Anda di halaman 1dari 17

5

BAB II
LANDASAN TEORI.

2.1 Komposit
Pengertian bahan komposit berarti terdiri dari dua atau lebih bahan yang
berbeda digabung atau dicampur secara makroskopis menjadi suatu bahan yang
berguna, komposit merupakan bahan gabungan secara makro, maka bahan
komposit dapat di definisikan sebagai suatu sistem material yang tersusun dari
campuran dua atau lebih unsur-unsur utama yang secara makro berbeda di dalam
bentuk dan komposit material yang pada dasarnya tidak dapat dipisahkan. Pada
umumnya bahan bahan komposit secara umum terdiri dari penguat dan matrik.
Material komposit mempunyai sifat dari material konvensional pada umumnya dari
proses pembuatan melalui pencampuran yang tidak homogen, sehingga leluasa
merencanakan kekuatan material komposit yang diinginkan dengan jalan mengatur
komposisi dari metrial pembentuknya
Tujuan dibentuknya komposit, yaitu sebagai berikut:
1. Memperbaiki sifat mekanik
2. Mempermudah design yang sulit pada manufaktur
3. Keleluasaan dalam bentuk atau design yang dapat menghemat biaya
4. Menjadikan bahan lebih ringan

Komposit dibentuk di bentuk dari dua material yang berbeda yaitu:


1. Penguat atau reinforcement, yang mempunyai sifat yang lebih getas
tetapi rigiditas lebih kuat
2. Matrik, umumnya bersifat elastis (ductile) tetapi mempunyai kekuatan
dan rigiditas lebih rendah.
Adanya perubahan material teknik dari yang bersifat homogen seperti logam
dan kayu menuju ke bahan heterogen seperti komposit, membuat produksi bahan
jenis ini semakin bervariasi. Komposit merupakan bahan yang dihasilkan dari
penggabungan dua atau lebih bahan dasar yang disusun secara makroskopis.
Penggabungan dua atau lebih material ini diharapkan mempunyai sifat antara
6

(intermediate) bahan penyusunnya, sehingga sifat yang dimiliki menjadi lebih baik
dan Bahan teknik secara garis besar dikelompokkan menjadi 4, yaitu:
a. Logam (contoh : baja, alumunium, dan tembaga)
b. Polimer (contoh : PVC, teflon, dan polimer)
c. Keramik (contoh: porselin, bata tahan api, dan kaca)
d. Komposit (contoh : kevlar, kaca dan plastik diperkuat kaca)

2.1.1. Jenis-Jenis Komposit Berdasarkan Penguat yang digunakan.

1. Komposit Serat (Fiber Composites)


Komposit serat adalah komposit yang terdiri dari fiber dalam matriks.
Fungsi utama dari serat adalah sebagai penopang kekuatan dari komposit. Tinggi
rendahnya kekuatan komposit sangat tergantung dari serat yang digunakan, karena
tegangan yang dikenakan pada komposit mulanya diterima oleh matrik akan
diteruskan kepada serat, sehingga serat akan menahan beban sampai beban
maksimum. Oleh karena itu serat harus mempunyai tegangan tarik dan modulus
elastisitas yang lebih tinggi daripada matrik penyusun komposit.

Gambar 2.2Fibrous Composite. (sumber :George H. Staab, 1999)

2. Komposit Laminat (Laminated Composite)


Komposit laminat adalah komposit yang terdiri dari sekurang-kurangnya
dua lapis material yang berbeda dan digabung secara bersama-sama. Laminated
composite dibentuk dari berbagai lapisan-lapisan dengan berbagai macam arah
penyusunan serat yang ditentukan yang disebut laminat.

Gambar 2.3 Komposit Laminat (sumber :George H. Staab, 1999)


7

3. Komposit Partikel (Partikulate Composite)


Merupakan komposit yang terdiri dari satu atau lebih partikel / serbuk sebagai
penguatnya dan terdistribusi secara merata dalam matriknya.

Gambar 2.4 Komposit Partikel (sumber :George H. Staab, 1999)

2.1.2. Klasifikasi material komposit berdasarkan komponen struktural.

Secara garis besar komposit diklasifikasikan menjadi tiga macam (Jones,


1975), yaitu:

1. Komposit serat (Fibrous Composites)

Komposit serat adalah komposit yang terdiri dari fiber dalam matriks. Secara
alami serat yang panjang mempunyai kekuatan yang lebih dibanding serat yang
berbentuk curah (bulk). Merupakan jenis komposit yang hanya terdiri dari satu
lamina atau satu lapisan yang menggunakan penguat berupa serat / fiber. Fiber yang
digunakan bisa berupa fibers glass, carbon fibers, aramid fibers (poly aramide),
dan sebagainya. Fiber ini bisa disusun secara acak maupun dengan orientasi tertentu
bahkan bisa juga dalam bentuk yang lebih kompleks seperti anyaman. Serat
merupakan material yang mempunyai perbandingan panjang terhadap diameter
sangat tinggi serta diameternya berukuran mendekati kristal. serat juga mempunyai
kekuatan dan kekakuan terhadap densitas yang besar (Jones, 1975).
Kebutuhan akan penempatan serat dan arah serat yang berbeda menjadikan
komposit diperkuat serat dibedakan lagi menjadi beberapa bagian diantaranya:
1) Continous fiber composite (komposit diperkuat dengan serat kontinue).
8

Gambar 2.5 Continous fiber composite (Gibson, 1994)

2) Woven fiber composite (komposit diperkuat dengan serat anyaman).

Gambar 2.6 Woven fiber composite (Gibson, 1994)

3) Chopped fiber composite (komposit diperkuat serat pendek/acak).

Gambar 2.7 Chopped fiber composite (Gibson, 1994)

4) Hybrid composite (komposit diperkuat serat kontinyu dan serat acak).

Gambar 2.8 Hybrid composite (Gibson, 1994)

2. Komposit Partikel (Particulate Composites)


Merupakan komposit yang menggunakan partikel serbuk sebagai penguatnya
dan terdistribusi secara merata dalam matriknya.

Gambar 2.9 Particulate Composite

Komposit ini biasanya mempunyai bahan penguat yang dimensinya kurang


lebih sama, seperti bulat serpih, balok, serta bentuk-bentuk lainnya yang memiliki
sumbu hamper sama, yang kerap disebut partikel, dan bisa terbuat dari satu atau
9

lebih material yang dibenamkan dalam suatu matriks dengan material yang berbeda.
Partikelnya bisa logam atau non logam, seperti halnya matriks. Selain itu adapula
polimer yang mengandung partikel yang hanya dimaksudkan untuk memperbesar
volume material dan bukan untuk kepentingan sebagai bahan penguat (Jones,
1975).

3. Komposit Lapis (Laminates Composites)


Merupakan jenis komposit terdiri dari dua lapis atau lebih yang digabung
menjadi satu dan setiap lapisnya memiliki karakteristik sifat sendiri.

Gambar 2.10 Laminated Composites

Komposit ini terdiri dari bermacam-macam lapisan material dalam satu matriks.
Bentuk nyata dari komposit lamina adalah:( Jones, 1999)

1. Bimetal

Bimetal adalah lapis dari dua buah logam yang mempunyai koefisien ekspansi
thermal yang berbeda. Bimetal akan melengkung seiring dengan berubahnya suhu
sesuai dengan perancangan, sehingga jenis ini sangat cocok untuk alat ukur suhu.

2. Pelapisan logam

Pelapisan logam yang satu dengan yang lain dilakukan untuk mendapatkan sifat
terbaik dari keduanya.

3. Kaca yang dilapisi

Konsep ini sama dengan pelapisan logam. Kaca yang dilapisi akan lebih tahan
terhadap cuaca.
10

4. Komposit lapis serat

Dalam hal ini lapisan dibentuk dari komposit serat dan disusun dalam berbagai
orientasi serat. Komposit jenis ini biasa digunakan untuk panel sayap pesawat dan
badan pesawat.

2.2 Metode pembuatan komposit

Ada dua metode yang biasanya digunakan dalam pembuatan komposit yaitu
Hand lay up dan Hot press (HP). Hand lay up adalah proses pencetakan dengan
tangan secara manual yang digunakan dalam proses pencetakaan spesimen ini. Hot
Press (HP) adalah suatu metode pembuatan komposit dengan melakukan
penekanan pada metrial pembuat komposit dengan temperature yang telah
ditentukan alat tekan panas pada komposit ini memiliki dua komponen utama, yaitu
komponen penekan dan komponen pemanas. Komponen penekan yaitu berupa
dongkrak hidrolik, plat atas dan plat bawah. Komponen pemanas yaitu komponen
kelistrikannya yang dipasang di dalam plat tekan atas dan plat tekan bawah. Prinsip
kerja dari alat ini adalah penekan dan pemanasan suatu material dangan temperature
tertentu dengan menggunakan dongkrak hidrolik, untuk mendorng plat bawah
bergerak keatas untuk berfungsi memadatkan suatu material pada saat menyentuh
plat tekan atas dan besarnya tekanan yang diberikan dapat dibaca pada alat
penunjuk tekanan (Preassure Gauge)

2.3 Matrik.
Dalam teknologi komposit di definisikan sebagai suatau material yang
berfungsi sebagai pengisi dan pengikat yang mendukung, melindungi dan dapat
mendistribusikan beban dengan baik ke material penguat komposit. Untuk itu
matrik haruslah memiliki sifat ideal tangguh ulet dan cukup kuat.
Berdasarkan fasa pengisi (matrik) komposit dapat dibedakan menjadi tiga
jenis yaitu :
1. PMC (polymers matrix composite)
11

Komposit yang menggunakan polimer sebagai matrix nya.


Contohnya : polimer di perkuat serat gelas (GFRP)
2. CMC (ceramic matrix composite)
Material 2 fasa dengan 1 fasa berfungsi sebagai reinforcement dan
1 fasa sebagai matriks, dimana matriknya terbuat dari keramik .
reinforcement yang umum digunakan pada CMC adalah oksida
carbide dan nitrid. Salah satu proses pembuatan dari CMC yaitu dari
proses DIMOX yaitu proses pembentukan komposit dengan reaksi
oksidasi leburan logam untuk pertumbuhan keramik di sekeliling
daerah filter
3. MMC (metal matrix composites)
Salah satu jenis composite yang memiliki matrik logam. Material
MMC mulai dikembangkan sejak tahun 1996.
Sifat matrik yang ideal adalah tangguh ulet dan cukup kuat. Matrik berfungsi
sebagai mengikat serat, meneruskan beban dan mencegah perpadatan serat ke
seluruh komposit. Temperatur cair matrik yang lebih rendah membatasi
penggunaan komposit temperatur tinggi.

2.3.1 Resin Epoxy


Resin epoxy termasuk ke dalam golongan thermosetting, sehingga dalam
pencetakan diperhatikan hal sebagai berikut:
1. Mempunyai penyusutan yang kecil pada pencetakan
2. Dapat diukur dalam temperature kamar dalam waktu yang optimal.
3. Memiliki viskositas yang rendah di sesuaikan dengan material penyangga.
4. Memiliki kelengketan yang baik dengan material penyangga.
Resin Epoxy mengandung struktur epoxy atau oxirene. Resin ini berbentuk
cairan kental atau padat, yang dipergunakan untuk material ketika hendak
dikeraskan. Resin epoxy akan direaksikan dengan hardener yang akan membentuk
polimer crosslink. Hardener untuk system curing pada temperatur ruang dengan
resin epoxy pada umumnya adalah senyawa poliamid yang terdiri dari dua atau lebih
grup amina. Amina merupakan senyawa organik dengan gugus fungsional yang
isinya terdiri dari senyawa nitrogen atom dengan pasangan sendiri. Curing time
12

system epoxy bergantung pada kereaktifan atom hydrogen dan senyawa amina.
(Akinyede, Dkk 2007).

2.4. Serat alami


Serat alam merupakan alternative pengisi untuk berbagai komposit polimer
karena keunggulannya dibandingkan serat sinteis. Serat alam mudah didapatkan,
mudah diproses, densitas nya rendah, ramah lingkungan, dan dapat diuraikan secara
biologi, pemanfaatan serat alam sebagai pengisi komposit telah diaplikasikan
secara komersial di berbagai bidang seperti bidang otomotif dan kontruksi.
Serat alami yang digunakan terdiri dari :
1. Serat nabati : merupakan serat yang paling banyak digunakan, karena
jumlahnya di alam berlimpah dan tidak mahal. Contohnya adalah katun,
rami goni, dan serat selulosa lain yang berasal dari tumbuhan.
2. Serat hewani : merupakan jenis yang kurang banyak digunakan tetatpi
memiliki potensi. Serat yang sering digunakan adalah sutra, dan wol.
Serat alam yaitu Serat yang langsung diperoleh di alam. Jelatang dengan
lebar daun sekitar 5 – 7 cm dan panjang daun 8 – 12cm. tempat hidup dari tanaman
ini pada umumnya dtempat yang terlindung dan jarang hidup pada area yang
terbuka penuh. Daun meski permukaannya tampak kasar, namun saat sentuh
tampak halus karena ditumbuhi rambut-rambut halus beracunnya. Warna dari
tumbuhan ini pada adalah hijau tua hingga hijau lembut, tepi bergerigi tajam dan
kasar, bentuk seperti hati.
Serat alam memiliki berapa keuntungan dibandingkan dengan serat sintetis
seperti seratnya lebih ringan, dapat diolah secara alami dan ramah lingkungan. Dan
juga serat alami juga merupakan bahan terbarukan dan mempunyai kekuatan dan
kekakuan yang relative tinggi (bakri, 2011). Keuntungan-keuntungan lainya adalah
kualitas dapat divariasikan dan stabilitas panas yang rendah. Dapat dilihat pada
grafik 2.6.
13

Gambar 2.6 Grafik hubungan tegangan-regangan dari serat alami


(Sumber : Mohan Rao,K.M. dan Mohana Rao,K 2005)
Kekuatan tarik spesifik dan modulus tarik spesifik dari beberapa serat alami seperti
ditunjukkan pada tabel di atas. Kekuatan tarik spesifik dari beberapa serat alami
menurun dari vakka, bamboo (M), date (A), banana, coconut, sisal, bamboo (C),
palm dan date (L). Penurunan modulus tarik spesifiknya secara berurutan yaitu
bamboo (M), bamboo (C), vakka, banana, date (L), sisal, palm, coconut dan date
(A). Semua serat alami di atas telah digunakan dan diteliti sebagai material penguat
pada komposit polimer tergantung pada penggunaannya

2.4.1 Aspek Rasio Serat


Secara umum, semakin besar rasio antar panjang dan diameter serat maka
semakin baik sifatnya. Diameter kecil serat mengurangi cacat permukaan yang
menyebabkan kerapuhan. Serat panjang kontinyu sukar dibuat dan disusun dalam
matrik.

2.4.2 Orientasi Serat


Pengaruh orientasi serat terhadap sifat tidak terlepas dari beban. Kekuatan
dan kekakuan optimum tercapai kalau serat kontinyu searah dan beban searah
dengan arah serat (Anisotropis). Untuk mendapatkan sifat lebih merata, serat dapat
di anyam

2.4.3 Massa Jenis Serat


14

Massa jenis dari serat dapat dilihat pada tabel 2.3 serat jelatang yang
memiliki kekakuan yang lebih tinggi namun kekuatan dan regangannya lebih
rendah daripada serat kaca. jelatang dan rami masih berasal dari karakteristik yang
sama, dapat dinyatakan bahwa serat jelatang memiliki kerapatan lebih rendah dari
serat kaca dan mendekati 0,72g/cm 3, serat nettle memiliki kekakuan spesifik yang
lebih tinggi kekuatan dan ketegangan pada kegagalan daripada alam yang lain. (E.
Bodros, C. Baley 2007)

Tabel 2.3 perbandingan karakteristik serat

Fibre Young Strain to Ultimate Density Average


modulus failure stress (%) (g/cm3) diameter
(GPa) (MPa) (µm)
Stinging nettle 87 2.1 1594 0,72 20.0
Ramie 20 to 128 1.2 to 3.8 400 to 1000 1.56 50.0
Sisal 9 to 21 3 to 7 350 to 700 1.45 100 to 300
Glass 72 3.0 2200 2.54 5 sto 25

2.4.4 Fraksi Berat Serat


Fraksi berat serat adalah perbandingan antara berat serat dengan berat
komposit. Semakin besar fraksi berat serat semakin bertambah kekuatan dan
kekakuan komposit. Secara umum fraksi berat serat maksimum adalah 80% yaitu
ketika tidak semua serat dikelilingi oleh matrik.
Volume Cetakan (Vc)
𝑉𝑐 = 𝑝 × 𝑙 × 𝑡 (2.1)
Dimana :
Vc : Volume Cetakan (cm3) l : Lebar Cetakan (cm)
t : Tinggi Cetakan (cm) p : Panjang Cetakan (cm)

Fraksi Berat Serat ( FW )


𝑤𝑓
𝐹𝑊 = × 100% (2.2)
𝑤𝑓 +𝑤𝑝

Dimana :
15

FW : Fraksi Berat Serat (%)


𝑤𝑝 : Berat epoxy (gram)
𝑤𝑓 : Berat Serat (gram)

2.4.5 Metode Ekstrasi Serat Alam


Serat alam yang terdapat pada batang, daun, biji tanaman perlu dilakukan
proses pemisahan sebelum dapat digunakan sebagai penguat untuk komposit.
Pemisahan Serat yang dapat dilakukan adalah dengan proses water retting dan
chemical retting, microbe retting. Proses water retting dilakukan yaitu dengan cara
merendam batang, kulit, daun, ataupun biji tanaman dalam air selama periode
tertentu sehingga serat akan terlepas, selanjutnya serat dibersihkan dan dikeringkan.
Proses chemical retting dilakukan dengan cara merendam batang, kulit, daun, biji
tanaman dalam larutan kimia selama periode tertentu sehingga serat dapat terlepas,
selanjutnya serat dibersihkan dan dikeringkan. Proses microbe retting dilakukan
dengan cara merendam batang, kulit, daun, biji tanaman dalam larutan yang berisi
mikroba selama periode tertentu sehingga serat akan terlepas, dan selanjutnya
dibersihkan serta dikeringkan.

2.5 Perlakuan Zat Kimia Pada Serat


Perlakuan zat kimia pada serat ini dilakukan untuk mengetahui
perbandingan karakteristik serat yang diberi perlakuan zat kimia yang berbeda
ketika dilakukannya beberapa pengujian mekanis.

2.5.1 Aquades
Air Aquades merupakan air dari hasil penyulingan atau biasa disebut dengan
proses distilasi atau biasa juga disebut dengan air murni. Proses distilasi ini
merupakan suatu proses dengan cara pemisahan adanya bahan kimia menurut
perbedaan kecepatan yang menguap dengan suatu teknik pemisahan berdasar
dengan perbedaan titik didih dalam kegunaannya untuk memperoleh senyawa
murni.
16

Gambar. 2.1 aquades 500ml


2.5.2 Epoxy
Epoxy adalah suatu kopolimer yang terbentuk dari dua bahan kimia yang
berbeda, yang disebut sebagai "resin" dan "pengeras". Resin ini terdiri dari
monomer atau polimer rantai pendek dengan kelompok epoksida di kedua ujung.
Epoxy resin paling umum dihasilkan dari reaksi antara epiklorohidrin dan
bisphenol-A, tetapi tidak jarang yang terakhir akan digantikan dengan bahan kimia
yang serupa. Sedangkan pengeras terdiri dari monomer polyamine, misalnya
Triethylenetetramine (Teta). Ketika senyawa ini dicampur, kelompok amina
bereaksi dengan kelompok epoksida untuk membentuk ikatan kovalen.

Gambar 2.2 cairan epoxy dan hardener


2.5.3 NaOH.
Natrium Hidroksida ( NaOH ) merupakan salah satu senyawa ion yang
bersifat basa kuat, kaustik dan memiliki sifat korosif dan higroskopik
(menyerap air). bahwa senyawa ini memiliki tingkat kelarutan yang sangat
tinggi.
17

Gambar. 2.3. NaOH


2.6. Jelatang
Jelatang adalah tumbuhan yang daunnya bermiang yang dapat
menyebabkan gatal jika tersentuh. Jelatang memiliki daun berukuran kecil, tetapi
ada juga jelatang dengan daun lebar dan batang dari jelatang terdapat duri duri kecil
yang berwarna hijau tua kecoklatan tinggi dari batang ini mulai dari 5 centi meter.
Tergantung umur dan tempat hidup dari tumbuhan ini. Dan diameter dari batang
jelatang ini Rata rata 1.5 centi meter atau lebih. Serat yang digunakan di dapat dari
kulit batang. Namun hanya batang yang memiliki tinggi minimal 50 centi meter
yang terdapat serat dari jelatang. Bagian akar serta ujung dari batang di bersihkan
dan tidak di gunakan karena tidak terdapat serat pada bagian tersebut.
Tanaman ini dibedakan berdasarkan bentuk dan efek gatal yang
ditimbulkannya. Jelatang berdaun kecil dengan ukuran lebar dinamakan jelatang
ayam. Jelatang jenis ini menyebabkan gatal dan perih. Efek tersebut tergantung dari
kadar racun yang dimiliki. jenis jelatang ini biasa tumbuh di daerah dengan
kelembaban yang tinggi. tampilan dari tumbuhan jelatang ayam bisa dilihat pada
gambar 2.5 dibawah ini.

Gambar 2.4 tanaman jelatang ayam


18

Batang dari tumbuhan jelatang yang sudah di bersihkan bagian daunnya


serta sudah mengalami proses pengeringan melalui sinar matahari selama tiga hari
hingga kadar air dari batang jelatang ini sudah benar benar tidak mengandung air.
Tampilan batang jelatang yang sudah kering dapat dilihat pada gambar 2.6 dibawah.

Gambar 2.5 batang jelatang kering


Setelah batang mengalami proses penegeringan selama tiga hari selanjutnya
batang dari jelatang ini di lakukan proses perendaman dengan air bersih selama lima
hari, sesudah lima hari di angkat dari rendaman langsung terlihat serat dari batang
jelatang tersebut. Tampilan serat yang masih menempel pada batang dapat dilihat
pada pada Gambar 2.6 dibawah

Gambar 2.6 pengambilan serat


Proses retting serat dilakukan setelah dilakukan perendaman hingga serat
mulai terlihat dan mulai terpisah antara batang dengan serat secara alami
selanjutnya dilakukan pemilahan secara manual serta dilakukan pembersihan antara
serat dengan klorofil dari batang yang menempel pada serat. Serat yang sudah di
pilah dan sudah kering terlihat pada gambar 2.7 dibawah.
19

Gambar 2.7 serat yang sudah jadi

2.6.1 Kelebihan dari Jelatang


Pengolahan komposit diperkuat serat alami merupakan daerah muncul di
bidang ilmu komposit dan rekayasa. Serat alami memiliki kepadatan rendah, biaya
rendah, sifat mekanik yang sebanding, dan yang paling penting, ini adalah
biodegradable dan ramah lingkungan. Serat alami seperti sisal, rami, jelatang, dan
pisang memiliki sejumlah teknis dan ekologis lebih serat sintetis seperti serat kaca
(Huda et al 2007;. Lee et al 2006.). Meskipun, serat sintetis diperkuat komposit
polimer yang banyak digunakan dalam berbagai aplikasi. Tapi karena masalah baru
seperti meningkatnya biaya komposit polimer berbasis minyak bumi dan dampak
negatif terhadap lingkungan, serat alami komposit diperkuat telah menemukan
celah di pasar global. Berbagai bagian mobil seperti panel pintu, punggung kursi,
kepala-liners, dashboard, dan bagian interior sedang diproduksi menggunakan serat
alami diperkuat komposit polimer (Holbery dan Houston 2006).
Di antara berbagai serat alami (seperti rami, rami, kenaf, sabut, rami,
jelatang, dll), serat jelatang hadir sebagai kandidat yang menjanjikan pada
komposit. Serat ini diperoleh dari kulit kayu dari pohon dengan metode diikuti
dengan pencucian dan pengeringan matahari retting. Serat jelatang memiliki sifat
yang sangat baik seperti keuletan melanggar tinggi dan fleksibilitas (Kicinska'-
Jakubowska et al. 2012). Serat jelatang sepenuhnya biodegradable seperti rami, dan
membutuhkan energi lebih sedikit untuk menghasilkan Serat jelatang memiliki sifat
mekanik dan termal yang sangat baik dibandingkan dengan banyak serat alam
lainnya. penemukan aplikasi dalam nonstruktural dan interior mobil. Tidak seperti
serat rami memerlukan perhatian khusus seperti pupuk dan pestcida. Serat jelatang
20

juga diteliti untuk memperkuat panel pesawat plastik dan komponen mesin lainnya
(Summerscales et al. 2010).

2.7 Uji Tarik

Uji tarik (tensile test) bertujuan untuk mendapatkan data kekuatan tarik,
regangan, dan modulus elastisitas bahan. Pembuatan spesimen uji tarik mengikuti
standar ASTM D638. Kekuatan tarik dievaluasi dengan asumsi bahwa ikatan serat
matriks homogen, tidak ada pergeseran antara serat dan matrik, dan deformasi serat
dan matriks sama. Pada saat spesimen menerima beban tarik, maka spesimen
mengalami tegangan, dan akan bertambah panjang. Tegangan yang terjadi dihitung
dengan persamaan:

𝑃
σ= (2.3)
𝐴𝑜

σ = tegangan tarik (MPa)


P = beban (N)
Ao = luas penampang spesimen mula-mula (mm2)

Pada saat bersamaan spesimen juga mengalami regangan tarik yang


dihitung dengan persamaan:

(𝐿−𝐿𝑜) 𝛥𝐿
ε= = 𝐿𝑜 (2.4)
𝐿𝑜

ε = regangan (%)
Lo = panjang spesimen mula-mula (mm)
L = panjang spesimen saat menerima beban (mm)

Modulus elastisitas dihitung dengan persamaan:

𝛥𝜎
E = 𝛥𝜀 (2.5)

E = modulus elastisitas (MPa)


σ = selisih tegangan tarik di daerah elastis ( MPa)
ε = selisih regangan di daerah elastic
21

Gambar 2.8 Alat uji tarik


Sumber Balai besar bahan dan barang teknik Bandung

Anda mungkin juga menyukai