelai tersebut. Menurut
Selanjutnya diformulasikan kuesioner penen- Zakiah (2011), peningkatan konsumsi kedelai
tuan prioritas strategi mitigasi risiko dengan yang begitu pesat tidak terlepas dari
menggunakan prinsip pairwise comparation. pertambahan jumlah penduduk yang tinggi dan
Nilai tertinggi menjadi pertimbangan memilih meningkatnya konsumsi per kapita dalam bentuk
alternatif strategi untuk memitigasi setiap olahan. Penelitian lain yang dilakukan oleh
indikator risiko. Supadi (2009), mengatakan bahwa harga kedelai
dapat dipicu oleh faktor eksternal yaitu
HASIL DAN PEMBAHASAN berkurangnya pasokan kedelai di pasar dunia.
Oleh karena itu, kualitas dan stok kedelai dapat
Berdasarlan penelitian yang dilakukan sangat mempengaruhi harga dari kedelai impor.
risiko yang dihadapi pada UKM XYZ terdapat UKM XYZ juga lebih memilih menggunakan
pada variabel bahan baku, proses produksi, dan kedelai impor dibandingkan dengan kedelai
permintaan. Ketiga faktor tersebut akan sangat lokal. Kedelai impor lebih dipilih karena
berpengaruh pada keberlangsungan proses harganya lebih murah, ukurannya lebih besar,
produksi yang akan dilakukan. Metode FMEA dan menghasilkan hasil tempe yang lebih baik.
digunakan untuk proses pengidentifikasi dan Menurut Prasetyaningrum (2007), mengatakan
mengukur tingkat Risk Priority Number (RPN) bahwa kedelai impor memiliki keunggulan
tertinggi pada proses produksi keripik tempe. ukuran kedelai yang lebih besar serta dapat
Hasil pengidentifikasian dan pengukuran risiko memberikan hasil tempe yang baik.
dari metode FMEA dapat dilihat pada Tabel 2. Pada risiko proses produksi nilai RPN
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari Tabel tertinggi didapat pada faktor hasil produksi
2 terdapat 3 variabel risiko. RPN tertinggi risiko keripik tempe yang tidak bagus. Produk yang
pengadaan bahan baku terdapat pada harga tidak bagus hasil produksi yang dilakukan
bahan baku kedelai fluktuatif dengan nilai mendapatkan nilai RPN sebesar 64. Hasil keripik
sebesar 360. Risiko harga pada bahan baku tempe UKM XYZ yang tidak bagus dapat
merupakan faktor risiko yang paling tinggi, dikatakan seperti keripik tempe menempel atau
karena bahan baku yang digunakan adalah bertumpukan dengan keripik tempe lainnya,
kedelai impor. Saat ini para pengusaha UKM hasil keripik tempe masih lembek atau setengah
keripik tempe tidak dapat mengendalikan harga matang, dan keripik tempe melengkung.
produknya secara konstan, karena harga bahan Masalah-masalah tersebut salah satunya
baku kedelai impor tidak dapat dikendalikan disebabkan oleh cara penggorengan yang tidak
oleh pengusaha atau pemerintah. Harga kedelai benar dan volume penggorengan yang terlalu
impor pada saat ini sebesar Rp.7.250 per kg yang banyak. Menurut Sa’diyah dan Herliana (2010),
mengalami kenaikan Rp.500 dari harga normal proses penggorengan kurang matang akan
yaitu sebesar Rp.6.750 per kg. Apabila harga menyebabkan kerenyahan pada keripik tempe
kedelai impor yang menjadi bahan baku utama berkurang (lembek) dan menjadikan hasil
pembuatan keripik tempe naik, harga keripik produk yang tidak baik. Faktor risiko ini penting
tempe yang dijual pada konsumen juga akan dan harus segera ditangani karena apabila proses
naik. Faktor tersebut menjadi risiko yang tidak penggorengan tidak benar dapat menyebabkan
dapat dihindari baik dari UKM, pemasok pekerjaan dilakukan berulangkali dan membuat
kedelai, dan pemerintah. Pada penelitian yang waktu pekerjaan bertambah, karena harus
dilakukan oleh Sujai (2011), mengatakan bahwa melakukan proses pemisahan keripik tempe

Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri, 6(2): 85-96 (2017)


91
Model Analisis dan Strategi Mitigasi …
Tabel 2. Hasil pengidentifikasian dan pengukuran risiko dari metode FMEA
Pengukuran Risiko S O D RPN Peringkat
Risiko pengadaan bahan baku
Harga bahan baku kedelai fluktuatif 5 8 9 360 1
Ketersediaan pasokan kedelai kurang 7 7 5 245 2
Kualitas kedelai yang tidak bagus 6 6 6 216 3
Risiko proses produksi
Hasil produk keripik tempe yang tidak bagus 4 8 2 64 1
Kebersihan dan ketidaknyamanan lingkungan kerja 6 9 1 48 2
Kerusakan mesin dan peralatan pada proses produksi 2 4 4 32 3
Risiko permintaan
Permintaan keripik tempe fluktuatif 5 7 5 175 1
Para pesaing produk keripik tempe 4 7 4 112 2
Pembatalan pemesanan produk keripik tempe 5 3 5 75 3
Retur penjualan keripik tempe 6 3 3 54 4
Keterlambatan pengiriman keripik tempe 4 3 2 24 5

yang bertumpukan dan melakukan proses Menurut Tisnawati (2015), permintaan


penggorengan kembali pada produk keripik kepada suatu barang ditentukan oleh banyak
tempe yang masih lembek. Penelitian lain juga faktor diantaranya yaitu pada harga barang itu
dilakukan oleh Mushollaeni (2010) juga sendiri dan harga barang lain yang berkaitan
berpendapat bahwa frekuensi penggorengan dengan barang tersebut. Faktor tersebut dapat
keripik tempe juga dapat berpengaruh terhadap menjadi ancaman pada kelangsungan produksi
kualitas keripik tempe yang dihasilkan. Proses keripik tempe. Menurut Rizky dan Yasin (2014),
penggorengan secara terus menerus dapat perkembangan permintaan suatu produk dapat
meningkatkan kadar lemak pada minyak gorang berkaitan dengan harga terutama pada
yang dapat berakibat juga pada keripik tempe. persaingan yang semakin tajam. Dengan kata
Faktor lain yang dapat menyebabkan hasil lain harga dapat mempengaruhi kemampuan
keripik tempe UKM XYZ tidak bagus yaitu pada bersaing perusahaan dan kemampuan
faktor kenyamanan lingkungan kerja yang dapat perusahaan mempengaruhi konsumen.
berdampak pada para pekerja. Pekerja Faktor lain yang dapat mempengaruhi
memerlukan lingkungan yang nyaman dalam permintaan keripik tempe yaitu pembatalan
melakukan pekerjaanya agar dapat fokus dalam pesanan, pengembalian kembali produk atau
bekerja dan menghasilkan produk yang baik. yang disebut dengan retur, dan keterlambatan
Lingkungan kerja harus nyaman dan bersih agar pengiriman yang dapat berdampak pada citra
dapat menghindari terdapatnya kotoran seperti dari UKM tersebut. Citra UKM yang bagus akan
debu, pasir, rambut, dan benda-benda asing sangat berpengaruh terhadap permintaan
lainnya. Kerusakan mesin dan peralatan juga pesanan terhadap UKM tersebut. Semakin
menjadi salah satu kendala risiko untuk banyaknya UKM pembuat keripik tempe dapat
melakukan proses produksi. Apabila terdapat menjadi risiko kurangnya permintaan pesanan
kerusakan mesin dan peralatan dapat mengham- pada UKM tersebut. Namun apabila UKM
bat proses produksi yang sedang berlangsung. tersebut memiliki citra yang baik dengan
Pada risiko permintaan nilai RPN tertinggi kualitas dan harga yang baik, maka para
terdapat pada faktor permintaan keripik tempe konsumen dapat sangat loyal kepada UKM
yang tidak menentu dengan nilai RPN sebesar pembuat keripik tempe tersebut.
175. Risiko permintaan tidak dapat dengan pasti Risiko yang tidak menentu harus menjadi
diprediksi. Faktor permintaan yang tidak prioritas dan harus segera mencari pemecahan
menentu dapat berakibat pada pendapatan yang solusi untuk setidaknya dapat mengurangi atau
dihasilkan oleh UKM XYZ dan keberlanjutan meminimalisir dampak yang akan terjadi.
dari proses produksi selanjutnya. UKM XYZ Berdasarkan hasil penilaian risiko tersebut dapat
hanya dapat memprediksi lonjakan permintaan dirumuskan strategi untuk minimasi risiko
terjadi pada saat hari libur sekolah, hari besar dengan menggunakan metode AHP. Hasil
idul fitri, dan tahun baru. Diluar dari waktu pemilihan strategi pada metode AHP dapat
tersebut permintaan pesanan UKM XYZ tidak dilihat pada Tabel 3.
menentu dan tidak dapat diprediksi kapan terjadi
peningkatan dan penurunannya.

Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri, 6(2): 85-96 (2017)


92
Model Analisis dan Strategi Mitigasi …

Tabel 3. Strategi minimasi risiko produksi keripik tempe


Tujuan Variabel Risiko Alternatif strategi
Bahan 1. Harga bahan baku kedelai fluktuatif 1. Menjamin kemitraan dengan
baku 2. Ketersediaan pasokan kedelai kurang koperasi dan pemasok bahan
3. Kualitas kedelai yang tidak bagus baku
Proses 1. Hasil produk keripik tempe yang tidak bagus 2. Melakukan perencanaan
Strategi produksi 2. Kebersihan dan ketidaknyamanan kebutuhan bahan baku
mitigasi lingkungan kerja 3. Penerapan SOP pada proses
risiko 3. Kerusakan mesin dan peralatan pada proses produksi
proses produksi 4. Menjaga kualitas produk
produksi Permintaan 1. Permintaan keripik tempe tidak pasti pada saat proses produksi
2. Pesaing produk keripik tempe 5. Menjalin kemitraan dengan
3. Pembatalan pemesanan produk para distributor, agen, riteler
4. Retur penjualan keripik tempe 6. Melakukan perencanaan dan
5. Keterlambatan pengiriman keripik tempe peramalan permintaan

Tabel 4. Rasio konsistensi responden


No Tujuan kriteria level 1 Nilai konsistensi (CR)
1. Minimasi risiko proses produksi 0.048
2. Bahan baku 0.088
3. Proses produksi 0.084
4. Permintaan 0.091

Gambar 1. Struktur hirarki strategi minimasi risiko produksi keripik tempe

Berdasarkan pada Tabel 2 dilanjutkan yaitu sebesar 0,048, untuk nilai CR pada bahan
dengan perhitungan menggunakan metode AHP baku sebesar 0,088, pada proses produksi
untuk menentukan strategi yang tepat dalam didapatkan nilai CR sebesar 0,084, dan nilai CR
meminimasi risiko proses produksi. Menentukan pada permintaan didapatkan nilai sebesar 0,091.
strategi minimasi risiko proses produksi Nilai konsistensi yang didapatkan pada
diperlukan para pakar yang ahli dalam bidang perhitungan tersebut untuk setiap level dibawah
ini. Pakar yang digunakan yaitu pihak dari UKM atau lebih kecil dari 0,1. Hal ini menunjukkan
dan akademisi. Hasil perhitungan dengan bahwa setiap level konsisten dan dapat dianggap
metode AHP didapatkan dari nilai responden baik serta tidak perlu dilakukan perhitungan
dan bobot masing-masing alternatif strategi yang kembali. Menurut Padmowati (2009),
dapat dilihat pada Tabel 4. mengatakan bahwa jika nilai CR ≤ 0,10 (10%)
Hasil dari perhitungan yang telah dilakukan maka derajat kekonsistenan memuaskan, dan
pada Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai CR jika nilai CR ≥ 0,10 (10%) maka ada
untuk tujuan minimasi risiko proses produksi ketidakkonsistenan saat menerapkan skala

Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri, 6(2): 85-96 (2017)


93
Model Analisis dan Strategi Mitigasi …
perbandingan sepasang kriteria. Selain kualitas dari bahan baku. Untuk mendapatkan
didapatkan nilai CR perhitungan pada AHP juga kualitas produk yang baik juga perlu
menghasilkan nilai bobot masing-masing menerapkan SOP yang baik, agar menjadi acuan
variabel dan struktur hirarki alternatif strategi untuk menentukan standard yang baik. Menurut
yang dapat dilihat pada Gambar 1. Setiawan dkk. (2011) Standar Operasional
Berdasarkan data pada Gambar 1 Prosedur (SOP) merupakan suatu standar atau
didapatkan nilai bobot dari masing-masing pedoman yang dipergunakan untuk menye-
strategi untuk meminimasi risiko proses pro- lesaikan suatu proses kerja tertentu. Penerapan
duksi. Risiko-risiko yang dihadapi pada variabel SOP proses produksi pada bahan baku bertujuan
bahan baku, proses produksi, dan permintaan untuk menerapkan standar yang tepat dalam
memiliki risiko yang berbeda-beda, oleh karena menentukan kualitas bahan baku yang
itu perlu diperlukannya penanganan sesuai digunakan pada proses produksi.
dengan risiko yang dihadapi. Penanganan
tersebut dapat menggunakan strategi yang baik Strategi Proses Produksi
sesuai dengan risiko yang dihadapi pada variabel Hasil perhitungan pada Gambar 1
bahan baku, proses produksi, dan permintaan. didapatkan nilai bobot alternatif strategi pada
proses produksi untuk meminimasi hasil produk
Strategi Bahan Baku yang tidak baik. Alternatif strategi tersebut
Hasil dari perhitungan yang dilakukan adalah menjaga kualitas produk dengan bobot
dengan menggunakan metode AHP pada nilai sebesar 0,320.
Gambar 1 didapatkan prioritas strategi yang Pada hal ini UKM harus mampu
dapat meminimalisir risiko harga yang fluktuatif memaksimalkan proses produksi agar dapat
pada variabel bahan baku. Alternatif strategi bersaing dengan kompetitor, karena dengan
tersebut adalah menjaga kualitas produk dengan memaksimalkan proses produksi UKM dapat
nilai bobot sebesar 0,407. Menjaga kualitas meningkatkan permintaan bahan baku yang
produk menjadi strategi yang tepat dipilih berkualitas yang siap dipasarkan dengan
dibandingkan dengan strategi lain seperti mempertimbangkan mutu dan kualitas dari
penerapan SOP, melakukan perencanaan dan bahan baku (Sudiro, 2013). Namun kadangkala
peramalan permintaan, melakukan perencanaan dalam proses produksi yang berlangsung terjadi
kebutuhan bahan baku, serta menjalin kemi- hambatan-hambatan yang menyebabkan keru-
traan dengan koperasi dan pemasok. Menjaga sakan atau penyimpangan pada produk yang
kualitas produk pada faktor bahan baku menjadi dihasilkan. Dengan demikian, untuk mengu-
dasar untuk menjadikan produk yang rangi masalah tersebut maka perlu digunakannya
berkualitas, namun dapat mengorbankan pada strategi menjaga kualitas produk pada proses
sisi harga yang lebih tinggi. Menurut Parwati produksi. Menurut Ahyari (1990), mengatakan
dan Sakti (2012), mengatakan bahwa kualitas bahwa kualitas produksi harus diperhatikan,
dari produk (barang/jasa) merupakan faktor meskipun penggunaan bahan baku yang sudah
dasar kepuasan konsumen dalam menentukan baik tetapi, jika kualitas proses tidak mengikuti
produk yang akan dibeli atau dipakai. Oleh persyaratan yang telah ditentukan, maka
karena itu kualitas dari bahan baku yang kemungkinan besar kualitas produk akhir tidak
digunakan harus dijaga, karena menjadi faktor akan memuaskan. Oleh karena itu menjaga
kunci keberhasilan perusahan. Pada penelitian kualitas produk pada saat proses produksi
lain yang dilakukan oleh Agus dalam Yuliarto penting seperti menjaga kebersihan lingkungan
dan Putra (2014), mengatakan bahwa pengen- agar produk tetap terjaga kebersihannya.
dalian kualitas merupakan suatu aktifitas untuk Penerapan SOP pada proses produksi dapat
menjaga dan mengarahkan agar kualitas produk mendukung terjaganya kualitas produk yang
perusahaan dapat dipertahankan sebagaimana akan dihasilkan, karena bertujuan untuk
yang telah diterapkan. Oleh karena itu pemilihan menghindari kegagalan/kesalahan pada saat
kualitas bahan baku menjadi penting karena proses produksi berlangsung. Menurut Setiawan
dapat berdampak pada harga produk dan dkk. (2011) SOP pada aktivitas produksi akan
keputusan pembelian. dijadikan sebagai acuan untuk membuat suatu
Perencanaan kebutuhan bahan baku, standar proses pada sistem produksi. Oleh
peramalan permintaan, dan menjalin kemitraan karena itu strategi ini akan membantu untuk
dengan agen dan pemasok kedelai adalah menjadi acuan standar proses produksi yang baik
sebagai strategi pendukung untuk menjaga agar mengahasilkan produk yang berkualitas.

Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri, 6(2): 85-96 (2017)


94
Model Analisis dan Strategi Mitigasi …
Melakukan perencanaan kebutuhan bahan baku keseluruhan strategi ini saling berkaitan untuk
proses produksi dapat dengan mudah dilakukan menjaga kualitas produk agar dapat diterima
dengan cara menjalin kemitraan dengan koperasi oleh konsumen.
pemasok untuk kedelai dan bahan pendukung,
sedangkan menjalin kemitraan dengan Implikasi Manajerial
distributor, agen dapat membantu untuk Berdasarkan hasil dari pembahasan
penyediaan peralatan yang digunakan seperti gas didapatkan beberapa rekomendasi manajerial
elpiji, minyak, kemasan, dll. Hal ini berkaitan yang dapat dilakukan oleh UKM XYZ yaitu,
untuk menjaga kualitas pada proses produksi. perlunya menjaga kualitas produk pada faktor
bahan baku, proses produksi, dan permintaan.
Strategi Permintaan Menjaga kualitas produk pada bahan baku
Pada perhitungan Gambar 1 dengan meng- seperti pemilihan kualitas kedelai menjadi
gunakan metode AHP didapatkan alternatif sangat penting dalam meminimasi risiko harga
strategi yang dipilih yaitu menjaga kualitas kedelai yang fluktuatif. Hal ini bertujuan apabila
produk. Strategi ini mendapatkan nilai bobot harga kedelai tinggi maka UKM XYZ dapat
sebesar 0,249, karena kualitas produk akan mengganti kualitas kedelai yang lebih rendah,
membuat permintaan pada produk tersebut namun tanpa mengabaikan dari hasil akhir
meningkat. Pada persaingan yang ketat seperti seperti banyaknya isi, ukuran, dan rasa. Apabila
sekarang, pengusaha dituntut untuk memberi- harga bahan baku dalam kondisi turun, maka
kan produk yang berkualitas dan mempunyai UKM XYZ dapat menggunakan bahan baku
nilai lebih dengan kualitas yang bagus dan yang berkualitas untuk medapatkan produk yang
terpercaya. Kualitas produk merupakan salah berkualitas. Melakukan kemitraan dengan
satu faktor yang menjadi pertimbangan koperasi, dan dengan pemasok kedelai menjadi
konsumen sebelum membeli suatu produk, cara untuk mendapatkan pilihan bahan baku
selain itu kualitas juga dapat menjadi alat sesuai dengan harga dan kualitas yang dipilih.
pemasaran yang penting (Virawan, 2013). Strategi menjaga kualitas produk pada
Peluang ini dapat menjadi strategi untuk faktor proses produksi menjadi lanjutan strategi
mendapatkan pangsa pasar yang lebih luas. dari bahan baku. Strategi ini menjadi penentu
Untuk mendapatkan pangsa pasar yang luas terhadap kualitas produk yang akan dihasilkan,
dapat menjalin kemitraan dengan distributor, karena risiko yang dialami pada UKM XYZ
agen, dan riteler. Perluasan pangsa pasar dapat adalah hasil produk yang masih kurang baik.
berdampak pada permintaan produk yang akan Oleh karena itu strategi ini dapat diterapkan
meningkat karena produk yang dipasarkan untuk mengurangi dampak dari hasil produk
menyebar pada daerah-daerah lain. Strategi yang kurang baik tersebut.
kemitraan ini juga dapat membantu produsen Pada faktor permintaan strategi yang
dan distributor, agen atau riteler untuk dapat digunakan sama dengan bahan baku dan proses
bekerjasama dengan saling membutuhan dan produksi. Penerapan strategi untuk menjaga
menguntungkan. kualitas produk pada faktor permintaan
Menurut Basuki (2004) mengatakan bahwa berdampak pada daya saing dan daya terima
dalam hubungan kemitraan dalam dunia usaha konsumen terhadap produk tersebut. Strategi ini
antar pelaku usaha harus didasarkan pada ikatan menjadi dasar dalam memperluas pangsa pasar,
usaha yang saling menguntungkan dalam karena daya terima produk dapat bersaing
hubungan kerja sinergis. Kerjasama kemitraan dengan kompetitor lain.
dapat menciptakan hubungan saling mengun-
tungkan, saling membutuhkan dan saling KESIMPULAN
memperkuat antara kedua belah pihak. Perluasan
pangsa pasar yang luas dapat menjadi Pada proses pengidentifikasian risiko
keuntungan karena dapat melakukan perenca- proses produksi keripik tempe di UKM XYZ
naan dan peramalan permintaan yang lebih terdapat 11 risiko yaitu pada variabel bahan baku
banyak. Untuk mendukung perencanaan antara lain ketersediaan pasokan kedelai kurang,
permintaan yang banyak memerlukan peren- harga bahan baku kedelai fluktuatif, kualitas
canaan bahan baku yang baik dengan cara kedelai yang tidak bagus. Pada variabel proses
menjalin kemitraan dengan koperasi dan produksi terdapat risiko kerusakan mesin dan
pemasok, untuk mempermudah mendapatkan peralatan, hasil produk keripik tempe yang tidak
bahan yang akan digunakan. Oleh karena itu baik, kebersihan dan ketidaknyamanan

Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri, 6(2): 85-96 (2017)


95
Model Analisis dan Strategi Mitigasi …
lingkungan kerja. Pada variabel permintaan Parwati, C.I., dan Sakti, R.M. (2012). Pengendalian
terdapat risiko permintaan keripik tempe yang Kualitas Produk Cacat dengan Pendekatan
tidak pasti, keterlambatan pengiriman keripik Kaizen dan Analisis Masalah dengan Seven
tempe, retur penjualan keripik tempe, para Tools. Dalam Prosiding Seminar Nasional
Aplikasi Sain dan Teknologi (SNATS) Periode III
pesaing produk keripik tempe, dan pembatalan
2012, hal. : 16-24. Yogyakarta: Institut Sains dan
pemesanan produk keripik tempe. Teknologi AKPRIND.
Hasil pengukuran dan penilaian risiko
proses produksi keripik tempe di UKM XYZ Prasetyaningrum. (2007). Analisis Usaha Pada
didapatkan risiko tertinggi pada masing-masing Industri Tempe Kedelai “Sari Murni” di Kota
variabel. Risiko pada bahan baku (harga bahan Semarang. Skripsi. Fakultas Pertanian.
baku kedelai fluktuatif), proses produksi (hasil Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
keripik tempe yang tidak baik), dan permintaan
Susilo, L.J., dan Kaho, V.R. (2008). Manajemen
(permintaan keripik tempe yang fluktuatif). Risiko Berbasis ISO 31000 Untuk Industri Non
Berdasarkan perhitungan metode AHP Perbankan. Jakarta: PPM Manajemen.
yang dilakukan diperoleh alternatif strategi
untuk meminimasi risiko pada variabel. Alter- Rizky, M.F., dan Yasin, H. (2014). Pengaruh promosi
natif strategi tersebut yaitu menjaga kualitas dan harga terhadap minat beli perumahan Obama
produk untuk bahan baku, proses produksi, dan PT. Nailah Adi Kurnia SEI Mencirim Medan.
permintaan. Jurnal Manajemen & Bisnis. 14(2): 135-143.

Sa’diyah, C., dan Herliana, E. (2010). Membuat


Daftar Pustaka Keripik Tempe Aneka Rasa. Yogyakarta: Penebar
Swadaya.
Ahyari, A. (1990). Manajemen Produksi,
Pengendalian Produksi. Yogyakarta: BPFE. Setiawan, A. (2009). Implementasi aplikasi Decision
Support System dengan metode Analytical
Basuki, U.T. (2004). Analisis dan Evaluasi Hukum Hierarcy Process (AHP) untuk penentuan jenis
Tentang Persaingan Usaha Industri Kecil Di Era supplier. Jurnal Gaung Informatika. 2(2): 93-104.
Pasar Bebas. Jakarta: Badan Pembinaan Hukum
Nasional Departemen. Setiawan, B., Wessiani, N.A., dan Andrian, Y.
(2011). Perancangan SOP dan Biaya Standar
Basyaib, F. (2007). Manajemen Risiko. Jakarta: untuk Melihat Pencapaian Target Perusahaan
Grasindo. Terhadap Rencana Kerja Tahunan (RKT) HPH dI
PT. X. http://digilib.its.ac.id/public/ITS-
Darmanto, E., Latifah, N., dan Susanti, N. (2014).
Undergraduate-16677-Paper-pdf.pdf. Diakses 20
Penerapan metode AHP (Analythic Hierarchy
November 2016.
Process) untuk menentukan kualitas gula tumbu.
Jurnal Simetris. 5(1): 75-82. Sholihin, A.I. (2010). Buku Pintar Ekonomi Syariah.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Firdaus, R., Sukmono, T., dan Akbar, A. (2010).
Perbaikan proses produksi muffler dengan metode Sudiro. (2013). Manajemen dan pengembangan
FMEA pada industri kecil di Sidoarjo. Teknolojia. fungsi produksi dan operasional pada usaha
5: 83-88. pengolahan bahan kimia PT. X di Gresik.
AGORA. 1(1): 1-13.
Iswanto, A., Rambe, A., Jabbar M., dan Ginting, E.
(2013). Aplikasi metode Taguchi Analysis dan Sujai, M. (2011). Dampak kebijakan fiskal dalam
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) untuk upaya stabilisasi harga komoditas pertanian.
perbaikan kualitas produk di PT. XYZ. e-Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian. 9(4): 297-312.
Teknik Industri USU. 2(2): 13-18.
Supadi. (2009). Dampak impor kedelai berkelanjutan
Mushollaeni, W. (2010). Analisa proses terhadap ketahanan pangan. Analisis Kebijakan
penggorengan keripik tempe tinjauan dari Pertanian. 7(1): 87-102.
frekuensi penggunaan minyak goreng. Jurnal
Agroekologi. 27(3): 437-442. Tampubolon, R. (2004). Risk Management:
Manajemen Risiko Pendekatan Kualitatif untuk
Padmowati, R.L.E. (2009). Pengukuran Index Bank Komersial. Jakarta: Elex Media
Konsistensi dalam Proses Pengambilan Komputindo.
Keputusan Menggunakan Metode AHP. Dalam
Seminar Nasional Informatika 2009, hal. : 80-84. Tisnawati, N.M. (2015). Faktor-faktor yang
Yogyakarta: UPN Veteran. mempengaruhi permintaan konsumen beras

Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri, 6(2): 85-96 (2017)


96
Model Analisis dan Strategi Mitigasi …
organik di Kota Denpasar. Piramida. 11(1): 13-
19.

Virawan, W.A. (2013). Pengaruh Harga, Kualitas


Produk dan Citra Merek Terhadap Keputusan
Pembelian (Studi pada Mahasiswa Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta
Pengguna Helm Merek INK). Skripsi. Fakultas
Ekonomi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Yogyakarta.

Yuliarto dan Putra, Y.S. (2014). Analisis quality


control pada produksi susu sapi di CV Cita
Nasional Getasan tahun 2014. Among Makarti.
7(14): 79-91.

Zakiah. (2011). Dampak impor terhadap produksi


kedelai nasional. Agrisep. 12(1): 1-10.

Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri, 6(2): 85-96 (2017)

Anda mungkin juga menyukai