Anda di halaman 1dari 11

KONDISI SOSIAL EKONOMI PEKERJA PADA PABRIK PT.

PERKEBUNAN PELALU RAYA DI NAGARI SALAREH AIA


KECAMATAN PALEMBAYAN KABUPATEN AGAM
Novia Rusadi, Afdhal
Program Studi Pendidikan Geografi
FIS Universitas Negeri Padang
Email: noviarusadi26@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Tingkat pendapatan, (2)
Kondisi pendidikan, (3) Kondisi tempat tinggal, (4) Kepemilikan fasilitas hidup
pekerja pada pabrik PT. Perkebunan Pelalu Raya di Nagari Salareh Aia
Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam. Jenis penelitian ini adalah deskriptif
kuantitatif. Populasi penelitian adalah semua pekerja pada pabrik PT. Perkebunan
Pelalu Raya di Nagari Salareh Aia Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam,
yang terdiri dari 170 orang. Penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan rumus Slovin, teknik yang digunakan adalah Proportional
Random Sampling, sehingga diperoleh responden sebanyak 63 orang. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan observasi penyebaran angket dan
dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan persentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Tingkat pendapatan pekerja pada
pabrik PT. Perkebunan Pelalu Raya Rp. 2.500.000 – Rp. 3.500.000 setiap bulan
sebanyak (63,4%). (2) Tingkat pendidikan pekerja pada pabrik PT. Perkebunan
Pelalu Raya sudah tergolong baik, dimana sebagian besar dari pekerja sudah
tamatan SMA (61,9%) selain itu ada beberapa orang yang sudah menempuh
jenjang perguruan tinggi sebanyak (12,6%), untuk pendidikan anak-anak pekerja
pada saat sekarang ini sebagian besar anak-anak dari pekerja sedang menempuh
pedidikan di bangku SMP (31,3%). (3) Kondisi tempat tinggal pekerja sudah
memenuhi kecukupan luas minimum, yaitu rata-rata 10,7 m²/orang sebanyak
(65%), dengan jenis rumah permanen sebanyak (85,7%), dan setiap rumah
dilengkapi dengan listrik. (4) kepemilikan fasilitas hidup (motor) pekerja sebagian
besar dari pekerja sudah memiliki 1 motor sebanyak (85,7%), untuk kepemilikan
fasilitas hidup (mobil) sebagian besar dari pekerja tidak memiliki mobil, tetapi ada
beberapa orang dari pekerja sudah memiliki 1 mobil sebanyak (7,9%).
Kata Kunci: Kondisi Sosial Ekonomi Pekerja Pabrik
ABSTRAK
This study aims to find out: (1) Income level, (2) Conditions of education,
(3) Conditions of residence, (4) Ownership of living facilities of workers at the
PT. Greater Plantation in Nagari Salareh Aia, Palembayan District, Agam
Regency. This type of research is quantitative descriptive. The study population
was all workers at the PT. Pelalu Raya Plantation in Nagari Salareh Aia,
Palembayan District, Agam District, which consists of 170 people. Sampling in
this study was carried out using the Slovin formula, the technique used was
Proportional Random Sampling, so that 63 respondents were obtained. Data
collection techniques are carried out by observation of questionnaires and
documentation. The data analysis technique used is percentage. The results of the
study indicate that: (1) The level of income of workers at the PT. Great Plantation
of Rp. 2,500,000 - Rp. 3,500,000 per month (63.4%). (2) The level of education of
workers at the PT. Pelalu Raya Plantation has been classified as good, where most
of the workers have graduated from high school (61.9%) in addition there are
some people who have gone through tertiary education (12.6%), for the education
of working children at this time most of the children from workers are taking
education in junior high school (31.3%). (3) Workers' living conditions have met
the minimum area, which is an average of 10.7 m² / person (65%), with permanent
housing types (85.7%), and each house is equipped with electricity. (4) the
ownership of living facilities (motorbikes) of the majority of workers already have
1 motorbike (85.7%), for the ownership of living facilities (cars) most of the
workers do not have a car, but there are some people who have 1 cars (7.9%).
Keywords: Socio-Economic Condition of Factory Workers

PENDAHULUAN penting dalam pembangunan suatu


wilayah dan peningkatan
Salah satu sektor yang pendapatan masyarakat.
dikembangkan dalam rangka Pembangunan ekonomi antara lain
pelaksanaan pembangunan ekonomi melalui industri di suatu Negara
adalah sektor industri. Pembangunan dalam periode jangka panjang akan
industri mempunyai dampak positif membawa perubahan mendasar
terhadap ekonomi wilayah, terutama dalam struktur ekonomi negara
sekali dalam menciptakan tersebut maupun masyarakatnya,
kesempatan dan peluang kerja. yaitu perubahan dari ekonomi
Pembangunan industri ini dapat tradisional yang dititik beratkan pada
memberikan tetesan manfaat (trickle sektor pertanian ke ekonomi
dwon effect), sehingga dapat modern yang didominasi oleh
memperluas daya penyebaran ( sektor industri (Tambunan, 2001).
power of dispersion) pada
masyarakat sekitarnya. Dari sudut pandang
pemerintah, industrialisasi sering
Industri, termasuk dianggap sebagai pintu masuk
agroindustri, merupakan salah satu untuk membawa masyarakat ke arah
sektor yang memiliki peranan
kemakmuran, paling tidak sebagai akan memberi pengaruh dan
motor penggerak dalam membawa perubahan terhadap
pembangunan ekonomi (Rahardjo, kondisi sosial ekonomi masyarakat
1986). sekitarnya. Sebagaimana
dikemukakan oleh (Singgih, 1991:
Industrialisasi merupakan 6) bahwa dengan dibukanya
mesin penggerak pertumbuhan lapangan pekerjaan pada suatu
ekonomi (Todaro dan Smith 2006), industri yang besar sifatnya
oleh karena itu strategi mengakibatkan terbentuknya
industrialisasi sering digunakan kesempatan baru, baik yang langsung
untuk meningkatkan kesejahteraan. diakibatkan oleh industri, misalnya
Sektor industri pengolahan di terbukanya kesempatan kerja baru,
Indonesia merupakan leading sector yang akan dipekerjakan sebagai
sejak Tahun 1990 (Wicaksono, karyawan di unit usaha baru
2009). Proses Industrialisasi tersebut. Sedangkan keberadaan
berpengaruh lebih luas lagi yaitu Industri di suatu wilayah akan
membawa gejala ekonomi, berupa mempengaruhi masyarakat,
perkembangan infrastruktur dan sebagaimana menurut (Parker dkk
perdagangan dengan proses 1992), bahwa pengaruh industri
kapitalisasi (akumulasi dan terhadap masyarakat berupa nilai-
konsentrasi modal), persaingan nilai, pengaruh fisik terhadap
ekonomi, gejala sosial berupa masyarakat.
demokratisasi dan pertentangan
kelas, serta gejala budaya berupa Peneliti melakukan penelitian
timbulnya gaya hidup yang di Nagari Salareh Aia Kecamatan
produktif dan konsumtif, persepsi Palembayan Kabupaten Agam.
yang rasional, antisipatif dan Ketertarikan peneliti di daerah ini
pragmatis. Akibatnya hubungan sebagai lokasi penelitian karena di
antar manusia (human relations) Nagari Salareh Aia ini terdapat satu
menjadi berubah, demikian juga pabrik sawit “PT. Perkebunan Pelalu
struktur sosial masyarakat di Raya” yang secara langsung
sekitarnya (Rahardjo, 1984). Dengan memberikan kesempatan dan
demikian industri telah peluang kerja terhadap masyarakat
menciptakan pola kerja baru sebagai yang tinggal di Nagari Salareh Aia
suatu model kerja yang belum pernah terutama bagi pekerja pada pabrik di
ada sebelumnya, dan kini PT. Perkebunan Pelalu Raya.
merupakan gejala baru dalam tata
kerja dan profesi yang spesifik Sebelum adanya PT.
(Sunarjan, 1991). Dengan demikian, Perkebunanan Pelalu Raya di Nagari
terjadi pula perubahan distribusi Salareh Aia ekonomi masyarakat
pendapatan masyarakat antara lebih mengutamakan pertanian.
sebelum dan sesudah masuknya Kebutuhan sehari-hari mereka
Industri ke desa. tergantung dari hasil pertanian.
Sebelum adanya PT, Lahan pertanian
Keberadaan industri di ditanami Kopi Coklat namun usaha
suatu daerah dalam skala industri kopi coklat tersebut mengalami
besar maupun skala industri kecil kebangkrutan dan kemudian di
bangun suatu usaha industri yaitu PT. kurangnya penjualan buah sawit ke
Perkebunan Pelalu Raya. dalam pabrik menyebabkan
kurangnya jam lembur untuk
PT yang dimaksud adalah PT pekerja/karyawan sehingga gaji yang
pengolahan kelapa sawit yaitu PT. diterima pekerja/karyawan pabrik
Perkebunan Pelalu Raya. Keberadaan pun berkurang karena hanya
PT. Perkebunan Pelalu Raya dekat menerima gaji dari gaji pokok saja
dengan permukiman penduduk tanpa adanya lembur kerja.
sehingga berpengaruh terhadap
kehidupan sosial ekonomi METODE PENELITIAN
masyarakat terutama masyarakat
yang bekerja di PT. Perkebunan Jenis penelitian adalah
Pelalu Raya. Hal ini dapat di lihat deskriptif kuantitatif. Populasi
dari perubahan langsung. Yaitu penelitian adalah seluruh pekerja
dilihat dari terjadinya penyerapan pada pabrik PT. Perkebunan Pelalu
tenaga kerja yang dilakukan oleh PT. Raya berjumlah 170 orang.
Perkebunan Pelalu Raya terhadap Penarikan sampel dalam penelitian
masyarakat yang bekerja langsung ini dilakukan dengan menggunakan
sebagai tenaga kerja di PT. rumus Slovin, teknik yang digunakan
Perkebunan Pelalu Raya adalah Proportional Random
Sampling, sehingga diperoleh
Luas lahan perkebunan sawit responden sebanyak 63 orang.
PT. Perkebunan Pelalu Raya adalah Teknik pengumpulan data dilakukan
342 ha. Selain memproduksi buah dengan observasi, penyebaran angket
sawit sendiri, PT Pekebunan pelalu dan dokumentasi. Teknik analisis
raya juga membeli buah dari luar. data yang digunakan adalah dengan
Namun pada saat sekarang ini persentase.
penjualan buah ke pabrik PT.
Perkebunan Pelalu Raya bekurang
hal ini disebabkan karena PT
Perkebunan Pelalu Raya terlalu
banyak mengambil sutiran, sutiran
yang dimaksud disini adalah buah
sawit yang di jual ke pabrik dipilih-
pilih buah nya hanya membeli buah
yang dianggap memenuhi kriteria
tertentu seperti buah yang sudah
benar-benar matang saja sedangkan
buah sawit yang belum memenuhi
kriteria di kembalikan lagi ke penjual
dan penjual menjual buah sawit
tersebut ke pabrik lain. Dengan
berkurangnya penjualan buah sawit
dari luar ke dalam pabrik akan
berpengaruh terhadap gaji
pekerja/karyawan pabrik di PT.
Perkebunan Pelalu Raya, dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN Sumber: Pengolahan Data Primer
2019
Tingkat Pendapatan Pekerja Pada
Pabrik PT. Perkebunan Pelalu Berdasarkan tabel diatas
Raya dapat dilihat bahwa sebagian besar
pekerja pada pabrik PT. Perkebunan
Tabel 1. Pendapatan Pokok Pelalu Raya tidak memiliki
Pekerja Pada Pabrik PT. pendapatan sampingan sebanyak 51
Perkebunan Pelalu Raya pekerja (80,9%), namun 11 pekerja
(17,4%) memiliki pendapatan
No
sampingan yaitu <Rp. 1.500.000, dan
. Pendapatan Pokok F %
1 pekerja (1,5%) lainnya memiliki
1 >Rp. 1.500.000 - - pendapatan sampingan antara Rp.
Rp. 1.500.000 – Rp. 1.500.000 – Rp. 2.500.000.
2 2.500.000 23 36,5
Rp. 2.500.000 – Rp. Tabel 3. Pendapatan Pekerja Pada
3 3.500.000 40 63,4 Pabrik PT. Perkebunan Pelalu
4 >Rp. 3.500.000 - - Raya dalam satu bulan
Total 63 100
Sumber: Pengolahan Data Primer No. Pendapatan F %
2019 1. < Rp. 1.500.000 - -
Rp. 1.500.000 –
Berdasarakan data diatas 2. Rp. 2.500.000 23 36,5
dapat dilihat bahwa jumlah Rp. 2.500.000 –
pendapatan pokok sebagian besar 3. Rp. 3.500.000 39 61,9
pekerja pada pabrik PT. Perkebunan 4. >Rp. 3.500.000 1 1,5
Pelalu raya Rp. 2.500.00 – Rp. Total 63 100
3.500.000 yaitu sebanyak 40 pekerja Sumber: Pengolahan Data Primer
(63,4%), pendapatan Rp. 1.500.000 – 2019
Rp. 2.500.000 sebanyak 23 pekerja
(36,5%). Penggolongan pendapatan
diatas berdasarkan BPS, pendapatan
Tabel 2. Pendapatan Sampingan pekerja pada pabrik PT. Perkebunan
Pekerja Pada Pabrik PT. Pelalu Raya sebagian besar adalah
Perkebunan Pelalu Raya Rp. 2.500.000 – Rp. 3.500.000
No. Pendapatan F % sebanyak 61,9 % pendapatan
Sampingan tergolong tinggi, pendapatan Rp.
1. <Rp. 1500.000 11 17,4 1.500.000 – Rp. 2.500.000 sebanyak
2. Rp. 1.500.000 – 1 1,5 36,5% pendapatan tergolong sedang
Rp. 2.500.000 dan pendapatan >Rp. 3.500.000
sebanyak 1,5 % pendapatan
3. Rp. 2.500.000. – - -
tergolong sangat tinggi. Dapat
Rp. 3.500.000
disimpulkan bahwa pendapatan
4. >Rp. 3.500.000 - -
pekerja pada pabrik PT. Perkebunan
5. Tidak Ada 51 80,9
Pelalu Raya tergolong tinggi karena
Total 63 100
pendapatan di atas UMR Sumatera
Barat tahun 2019 (Rp. 2.289.228)
adalah 63,4 % dan pendapatan di
bawah UMR 36,5 % karena rata-rata
sebagian pekerja memiliki Pendidikan Pekerja Pada Pabrik
pendapatan 1.600.000 – 2.100.000. PT. Perkebunan Pelalu Raya

Tabel 4. Jumlah Kebutuhan Tabel 5. Pendidikan Terakhir


Keluarga Pekerja Pada Pabrik PT. Pekerja Pada Pabrik PT.
Perkebunan Pelalu Raya Perkebunan Pelalu Raya

No Jumlah f % No Pendidikan F %
. Kebutuhan Terakhir
1. Rp. 500.000 - - 1. Perguruan Tinggi 8 12,6
2. Rp. 500.000 – 1 1,5 2. SMA 39 61,9
Rp 1.000.000 3. SMP 16 25,3
3. Rp. 1.000.000 – 24 38 4. SD - -
Rp. 1.500.000 5. Tidak Sekolah - -
4. Rp. 1.500.000 – 33
52, Total 63 100
Rp. 2.000.000 3 Sumber: Pengolahan Data Primer
5. >Rp. 2.000.000 5 7,9 2019
Total 63 10
Berdasarkan tabel diatas
0
dapat dilihat bahwa jumlah pekerja
Sumber: Pengolahan Data Primer
yang tamatan perguruan tinggi
2019
adalah 8 pekerja (12,6%), jumlah
Berdasarkan tabel diatas pekerja yang tamatan SMA adalah
dapat dilihat bahwa jumlah pekerja 39 pekerja (61,9%), jumlah pekerja
yang memiliki kebutuhan antara Rp. yang tamatan SMP adalah 16 pekerja
500.000 – Rp. 1.000.000 adalah 1 (25,3%).
pekerja (1,5%), jumlah pekerja yang
Dapat disimpulkan bahwa
memiliki kebutuhan antara Rp.
sebagian besar pendidikan pekerja
1.000.000 – Rp. 1.500.000 adalah 24
pada pabrik PT. Perkebunan Pelalu
pekerja (38%), jumlah pekerja yang
Raya adalah tamatan SMA dan sudah
memiliki kebutuhan antara Rp.
tergolong baik.
1.500.000 – Rp. 2.000.000 adalah 33
pekerja (52,3%), dan jumlah pekerja Tabel 6. Jenjang Pendidikan Anak
yang memiliki kebutuhan > Rp. Pekerja Pada Pabrik PT.
2.000.000 adalah 5 pekerja (7,9%). Perkebunan Pelalu Raya
Dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar jumlah kebutuhan pekerja pada No Jenjang F %
pabrik PT. Perkebunan Pelalu Raya Pendidikan Anak
adalah antara Rp. 1.500.000 – Rp. 1. Belum Sekolah 3 3
2.000.000 /bulan. 2. TK 3 3
3. SD 27 27,2
4. SMP 31 31,3
5. SMA 29 29,2
6. Perguruan Tinggi 6 6
Total 99 100 perumahan yaitu sebesar 29 pekerja
Sumber: Pengolahan Data Primer (46%) yang tinggal di perumahan hal
2019 ini disebabkan karena perusahaan/
PT telah menyediakan rumah untuk
Berdasarkan tabel diatas para pekerja baik untuk pendatang
dapat dilihat bahwa jenjang ataupun untuk pekerja asli nagari
pendidikan anak-anak pekerja pada tesebut dan untuk rumah milik
pabrik PT. Perkebunan Pelalu Raya sendiri adalah 21 pekerja (33,3%)
bervariasi jenjang pendidikan anak dan milik orang tua 13 pekerja
SMP sebanyak 31,3 %, jenjang (20,6%) hal ini menunjukkan bahwa
pendidikan anak SMA sebanyak 29,2 sebagian pekerja pada pabrik PT.
%, jenjang pendidikan anak SD Perkebunan Pelalu Raya masyarakat
sebanyak 27,2 %, untuk jenjang asli nagari tersebut.
pendidikan anak Perguruan Tinggi
sebanyak 6,0 % dan untuk jenjang Tabel 8. Jenis Rumah Pekerja
pendidikan anak TK sebanyak 3,0 % Pada Pabrik PT. Perkebunan
dan yang belum sekolah sebanyak Pelalu Raya
3,0 % . Dapat disimpulkan bahwa
pekerja pabrik sudah menyadari akan No Jenis Rumah F %
pentingnya pendidikan. hal tersebut 1. Permanen 54 85,7
tergambar dengan banyaknya anak 2. Semi Permanen 6 9,5
pekerja pabrik yang sedang 3. Papan 3 4,7
menempuh jenjang pendidikan baik 4. Gubuk - -
TK, SD, SMP, SMA dan Perguruan 5. Bambu - -
Tinggi. Total 63 100
Sumber: Pengolahan Data Primer
Kondisi Tempat Tinggal Pekerja 2019
Pada Pabrik PT. Perkebunan
Pelalu Raya Berdasarkan tabel diatas
dapat dilihat bahwa sebagian besar
Tabel 7. Status Rumah Pekerja pekerja sudah memiliki rumah jenis
Pada Pabrik PT. Perkebunan permanen adalah 54 pekerja (85,7%),
Pelalu Raya untuk ruamh jenis semi permanen
yaitu 6 pekerja (9,5%), dan 3 pekerja
No Status Rumah F %
(4,7%) lainnya masih memiliki
1. Milik Sendiri 21 33,3 rumah jenis papan.
2. Milik Orang tua 13 20,6
3. Milik Saudara - - Tabel 9. Luas Rumah Pekerja
4. Menyewa - - Pada Pabrik PT. Perkebunan
5. Perumahan 29 46 Pelalu Raya
Total 63 100
Sumber: Pengolahan Data Primer No Luas Rumah F %
2019 1. 10 – 50 m² 41 65
2. 51 – 100 m² 19 30,1
Berdasarkan tabel diatas 3. 101 – 150 m² 3 4,7
dapat dilihat bahwa sebagian besar 4. 151 – 200 m² - -
status rumah pekerja adalah 5. > 200 m² - -
Total 63 100 yang tinggal jauh dari pabrik
Sumber: Pengolahan Data Primer mempermudah pekerja untuk pergi
2019 ke tempat kerja (pabrik) , untuk
pekerja yang memiliki 2 kendaraan
Berdasarkan tabel diatas (Motor) yaitu sebanyak 6 pekerja
dapat dilihat bahwa pada umumnya (9,5%), dan masih ada 3 pekerja
pekerja memiliki luas rumah anatara (4,7%) yang tidak memiliki
10 – 50 m² yaitu 41 pekerja (65%), kendaraan (motor) karena mereka
untuk luas rumah 51 – 100 m² yaitu hanya mampu untuk memenuhi
19 pekerja (30,1%), kemudian untuk kebutuhan sehari-hari dan belum bisa
luas rumah 101 – 150 m² yaitu 3 membeli kendaraan (motor).
pekerja (4,7%). Dapat disimpulkan
bahwa rumah yang di tempati Tabel 11. Jumlah Kendaraan
pekerja pada pabrik PT. Perkebunan (Mobil) Pekerja PadaPabrikPT.
Pelalu Raya pada umumnya memiliki Perkebunan Pelalu Raya
luas 10 – 50 m² dan sudah memenuhi
kecukupan luas minimum yaitu rata- No. Kendaraan F %
rata 10,7 m²/orang dimana luas (Mobil)
minimum rumah layak huni adalah 1. 1 5
7,9
7,2 m²/orang sampai dengan 12 2. 2 --
m²/orang. 3. Tidak Ada 58
92
Total 63
10
Kepemilikan Fasilitas Hidup Yang 0
Dimiliki Pekerja Pada Pabrik PT. Sumber: Pengolahan Data Primer
Perkebunan Pelalu Raya. 2019
Tabel 10. Jumlah Kendaraan Berdasarkan tabel diatas
(Motor) Pekerja Pada Pabrik PT. dapat dilihat bahwa hampir
Perkebunan Pelalu Raya keseluruhan pekerja tidak memiliki
kendaraan (mobil) yaitu sebanyak 58
No Kendaraan f % pekerja (92%) karena untuk bisa
. (Motor) memenuhi kebutuhan sehari-hari saja
1. 1 54 85,7 mereka sudah bersyukur, namun ada
2. 2 6 9,5 beberapa pekerja yang sudah
3. 3 - - memiliki 1 mobil yaitu sebanyak 5
4. Tidak Ada 3 4,7 pekerja (7,9%).
Total 63 100
Sumber: Pengolahan Data Primer KESIMPULAN
2019
Kondisi sosial ekonomi
Berdasarkan tabel diatas merupakan gambaran situasi atau
dapat dilihat bahwa hampir kedudukan seseorang atau keluarga
keseluruhan pekerja memiliki 1 dalam masyarakat yang
kendaraan (Motor) yaitu sebanyak 54 membedakannya dengan keluarga
pekerja (85,7%) karena motor ini lain, yang dilihat dari tingkat
digunakan oleh pekerja seabagai alat pendapatan, kondisi pendidikan,
transportasi terutama bagi pekerja kondisi tempat tinggal, kepemilikan
fasilitas hidup. Sesuai dengan sebagian besar adalah
deskripsi data dan pembahasan pada dinding semen halus yaitu
bab sebelumnya dapat disimpulkan sebanyak 87,3%, jenis
hal-hal sebagai berikut: atap rumah pekerja secara
keseluruhan adala seng,
1. Pendapatan yang jumlah ruangan rumah
diperoleh pekerja pada pekerja rata-rata adalah 4
pabrik PT. Perkebunan ruangan dimana terdiri
Pelalu Raya setiap bulan dari kamar tidur, ruang
rata-rata Rp. 2.500.000 – keluarga, fasilitas MCK
Rp. 3.500.000 yaitu dan dapur dan setiap
sebesar 63,4 % dari rumah sudah dilengkapi
semua pekerja. dengan listik/PLN.
2. Tingkat pendidikan 4. Kepemilikan kendaraan
pekerja pada pabrik PT. (motor) pada umumnya
Perkebunan Pelalu Raya pekerja memiliki 1
sudah tergolong baik, kendaraan (motor) yaitu
dimana sebagian besar sebesar 85,7% dimana
dari pekerja tamatan motor ini digunakan oleh
SMA sebanyak 61,9%, pekerja sebagai alat
sedangkan anak-anak trasportasi baik untuk
pekerja sedang pergi ke tempat kerja
melanjutkan pendidikan ataupun untuk kebutuhan
ke jenjang yang lebih lain, untuk kepemilikan
tinggi, kebanyakan dari kendaran (mobil)
anak-anak pekerja saat ini sebagian besar pekerja
sedang duduk di bangku tidak memiliki mobil
SMP sebanyak 31,3 %. karena pekerja belum
Biaya pendidikan anak- mampu untuk
anak pekerja pabrik membelinya.
secara keseluruhan
berasal dari biaya sendiri
sebanyak 100%. SARAN
3. Kondisi tempat tinggal
pekerja sudah memenuhi Berdasarkan hasil temuan dan
kecukupan minimum, kesimpulan yang dikemukakan
yaitu rata-rata 10,7 diatas, maka peneliti mencoba
m²/orang, jenis rumah memberikan saran-saran sebagai
sebagian besar pekerja berikut:
jenis permanen yaitu
1. Pendapatan pekerja
sebanyak 85,7%, jenis
pabrik rata-rata sudah
lantai rumah pekerja
tergolong baik hanya saja
sebagian besar adalah
masih ada beberapa
semen halus yaitu
pendapatan dari pekerja
sebanyak 85,7% dan jenis
masih tergolong rendah
dinding rumah pekerja
dibawah UMR Sumatera
Barat diharapkan bagi perlu di tindak lanjuti
pekerja pabrik adanya agar variabel yang belum
usaha lain di samping dibahas diteliti lagi, guna
bekerja sebagai tenaga pembahasan yang lebih
kerja di PT. Perkebunan luas dan terarah.
Pelalu Raya di Nagari
Salareh Aia guna DAFTAR PUSTAKA
menambah pendapatan
Andreas Rasu, Noortje Benu, dan
pekerja itu sendiri.
Elsje Manginsela. 2017. Dampak
2. Kondisi pendidikan
Industri PT. Global Coconut
pekerja rata-rata sudah
Terhadap Masyarakat Di Desa
tergolong baik, namun
Radey, Kecamatan Tenga Minahasa
ada beberapa orang yang
Selatan. Agri-
masih berpendidikan
SosioEkonomiUnsrat,ISSN 1907–
rendah diharapkan untuk
4298. 13(1): 100.
pekerja selanjutnya agar
lebih meningkatkan Basrowi dan Suwandi. 2008.
pendidikan karena dengan Memahami Penelitian Kualitatif.
pendidikan yang tinggi Jakarta: Rineka Cipta.
dan berwawasan luas
akan menghasilkan tenaga Basrowi dan Siti Juariyah. 2010.
kerja yang lebih baik dan Analisis Kondisi Sosial Ekonomi dan
berkwalitas. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa
3. Kondisi tempat tinggal Srigading, Kecamatan Labuhan
pekerja sudah tergolong Maringgai, Kabupaten Lampung
baik namun ada beberapa Timur. Jurnal Ekonomi dan
yang masih tergolong Pendidikan. 7(1): 58-65.
kurang baik diharapkan
agar kondisi tempat BKKBN. 1994. Tingkat
tinggal pekerja perlu Kesejahteraan Sosial Keluarga.
adanya perbaikan agar Jakarta: BKKBN.
bisa memberikan Satrialdi, ilza. 2012. Kondisi Sosial
kenyaman bagi para Ekonomi Masyarakat Penggali Pasir
penghuni di dalamnya. di batang Ulakan Nagari Kepala
4. Kondisi kepemilikan Hilalang Kecamatan 2x11 Kayu
fasilitas hidup pekerja Tanam, Padang: Fakultas Ilmu Sosial
masih kurang baik perlu Universitas Negeri Padang. Skripsi.
adanya peningkatan
pendapatan pekerja guna Siregar Syofian. 2013. Metode
untuk memenuhi Penelitian Kuantitatif. Jakarta:
kepemiilikan fasilitas Prenadamedia Group.
hidup agar lebih baik.
5. Bagi peneliti selanjutnya, Yusuf Muri. 2014. Metode
penelitian ini masih Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,
memilki keterbatasan dan dan Penelitian Gabungan. Jakarta:
PRENADAMEDIA GROUP

Anda mungkin juga menyukai