1,2,3
Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang
Email: abdul.haris@mail.unnes.ac.id
87
88 ABDIMAS Vol. 21 No. 2, Desember 2017
yaitu terorganisasi, privat, mengelola Kopi (KKK) yang menekuni dunia gerakan
dirinya sendiri, tidak melakukan distribusi literasi. Kedua organisasi tersebut adalah
pendapatan kepada anggotanya, serta mitra pengabdian ini. Berdasarkan hasil
memiliki partisipasi yang bersifat sukarela. wawancara dengan para pegiat RBSS dan
Allison & Kaye (2013) mencatat, pada Kalam Kopi, secara garis besar terdapat tiga
umumnya organisasi nirlaba umumnya masalah yang mengemuka. Pertama adalah
mengalami tiga problem. Pertama, sumber sumber finansial yang terbatas. Seluruh
dana. Apabila organisasi nirlaba memiliki sumber finansial kalam kopi dan RBSS
donatur yang kuat, hal ini tidak menjadi berasal dari iuran dari para pegiatnya. Selain
problem, namun apabila dana-dana donatur itu mereka tidak memiliki program atau
tidak menutup operasional lembaga, kegiatan yang bersifat komersial. Sedangkan
maka perlu mencari sumber keuangan pada RBSS, telah memiliki program atau
lainnya. Kedua, problem sumber daya kegiatan yang bersifat komersial seperti
manusia. Utamanya, organisasi nirlaba persewaan buku perpustakaan. Namun,
memiliki sumberdaya manusia yang idealis, manajemen yang buruk menyebabkan
kompeten, dan loyal terhadap organisasi. Hal program-program tersebut belum berjalan
itu menjadi problem karena pada umumnya optimal. Pendapatan yang dihasilkan belum
keanggotaan atau sumberdaya manusia mampu menutup kebutuhan operasional
yang tersedia didasarkan pada idealisme lembaga. Jika hal itu terjadi, maka defisit
dan sukarela, bukan pada pendapatan yang kas ditutup menggunakan dana pribadi para
diterima dari organisasi. Ketiga, pengelolaan anggotanya.
keuangan. Hal ini menjadi problem terutama
Problem kedua adalah kurangnya
bila pengelolaan keuangan dilakukan
keterampilan para pegiat organisasi nirlaba
dengan cara ‘kekeluargaan’ tanpa ada
dalam bidang pengelolaan keuangan,
pertangungjawaban.
kewiraan, maupun pemasaran barang/
Sektor nirlaba adalah sektor jasa. Mayoritas latar belakang para pegiat
perekonomian terbesar ketiga setelah organisasi nirlaba adalah aktivis sosial
sektor pemerintah dan sektor swasta (profit maupun pendidikan. Di satu sisi, kompetensi
oriented) (Wardhana, 2014). Organisasi- tersebut sangat relevan untuk menjalankan
organisasi nirlaba sangat berpotensi misi dari masing-masing organisasi nirlaba,
meningkatkan perekonomian masyarakat namun di sisi lain, kompetensi tersebut tidak
maupun perekonomian nasional, maka memberikan solusi kebutuhan finansial
dari itu pengabdian ini adalah salah satu sebagai dasar operasional lembaga. Kondisi
upaya mengaktualisasikan potensi tersebut. tersebut mengimplikasikan pentingnya
Organisasi nirlaba di sekitar kota Semarang keterampilan kewirausahaan ataupun
menjadi fokus tim pengabdi. pemasaran demi berjalannya organisasi,
Tim pengabdi telah melakukan disamping tetap menjalankan idealisme
observasi dan wawancara awal dengan dua organisasinya. Keterampilan wirausaha dan
organisasi nirlaba di Semarang. Organisasi pemasaran akan mengoptimalkan program-
tersebut adalah Rumah Buku Simpul program komersial agar mampu menutup
Semarang (RBSS) yang bergerak di bidang kebutuhan finansial lembaga.
sosial dan pendidikan dan Komunitas Kalam Probem manajerial menjadi program
Abdul Haris Fitri Anto,Stanislaus Sugiyarta, Amri Hana Muhammad Meningkatkan sustainabilitas organisasi 89
Namun, eksekusi tersebut akan lebih optimal instagram. Namun, intensitas promosi buku
bila kewirausahaan menjadi salah sau dan update produk terlihat jarang dilakukan
rencana strategis organisasi dengan penataan pada media-media tersebut. Disamping itu,
yang matang. produk/jasa RBSS terkesan monoton karena
hanya berupa peminjaman & pembelian
buku. Problem lain adalah lokasi RBSS.
Walaupun menempati lokasi strategis dekat
dengan kampus UNNES, namun kondisi
bangunannya lebih mirip kos-kosan daripada
sebagai outlet toko buku, perpustakaan.
Terlebih, banner “Rumah Buku Simpul
Semarang” tertutup oleh ranting-ranting
pohon di depan bangunan. Tim peneliti
melihat hal tersebut sebagai point negatif
Gambar 2. Usaha Sablon KKK dari sudut pandang teori pemasaran.
Keterlibatan RBSS dalam pelatihan
“inovasi manajemen organisasi nirlaba
berbasis model manajemen dual-core untuk
meningkatkan sustainabilitas organisasi
nirlaba di kota semarang” menginspirasi
para pegiat RBSS untuk menggiatkan
bussiness plan dan penataan organisasi yang
lebih baik. Dalam penggiatan bussiness
plan, RBSS berencana untuk lebih bisa
mengorganisir perpustakaan dengan lebih
Gambar 3. Perpustakaan KKK baik, menjual buku dengan scope konsumen
Hasil Pengamatan Pra-Pelatihan dan yang lebih luas, menjual merchandise seperti
Paska Pelatihan pada Rumah Buku t-shirt dan gantungan kunci. Disamping itu
Simpul Semarang mereka akan mengoptimalkan penjualan
secara online memanfaatkan website dan
Berdasarkan pengamatan pra-
media sosialnya.
pelatihan, RBSS adalah organisasi nirlaba
yang fokus pada misi sosial dan pendidikan. Pengamatan paska pelatihan
Namun demikian, RBSS telah memiliki memperlihatkan progress pada RBSS. Dalam
kesadaran akan pentingnya kekuatan hal bussiness plan, RBSS menyediakan
finansial untuk mendukung operasional produk/jasa yang lebih variatif. Antara lain
lembaga. Sejak semula RBSS telah memiliki adalah manajemen perpustakaan yang telah
unit perpustakaan dan unit penjualan buku. ditata dengan lebih baik. Toko buku yang
Namun kedua unit tersebut belum dikelola terlihat lebih ‘agersif’ dalam memasarkan
secara optimal. produknya secara online terutama melalui
facebook. Dan pengadaan merchandise
Promosi perpustakaan dan penjualan
terutama kaos. Kerjasama konsinyasi buku
buku juga telah dilakukan secara online. RBSS
dengan penerbit seperti Prenada, Yayasan
memiliki website sendiri simpulsemarang.
Obor Indonesia, dan beberapa penerbit
org dan media sosial di facebook, twitter, dan
lainnya telah dilakukan untuk menyediakan
92 ABDIMAS Vol. 21 No. 2, Desember 2017
sangat longgar dimana hanya terdiri dari namun, bagaimana para anggotanya dapat
ketua dan anggota. Sedikit restrukturisasi menghidupi organisasi. Pada titik inilah issue
tampak pada RBSS. Setelah pelatihan, keterbatasan jumlah SDM pada organisasi
RBSS menempatkan divisi keriwausahaan nirlaba adalah hal yang sering terjadi. Solusi
diantara divisi lain. Mereka juga memiliki dari kondisi tersebut agaknya telah dilakukan
pegiat yang mengurus divisi kewirausahaan. oleh RBSS, yaitu menempatkan pegiat
Namun, divisi tersebut belum memiliki yang ada sebagai staff divisi kewirausahaan
job description dan job specification yang walaupun dia double job dengan divisi lain.
rinci. Staff yang mengurus divisi wirausaha Pembahasan akan pelaksanaan
diketahui juga mengurus divisi lain. Fakta program inovasi manajemen Dual-Core
tersebut mengimplikasikan bahwa core untuk meningkatkan sustainabilitas
perencanaan organisasi tidak diterima oleh organisasi nirlaba di kota Semarang, sampai
organisasi nirlaba. pada hasil dimana program ini dinilai cukup
Tim pengabdi menganalisa, berhasil dalam menstimulasi kegiatan
jika organisasi nirlaba menerima ide kewirausahaan. Namun, memerlukan inovasi
manajemen Dual-Core, maka keengganan lebih jauh untuk dapat mengatasi issue SDM
dalam merestrukturisasi organisasi dapat pada organisasi nirlaba dan melakukan
disebabkan oleh du hal. Pertama, proses perencanaan organisasi secara lebih baik.
restrukturisasi organisasi bukanlah hal yang
mudah atau dapat dilakukan dalam waktu SIMPULAN DAN SARAN
singkat. Penambahan divisi kewirausahaan
bukan sekedar menambahkannya dalam Berdasarkan rangkaian kegiatan
struktur organisasi, hal itu mungkin saja program “Inovasi manajemen organisasi
bertentangan dengan visi, misi, maupun nirlaba berbasis model manajemen Dual-
agenda-agenda strategis yang telah ditetapkan Core untuk meningkatkan sustainabilitas
sebelumnya. Sehingga penambahan divisi organisasi nirlaba di kota semarang”,
dalam struktur organisasi memerlukan mulai dari pengamatan pra-pelatihan,
mekanisme-mekanisme tertentu sebelum penyelenggaraan pelatihan, hingga
ia benar-benar sah diakui sebagai bagian pengamatan paska pelatihan, maka dapat
strategis suatu organisasi. disimpulkan bahwa program ini cukup
berhasil pada core kewirausahaan, namun
Kedua, faktor yang menyebabkan belum menunjukkan hasil pada core
lambannya proses restrukturisasi adalah perencanaan organisasi. Beberapa faktor
keterbatasan sumber daya manusia. Issue turut mempengaruhi hasil program ini.
SDM pada organisasi nirlaba cukup spesifik
dan berbeda dengan organiasi yang profit Beberapa rekomendasi dapat
oriented. Pada organisasi profit, masyarakat peneliti ajukan, antaranya: 1) Bagi para
awam yang memenuhi syarat administratif peneliti, yang berminat mengembangkan
dapat melamar. Mereka yang diterima kerja program kemandirian untuk organisasi
akan mendapatkan imbalan sebagaimana nirlaba, disarankan untuk memberikan
disepakati pada kontrak. Hal itu berbeda sejumlah modal usaha kepada organisasi
dengan tata SDM dalam organisasi mitra. Hal tersebut membantu mereka
nirlaba. Terutama dalam rekrutmen, untuk mengakselerasikan program-
penambahan SDM bukanlah didasarkan program kewirausahaannya. begitupula
mencari penghasilan dari organisasi, bagi para pegiat organisasi nirlaba perlu
Abdul Haris Fitri Anto,Stanislaus Sugiyarta, Amri Hana Muhammad Meningkatkan sustainabilitas organisasi 95