Anda di halaman 1dari 8

KETRAMPILAN KLINIS

1. INSPEKSI LEHER

NO ASPEK KETRAMPILAN KLINIS NILAI


PX. LEHER
1. INSPEKSI SIMETRISITAS LEHER
(Panjang dan pendeknya leher)
2. Adanya kulit yang berebihan (excess
skin) pada leher belakang
Contoh :
Webneck pada turner syndrome

2. PALPASI KELENJAR TIROID

NO ASPEK KETRAMPILAN DAN MEDIS YANG DILAKUKAN NILAI


0 1 2
1. Pemeriksa ada di belakang penderita (berdiri atau
duduk setinggi penderita)
2. Melakukan interpretasi 8 hal sebagai berikut :
1. Ukuran  Klasifikasi Perez
Derajat 0 = Subjek tanpa gondok
Derajat 1A = Subjek dengan gondok teraba
membesar tetapi tidak terlihat meskipun leher
sudah ditengadahkan maksimal
Derajat 1B = Subjek dengan gondok teraba
membesar tetapi terlihat dengan sikap kepala biasa,
artinya leher tidak ditengadahkan
Derajat II = Subjek dengan gondok terlihat – visible
Derajat III = Subjek dengan gondok besar sekali,
terlihat dari beberapa meter
2. Bentuk
Rata / difus / irreguler
3. Permukaan
Halus / Berbenjol
4. Adanya nodul
- Ada nodul ?
- Jumlahnya?
- Letak
- Ukuran
- Nyeri tekan
- Mobilitas
5. Konsistensi
- Lunak (normal)
- Kenyal (goiter)
- Keras (keganasan)
6. Nyeri tekan
Apabila (+)  kemungkinan thyroiditis
7. Mobilitas
Bagaimana terhadap struktur dibawahnya?
Pasien disuruh menelan
8. Adanya thrill/getaran
Getaran akibat bruits

3. PEMERIKSAAN DADA

NO ASPEK KETRAMPILAN DAN MEDIS YANG DILAKUKAN NILAI


0 1 2 3
Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
Melakukan informed consent
Cuci tangan sebelum pemeriksaan
Membaca Bismillah
Mempersilahkan penderita untuk berdiri, duduk
atau berbaring terlentang
Meminta penderita untuk membuka baju
seperlunya agar daerah pemeriksaan terbuka
Berusaha membuat penderita rileks meminta
penderita untuk memberikan respon terhadap
pemeriksaan
Berdiri disebelah kanan atas, atau bawah penderita
INSPEKSI
1. Berada di sebelah kanan dan ujung kaki penderita
2. Melakukan inspeksi simetris dari ujung kaki
penderita
3. Melakukan inspeksi bentuk thorak, jenis pernafasan
PALPASI
1. Melakukan palpasi nyeri tekan, pembengkakan pada
seluruh lapang thorak
2. Melakukan pemeriksaan Sterm Fremitus pada
seluruh lapang thorak
3. Melakukan palpasi trakea
4. Melakukan tes pengembangan paru dengan
melingkarkan meteran tepat di bawah papilla
mamae, meminta pasien inspirasi-ekspirasi
maksimal, dihitung selisihnya
PERKUSI
1. Melakukan perkusi baik secara langsung / tidak
langsung pada seluruh lapang thorak
2. Bisa membandingkan suara sonor pada paru kanan
dan kiri dengan cara mengular dan pekak / redup
pada jantung
Auskultasi
1. Melakukan Auskultasi suara nafas tracheal, bronkial
dan vesikuler
2. Melakukan resonan vocal pada seluruh lapang
thoraks
3. Membaca Alhamdulillah
4. Cuci tangan post pemeriksaan
PROFESIONALISME
1. Melakukan setiap tindakan dengan berhati-hati dan
teliti sehingga tidak membahayakan pasien dan diri
sendiri
2. Memperhatikan kenyamanan pasien
3. Melakukan tindakan sesuai prioritas
4. Menunjukkan rasa hormat kepada pasien
5. Mengetahui keterbatasan dengan merujuk atau
melakukan konsultasi bila diperlukan

6. PF ASUKULTASI PARU PATOLOGIS

NO ASPEK KETRAMPILAN DAN MEDIS YANG DILAKUKAN NILAI


0 1 2 3
Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
Melakukan informed consent
Cuci tangan sebelum pemeriksaan
Membaca Bismillah
Mempersilahkan penderita untuk berdiri, duduk
atau berbaring terlentang
Meminta penderita untuk membuka baju
seperlunya agar daerah pemeriksaan terbuka
Berdiri disebelah kanan penderita
Memakai stetoskop dengan benar
MENDENGARKAN SUARA RONCHI KERING
1. Terdengar bunyi suara nafas kontinu, bersifat
musical yang terjadi oleh karena getaran dalam
lumen saluran nafas akibat penyempitan
2. Terdengar lebih jelas pada ekspirasi walaupun pada
inspirasi sering terdengar juga
MENDENGARKAN SUARA RONCHI BASAH (crackles) atau rales
1. Terdengar suara nafas terputus – putus, bersifat
non-musical akibat aliran udara yang melewati
cairan
2. Umumnya terdengar pada inspirasi
3. Terdengar suara ronki basah halus atau kasar
tergantung pada besarnya bronkus yang terkena
4. Dapat bersifat nyaring (bila ada infiltrate, missal
pneumonia) atau tidak nyaring (oedema paru)
MENDENGARKAN SUARA PLEURAL FRICTION RUB
1. Terdengar seperti bunyi yang dibuat dengan
menkeriat-keriutkan kulit yang sudah disamak atau
seperti suara saat menggesekkan ibu jari dan jari
telunjuk di dekat telinga
2. Bunyi ini paling jelas terdengar pada akhir inspirasi
dan awal ekspirasi
MENDENGARKAN SUARA WHEEZING
1. Bunyi seperti bersiul, kontinu, yang durasinya lebih
lama dari crackles
2. Terdengar selama : inspirasi dan ekspirasi, secara
klinis lebih jelas pada saat ekspirasi
3. Dapat terdengar pada penyakit asma, perubahan
temperature, allergen, latihan jasmani, dan bahan
iritan terhadap bronkus.
MENDENGARKAN SUARA STRIDOR
1. Suara yang terdengar kontinu (tidak terputus-
putus), bernada tinggi
2. Terdengar baik saat inspirasi maupun pada saat
ekspirasi
3. Dapat terdengar pada kelainan edema laring,
kelumpuhan pita suara, tumor laring, stenosis laring
PROFESIONALISME
1. Melakukan setiap tindakan dengan berhati-hati dan
teliti sehingga tidak membahayakan pasien dan diri
sendiri
2. Memperhatikan kenyamanan pasien
3. Melakukan tindakan sesuai prioritas
4. Menunjukkan rasa hormat kepada pasien
5. Mengetahui keterbatasan dengan merujuk atau
melakukan konsultasi bila diperlukan
Menilai Kelenjar Limfe

Area kepala dan leher


No Pemeriksaan
1. Jelaskan kepada pasien jenis pemeriksaan yang akan dilakukan dan prosedurnya
2. Cuci tangan 7 langkah
3. Minta pasien untuk duduk berhadapan dengan pemeriksa
Inspeksi
4. Perhatikan kesimetrisan, massa atau scars
5. Lihat apakah ada kelenjar limfe yang terlihat
Palpasi -> Menggunakan bantalan dari jari telunjuk dan jari tengah dengan gerakanmemutar yang
lemah lembut,minta pasien untuk relax,dengan leher fleksi
Urutan palpasi :
a. Preauricular  didepan telinga
b. Posterior auricular  superfisial di mastoid
c. Occipital  dasar tulang kepala posterior
d. Tonsillar  di abwah angulus mandibula
e. Submandibular  ditengah diantara sudut dan ujung mandibula
f. Submental  digaris ditengah beberapa sentimeter di belakang ujung
mandibula
g. Superfisial cervical  superficial di sternomastoid
h. Posterior cervical  sepanjang tepi anterior dari trapezius
i. Deep cervical chain  bagian dalam di sternomastoid dan terkadang sulit untuk
diperiksa.Kaitkan kedua ibu jari dengan jari jari di sekitar otot sternomastoid.
j. Supraclavicular  di dalam sudut yang dibentuk oleh klavikula dan
sternomastoid
6. Rasakan ukuran, bentuk, batas, mobility, konsistensi, dan nyeri

Area lengan dan tungkai


1. Inspeksi kedua lengan pasien, nilai dari ujung jari hingga bahu
a Minta pasien untuk mengangkat kedua lengannya kea rah depan
b. Nilai ukuran, kesimetrisan dan lihat apakah ada pembengkakan
2. Palpasi epitrochlear node
a. Minta pasien untuk memfleksikan siku 90 derajat dan angkat serta tahan lengan pasien
dengan tangan pemeriksa (bagian kanan dengan bagian kanan dan sebaliknya)
b. Palpasi di lekukan di antara otot biceps dan triceps, sekitar 3 cm diatas epikondilus
medial. Jika teraba, nilai ukuran, konsistensi dan nyeri.
3. Inspeksi kedua ekstremitas bawah pasien dari pangkal paha dan pantat hingga kaki
a. Minta pasien untuk berdiri dengan santai

b. Nilai ukuran, kesimetrisan dan lihat apakah ada pembengkakan

4. Palpasi kelenjar limfe inguinal superfisial, termasuk grup vertical dan horizontal
a. Palpasi inguinal kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya

b. Nilai ukuran,konsistensi,persebaran dan nyeri


Analisis Hasil Pemeriksaan

1. Palpasi Kelenjar limfe daerah kepala dan leher :


a. Kelenjar limfe tonsillar yang ada pulsasi kemungkinan itu adalah arteri karotis
b. Pembesaran kelenjar limfe supraklavikula,trtama sebelah kiri harus dicurigai sebagai
keganasan yang metastasis dari torakal atau abdominal
c. Kelenjar limfe yang teraba lunak kemungkinan merupakan inflamasi, kelenjar limfe
yang teraba keras atau yang tidak bergerak kemungkinan merupakan keganasan
d. LImfadenopati yang difus harus dicurigai sebagai HIV atau AIDS
2. Palpasi kelenjar limfe daerah lengan dan tungkai :
a. Edema kelenjar limfe di lengan dan tangan mungkin akibat dari diseksi kelenjar limfe
aksila dan terapi radiasi
b. LImfe epitrochlear yang membesar kemungkinan merupakan infeksi lokasl atau
distal atau berhubungan dengan limfadenopati generalisata
c. Limfadenopati berarti pembesaran kelenjar limfe dengan atau tanpa nyeri. Coba
untuk membedkan antara limfadenopati local dan generalisata dengan menemukan
(1) lesi penyebab di drainage area atau (2) pembesaran limfe setidaknya di area yang
tidak berdekatan
6. PERSIAPAN PEMERIKSAAN SPUTUM
A. Prinsip Umum Pengambilan Sputum
a. Sputum harus mewakili proses penyakit infeksinya,karena itu yang diperiksa adalah
sputum bukan saliva
b. Jumlah Sputum yang adekuat, agar cukup dilakukan pemeriksaan sesuai
prosedurnya
c. Cara pengambilan harus dengan Teknik aseptis untuk menghindari kontaminasi
mikroorganisme lain
d. Wadah steril
e. Sputum harus segera dikirim ke laboratorium mikrobiologi agar segera diproses
B. Prosedur Pengambilan Putum :
a. Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari dimana kemungkinan
untuk mendapat sputum bagian dalam lebih besar
b. Agar sputum mudah dikeluarkan, dianjurkan pasien mengkonsumsi air yang banyak
pada malam sebelum pengambilan sputum. Apabila diperlukan sebelumnya dapat
diberikan nebulizer atau ekspectoran untuk memudahkan pengeluaran sputum
c. Jelaskan pada pasien apa yang dimaksut dengan sputum dan cara mengeluarkan
sputum agar yang dibatukkan benar-benar merupakan sputum, bukan air liur/saliva
d. Sebelum mengeluarkan sputum,pasien disuruh untuk berkumur-kumur dengan air
dan pasien harus melepas gigi palsu (bila ada)
e. Sputum diambil dari batukkan pertama (first cough)
f. Cara membatukkan sputum :
i. Tarik napas dalam dan kuat (dengan pernapasan dada)  batukkan kuat
sputum dari bronkus  trakea  mulut  wada penampung.
ii. Wadah penampung berupa pot bermulut besar dan berpenutup (Screw cap)
g. Periksa sputum yang dibatukkan, bila ternyata yang dibatukkan adalah air liur .
saliva, maka pasien harus mengulangi membatukkan sputum.
h. Volume sputum yang diperlukan : minimal 1 ml, biasanya 2-3 ml, sesuai keperluan
i. Dalam pengambilan sputum untuk bakteri tahan asam (BTA)  diperlukan 3 kali
pengambilan sputum yang disebut sputum SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu).

7. INTERPRETASI GRAM
Pengecatan gram yangdiperoleh :
1. Morfologi :basil,coccus,spiral
2. Bakteri gram positif : ungu atau biru

Bakteri gram negative : merah

8. INTERPRETASI PENGECATAN ZN
Jika tahan asam alkohol maka tampak merah
Kuman tak tahan asam tampak warna biru

Interpretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD

Anda mungkin juga menyukai