Anda di halaman 1dari 10

MENINGKATKAN SUSTAINABILITAS ORGANISASI

NIRLABA DENGAN MODEL MANAJEMEN DUAL CORE

Abdul Haris Fitri Anto1,Stanislaus Sugiyarta2, Amri Hana Muhammad3

1,2,3
Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang
Email: abdul.haris@mail.unnes.ac.id

Abstrak. Organisasi nirlaba sebagai penggerak terbesar ke-3 perekonomian


nasional, bukan tanpa masalah. Tim pengabdi menganalisis akar dari problem
organisasi nirlaba: 1) Terbatasnya sumber finansial organisasi. 2) Manajemen
organisasi yang tidak efektif. 3) Kurangnya keterampilan kewirausahaan.
Penelitian ini bertujuan untuk membantu menanggulangi problem tersebut dan
menjadikan organiasi nirlaba lebih sustainable menggunakan model manajemen
“Dual-Core” yang merepresentasikan dua core (inti): core kewirausahaan,
dan core perencanaan organisasi. Penelitian ini termasuk jenis research and
development. Metode pengamatan pra-pelatihan dan paska-pelatihan, dengan alat
bantu checklist dipergunakan untuk mengumpulkan data. Dua organisasi nirlaba
menjadi organisasi mitra pengembangan ini. Berdasarkan program penelitian
dan pengembangan tersebut, tim peneliti mendapatkan hasil bahwa kedua
organisasi menunjukkan progres pada “core kewirausahaan” yang ditunjukkan
dengan adanya berbagai aktivitas wirausaha dalam organisasi tersebut. Pada
“core perencanaan organisasi”, kedua organisasi tersebut tampak belum
merestrukturisasi manajemen dan belum menempatkan wirausaha sebagai divisi
strategisnya. Hal itu akibat dari pengamatan paska-pelatihan yang dilakukan
hanya satu bulan setelah pelatihan manajemen Dual-Core untuk organisasi nirlaba

Kata Kunci : Organisasi Nirlaba, Manajemen Dual-Core

PENDAHULUAN nirlaba adalah penting karena -selain


menguatkan sektor yang digeluti, organisasi
Pemberdayaan, pengembangan, maupun nirlaba juga signifikan dalam menggerakkan
inovasi selama ini lebih banyak dilakukan perekonomian. Hal itu dapat dilihat dari
pada lembaga, organisasi, atau kelompok keragaman bidang organisasi nirlaba mulai dari
masyarakat yang bercorak profit-oriented. Hal keagamaan, kesenian, kesehatan, pendidikan,
itu penting untuk memberdayakan masyarakat lingkungan alam, sosial, pertanian, dan lain
dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di sebagainya.
berbagai sektor terkait. Selain lembaga profit, Terdapat beberapa karakteristik
yang tidak kalah penting adalah keberadaan organisasi nirlaba. Salomon dan Anheier
organisasi nirlaba (non-profit). Menurut (dalam Wardhana, 2014) menyebutkan
Wardhana (2014) pemberdayaan organisasi lima karakteristik organisasi nirlaba,

87
88 ABDIMAS Vol. 21 No. 2, Desember 2017

yaitu terorganisasi, privat, mengelola Kopi (KKK) yang menekuni dunia gerakan
dirinya sendiri, tidak melakukan distribusi literasi. Kedua organisasi tersebut adalah
pendapatan kepada anggotanya, serta mitra pengabdian ini. Berdasarkan hasil
memiliki partisipasi yang bersifat sukarela. wawancara dengan para pegiat RBSS dan
Allison & Kaye (2013) mencatat, pada Kalam Kopi, secara garis besar terdapat tiga
umumnya organisasi nirlaba umumnya masalah yang mengemuka. Pertama adalah
mengalami tiga problem. Pertama, sumber sumber finansial yang terbatas. Seluruh
dana. Apabila organisasi nirlaba memiliki sumber finansial kalam kopi dan RBSS
donatur yang kuat, hal ini tidak menjadi berasal dari iuran dari para pegiatnya. Selain
problem, namun apabila dana-dana donatur itu mereka tidak memiliki program atau
tidak menutup operasional lembaga, kegiatan yang bersifat komersial. Sedangkan
maka perlu mencari sumber keuangan pada RBSS, telah memiliki program atau
lainnya. Kedua, problem sumber daya kegiatan yang bersifat komersial seperti
manusia. Utamanya, organisasi nirlaba persewaan buku perpustakaan. Namun,
memiliki sumberdaya manusia yang idealis, manajemen yang buruk menyebabkan
kompeten, dan loyal terhadap organisasi. Hal program-program tersebut belum berjalan
itu menjadi problem karena pada umumnya optimal. Pendapatan yang dihasilkan belum
keanggotaan atau sumberdaya manusia mampu menutup kebutuhan operasional
yang tersedia didasarkan pada idealisme lembaga. Jika hal itu terjadi, maka defisit
dan sukarela, bukan pada pendapatan yang kas ditutup menggunakan dana pribadi para
diterima dari organisasi. Ketiga, pengelolaan anggotanya.
keuangan. Hal ini menjadi problem terutama
Problem kedua adalah kurangnya
bila pengelolaan keuangan dilakukan
keterampilan para pegiat organisasi nirlaba
dengan cara ‘kekeluargaan’ tanpa ada
dalam bidang pengelolaan keuangan,
pertangungjawaban.
kewiraan, maupun pemasaran barang/
Sektor nirlaba adalah sektor jasa. Mayoritas latar belakang para pegiat
perekonomian terbesar ketiga setelah organisasi nirlaba adalah aktivis sosial
sektor pemerintah dan sektor swasta (profit maupun pendidikan. Di satu sisi, kompetensi
oriented) (Wardhana, 2014). Organisasi- tersebut sangat relevan untuk menjalankan
organisasi nirlaba sangat berpotensi misi dari masing-masing organisasi nirlaba,
meningkatkan perekonomian masyarakat namun di sisi lain, kompetensi tersebut tidak
maupun perekonomian nasional, maka memberikan solusi kebutuhan finansial
dari itu pengabdian ini adalah salah satu sebagai dasar operasional lembaga. Kondisi
upaya mengaktualisasikan potensi tersebut. tersebut mengimplikasikan pentingnya
Organisasi nirlaba di sekitar kota Semarang keterampilan kewirausahaan ataupun
menjadi fokus tim pengabdi. pemasaran demi berjalannya organisasi,
Tim pengabdi telah melakukan disamping tetap menjalankan idealisme
observasi dan wawancara awal dengan dua organisasinya. Keterampilan wirausaha dan
organisasi nirlaba di Semarang. Organisasi pemasaran akan mengoptimalkan program-
tersebut adalah Rumah Buku Simpul program komersial agar mampu menutup
Semarang (RBSS) yang bergerak di bidang kebutuhan finansial lembaga.
sosial dan pendidikan dan Komunitas Kalam Probem manajerial menjadi program
Abdul Haris Fitri Anto,Stanislaus Sugiyarta, Amri Hana Muhammad Meningkatkan sustainabilitas organisasi 89

ketiga yang teridentifikasi. Berdasarkan mampu mengaktualisasikan visi dan misi


pengamatan tim, organisasi-organisasi organisasinya, maka ia dapat disebut sebagai
nirlaba tersebut tidak memiliki manajemen organisasi nirlaba yang sustainable. Inilah
yang tertata dengan baik. Dari kedua luaran yang diharapkan oleh tim pengabdi.
organisasi tersebut, hanya RBSS yang
memiliki struktur organisasi cukup spesifik, METODE
sedangkan yang lain hanya membagi struktur
sebagai ketua dan anggota. Lebih dari itu, Program pengabdian ini menggunakan
secara umum organisasi nirlaba tersebut metode research and develeopment. Tahap-
tidak menunjukkan job description yang tahapnya adalah sebagai berikut:
jelas bagi setiap anggotanya. Akibatnya,
tidak ada pembagian kerja yang jelas. Di Tabel 1. Tahap-tahap penelitian dan
satu sisi, terdapat anggota yang menanggung pengabdian
banyak beban kerja sedang anggota lain
tidak. Hal-hal semacam itu terjadi berulang- No. TAHAP KEGIATAN
ulang dan diterima sebagai ‘kewajaran’
sehingga berjalan tanpa perbaikan. Karena Melakukan problem assessment
manajemen yang tidak tertata, banyak pada organisasi nirlaba.
(pengamatan pra-pelatihan)
program atau kegiatan yang terlaksana 1. Planning Menentukan problem prioritas
namun tidak optimal. yang akan ditindaklanjuti sebagai
Tim pengabdi melihat faktor program pengabdian: Problem
finansial & Perencanaan organisasi
manajemen dan faktor keterampilan
wirausaha para pegiat organisasi nirlaba
Mendesain pelatihan Manajemen
menjadi akar permasalahan. Inilah persoalan Dual-Core bagi organisasi nirlaba:
prioritas yang menjadi fokus pengabdian. Jika 2. Organizing Core kewirausahaan & core
organisasi nirlaba memiliki manajemen yang perencanaan organisasi
Mempersiapkan teknis pelatihan
spesifik seperti penataan struktur organisasi,
job description, dan job specification, maka Menyelenggarakan pelatihan
pencapaian visi dan misi organisasi akan “Inovasi Manajemen Organisasi
Nirlaba Berbasis Model
lebih optimal. Namun, idealitas itu sulit 3. Actuating Manajemen Dual-Core untuk
untuk diwujudkan tanpa fundamen finansial Meningkatkan Sustainabilitas
yang stabil -apalagi jika sumber finansialnya Organisasi Nirlaba di Kota
Semarang”
terbatas. Maka dari itu, setiap organisasi
nirlaba harus memiliki sumber saya manusia Melakukan residence visit untuk
mengobservasi perkembangan
yang terampil dalam bidang kewirausahaan organisasi mitra pengabdian
dan pemasaran. Hal itu penting untuk (pengamatan paska-pelatihan)
4. Evaluating
meningkatkan pendapatan dan memenuhi Menyusun hasil pelatihan
Menyimpulkan hasil pelatihan
kebutuhan finansial organisasi dari program- Mengevaluasi desain pelatihan
program yang bersifat komersial. Menyusun revisi & saran
Berdasarkan analisis situasi tersebut
dapat disimpulkan bila suatu lembaga
nirlaba dapat memenuhi kebutuhan
finansialnya secara mandiri serta tetap
90 ABDIMAS Vol. 21 No. 2, Desember 2017

ribu mahasiswa UNNES adalah potensi


konsumen bagi KKK. Namun demikian,
KKK tidak memiliki produk/jasa untuk
dikomersialkan. Promosi secara online dan
offline dilakukan untuk mencapai misi ideal
mereka.
Hasil pengamatan pra-pelatihan
pada aspek ke-2 (perencanaan organisasi)
menunjukkan bahwa KKK memiliki
Gambar 1. Pelatihan Manajemen manajemen yang sederhana: Ketua dan
model Dual-Core untuk anggota. KKK tidak memiliki struktur
organisasi nirlaba organisasi yang detail. Begitupula, KKK
tidak memiliki job description tertulis dan
rinci dari setiap jabatan. Hal tersebut dapat
HASIL DAN PEMBAHASAN diasumsikan karena para pegiat KKK adalah
Paparan hasil program penelitian ini pribadi dengan karakter (job specification)
menitikberatkan pada hasil pengamatan pra- yang sangat tepat dengan tugas mereka
pelatihan dan paska-pelatihan. Hasilnya, (mampu & mau), sehingga tidak diperlukan
berbagai kemajuan organisasi nirlaba yang rincian job description. KKK terlibat
relevan dengan tujuan pengembangan aktif dalam pelatihan organasi nirlaba
diartikan sebagai adanya efek positif dari sebagai peserta. Berbagai bussiness plan
program telah disusun dan dipresentasikan. Dalam
bussiness plan-nya, KKK berencana untuk
membuka warung kopi, jasa pembuatan
Hasil Pengamatan Pra-Pelatihan dan buku, unit sablon kaos/baju.
Paska Pelatihan pada Komunitas Kalam Hasil pengamatan paska-pelatihan
Kopi KKK menunjukkan adanya perubahan
Sebelum mengikuti pelatihan, perilaku bila dibandingkan dengan hasil pra-
berdasarkan hasil pengamatan pra-pelatihan, pelatihan. Dilihat dari aspek kewirausahaan,
Komunitas Kalam Kopi (KKK) adalah profil pegiat KKK mulai mengeksekusi berbagai
organisasi nirlaba yang murni bergerak di kegiatan yang bersifat komersiil. Tim
bidang literasi. Beberapa kegiatan antara peneliti menemukan bahwa KKK mulai
lain adalah diskusi rutin, perpustakaan, membuka unit sablon untuk membantu dana
perpustakaan di jalan, dan penerbitan artikel. operasional organisasi. Namun demikian,
progresivitas KKK dalam mengeksekusi
Hasil pengamatan problem assessment bussiness plan dan memasarkan produk/
menunjukkan, pada aspek pemasaran, jasanya tidak diiringi oleh penataan
KKK hanya menunjukkan nilai positif organisasi yang lebih baik. Faktanya, KKK
pada lokasi (place). Disamping itu, KKK tetap menerapkan struktur/skema organisasi
memiliki lokasi/laman di dunia maya. yang sederhana untuk: ketua dan anggota.
Melalui kalamkopi.wordpress.com, aktivitas
Secara keseluruhan, progres eksekusi
online literacy dilakukan. Point tersebut
bussiness plan -walaupun belum bisa
sangat positif karena itu karena mereka sepenuhnya menutup operasional organisasi,
berkolasi di dekat kampus UNNES. Puluhan adalah langkah yang sangat perlu diapresiasi.
Abdul Haris Fitri Anto,Stanislaus Sugiyarta, Amri Hana Muhammad Meningkatkan sustainabilitas organisasi 91

Namun, eksekusi tersebut akan lebih optimal instagram. Namun, intensitas promosi buku
bila kewirausahaan menjadi salah sau dan update produk terlihat jarang dilakukan
rencana strategis organisasi dengan penataan pada media-media tersebut. Disamping itu,
yang matang. produk/jasa RBSS terkesan monoton karena
hanya berupa peminjaman & pembelian
buku. Problem lain adalah lokasi RBSS.
Walaupun menempati lokasi strategis dekat
dengan kampus UNNES, namun kondisi
bangunannya lebih mirip kos-kosan daripada
sebagai outlet toko buku, perpustakaan.
Terlebih, banner “Rumah Buku Simpul
Semarang” tertutup oleh ranting-ranting
pohon di depan bangunan. Tim peneliti
melihat hal tersebut sebagai point negatif
Gambar 2. Usaha Sablon KKK dari sudut pandang teori pemasaran.
Keterlibatan RBSS dalam pelatihan
“inovasi manajemen organisasi nirlaba
berbasis model manajemen dual-core untuk
meningkatkan sustainabilitas organisasi
nirlaba di kota semarang” menginspirasi
para pegiat RBSS untuk menggiatkan
bussiness plan dan penataan organisasi yang
lebih baik. Dalam penggiatan bussiness
plan, RBSS berencana untuk lebih bisa
mengorganisir perpustakaan dengan lebih
Gambar 3. Perpustakaan KKK baik, menjual buku dengan scope konsumen
Hasil Pengamatan Pra-Pelatihan dan yang lebih luas, menjual merchandise seperti
Paska Pelatihan pada Rumah Buku t-shirt dan gantungan kunci. Disamping itu
Simpul Semarang mereka akan mengoptimalkan penjualan
secara online memanfaatkan website dan
Berdasarkan pengamatan pra-
media sosialnya.
pelatihan, RBSS adalah organisasi nirlaba
yang fokus pada misi sosial dan pendidikan. Pengamatan paska pelatihan
Namun demikian, RBSS telah memiliki memperlihatkan progress pada RBSS. Dalam
kesadaran akan pentingnya kekuatan hal bussiness plan, RBSS menyediakan
finansial untuk mendukung operasional produk/jasa yang lebih variatif. Antara lain
lembaga. Sejak semula RBSS telah memiliki adalah manajemen perpustakaan yang telah
unit perpustakaan dan unit penjualan buku. ditata dengan lebih baik. Toko buku yang
Namun kedua unit tersebut belum dikelola terlihat lebih ‘agersif’ dalam memasarkan
secara optimal. produknya secara online terutama melalui
facebook. Dan pengadaan merchandise
Promosi perpustakaan dan penjualan
terutama kaos. Kerjasama konsinyasi buku
buku juga telah dilakukan secara online. RBSS
dengan penerbit seperti Prenada, Yayasan
memiliki website sendiri simpulsemarang.
Obor Indonesia, dan beberapa penerbit
org dan media sosial di facebook, twitter, dan
lainnya telah dilakukan untuk menyediakan
92 ABDIMAS Vol. 21 No. 2, Desember 2017

stok buku yang lebih banyak dan variatif


sebagaimana kebutuhan konsumen.
RBSS dalam hal penataan organisasi,
sampai dengan laporan ini dikumpulkan
telah menampakkan perubahan berarti,
namun belum bersifat final. Dalam
arti, RBSS telah merestrukturisasai
organisasinya dan telah menempatkan divisi
kewirausahaan dalam tata kelembagaannya.
Namun penataantersebut tanpa perincian
job description yang detail. Job description
masih dipahami dan dilaksanakan secara
‘normatif’. Namun, RBSS beruntung karena
memiliki staff yang cocok untuk mengampu
tugas-tugas kewirausahaan tersebut.
Gambar 6. Kaos merchandise RBSS

Gambar 4. Outlet buku RBSS

Gambar 7. Gantungan kunci


merchandise RBSS

Gambar 5: Perpustakan RBSS


Abdul Haris Fitri Anto,Stanislaus Sugiyarta, Amri Hana Muhammad Meningkatkan sustainabilitas organisasi 93

Secara umum, RBSS menampakkan tampak aktif mempromosikan buku-buku


progres yang berarti pada eksekusi bussiness mereka secara online baik melalui website
plan. Namun, perencanaan dan penataan simpulsemarang.org maupun di laman
organisasi untuk mendukung aktivitas facebook.Kegiatan-kegiatan di atas dapat
kewirausahaan dirasa belum optimal. Hal diartikan sebagai efek dari program ini.
tersebut dapat dimaklumi karena proses Tidak semua bussiness plan organisasi
restrukturisasi organisasi bukanlah aktivitas nirlaba terealisasi -setidaknya sejauh ini.
yang dapat selesai seketika waktu. KKK belum merealisasikan bussiness
plan penerbitan buku dan kafe, sedangkan
RBSS terlihat lama tidak melakukan
Pembahasan
peremajaan (update) koleksi buku-buku
Berdasarkan paparan hasil penelitian di diperpustakaannya. Bussiness plan, jika
atas, maka pembahasan dapat dikembangkan dilihat dari skalanya besa-kecil, maka dapat
pada point-point terkait organisasi nirlaba, dilihat bahwa yang telah terealisasi adalah
antara lain: Kekuatan dan kelemahan model bussiness plan berskala kecil (konsinyasi,
manajeme dual-core dalam meningkatkan sablon, t-shirt, gantungan kunci). Sedangkan
kemandirian organisasi nirlaba, serta bussiness plan yang berskala besar seperti
faktor-faktor yang mempengaruhi model badan penerbitan, kafe, update koleksi
pengembangan ini. perpustakaan, belum dapat direalisasikan
Bertolak dari hasil pelatihan “Inovasi karena kondisi finansial yang belum
manajemen organisasi nirlaba berbasis model memungkinkan. Jika, sisi finansial organisasi
manajemen dual-core untuk meningkatkan semakin baik dengan adanya kegiatan
sustainabilitas organisasi nirlaba di kota wirausaha skala kecil tersebut, sangat
semarang”, maka dapat digambarkan mungkin bussiness plan berskala besar juga
kekuatan dan kelemahan model manajemen dapat direalisasikan dikemudian hari.
Dual-Core untuk mengembangkan Progress organisasi nirlaba dalam
kemandirian organisasi nirlaba. Stimulasi berwirausaha menunjukkan bahwa program
dari pelatihan dalam bentuk bussiness ini berhasil menstimulasi para pegiat
plan terbukti mempengaruhi perilaku para organisasi nirlaba untuk mewujudkan
pegiat organisasi nirlaba untuk menguatkan organisasi yang mandiri dan sustainable.
kegiatan kewirausahaan. Pada Komunitas Namun, karena pengamatan paska
Kalam Kopi, kegiatan kewirausahaan pelatihan yang dilakukan hanya terpaut
tersebut terlihat dari usaha t-shirt sablon. satu bulan paska pelaksanaan pelatihan,
Sedangkan bussiness plan untuk mendirikan hal ini menyebabkan peneliti tidak dapat
penerbitan, juga mendirikan kafe belum mengamati dan melaporkan hasil pelatihan
dapat direalisasikan karena masih terkendala dalam jangka panjang.
biaya. Realissi bussiness plan tersebut lebih
“Core” kewirausahaan adalah core
tampak pada Rumah Buku Simpul Semarang.
pertama untuk manajemen Dual-Core. Core
Sejauh ini, mereka telah berkonsinyasi
kedua adalah core manajemen organisasi
dengan berbagai penerbit untuk menambah
nirlaba. Berdasarkan hasil pengamatan
variasi judul buku yang dijual. Selain
pada kedua organiasi nirlaba, peneliti
itu, kegiatan untuk menjual cinderamata
mendapati tidak ada perubahan berarti
(t-shirt dan gantungan kunci) juga telah
dalam restrukturisasi orgnanisasi nirlaba.
mulai dijalankan. Para pegiat RBSS juga
KKK tetap dengan struktur organisasi yang
94 ABDIMAS Vol. 21 No. 2, Desember 2017

sangat longgar dimana hanya terdiri dari namun, bagaimana para anggotanya dapat
ketua dan anggota. Sedikit restrukturisasi menghidupi organisasi. Pada titik inilah issue
tampak pada RBSS. Setelah pelatihan, keterbatasan jumlah SDM pada organisasi
RBSS menempatkan divisi keriwausahaan nirlaba adalah hal yang sering terjadi. Solusi
diantara divisi lain. Mereka juga memiliki dari kondisi tersebut agaknya telah dilakukan
pegiat yang mengurus divisi kewirausahaan. oleh RBSS, yaitu menempatkan pegiat
Namun, divisi tersebut belum memiliki yang ada sebagai staff divisi kewirausahaan
job description dan job specification yang walaupun dia double job dengan divisi lain.
rinci. Staff yang mengurus divisi wirausaha Pembahasan akan pelaksanaan
diketahui juga mengurus divisi lain. Fakta program inovasi manajemen Dual-Core
tersebut mengimplikasikan bahwa core untuk meningkatkan sustainabilitas
perencanaan organisasi tidak diterima oleh organisasi nirlaba di kota Semarang, sampai
organisasi nirlaba. pada hasil dimana program ini dinilai cukup
Tim pengabdi menganalisa, berhasil dalam menstimulasi kegiatan
jika organisasi nirlaba menerima ide kewirausahaan. Namun, memerlukan inovasi
manajemen Dual-Core, maka keengganan lebih jauh untuk dapat mengatasi issue SDM
dalam merestrukturisasi organisasi dapat pada organisasi nirlaba dan melakukan
disebabkan oleh du hal. Pertama, proses perencanaan organisasi secara lebih baik.
restrukturisasi organisasi bukanlah hal yang
mudah atau dapat dilakukan dalam waktu SIMPULAN DAN SARAN
singkat. Penambahan divisi kewirausahaan
bukan sekedar menambahkannya dalam Berdasarkan rangkaian kegiatan
struktur organisasi, hal itu mungkin saja program “Inovasi manajemen organisasi
bertentangan dengan visi, misi, maupun nirlaba berbasis model manajemen Dual-
agenda-agenda strategis yang telah ditetapkan Core untuk meningkatkan sustainabilitas
sebelumnya. Sehingga penambahan divisi organisasi nirlaba di kota semarang”,
dalam struktur organisasi memerlukan mulai dari pengamatan pra-pelatihan,
mekanisme-mekanisme tertentu sebelum penyelenggaraan pelatihan, hingga
ia benar-benar sah diakui sebagai bagian pengamatan paska pelatihan, maka dapat
strategis suatu organisasi. disimpulkan bahwa program ini cukup
berhasil pada core kewirausahaan, namun
Kedua, faktor yang menyebabkan belum menunjukkan hasil pada core
lambannya proses restrukturisasi adalah perencanaan organisasi. Beberapa faktor
keterbatasan sumber daya manusia. Issue turut mempengaruhi hasil program ini.
SDM pada organisasi nirlaba cukup spesifik
dan berbeda dengan organiasi yang profit Beberapa rekomendasi dapat
oriented. Pada organisasi profit, masyarakat peneliti ajukan, antaranya: 1) Bagi para
awam yang memenuhi syarat administratif peneliti, yang berminat mengembangkan
dapat melamar. Mereka yang diterima kerja program kemandirian untuk organisasi
akan mendapatkan imbalan sebagaimana nirlaba, disarankan untuk memberikan
disepakati pada kontrak. Hal itu berbeda sejumlah modal usaha kepada organisasi
dengan tata SDM dalam organisasi mitra. Hal tersebut membantu mereka
nirlaba. Terutama dalam rekrutmen, untuk mengakselerasikan program-
penambahan SDM bukanlah didasarkan program kewirausahaannya. begitupula
mencari penghasilan dari organisasi, bagi para pegiat organisasi nirlaba perlu
Abdul Haris Fitri Anto,Stanislaus Sugiyarta, Amri Hana Muhammad Meningkatkan sustainabilitas organisasi 95

menghitung modal untuk menjalankan Assauri, S. 2004. Manajemen Produksi dan


program komersialnya. 2) Issue SDM dalam Operasi. FEUI. Jakarta. 
organisasi nirlaba perlu mendapat perhatian Daft, R. L. 1978. A Dual-Core Model of
serius terutama terkait dengan jumlah SDM, Organizational Innovation. The
perencanaan SDM, pengembangan SDM, Academy of Management Journal,
hingga rekruitmen SDM. Ketersediaan SDM 21(2), 193–210. doi:10.2307/255754
yang sesuai dengan kerja wirausaha memiliki
dampak nyata terhadap realisasinya. 3) Flippo, E. B. 1994. Manajemen Personalia:
Sistem evaluasi program pengembangan Edisi Keenam, Jilid 1. Jakarta:
ini hanya berlangsung satu bulan setelah Erlangga.
program dilaksanakan sehingga tim Kotler, P. 2000. Manajemen Pemasaran.
pengembang tidak dapat melaporkan Jilid 2.Jakarta. Bumi Aksara
progres jangka panjang dar program ini.
Peneliti menyarankan pada funder maupun Sastrohadiwiryo, B. Siswanto. 2002.
pengembang lain untuk menyiapkan waktu Manajemen Tenaga Kerja Indonesia:
lebih panjang dalam mengevaluasi program. Pendekatan Administratif dan
Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.
pelatihan manajemen Dual-Core masih Swastha, B,. 2005. Manajemen Pemasaran
membutuhkan penyempurnaan desain Modern. Liberty,. Yogyakarta.
Tjiptono, F. 2008. Strategi Pemasaran. Edisi
DAFTAR PUSTAKA ke 3. Yogyakarta: Andi
Allison, M. dan Kaye, J. 2004. Perencanaan Wardhana, A. 2014. Sistem Pengendalian
Strategi. Jakarta : Yayasan Obor Manajemen Pada Organisasi
Indonesia. Nirlaba. makalah. Tidak
Alma, B. 2005. Manajemen Pemasaran dan dipublikasikan. Universitas Gadjah
Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta Mada

Anda mungkin juga menyukai