b. Hasil Anamnesis
- Nyeri dada
- Sesak napas makin lama semakin meningkat
- Meningkat dengan aktivitas
- Suka tidur pada sisi yang sakit
c. Hasil Pemriksaan Fisik
- Pergerakan dada tidak simetris (inspeksi)
- Cairan >300cc,bagian yang ada cairan :
Perkusi redup (perkusi), fremitus menghilang (palpasi), suara napas
melemah – hilang (auskultasi), trakea terdorong ke kontralateral
Kemudian dilakukan pemeriksaan cairan pleura untuk mengetahui tipe transudate atau
eksudat. Untuk membedakannya dengan cara mengukur LDH dan protein di dalam
cairan pleura. Kriteria penentuan tipe transudate atau eksudat adalah :
- Protein cairan pleura/serum protein >0,5
- LDH cairan pleura/LDH serum >0,6
- LDH cairan pleura : lebih dari 200 IU atau 2/3 batas atas nilai normal
di dalam serum.
Tipe Eksudat : minimal memenuhi 1 kriteria diatas
Tipe Transudat : Jika semua point tidak terpenuhi
Perlu dilakukan tes tambahan seperti deskripsi cairan,banyaknya glukosa, hitung jenis,
tes mikrobiologi dan sitologi.
Catatan :
Jika ternyata kriteria diatas terpenuhi 1 atau lebih ( kearah eksudat) sedangkan secara
klinis lebih mengarah ke efusi transudate, perlu dilakukan pengukuran perbandingan
protein di dalam serum dengan cairan pleura. Jika hasilnya >= 31 g/L (3,1g/dl), berarti
efusi tipe transudate.
d. Pemeriksaan Penunjuang
- Foto Toraks Dada
Posisi PA : Sudut kostofrenikus tumpul (>500cc), foto diambil dalam posisi
duduk atau berdiri
Posisi Lateral : Sudut kostofrenikus tumpul jika cairan >200 cc
PA/Lateral : terdapat perselubungan homogen,radioopak(putih), permukaan
atas cekung.
- USG Toraks
- Pungsi Pleura (torakosintesis) dan analisis cairan pleura
- Makroskopis : Transudat ( Jernih,agak kuning)
Eksudat ( warna lebih gelap,keruh)
Empiema (opak,kental)
Efusi kaya kolesterol (berkilau)
Chylous (susu)
- Mikroskopis : leukosit <1000/mm3
Leukosit meningkat
Limfosit matur,
(neoplasma,limfoma,TBC)
Leukosit PMN yang mendominasi
(pneumonia,pankreatitis).
e. Penegakan diagnosis
b. Hasil Anamnesis
- Batuk,
- Pilek
- Demam >38°C
- Sefalgia
- Nyeri tenggorokan
- Nyeri otot
- Mialgia
- Malaise
- Pada gastro-intestinal berupa diare dan keluhan lain berupa
konjungtivitis.
d. Pemeriksaan Penunjang
- Uji Konfirmasi :
- kultur dan identifikasi virus H5N1.
- uji Real Time Nested PCR {Polymerase Chain Reaction) untuk H5.
- uji Serologi :
1. Imunofluorescence (IFA) test: ditemukan antigen positif dengan
menggunakan antibodi monoclonal Influenza A H5N1.
2. Uji netralisasi: didapatkan kenaikan titer antibody spesifik influenza
A/H5N1 sebanyak 4 kali dalam paired serum dengan uji netralisasi.
3. Uji Penapisan :
a). Rapid Test untuk mendeteksi Influenza A.
b). HI Test dengan darah kuda untuk mendeteksi H5N1
c) Enzim Immunoassay (ELISA) untuk mendeteksi H5N1
Pemeriksaan Lain
1. Hematologi : Hemoglobin, leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit, total
limfosit. Umumnya ditemukan leukopeni, limfositopeni atau limfositosis relatif dan
trombositopeni.
2. Kimia : Albumin/globulin, SGOT/SGPT, ureum, kreatinin, kreatin kinase,
analisa gas darah. Umumnya dijumpai penurunan albumin, peningkatan
SGOT/SGPT, peningkatan ureum dan kreatinin, peningkatan kreatin kinase,
Analisa gas darah dapat normal atau abnormal. Kelainan laboratorium sesuai
dengan perjalanan penyakit dan
komplikasi yang ditemukan.
3. Pemeriksaan radiologi : Pemeriksaan foto toraks PA dan lateral (bila diperlukan).
- Terlihat konsolidasi atau infiltrate.
- Pada fase awal foto toraks dapat normal.
- Pada fase lanjut ditemukan ground glass opacity, konsolidasi homogen atau
heterogen pada
paru, dapat unilateral atau bilateral.
- Lokasi dapat mengenai semua lapangan, tetapi yang tersering di lapangan
bawah.
- Serial foto harus dilakukan karena perjalanan penyakitnya progresif
e. Penegakkan Diagnosis
Diagnosis dapat dipastikan secara serologi dengan membandingkan kadar
serum fase konvalesen dengan fase akut dengan uji inhibisi heaglutinasi, atau
pada isolasi virus atau pada pemeriksaan dengan Polymerase Chain Reaction
kualitatif (RT-PCR) untuk mendeteksi gen H5 dari A (H5N1).7
Departemen Kesehatan Rl membuat kriteria diagnosis flu burung sebagai berikut:
Pasien Dalam Observasi
Seseorang yang menderita demam/panas > 38° C disertai satu atau lebih gejala di
bawah ini :
a), batuk,
b). sakit tenggorokan,
c).pilek,
d). napas pendek/sesak napas (pneumonia) di mana belum jelas ada atau tidaknya
kontak dengan unggas sakit/mati mendadak yang belum diketahui penyebabnya
dan produk mentahnya. Pasien masih dalam observasi klinis, epidemiologis dan
pemeriksaan laboratorium.
Kasus Suspek Al H5 N1 {Under Investigation atau Dalam Pengawasan
Seseorang yang menderita demam/panas ± 38° C disertai satu atau lebih gejala di
bawah ini :
a), batuk,
b). sakit tenggorokan,
c). pilek,
d). napas pendek/sesak napas,
e).pneumonia, dan diikuti satu atau lebih keadaan di bawah ini:
1). Pernah kontak dengan unggas (ayam, itik,burung) sakit/mati mendadak yang
belum diketahui penyebabnya dan produk mentahnya dalam 7 hari terakhir
sebelum timbul gejala di atas;
2). Pernah tinggal di daerah yang terdapat kematian unggas yang tidak biasa
dalam 14 hari terakhir sebelum timbul gejala di atas;
3). Pernah kontak dengan penderita Al konfirmasi dalam 7 hari terakhir sebelum
timbul gejala di atas;
4).Pernah kontak dengan spesimen Al H5N1 dalam 7 hari terakhir sebelum
timbul gejala di atas (bekerja di laboratorium untuk Al);
5). Ditemukan lekopeni < 3000/|jl;
6 ). Ditemukan adanya titer antibodi terhadap H5 dengan pemeriksaan HI test
menggunakan eritrosit kuda atau tes ELISA untuk influenza A tanpa subtipe.
Atau
Kematian akibat Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) dengan satu atau
lebih keadaan di bawah ini :
1. Lekopenia atau limfopenia (Relatif/ hitung jenis) dengan atau tanpa
trombositopenia (trombosit < 150.000)
2. Foto toraks menggambarkan pneumonia atipikal atau infiltrat di kedua sisi
paru yang makin meluas pada serial.
Kasus Probable Al H5N1
Kriteria kasus suspek ditambah dengan satu atau lebih keadaan di bawah ini:
Kriteria Rawat
Suspek flu burung dengan gejala klinis berat yaitu :
DD :
KOMPLIKASI :
- Gagal Nafas
- Pneumonia
f. Tatalaksana
Prinsip penatalaksanaan avian influenza adalah :
g. Prognosis Buruk
Pemeriksaan Spesifik :
e. Penegakan Diagnosis
Untuk mempermudah tenaga medis dalam menjaring kasus SARS, WHO pada
tahun 2003 mengeluarkan kategori yang harus dipenuhi dalam kasus suspek
SARS, yaitu :
1) . Demam tinggi dengan suhu >38°C atau >100°F, dan;
2) . Satu atau lebih keluhan pernapasan, termasuk batuk, sesak, dan kesulitan
bernapas, disertai dengan satu atau lebih keluhan berikut:
- kontak dekat dengan orang yang didiagnosa suspek atau probable
SARS dalam 10 hari terakhir
- riwayat perjalanan ke tempat/negara yang terkena wabah SARS
dalam 10 hari terakhir
- bertempat tinggal/pernah tinggal di tempat/negara yang terjang
DD :
Komplikasi :
- Kardiovaskular
f. Tatalaksana
1. Kasus suspek SARS :
a). Kasus dengan gejala SARS melewati triase (petugas sudah
memakai masker N95). Untuk segera dikirim ke ruangan pemeriksaan atau
bangsal yang sudah disiapkan;
b).Berikan masker bedah pada penderita;
c). Petugas yang masuk ke ruang pemeriksaan sudah memakai penggunaan
alat proteksi perorangan (PAPP);
d). Catat dan dapatkan keterangan rinci mengenai tanda klinis, riwayat
perjalanan, riwayat kontak termasuk riwayat munculnya gangguan pernapasan
pada kontak sepuluh hari sebelumnya;
e).Pemeriksaan fisik;
f). Lakukan pemeriksaan foto toraks dan darah tepi lengkap;
g). Bila foto toraks normal lihat indikasi rawat atau tetap di rumah, anjurkan
untuk melakukan kebersihan diri, tidak masuk kantor/sekolah dan hindari
menggunakan angkutan umum selama belum sembuh;
h). Pengobatan di rumah; simtomatik, antibiotik bila ada indikasi, vitamin dan
makanan bergizi;
i). Apabila keadaan memburuk segera hubungi dokter;
j). Bila foto toraks menunjukkan gambaran infiltrat satu sisi atau dua sisi paru
dengan atau tanpa infiltrat interstial lihat penatalaksanaan kasus probable.
2. Kasus probable :
a). Rawat di Rumah Sakit dalam ruang isolasi dengan kasus sejenis;
b). Pengambilan darah untuk; darah tepi lengkap, fungsi hati, kreatin
fosfokinase, urea, elektrolit, C reaktif protein;
c). Pengambilan sampel untuk membedakan dari kasus pneumonia
tipikal/atipikal lainnya:
1) Pemeriksaan usap hidung dan tenggorokan,
2) Biakan darah, serologi
3) Urin;
d). Pemantauan darah 2 hari sekali;
e). Foto toraks diulang sesuai indikasi klinis;
f). Pemberian pengobatan lihat penatalaksanaan terapi kasus SARS
g. Prognosis
Setelah terjadinya perubahan di paru, maka perkembangan
penderita SARS dapat dibagi dalam 2 kelompok, yaitu:
(i) mayoritas penderita (80-90%) menunjukkan tanda-tanda
perbaikan pada hari ke- 6 atau 7.
(ii) pada sebagian kecil penderita, penyakitnya berkembang
menjadi lebih gawat dan penderita menunjukkan tanda-tanda
sindrom gangguan paru akut yang berat sehingga
membutuhkan bantuan pernapasan mekanis. Walaupun angka
kematian pada kelompok kedua ini tinggi, tetapi ada sejumlah
penderita yang dapat bertahan dengan ventilator mekanis
untuk beberapa waktu yang lama. Kematian pada kelompok
ini
seringkali berhubungan dengan adanya penyakitpenyakit lain
yang diderita penderita tersebut (faktor ko-morbid).
Umumnya, pada penderita-penderita yang berusia di atas 40
tahun dengan penyakit lain, SARS lebih sering berkembang
menjadi penyakit yang
berat.
b. Hasil Anamnesis
- Sesak napas
- Membutuhkan usaha lebih untuk menarik napas
- Hipoksemia
- Retraksi Intercostal
d. Penegakkan Diagnosis
Acute Lung Injury (ALI) dan ARDS didiagnosis ketika bermanifestasi sebagai
kegagalan pemapasan berbentuk hipoksemi akut bukan karena peningkatan
tekanan kapiler paru.
Berdasarkan Kriteria Berlin, ARDS ditegakkan berdasarkan hal-hal berikut
ini :
1. Akut, yang berarti onset berlangsung satu minggu atau kurang dari itu.
2. Opasitas bilateral yang konsisten dengan edema paru yang dideteksi dengan
CT scan atau foto polos toraks.
3. PF ratio kurang dari 300 mmHg dengan minimal nilai PEEP atau CPAP
sebesar5 cmH2O.
4. Tidak dapat dijelaskan sebagai gagal jantung atau overload cairan.
Pemeriksaan objektif dapat dilakukan (misalnya ekokardiografi), pada
beberapa kasus jika tidak ada penyebab yang jelas seperti trauma atau sepsis.
Berikut merupakan definisi ARDS berdasarkan kriteria Berlin:
a. Ringan (mild), yaitu PaO2/FiO2 lebih dari 200 mmHg, tetapi kurang dari
dan sama dengan 300 mmHg dengan positive-end expiratory pressure (PEEP)
atau continuous positive airway pressure (CPAP) ≥5 cmH2O.
b. Sedang, yaitu PaO2/FiO2 lebih dari 100 mmHg, tetapi kurang dari dan sama
dengan 200 mmHg dengan PEEP ≥5 cmH2O.
c. Berat, yaitu jika PaO2/FiO2 ≤ 100 mmHg dengan PEEP ≥5 cmH2O
Diagnosis Banding :
- Pneumothorax
- Pneumomediastinum
- Subcutaneous emphysema
e. Tatalaksana Komprehenshif
Empat prinsip dasar menjadi pegangan tatalaksana ARDS.
- Pertama: pemberian oksigen, PEEP dan ventilasi tekanan positif, hampir
semuanya menunjukkan keuntungan bagi pasien ARDS dibalik itu dia juga
memiliki potensi efek samping yang berat.
- Kedua, walaupun ARDS seringkali dianggap kegagalan napas primer,
kegagalan multiorgan non paru dan infeksi adalah penyebab utama
kematian.
- Ketiga, pengaturan ventilasi mekanik yang hati2 terutama volume tidal
terbukti berakibat komplikasi yang lebih jarang dan merupakan satu
satunya tatalaksana yang memperbaiki survival/kesintasan.
- Terakhir, prognosisnya buruk apabila penyebab dasamya tidak diatasi atau
tidak ditangani dengan baik.
f. Prognosis Jelek
Faktor yang mempengaruhi mortalitas adalah usia pasien >65 tahun, adanya
penyakit hepar kronik, dan disfungsi organ multipel. Lebih dari setengah
pasien akan bertahan dengan sisa kerusakan paru walaupun masalah fungsi
neuromuskular atau depresi
dapat menyertai.
LAMPIRAN OBAT
1. TB
3. Pneumonia
4. Bronkitis Akut
Obat Sediaan Dosis
Kodein Tab 10mg 10 mg diminum 3x.hari
Ambroxol Tab 30 mg Dosis umum:
1,2 – 1,6 mg/kgBB/hari (dosis dibagi
menjadi 2-3 kali/hari
Dosis dewasa (berdasarkan ummur)
30mg per 8 – 12 jam
Bromhexine Tab 8 mg Dosis umum :
0,15 – 0,3 mg/KgBB (dewasa : 8-16mg)
per 8 jam
Salbutamol Tab 2 mg,4mg Dosis umum :
Inhaler 100mcg/puff,botol 0,1-0,15 mg/kgBB (dewasa 4-8mg)per
200 puff 6-8jam
Aerosol : sediaan 100 mcg/puff : 1-2
puff (dewasa 2 puff) per 4-6jam.
5. Status Asmatikus
7. Pneumonia Aspirasi
8. Flu Burung