Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pengertian dan Sifat Aset Tidak Berwujud menurut SAK ETAP (IAI, 2009: 76)
Aset tidak berwujud adalah aset nonmoneter yang dapat diidentiflkasi dan tidak mempunyai
wujud lisik. Suatu aset dapat diidentiflkasikan jika:
1. dapat dipisahkan, yaitu kemampuannya untuk menjadi terpisah atau terbagi dari ‘
perusahaan dan dijual, dialihkan, dilisensikan, disewakan atau ditukarkan melalui suatu
kontrak terkait aset atau liabilitas secara individual atau secara bersama; atau
2. muncul dari hak kontraktual atau hak hukum lainnya, terlepas apakah hak tersebut dapat
dialihkan atau dapat dipisahkan dari perusahaan atau dari hak dan kewajiban lainnya.
2. hak atas mineral dan cadangan mineral, misalnya minyak, gas alam dan sumber
daya yang tidak dapat diperbarui lainnya.
2. biaya perolehan aset atau nilai aset tersebut; dapat diukur dengan andal.
Entitas mengukur aset tidak berwujud pada awalnya sebesar biaya perolehan. Biaya
perolehan aset tidak berwujud yang diperoleh secara terpisah terdiri atas:
1. harga beli, termasuk bea impor dan pajak yang sifatnya tidak dapat dikreditkan,
setelah diskon dan potongan dagang; dan
Entitas harus mengakui pengeluaran internal yang terjadi atas aset tidak berwujud, termasuk
semua pengeluaran untuk aktivitas riset dan pengembangan sebagai beban pada saat terjadinya,
kecuali pengeluaran tersebut merupakan bagian dari biaya perolehan aset lainnya yang
memenuhi kriteria pengakuan dalam SAK ETAP.
Pengeluaran berikut ini harus diakui sebagai beban dan bukan sebagai aset tidak berwujud.
1. Merek, logo, judul publikasi, daftar konsumen yang dihasilkan secara internal dan hal
lain yang secara substansi serupa.
2. Aktivitas perintisan (biaya perintisan), termasuk biaya legal dan kesekretariatan dalam
rangka mendirikan entitas hukum, pengeluaran dalam rangka membuka usaha atau
fasilitas baru (biaya prapembukaan) atau pengeluaran untuk memulai operasi baru atau
meluncurkan produk atau proses baru (biaya pra-operasi).
3. Aktivitas pelatihan.
Pengertian dan Sifat Aset Tak berwuiud menurut PSAK No. 19 (Revisi 2015) 19.2 & 19.3
Aset tak berwujud adalah aset nonmoneter teridentiflkasi tanpa wujud fisik.
Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai waiar imbalan lain
yang diserahkan untuk memperoleh aset pada saat perolehan atau konstruksi, atau iika dapat
diterapkan, jumlah yang diatribusikan ke aset saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan
tertentu dalam PSAK lain, contohnya PSAK 53: Pembayaran Berbasis Saham.
Amortisasi adalah alokasi sistematis jumlah tersusutkan aset takberwujud selama umur
manfaatnya.
Jumlah tersusutkan adalah biaya perolehan aset, atau jumlah lain yang merupakan
Pengganti biaya perolehan, dikurangi nilai residunya.
Jumlah tercatat aset adalah jumlah aset yang diakui dalam Iaporan posisi keuangan
setelah dikurangi dengan akumulasi amortisasi dan akumulasi rugi penumnan nilai.
Nilai residu dari aset takberwujud adalah jumlah estimasian yang dapat diperoleh entitas
saat ini dari pelepasan aset, setelah dikurangi estimasi biaya pelepasan aset, jika aset telah
mencapaj umur dan kondisi yang diharapkan pada akhir umur manfaatnya.
Nilai spesifik entitas adalah nilai kini dari arus kas yang diharapkan entitas akan timbul
dari penggunaan aset secata berkelanjutan dan dari pelepasan aset tersebut pada akhir umur
manfaatnya atau yang diharapkan terjadi saat penyelesaian liabilitas.
Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau harga yang
akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada
tangal pengukuran. (Lihat PSAK 68: Pengukuran Nilai Wajar).
Pengembangan adalah penerapan temuan penelitian atau pengetahuan lain pada suatu
rencana atau rancangan produksi bahan baku, alat, produk, proses, sistem, atau jasa yang baru
atau yang mengalami perbaikan substansial, sebelum dimulainya produksi komersiai atau
pemakaian.
Penelitian adalah penyelidikan asli dan terencana yang dilaksanakan dengan harapan
memperoleh pembaruan pengetahuan dan pernahaman teknis atas ilmu yang baru.
Rugi penumnan nilai adalah suatu jumlah yang mempakan selisih lebih jumlah tercatat
suatu aset atas jumlah terpulihkannya.
1. periode suatu aset yang diharapkan dapat digunakan oleh entitas; atau
2. jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari suatu aset oleh
perusahan
b. Tidak semua unsur yang dijelaskan di atas memenuhi definisi aset takberwujud,
yaitu keteridentifikasian, pengendalian, atas sumber daya dan adanya manfaat
ekonomi masa depan. Iika suatu unsur dalam ruang lingkup pernyataan ini tidak
memenuhi definisi aset takbexwujud, maka pengeluaran untuk memperoleh atau
menciptakan aset (secara internal) diakui sebagai beban pada saat terjadinya,
Namun, jika unsur tersebut diperoleh dalam suatu kombinasi bisnis, maka unsur
tersebut diperlakukan sebagai bagian dari goodwill pada tanggal akuisisi.
Persyaratan ini diterapkan atas biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh atau mengembangkan
secara internal aset takberwujud dan biaya yang tetjadi kemudian untuk menambah, mengganti
sebagian, atau memperbaiki aset tersebut.
a. kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomi masa depan dari
aset tersebut; dan b. biaya perolehan aset tersebut dapat diukur secara andal.
2. Dalam menilai kemungkinan adanya manfaat ekonomi masa depan, entitas menggunakan
asumsi rasional dan dapat dipertanggungjawabkan yang merupakan estimasi terbaik
manajemen atas kondisi ekonomi yang berlaku sepanjang umur manfaat aset tersebut.
3. Dalam menilai tingkat kepastian adanya manfaat ekonomi masa depan yang timbul dari
penggunaan aset takberwujud, entitas mempertimbangkan bukti yang tersedia pada saat
pengakuan awal aset takberwujud dengan memberikan penekanan yang lebih besar pada
bukti ekstern.
2. tidak mempunyai bentuk, sehingga tidak bisa dipegang atau diraba atau dilihat;
3. diperoleh dengan mengeluarkan sejumlah uang tertentu yang jumlahnya cukup material.
Contoh:
1. GoodwilI-timbul pada suatu perusahaan pada waktu membeli suatu perusahaan lain di
atas harga yang berlaku untuk aset netonya setelah dikurangi biaya-biaya, karena
perusahaan yang dibeli mempunyai keunggulan tertentu.
2. Hak Paten-jika suatu perusahaan atau seseorang menemukan suatu produk baru setelah
melakukan riset selama beberapa waktu dengan mengeluarkan biaya yang cukup besar.
Untuk itu ia dapat mendaftarkan produk ciptaannya ke Direktorat Hak Paten, untuk
memperoleh Hak Paten, sehingga orang lain tidak dapat membuat produk yang sama,
kecuali orang tersebut sudah membeli hak paten tersebut atau membayar royalti kepada
pemilik hak paten.
3. Hak Cipta (copy right) yang diberikan kepada seseorang yang mencipta lagu atau
mengarang buku.
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas aset tak
berwujud.
2. Untuk memeriksa apakah perolehan, penambahan dan penghapusan aset tak berwujud,
didukung oleh bukti-bukti yang sah dan lengkap serta diotorisasi oleh pejabat
perusahaan yang berwenang.
3. Untuk memeriksa apakah aset tak berwujud yang dimiliki perusahaan masih mempunyai
kegunaan di masa yang akan datang (manfaatnya lebih dari satu tahun).
4. Untuk memeriksa apakah amortisasi aset tak berwujud dilakukan sesuai dengan standar
akuntansi keuangan ETAP/PSAK/IFRS.
5. Untuk memeriksa apakah hasil/pendapatan yang diperoleh dari aset takberwujud sudah
dicatat dan diterima oleh perusahaan.
6. Untuk memeriksa apakah penyajian aset takberwujud dalam laporan keuangan sudah
dilakukan sesuai dengan standar akuntansi keuangan ETAP/ PSAK/IFRS.
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas aset
takberwujud.
Dalam hal ini auditor cukup menggunakan internal control questionnaires (ICQ). .Contoh
ICQ untuk aset takberwujud bisa dilihat di Exhibit 15-1. Beberapa ciri in temal control
yang baik atas aset takberwujud adalah:
a. adanya sistem otorisasi dalam penambahan dan penghapusan aset takberwujud;
b. adanya internal auditor yang memeriksa kelengkapan bukti pendukung dari perolehan
dan penambahan aset takberwujud, serta otorisasinya.
b. kemungkinan untuk memperbarui atau memperpanjang batas masa manfaat yang telah
ditentukan; ' pengaruh keusangan, permintaan, persaingan, dan faktor perubahan ekonomi
dan teknologi yang memengaruhi masa manfaat.
Entitas harus mengalokasikan jumlah yang dapat disusutkan dari aset tidak berwujud
secara sistematis selama umur manfaatnya. Beban amortisasi untuk setiap periode harus diakui
sebagai beban.
Amortisasi dimulai ketika aset siap digunakan, yaitu aset tersebut berada di alokasi dan
kondisi yang dibutuhkan untuk mampu beroperasi sesuai dengan keinginan manajemen.
Amortisasi dihentikan ketika aset dihentikan-pengakuannya. Entitas harus memilih metode
amortisasi yang mencerminkan pola pemanfaatan aset di masa mendatang. Jika entitas tidak
dapat menetapkan pola yang andal, maka entitas harus menggunakan metode garis lurus. Entitas
harus mengukur aset tidak berwujud pada biaya perolehan dikurangi akumulasi amortisasi dan
akumulasi rugi penurunan nilai.
Semua aset tidak berwujud dianggap mempunyai umur manfaat yang terbatas. Umur
manfaat aset tidak berwujud yang berasal dari hak kontraktual atau hak hukum lainnya tidak
boleh melebihi periode hak kontraktual atau hak hukum tersebut, tetapi
mungkjn lebih pendek tergantung pada lamanya periode ekspektasi penggunaan aset tersebut.
Iika hak konraktual atau hak hukum lainnya untuk masa yang terbatas dapat diperbarui, maka
umur manfaat aset tidak berwujud harus termasuk periode yang diperbarui hanya jika terdapat
bukti yang mendukung pembaruan oleh entitas tanpa biaya yang signifikan.
Jika entitas tidak mampu mengestimasi umur manfaat suatu aset tidak berwujud, maka
umur manfaatnya dianggap 10 tahun.
Jumlah tersusutkan aset takberwujud dengan umur manfaat terbatas dialokasikan secara
sitematis selama umur manfaatnya. Amortisasi dimulai ketika aset tersedia untuk
digunakan, yakni ketika aset berada pada lokasi dan dalam kondisi untuk beroperasi
sesuai dengan cara yang dimaksudkan oleh manajemen. Amortisasi dihentikan pada
waktu mana yang lebih dulu antara ketika aset tersebut digolongkan sebagai aset yang
dimiliki untuk dijual (atau termasuk dalam kelompok aset lepasan yang dikelompokkan
dalam aset yang dimiliki untuk dijual) sesuai dengan PSAK 58 (revisi 2009): Aset Tidak
Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan dan Tanggal ketika Aset
Dihentikan Pengakuannya. Metode amortisasi yang digunakan menggambarkan pola
konsumsi entitas atas manfaat ekonomi masa depan diharapkan. Jika pola tersebut tidak
dapat ditentukan secara andal, maka digunakan metode garis lurus. Amortisasi yang
dibebankan untuk setiap periode diakui dalam laporan laba rugi kecuali Pernyataan ini
atau PSAK lain mengizinkan atau mensyaratkan amortisasi tersebut dimasukkan dalam
jumlah tecatat aset lain.
Terdapat berbagai metode amortisasi untuk mengalokasikan jumlah tersusutkan aset atas
dasar yang sistematis selama umur manfaatnya. Metode tersebut mencakup metode garis
lurus, metode saldo menurun dan metode unit produksi. Metode yang digunakan dipilih
berdasarkan pada pola konsumsi manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan dan
diterapkan secara konsisten dari periode ke periode, kecuali terdapat perubahan dalam
perkiraan pola konsumsi tersebut.
Nilai residu aset takberwujud dengan umur manfaat tidak terbatas diasumsikan sama
dengan n01, kecuali:
o ada komitmen dari pihak ketiga untuk membeli aset takberwujud tersebut pada
akhir umur manfaatnya; atau
Contohnya, perusahaan mempunyai hak paten, copy right atau franchise dan
memberikan/menjual aset takberwujud tersebut kepada pihak ketiga, maka auditor harus
yakin bahwa pendapatan berupa royalti betul-betul sudah dicatat dan diterima oleh
perusahaan.
6. Untuk memeriksa apakah penyaiian aset takberwuiud dalam lapot keuangan sudah
dilakukan sesuai dengan standar akuntansi keuangan Indonesia
ETAP/PSAK/IFRS.
Entitas harus mengungkapkan hal-hal berikut untuk setiap kelompok aset tidak berwujud.
(c) Jumlah tercatat bruto dan akumulasi amortisasi pada awal dan akhir periode.
(d) Unsur pada laporan laba rugi yang di dalamnya terdapat amortisasi aset tidak berwujud.
(e) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan penambahan,
pelepasan, amortisasi, dan perubahan lainnya secara terpisah.
a) penjelasan, jumlah tercatat dan sisa periode amortisasi dari setiap aset tidak berwujud
yang material bagi laboran keuangan entitas;
b) keberadaan dan jumlah tercatat aset tidak berwujud yang hak penggunaannya dibatasi
dan jumlah tercatat aset tidak berwujud yang ditentukan sebagai jaminan atas uang;
1. Entitas mengungkapkan hal berikut untuk setiap kelompok aset takberwujud, dipisahkan
antara aset takberwujud yang dihasilkan secara internal dan aset takberwujud lain:
a. umur manfaat tidak terbatas atau terbatas dan, jika umur manfaat terbatas diungkapkan,
tingkat amortisasi yang digunakan atau umur manfaatnya;
b. metode amortisasi yang digunakan untuk aset takberwujud dengan umur manfaat
terbatas;
c. jumlah tercatat bruto dan akumulasi amortisasi (secara agregat dengan akumulasi rugi
penurunan nilai) pada awal dan akhir periode;
d. pos dalam laporan laba rugi komprehensifyang mana amortisasi aset takberwujud
termasuk di dalamnya;
e. rekonsiliasi atas jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:
2) aset yang dikelompokkan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual atau termasuk
dalam kelompok aset lepasan yang dikelompokkan sebagai dimiliki untuk dijual
sesuai dengan PSAK 58 (revisi 2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk
Dijual dan Operasi yang Dihentikan dan Pelepasan Lain;
3) peningkatan atau penurunan selama periode yang berasal dari revaluasi sesuai
dengan dijelaskan di atas dari pengakuan rugi penurunan nilai atau pembalikan di
pendapatan komprehensif lain sesuai dengan PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan
Nilai Aset (jika ada);
4) rugi penurunan nilai yang diakui dalam rugi laba selama periode sesuai dengan
PSAK 48 (jika ada);
5) rugi penurunan nilai yang dibalik dalam rugi laba selama periode sesuai dengan
PSAK 48 (jika ada);
7) selisih kurs neto yang timbul dari nilai penjabaran laporan keuangan suatu ke
mata uang penyajian, dan penjabaran Operasi luar negeri ke mata uang penyajian
yang digunakan perusahaan; dan
2. Suatu kelompok aset takberwujud adalah pengelompokan aset yang memiliki sifat dan
digunakan yang serupa dalam kegiatan Operasi entitas. Contoh dari kelompok terpisah
mencakup:
a. nama merek;
e. hak cipta, paten, dan hak kekayaan intelektual industri lain, serta hak operasional dan
penyediaan jasa lain; ,
Klasiflkasi tersebut dipisah (atau digabung) menjadi kelompok lebih kecil (atau lebih besar) jika
hal tersebut menghasilkan informasi yang relevan bagi pengguna laporan keuangan.
1. Entitas mengungkapkan informasi mengenai penurunan nilai aset takberwujud sesuai dengan
dengan PSAK 48 (revisi 2015).
2. PSAK 25 (revisi 2015): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan
mensyaratkan entitas untuk mengungkapkan sifat dan jumlah perubahan dalam estimasi
akuntansi yang memiliki pengaruh internal pada periode kini atau diharapkan memiliki
pengaruh material pada periode selanjutnya. Pengungkapan tersebut mungldn timbul akibat
dari perubahan dalam:
c. nilai residu.
a. untuk aset takberwujud yang dinilai dengan umur manfaat tidak terbatas, jumlah tercatat aset
dan alasan yang mendukung penialian umur manfaat tidak terbatag tersebut. Dalam
memberikan alasan, entitas menjelaskan faktor signifikan dalam menentukan aset yang
memiliki umur manfaat tidak terbatas;
b. penjelasan, jumlah tercatat dan sisa periode amortisasi dari setiap aset takberwujud yang
material terhadap laporan keuangan entitas;
c. untuk aset aset takberwujud yang diperoleh melalui hibah pemerintah dan awalnya diakui pada
nilai wajar:
(iii) aset tersebut diukur setelah pengakuan awal dengan model biaya atau model revaluasi.
d. keberadaan dan jumlah tercatat aset takberwujud yang kepemilikannya dibatasi dan jumlah
tercatat aset takberwujud yang menjadi jaminan untuk liabilitas.
4. Entitas mengungkapkan nilai agregat dari pengeluaran penelitian dan pengembangan yang
diakui sebagai beban selama periode.
5. Pengeluaran penelitian dan pengembangan terdiri dari seluruh pengeluaran yang dapat
diatribusikan secara langsung pada kegiatan penelitian dan pengembangan.
a. penjelasan mengenai aset takberwujud yang telah diamortisasi seluruhnya tetapi masih
digunakan; dan
b. penjelasan mengenai aset takberwujud signifnkan yang dikendalikan oleh Entitas namun
tidak diakui sebagai aset karena tidak memenuhi kn'teria pengakuan dalam pernyataan ini
atau karena aset tersebut diperoleh atau dihasilkan sebelum PSAK 19 (revisi zooo): Aset
Tidak Berwujud Efektif Diberlakukan.
2. Minta perincian aset tak berwujud per tanggal laporan posisi keuangan (neraca) yang antara
lain menunjukkan:
3. Cocokkan saldo awal dan saldo akhir ke buku besar, lalu checkfooting dan cross footing.
5. Periksa amortisasi dan penghapusan (jika ada) aset takberwujud. Periksa apakah amortisasi
dilakukan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia ETAP/PSAK/IFRS dan
perhitungannya akurat. Jikaadaaset takberwujud yang dihapuskan, misalnyagoodwill,
kamenau'dak lagi mempunyai kegunaan, maka hams diperiksa otorisasi dari pejabat entitas
yang berwenang.
6. Periksa perjanjian-perjanjian yang dibuat entitas dengan pihak ketiga yang ingin menggunakan
hak paten, hak cipta, danfranchise yang dimiliki perusahaan. Periksa apakah pendapatan dari
perjanjian tersebut (dalam bentuk royaltyfee) sudah dicatat dan diterima oleh perusahaan.
7. Periksa apakah penyajian aset takberwujud dalam laporan keuangan sudah sesuai dengan
standar akuntansi keuangan di Indonesia ETAP/PSAK/IFRS.
Biasanya dilakukan dengan menggunakan internal control questionnaires, contohnya bisa dilihat
di Exhibit 15-1. Jika auditor menyimpulkan bahwa internal control atas aset tak berwujud adalah
baik, maka ruang lingkup (scope) pemeriksaan bisa dipersempit.
2. Minta rincian aset takberwujud per tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
Penambahan aset takberwujud bisa berasal dari pembelian (goodwill, hak paten) atau perusahaan
melakukan riset untuk membuat produk-produk baru, yang jika dianggap marketable bisa
diurus (didapatkan) hak patennya ke Direktorat Hak Paten, sehingga perusahaan lain tidak
boleh membuat produk yang sama, kecuali membayar royalti kepada pemegang hak paten.
7. Periksa apakah penyajian aset takberwujud dalam laporan keuangan sudah sesuai
dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia ETAP/PSAK/IFRS.
Dalam hal ini entitas harus mencatat perolehan/penambahan aset takberwujud sebesar harga
perolehannya. Di laporan posisi keuangan (neraca) aset takberwujud disajikan sebesar nilai
netonya, setelah diamortisasi. Sedangkan di catatan atas laporan keuangan harus dijelaskan
antara lain: saldo aset takberwujud terdiri dari apa saja, dengan mencantumkan nilai neto dari
masing-masing jenis aset takberwujud, dan metode serta periode amortisasinya. Di kertas kerja
pemeriksaan aset takberwujud auditor harus mencantumkan kesimpulan pemeriksaannya
mengenai kewajaran saldo perkiraan aset takberwujud,
Klien Y=ya
T=Tidak
o kuitansi pembayaran; √
Vo Periksa Bukti pengeluaran kas dan perjajian Saldo awal terdiri dari:
V/ Cocokkan dengan KKP tahun lalu o Goodwill ex PT A dengan biaya
L Cocokkan dengan buku besar Rp6oo.ooo.ooo sudah diamortisasi 10
tahun (sisa Rp300.ooo.ooo)
˄ Check footing/perkalian o Goodwill ex PT B dengan biaya
J Periksa journal entry dan otorisasi direksi RP100.000.000 sudah diamortisasi 15
tahun (sisa Rp25.ooo.ooo)
DIBUAT OLEH: DI-REVIEW: KLIEN: PT PERIODE: INDEKS:
RENIKU
Menurut SAK ETAP (IAI, 2009:172) Liabilitas (obligation) kini entitas yang timbul dari
peristiwa lalu, penyelesaianny diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entitas
yang mengandung manfaat ekonomi.
Penyelesaian liabilitas masa kini biasanya melibatkan pembayaran kas, penyerahan aset
lain, pemberian jasa, penggantian liabilitas tersebut dengan liabilitas lain, atau konversi liabilitas
menjadi ekuitas. Liabilitas juga dapat dihapuskan dengan cara lain, seperti kreditur
membebaskan atau membatalkan haknya.
Liabilitas merupakan utang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu,
penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang
mengandung manfaat ekonomis.
Pembelian barang atau penggunaan jasa menimbulkan utang usaha dan penerimaan
pinjaman bank menimbulkan kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut.
Penyelesaian kewajiban masa kini biasanya melibatkan perusahaan untuk mengorbankan sumber
daya yang memiliki manfaat masa depan demi untuk memenuhi tuntutan pihak lain.
Penyelesaian kewajiban yang ada sekarang dapat dilakukan dengan berbagai cara, sebagai
contoh dengan:
a. pembayaran kas;
c. pemberian jasa;
d. pergantian kewajiban tersebut dengan kewajiban lain; atau e. konversi kewajiban menjadi
ekuitas.
Kewajiban juga dapat dihapuskan dengan cara lain seperti kreditor membebaskan atau
membatalkan haknya.
Liabilitas diakui dalam laporan posisi keuangan jika besar kemungkinan bahwa
pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomis akan dilakukan untuk
menyelesaikan kewajiban saat ini dan jumlah yang Harus diselesaikan dapat diukur dengan
andal.
Menurut Penulis
Liabilitas jangka pendek adalah liabilitas perusahaan kepada pihak ketiga, yang jatuh tempo atau
harus dilunasi dalam waktu kurang atau sama dengan satu tahun, atau dalam satu siklus operasi
normal perusahaan, biasanya dengan menggunakan aset lancar (current assets) perusahaan.
Utang usaha yaitu kewajiban kepada pihak ketiga yang berasal dari pembelian barang atau
jasa secara kredit yang hams dilunasi dalam waktu kurang atau sama dengan satu tahun.
Pinjaman dari bank yaitu pinjaman yang diperoleh dari bank dan didukung oleh suatu
perjanjian kredit (loan agreement), bisa dalam bentuk kredit modal kerja (working capital
loan) ataupun kredit rekening koran (overdrafl‘facility). Kredit modal kerja diperlukan
perusahaan untuk membiayai kegiatan rutinnya seperti membeli bahan baku, barang dagangan
dan lain-lain. Bunga kredit modal kerja dihitung dari jumlah kredit yang diberikan bank
(plafon kredit). Kredit rekening koran juga diperlukan untuk membiayai kegiatan rutin
perusahaan, tetapi bunganya dihitung dari saldo kredit yang digunakan bukan dari plafon
kredit.
3. Bagian dari Kredit )angka Paniang yang Iatuh Tempo dalam Waktu Kurang atau Sama
dengan Satu Tahun (Current Portion of Long Term Loan)
Per tanggal laporan posisi keuangan, bagian dari liabilitas jangka panjang yang jatuh tempo
satu tahun yang akan datang harus direklasifikasi dari liabilitas jangka panjang ke liabilitas
jangka pendek.
Catatan: Menurut SAK ETAP (IAI, 2009): istilah yang digunakan adalah Neraca, sedangkan
menurut Omnibus Statement (IAI, 2011): istilah yang digunakan adalah laporan posisi
keuangan.
Utang pajak yaitu kewajiban pajak perusahaan yang harus dilunasi dalam periode berikutnya,
misalnya utang PPh 21 (pajak penghasilan atas gaji, upah, honorarium), PPh 25 (pajak
penghasilan badan), PPN (pajak pertambahan nilai), dan lain-lain.
Biaya yang masih hams dibayar yaitu biaya yang sudah terjadi dan menjadi beban periode
yang diperiksa, tetapi baru akan dilunasi dalam periode berikutnya. Misalnya biaya gaji, biaya
listrik, telepon, air, dan lain-lain. Perlu diingat bahwa dalam pencatatan akuntansinya
perusahaan harus menggunakan accrual basis, bukan cash basis.
11. Utang Leasing (Kewajiban Sewa) yang latuh Tempo Satu Tahun yang Akan Datang
12. Utang Bunga 13Utang Perusahaan Aflliasi (Utang dalam Rangka Hubungan Khusus)
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memeriksa liabilitas jangka pende adalah
sebagai berikut.
1. Kecenderungan perusahaan untuk mencatat liabilitasnya lébih rendah dari yang Sebenarnya
(understatement of liabilities) dengan tujuan untuk melaporkan laba lebih besar dari jumlah
yang sebenarnya. Misalnya dengan tidak mencatat sebagian biaya dan pembelian barang
dagangan/ bahan baku yang belum dibayar. Untuk itu auditor harus melakukan prosedur yang
disebut “searching of unrecorded liabilities”, dengan cara memeriksa pembayaran sesudah
tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
2. liabilitas jangka pendek yang tercantum di laporan posisi keuangan (neraca) didukung oleh
bukti-bukti yang lengkap dan berasal dari transaksi yang betul~ betul terjadi;
3. semua liabilitas jangka pendek perusahaan sudah tercatat per tanggal laporan posisi keuangan
(neraca);
4. accrued expenses jumlahnya reasonable (masuk akal/wajar) atau tidak, dalam arti tidak terlalu
besar dan tidak terlalu kecil. Karena kalau jumlahnya terlalu besar berarti laba akan
dilaporkan terlalu kecil (understated) dan kalau accrued expenses terlalu kecil berarti laba
akan dilaporkan terlalu besar (overstated);
5. kewajiban sewa (leasing), jika ada, sudah dicatat sesuai dengan standar akuntans' sewa guna
usaha (PSAK No. 30 Revisi 2015 tentang Sewa);
6. seandainya ada liabilitas jangka pendek dalam mata uang asing per tanggal laporan posisi
keuangan (neraca), sudah dikonversikan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah
Bank Indonesia per tanggal laporan posisi keuangan (neraca) dan selisih kurs yang terjadi
sudah dibebankan/dikreditkan pada laba rugi tahun berjalan;
7. biaya bunga dan bunga yang terutang dari liabilitas jangka pendek telah dicatat per tanggal
laporan posisi keuangan (neraca);
8. biaya bunga liabilitas jangka pendek yang tercatat pada tanggal laporan posisi keuangan
(neraca) betul telah terjadi, dihitung secara akurat dan merupakan beban perusahaan;
9. semua persyaratan dalam perjanjian kredit telah diikuti oleh perusahaan sehingga tidak terjadi
“bank default”;
10. penyajian liabilitas jangka pendek di dalam laporan posisi keuangan (neraca) dan catatan atas
laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia ETAP/SAK/IFRS.
1. Memeriksa apakah terdapat internal control yang baik atas liabilitas jangka pendek.
Jika internal control atas liabilitas jangka pendek disimpulkan oleh auditor cukup baik maka
ruang lingkup pemeriksaan atas liabilitas jangka pendek dapat dipersempit dan sebaliknya jika
disimpulkan lemah, ruang lingkup pemeriksaan harus diperluas. Perlu diperhatikan beberapa
ciri internal control yang baik atas liabilitas jangka pendek.
a. Adanya pemisahan tugas antara bagian pembelian, bagian penerimaan barang, bagian
gudang, bagian akuntansi, dan bagian keuangan.
d. Digunakannya sistem tender untuk pembelian dalam jumlah yang besar, di mana beberapa
supplier diundang untuk memasukkan penawaran tertulis dalam amplop tertutup ke panitia
tender.
e. Dibuatnya buku tambahan (subsidiary ledger) untuk utang usaha, dan setiap akhir bulan
jumlah saldo utang usaha menurut subsidiary ledger harus dibandingkan (direconcile)
dengan saldo utang usaha menurut general ledger yang merupakan perkiraan pengendali
(controlling account).
f. Jumlah barang yang dicantumkan dalam faktur pembelian (supplier invoice) harus
dibandingkan dengan jumlah yang dilaporkan dalam receiving report dan purchase order,
untuk mencegah pembayaran atas barang yang dibeli melebihi jumlah barang yang dipesan
dan yang diterima.
g. Faktur pembelian dan dokumen pembelian lainnya harus dicap lunas (stamp paid) untuk
menghindari digunakannya dokumen-dokumen tersebut untuk proses pembayaran yang
kedua kalinya.
2. Memeriksa apakah liabilitas jangka pendek yang tercantum di laporan posisi keuangan
(neraca) didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan berasal dari transaksi yang betul-
betul terjadi.
Jika liabilitas jangka pendek merupakan utang usaha, yang berasal dari pembelian secara
kredit, maka utang tersebut harus didukung oleh bukti-bukti yang lengkap, seperti: purchase
requisition, purchase order, supplier invoice, dan receiving report. Selain itu, pembelian
tersebut harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang, misalnya manajer
pembelian, dan manajer akuntansi dan keuangan. Jika liabilitas jangka pendek berupa utang
dividen, maka harus didukung o e notulen rapat umum pemegang saham yang memberikan
otorisasi untuk pembagia dividen. Jika berupa kredit bank, harus didukung oleh perjanjian
kredit dan notulen rapat direksi yang memberikan otorisasi untuk peminjaman uang dari bank.
Begit juga jika berupa utang pemegang saham, harus didukung oleh perjanjian kredit_ Iika
ada utang pemegang saham, maka tidak boleh ada setoran modal yang belum dilunasi oleh
pemegang saham.
3. Memeriksa apakah semua liabilitas jangka pendek perusahaan sudah tercatat pada
tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
Dalam hal ini auditor harus meyakinkan diri bahwa tidak ada unrecorded liabilities. Untuk itu
auditor harus memeriksa semua perjanjian yang dibuat perusahaan dengan pihak ketiga,
memeriksa notulen rapat direksi dan pemegang saham dan mengirim konfirmasi ke penasihat
hukum (legal consultant/Iawyer) perusahaan.
4. Memeriksa apakah accrued expenses jumlahnya reasonable, dalam arti tidak terlalu
besar dan tidak terlalu kecil.
Untuk itu auditor harus memeriksa dasar perhitungan accrued expenses yang dibuat
perusahaan, apakah masuk akal dan konsisten dengan tahun sebelumnya. Misalnya untuk
accrued travelling expenses (biaya perjalanan yang masih harus dibayar) harus diperiksa
untuk perjalanan ke mana, menggunakan pesawat terbang apa, berapa lama perjalanannya,
menginap di hotel mana dan sebagainya.
5. Memeriksa apakah kewajiban leasing (sewa), jika ada, sudah dicatat sesuai dengan
standar akuntansi sewa (PSAK 3o Revisi 2015 tentang Sewa).
Misalnya jika ada utang leasing untuk pembelian mesin pabrik, maka harga perolehan mesin
dan utang leasing harus dicatat sebesar nilai tunainya. Selain itu, bagian dari utang leasing
yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun yang akan datang harus dicatat sebagai liabilitas
jangka pendek. Sedangkan yang jatuh temponya lebih dari satu tahun yang akan datang harus
dicatat sebagai liabilitas jangka panjang.
Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika sewa tersebut mengalihkan secara
substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. Suatu sewa
diklasifikasikan sebagai sewa operasi jika sewa tidak mengalihkan secara substansial seluruh
risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset.
Klasmkasi sewa sebagai sewa pembiayaan atau sewa operasi didasarkan pada substansi
transaksi dan bukan pada bentuk kontraknya. Contoh dari situasi yang secara individual atau
gabungan pada umumnya mengarah pada sewa yang diklasifikasikan sebagai sewa
pembiayaan adalah:
(a). Sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada lessee pada akhir masa sewa;
(b). Lessee memiliki opsi untuk membeli aset pada harga yang diperkirakan cukup
rendah dibandingkan nilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan;
sehingga pada awal sewa dapat dipastikan bahwa opsi tersebut akan dilaksanakan;
(c). Masa sewa adalah untuk sebagian besar umur ekonomis aset meskipun hak milik
tidak dialihkan;
(d). Pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum secara substansial
mendekati seluruh nilai wajar aset sewaan; dan
(e) Aset sewaan bersifat khusus dan hanya lessee yang dapat menggunakannya tanpa
perlu modiflkasi secara material.
6. Memeriksa apakah seandainya ada liabilitas jangka pendek dalam mata uang asing
per tanggal laporan posisi keuangan (neraca), sudah dikonversikan ke dalam rupiah
dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia per tanggal laporan posisi
keuangan (neraca) dan selisih kurs yang terjadi sudah dibebankan/dikreditkan pada
laba rugi tahun berjalan.
Misalkan pada tanggal 31 Oktober 2015 perusahaan membeli barang dagangan secara kredit
dari luar negeri sebesar US$100.ooo, kurs saat itu adalah Rp13.ooo per 1 US$ sehingga
utang usaha dicatat sebesar Rp1.320.ooo.ooo. Per tanggal 31 Desember 2015, utang tersebut
masih belum dilunasi dan kurs Bank Indonesia saat itu per 1 US$: beli Rp13.4oo, jual
Rp13.zoo berarti kurs tengah adalah Rp13.3oo per 1 US$. Jurnal penyesuaian yang harus
dibuat per 31 Desember 2015 adalah:
7. Memeriksa apakah biaya bunga dan bunga yang terutang dari liabilitas jangka pendek
telah dicatat per tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
Dalam hal ini auditor harus yakin bahwa semua bunga liabilitas jangka pendek, baik dari
utang bank, utang pemegang saham dan lain-lain, sudah dicatat sebagai beban perusahaan dan
jika bunga tersebut belum dibayar, sudah dicatat sebagai utang bunga per tanggal laporan
posisi keuangan (neraca).
8. Memeriksa apakah biaya bunga liabilitas jangka pendek yang tercatat pada tanggal
laporan posisi keuangan (neraca), betul telah terjadi, dihitung secara akurat, dan
merupakan beban perusahaan.
Auditor harus yakin bahwa bunga yang dibebankan dalam laporan laba rugi, berasal dari
pinjaman jangka pendek yang digunakan perusahaan dan didukung oleh perjanjian kredit
yang sah, sehingga betul-betul merupakan beban perusahaan. Selain itu auditor harus
melakukan pengecekan apakah perhitungan bunga sudah dilakukan secara akurat, walaupun
beban bunga dicatat berdasarkan nota debit dari bank (berarti dihitung oleh bank).
9. Memeriksa apakah semua persyaratan dalam perjanjian kredit telah diikuti oleh
perusahaan sehingga tidak terjadi “bank default”.
Biasanya dalam perjanjian kredit bank mencantumkan beberapa persyaratan yang harus dipatuhi
nasabahnya, antara lain:
Jika persyaratan tersebut dilanggar oleh perusahaan, maka terjadi “bank default” dan hal tersebut
harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan (notes to financial statements).
10. Memeriksa apakah penyajian liabilitas iangka pendek di dalam (neracq laporan posisi
keuangan dan catatan atas laporan keuangan sesuai den standar akuntansi keuangan di
Indonesia ETAP/PSAK/IFRS.
Misalnya, jika perusahaan mempunyai kredit jangka pendek dari bank ata mempunyai utang
leasing (sewa), maka dalam catatan atas laporan keuangan ham diungkapkan antara lain:
a. plafon kredit;
c. tingkat bunga;
d. jaminan kredit;
e. pengembalian kredit dan pembayaran bunga apakah dalam rupiah atau mata uang asmg;
g. jenis leasing;
2. Minta rincian dari liabilitas jangka pendek, utang usaha maupun liabilitas lainnya, kemudian
periksa penjumlahannya (footing) serta cocokkan saldonya dengan saldo utang (kewajiban) di
buku besarjcontrolling account).
3. Untuk utang usaha cocokkan saldo masing-masing supplier dengan saldo menurut subsidiary
ledger utang usaha (jika jumlah suppliernya banyak, tidak usah 100%).
4. Secara test basis (sampling), periksa bukti pendukung dari saldo utang kepada beberapa
supplier, perhatikan apakah angkanya cocok dengan purchase requisition, purchase order,
receiving report dan supplier invoice. Periksa juga perhitungan mathematis (mathematical
accuracy) dari dokumen-dokumen tersebut dan otorisasi dari pejabat perusahaan yang
berwenang.
5. Seandainya terdapat monthly statement of account dari supplier, maka harus dilakukan
rekonsiliasi antara saldo utang menurut statement of account tersebut dengan saldo subsidiary
ledger utang.
6. Pertimbangkan untuk mengirim konfirmasi kepada beberapa supplier baik yang saldonya
besar maupun yang saldonya tidak berubah sejak tahun sebelumnya.
7. Periksa pembayaran sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) (subsequent payment)
untuk mengetahui apakah ada liabilitas yang belum dicatat (unrecorded liabilities) per tanggal
laporan posisi keuangan (neraca) dan untuk meyakinkan diri mengenai kewajaran saldo liabilitas
per tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
8. Seandainya ada utang kepada bank dalam bentuk kredit modal kerja, kredit investasi, maupun
kredit overdraft, maka kirim konfirmasi ke bank, periksa surat perjanjiafI kreditnya dan buatkan
excerpt dari perjanjian kredit tersebut, dan periksa otorisasi dari direksi untuk perolehan kredit
bank tersebut.
9. Seandainya ada utang dari pemegang saham atau dari direksi atau dari perusahaan aflliasi,
yang harus dilunasi dalam waktu satu tahun yang akan datang, hams dikirim konfirmasi, periksa
perjanjian kreditnya dan periksa apakah ada pembebanan bunga atas pinjaman tersebut.
1o. Seandainya ada utang leasing (sewa), periksa apakah pencatatannya sudah sesuai dengan
standar akuntansi sewa (PSAK No. 30 Revisi 2015 tentang Sewa) dan apakah bagian yang jatuh
tempo dalam waktu satu tahun yang akan datang sudah dicatat (direklasifikasi) sebagai liabilitas
jangka pendek.
11. Periksa perhitungan dan pembayaran bunga, apakah sudah dilakukan secara akurat dan tie-up
jumlah beban bunga tersebut dengan jumlah yang tercantum pada laporan laba rugi. Perhatikan
juga aspek pajaknya.
12. Seandainya ada saldo debit dari utang usaha maka harus ditelusuri apakah ini merupakan
uang muka pembelian atau karena adanya pengembalian barang yang dibeli tetapi sudah dilunasi
sebelumnya. Kalau jumlahnya besar (material) harus direklasiiikasi sebagai piutang.
13. Seandainya ada uang muka penjualan per tanggal laporan posisi keuangan (neraca), periksa
bukti pendukungnya dan periksa apakah saldo tersebut sudah diselesaikan di periode berikutnya
(subsequent clearance) misalnya dengan mengirimkan barang yang dipesan oleh pembeli.
14 Seandainya ada kredit jangka panjang, harus diperiksa apakah bagian yang jatuh tempo satu
tahun yang akan datang sudah direklasmkasi sebagai liabilitas jangka pendek.
15. Seandainya ada kewajiban dalam mata uang asing, periksa apakah saldo tersebut per tanggal
laporan posisi keuangan (neraca) telah dikonversikan kedalam rupiah dengan menggunakan kurs
tengah Bank Indonesia per tanggal laporan posisi keuangan (neraca), dan selisih kurs yang
terjadi dibebankan/dikreditkan pada laba rugi tahun berjalan.
16. Untuk utang PPh 21 dan PPN periksa apakah utang tersebut sudah dilunasi pada periode
berikutnya. Seharusnya utang PPh 21 dan PPN per 31 Desember dilunasi di bulan Januari tahun
berikutnya.
Sedangkan untuk PPh Badan harus diperiksa apakah pada waktu mengisi dan memasukkan SPT
PPh Badan, perusahaan telah membayar PPh 29 (setoran akhir).
17. Periksa dasar perhitungan accrued expenses yang dibuat oleh perusahaan, apakah reasonable
dan konsisten dengan dasar perhitungan tahun sebelumnya. Selain itu harus diperiksa
pembayaran sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
18. Periksa notulen rapat direksi, pemegang saham dan perjanjian-perjanjian yang dibuat
perusahaan dengan pihak ketiga, untuk mengetahui apakah semua kewajiban yang tercantum
dalam notulen dan perjanjian tersebut sudah dicatat per tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
20.Periksa apakah penyajian liabilitas jangka pendek di laporan posisi keuangan (neraca) dan
catatan atas laporan keuangan sudah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan ETAP/
PSAK/IFRS.
Dalam hal ini auditor dapat menggunakan internal control questionnaires, flow chart atau
penjelasan narrative. Karena utang usaha merupakan bagian dari siklus pembelian, utang usaha
dan pengeluaran kas, maka bisa digunakan internal control questionnaires untuk pembelian,
utang usaha dan pengeluaran kas, yang contohnya bisa dilihat di Exhibit 16-1.
Contoh penjelasan narrative prosedur pembelian, utang usaha dan penerimaan kas bisa dilihat di
Exhibit 16-2, sedangkan contoh flow chart untuk prosedur tersebu disajikan di Exhibit 16-3.
Jika dari evaluasi internal control atas liabilitas jangka pendek, auditor menyimpulkan bahwa
internal controlnya baik atau berjalan efektif, maka substantive test atas liabilitas jangka pendek
bisa dikurangi. Dengan perkataan lain, ruang lingkup pemeriksaan bisa dibatasi.
2. Minta rincian dari liabilitas jangka pendek, utang usaha maupun liabilitas lainnya,
kemudian periksa footing dan cocokkan saldonya dengan saldo liabilitas jangka pendek di
buku besar.
Harus diingat bahwa rincian-rincian tersebut harus disiapkan oleh klien. Tugas auditor adalah
memeriksa rincian tersebut, bukan menyusun rincian.
Jika rincian yang diberikan klien tidak cocok dengan saldo buku besarnya atau terdapat
kesalahan footing, maka auditor harus mengembalikan rincian tersebut kepada klien untuk
diperbaiki.
Selain rincian utang usaha, yang harus diminta dari klien adalah: rincian biaya yang masih harus
dibayar, liabilitas lain-lain, utang pajak, dan lain-lain.
3. Untuk utang usaha cocokkan saldo masing-masing supplier dengan saldo menurut
subsidiary ledger utang usaha.
Jika jumlah supplier banyak (misalkan seratus supplier) dan internal control client baik, maka
pencocokan ke subledger bisa dibatasi jumlahnya.
Seandainya ditemukan perbedaan antara saldo di rincian utang usaha dan saldo di subledger
utang usaha, harus diminta agar klien yang mencari penyebab perbedaan tersebut.
Auditor tidak harus mengirim konfirmasi untuk utang usaha, karena sumber pencatatan utang
usaha berasal dari luar perusahaan (misalnya faktur dari supplier), dan tujuan konfirmasi adalah
untuk memeriksa keakuratan data akuntansi klien. Jadi lain dengan konfirmasi piutang yang
merupakan audit prosedur standar yang harus dilakukan oleh auditor.
Apalagi jika sebagian besar supplier terbiasa untuk mengirim monthly statement of account,
maka auditor hanya perlu mencocokkan saldo utang usaha menurut rincian dengan saldo
menurut monthly statement of account tersebut.
Caranya adalah dengan me-review buku pengeluaran kas sesudah tanggal laporan posisi
keuangan (neraca) sampai mendekati tanggal selesainya pemeriksaan lapangan. Perhatikan
apakah ada pembayaran-pembayaran di periode sesudah tanggal laporan posisi keuangan
(neraca) yang menyangkut pembelian atau biaya untuk tahun yang diperiksa yang belum dicatat
sebagai liabilitas jangka pendek per tanggal laporan posisi keuangan (neraca). Periksa juga
notulen rapat direksi, pemegang saham, dewan komisaris untuk mengetahui apakah ada
kewajiban perusahaan, misalnya pembagian bonus, yang baru akan dibayar diperiode berikutnya
dan belum dicatat sebagai liabilitas per tanggal laporan posisi keuangan (neraca). Auditor juga
harus memeriksa bukti-bukti pembayaran di subsequent period yang berkaitan dengan kewajiban
yang terjadi di tahun yang diperiksa.
Prosedur 8, 9, 10, n, dan 14 dibahas lebih rinci di pemeriksaan liabilitas jangka panjang
(Bab 17).
Prosedur 12, 13, 15, dan 16 sudah cukup jelas.
17. Periksa dasar perhitungan accrued expenses yang dibuat oleh perusahaan, apakah
reasonable (masuk akal) dan konsisten dengan dasar perhitungan tahun sebelumnya.
Selain itu harus diperiksa pembayaran sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
Perlu diketahui bahwa untuk memperkecil laba, bisa saja perusahaan memperbesar jumlah
accrued expenses-nya. Dengan memeriksa pembayaran sesudah tanggal laporan posisi keuangan
(neraca) auditor bisa mengetahui apakah jumlah yang diaccrued betul-betul dibayar di tahun
berikutnya dalam jumlah yang kurang lebih sama.
Selain itu bisa diketahui seandainya ada biaya-biaya tahun yang diperiksa yang belum dicatat di
periode sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca), sehingga harus diusulkan audit
adjustment-nya oleh auditor.
Hal ini menyebabkan timbulnya contingent liabilities, yaitu liabilitas yang mungkin terjadi,
mungkin juga tidak terjadi, tergantung pada kejadian dalam periode berikutnya.
(a) entitas memperkirakan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus operasi normal;
(c) liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu dua belas bulan setelah
periode pelaporan; atau
(d) entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menangguhkan penyelesaian liabilitas selama
sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode pelaporan. Persyaratan liabilitas yang
dapat mengakibatkan diselesaikannya liabilitas tersebut dengan menerbitkan instrumen
ekuitas, sesuai dengan pilihan pihak lawan, tidak berdampak terhadap klasifikasi liabilitas
tersebut.
Entitas mengklasifikasi liabilitas yang tidak termasuk kategori tersebut sebagai liabilitas jangka
panjang.
Beberapa liabilitas jangka pendek, seperti utang dagang, beberapa akrual untuk biaya
karyawan dan biaya operasi lain, merupakan bagian modal kerja yang digunakan dalam siklus
operasi normal entitas. Entitas mengklasifikasikan liabilitas tersebut sebagai liabilitas jangka
pendek meskipun liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan lebih dari dua belas bulan
setelah periode pelaporan. Siklus operasi normal yang sama diterapkan pada klasifikasi aset dan
liabilitas entitas. Jika tidak dapat diidentiflkasi secara jelas, maka siklus operasi normal entitas
diasumsikan dua belas bulan.
Exhibit 16-1 Contoh Internal Control Questionnaires (ICQ) Prosedur Pembelian Liabilitas, don
Pengeluaran Kas
Klien Y=Ya
T=Tidak
TR=Tidak
Relevan
Y T T
R
I. ORDER PEMBELIAN
II PENERIMAAN BARANG
6. Apakah terdapat bagian penerimaan barang yang terpisah dari:
6.1. Bagian Pembelian?
6.2. Bagian Akuntansi?
6.3. Bagian Pembayaran?
6.4. Bagian Penyimpanan?
6.5. Ba;ian Pencatatan Persediaan?
7. Apakah barang yang diterima disertai:
7.1. Surat Jalan/DO/faktur dari supplier?
7.2. Surat Keterangan Pengangkut?
8. Apakah barang yang diterima diperiksa mengenai:
8.1. Kuantitas?
8.2. Keadaan?
8.3. Spesiflkasi pembelian lainnya?
8.4. Kecocokan dengan order pembelian?
9. Apakah laporan penerimaan barang:
9.1. Dibuat untuk seluruh penerimaan barang?
9.2. Mencatat jumlah yang diterima berdasarkan perhitungan yang sebenarnya?
9.3. Diberi nomor urut tercetak?
9.4. Disimpan selengkapnya, termasuk yang dibatalkan?
9.5. Blankonya disimpan dengan baik?
9.6. Tembusannya dikirim kepada:
a. bagian akuntansi, untuk dicocokkan dengan order pembelian dan faktur?
b. bagian pembelian, sebagai informasi bahwa pesanan telah diterima?
10. Iika barang ditolak oleh bagian penerimaan:
17. Apakah perhitungan rasio yang berikut secara teratur diperiksa dan. dijelaskan
dengan cukup:
18. Apakah ada prosedur yang cukup untuk menjamin pertimbangan yang tepat
dari:
18.1. Cut-ofpembelian?
21. Detail dari kreditur yang lama belum dibayar diteliti sebab-sebabnya?
22. Apakah penata buku akun kontrol liabilitas jangka pendek terpisah dari
pemegang sub-Buku Besar Liabilitas Jangka Pendek?
24. Apakah semua pembayaran kecuali untuk pengisian dana kas kecil
dilakukan dengan cek?
25. Apakah semua cek yang belum digunakan, disimpan oleh orang tertentu
secara aman?
27. Apakah semua cek yang dibatalkan tetap melekat pada buku cek dam
dirusak agar tidak dapat disalahgunakan?
30.2. Dilengkapi dengan bukti pelengkap yang cukup bila diajukan untuk
ditandatangani.
31. Sebutkan batas jumlah yang dapat ditandatangani hanya seorang! Jumlah :
Rp5.ooo.ooo
32. Apakah penandatanganan cek terpisah dari yang menyimpan uang kas dan
pemegang buku kas?
34. Apakah setiap pembayaran didukung dengan bukti otentik yang telah
diperiksa dan disetujui oleh orang lain dari yang menandatangani cek dan
diparaf? '
35. Apakah semua bukti segera distempel “LUNAS” untuk menghindari
pembayaran dua kali?
37. Bila perusahaan menerima cek mundur dari langganan, cek tersebut tidak
pemah dibayarkan lagi kepada pihak ketiga?
39. Apakah rekening koran langsung dikirim oleh bank kepada orang yang
membuat rekonsiliasi?
41. Prosedur dan pembukuan yang berhubungan dengan hal di bawah ini
cukup dapat dipercaya untuk menyusun laporan keuangan:
41.1. Pembelian?
41.2. Kreditur?
42. Internal control dalam hubungannya dengan hal di bawah ini cukup
memuaskan dan dapat mencegah atau menemukan suatu kecurangan atau
kesalahan dalam suatu periode:
42.1. Pembeh’an?
42.2. Kreditur?
42.3. Pembayaran melalui bank?
................................................................................................................................
........
........................
................................................................................................................................
........
........................
................................................................................................................................
........
........................
B. Catatan Lain:
................................................................................................................................
........
........................
................................................................................................................................
........
........................
................................................................................................................................
........
........................
C. kesimpulan Penilaian
D. Revisi kesimpulan (lampiran alasannya)!
Diisi oleh : Tanggal :
exhibit 16-3 Contoh Penjeloson Narrative Prosedur Pembelian, Liobilitas Jangko Pendek, don
Pengeluoron Kas
Bagian Gudang
a. Bagian gudang berkewajiban untuk menjaga persediaan minimum agar bahan baku yang
diminta cukuP tersedia. Jika persediaan sudah kurang dari persediaan minimum, maka
harus dilakukan permintaan pembelian ke bagian pembelian dengan membuat Surat
Permintaan Pembelian Bahan Baku (SPPBB). SPPBB dibuat sebanyak 3 lembar
bernomor urut tercetak, yaitu:
b. Menerima Surat Pesanan Pembelian (SP-4) dari bagian pembelian, bahwa permintaan
pembeliannya telah dilaksanakan oleh bagian pembelian.
c. Menerima bahan baku dan surat tanda terima bahan baku dari rekanan atau Surat Jalan
sebanyak 2 Iembar, kemudian dicocokkan dengan bahan baku yang diterima serta
dicocokkan dengan SPPBB-3 dan SP-4. Iika telah sesuai, baik kuantitas maupun
kualitasnya, maka S] ditandatangani, S]-1 diserahkan ke bagian akuntansi umum dan S]-2
dikembalikan ke rekanan.
d. Membuat laporan Penerimaan Bahan Baku (LPB) sebanyak 3 lembar tidak bemomor urut
tercetak, yaitu:
Bagian Pembelian
a. Berdasarkan SPPBB-1 yang diterima dari bagian gudang, dibuat Surat Pesanan (SP)
sebanyak 5 lembar bernomor urut tercetak, yaitu:
SP-1 dan SP-z: untuk rekanan tertentu setelah mempertimbangkan rekanan yang terbaik
SP-3: untuk bagian akuntansi umum
b. Menerima faktur pembelian dari rekanan sebanyak z lembar dan memeriksa apakah telah
sesuai dengan SP.
c. Menerima LPB-z dari bagian gudang dan dicocokkan dengan faktur dan SP-nya.
Bagian Keuangan
a. Menerima bukti-bukti dari bagian akuntansi umum yang berupa, LPB-l, SPPBB-z, SP-3
faktur pembelian-l dan SI-l.
b. Berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh, dibuatkan Bukti Pengeluaran Kas/ Bank (BPK)
sebanyak 2 lembar tidak bernomor urut tercetak, yaitu:
c. Membuat cek, diserahkan ke rekanan dan dimintakan tanda tangan pada BPK tersebut.
e. Menyerahkan semua bukti disertai deman BPK-1 ke nada ba y'an akuntansi umum.
81AM 18-4 Contoh Surat Konnrmosi ke Penosihat Hukum Pawsohoon
PT RENIKU
Jakarta Utara
Kepada Yth.
Legal Consultant
Jakarta Pusat
Dengan hormat
Sehubungan dengan pemenkmn yang dnlakulun oleh auditor kami mhadap hporan W pemuhnn
hm: untuk uhun buku 30:5. mohm bantuan Saudara untuk mcmberihn inhuman kepada auditor
kami. Kanmt Akuman Pubhk Dra. Astrid Krisami, M.M., ll. Tanjung Omen Na 1R blumm7o,
mangerm ha! ha] bcnkut:
1. Apakah perusahnn Kami mempunyai masalah yang berkaitan dengan pe;anggaran hukum
atau peraturan pemerintah, tuntutan dari pihak ke 3 di pengadilan baik di dalam maupun
diluar negeri.
3. Hal-hal penting yang sifatnya material yang perilu dilaporkan dalam laporan keuangan
perusahaan kami untuk tahun buku 2015, yang menyangkut masahh hukum, dan
mempunyai pengaruh tehadap kewajaran laporan keuangan kami.
Mohon agar jawaban Saudara dapat dikirimkan langsung kepada uditor kami dengan
menggunakan amplop jawaban teralampir.
Atas perhatian dan abntuan saudara, kami mengucapkan banyak terima kasih.
Hormat Kami
PT RLNIKU
(Dra.Renny Octavia)
Direktur Utama
Rp
8.1000.000 Rp 750.000
Rp 750.000
Berdasarkan audit prosedur yang dijalankan, sesuai dengan audit program liabilitas iangka pendek, kami
menemukan beberapa kesalahan yang usulan audit adjustment-nya sudah disetujui klien, sehingga menurut
pendapat kami, saldo liabilitas jangka pendek per 31-12-2015 sudah disajikan secara wajar.
AJE 17 Rp 55.000.000
Saldo per audit 31-12-15 Rp 196.381 700
AJE 17
DR piutan usaha Rp 55.000.000
CR US Rp 55.000.000
Untuk megklarifikasikan saldo debit utag usaha sebagai piutang usaha.
/ cocok dengan supdger liabilitas jangka pendek (US)
˄ check footing
V/ cocok dengan kkp tahun lalu
Vo periksa bukti pembayaran sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca)
Direview Klaien PT
Dibuat oleh RENNYKU PERIODE INDEKS
Tanggal 23-
Tanggal 17-01-2016 01-2016 SCHEDULE US 31/15/2015 n-1
contoh supporting schedule uang muka penjualan
Saldo uang muka 11enjua1an per 31-12-5015 sebesar Rp75.000.000 merupakan uang muka
penjualan yang diterima dari:
PT Duren Tiga untuk pemesanan 500 unit barang XYZ dengan Rp25.000.000 r
jumlah
Rp75.000.000 L
Sesuai dengan sales order, pertengahan Januari 2016, pesanan untuk PT Wanny dan PT Duren
Tiga telahi dipenuhi.
(Kami telah memeriksa Delivery Order yang ditandatangani bagian penerimaan barang
pelanggan)
A Checkfooting
Saldo Subsequent
clearance
31/12/15
(s.d15/3/16)
Rp 4.499.500
Saldo per audit 31-12-15 Rp 79.950.500
AJE 18
2. BB (10 buah) N0vember'15 sudah dibayar di Desember ’15, namun dicatat dengan
mendebit biaya langganan BB, seharusnya biaya yang masih hams dibayar.
4. Pertanggungjawaban biaya pen'aIanan di 25/2/16 ternyata lebih kecil dari iumlah yang di-
accmed.
5. Accrued bonus didasarkan pada notulen rapat direksi 23/x2/x5. namun saat pembayaran
tanggal 15/3/16. W manutuskan untuk menambah jumlah bonus sebesar 10%.
A Checkbefing
Dr Cr Saldo
Saldo 1-1-2015
PPh Terutang: