DENGAN HEPATITIS B
Anggota IKAPI
Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang mengutip, memperbanyak dan
menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit
Penata letak:
Desainer cover:
ISBN :
Edisi Pertama, Cetakan Pertama (2016)
Penulis,
Distribusi Penyakit
Diseluruh dunia saat ini diperkirakan terdapat 400-500 juta
pengidap VHB (Moradpour dan Wands, 1995). Sekitar 80%
pengidap VHB tersebut terdapat di Asia (Yeoh, 1990), dimana
diperkirakan 25% akan meninggal karena penyakit hati kronik,
terutama karena Sirosis Hati (SH) dan Kanker Hati Primer (KHP).
WHO (1991), menyatakan setiap tahun di seluruh dunia 1 – 1,5
juta dari pengidap VHB ini akan meninggal karena penyakit yang
berhubungan dengan pengidap kronik VHB. Komisi ahli hepatitis
WHO membagi dunia menjadi tiga bagian menurut tingginya
prevalensi infeksi VHB (WHO, 1991) yaitu;
1. Daerah endemik rendah (low endemicity); di mana prevalensi
pengidap VHB kurang dari 2% dan prevalensi penduduk
yang terinfeksi VHB atau total infeksi VHB kurang dari 30%.
Keadaan ini terdapat di Australia, Eropa Barat, Amerika Utara.
2. Daerah endemik sedang (intermediate endemicity); dimana
prevalensi pengidap VHB 2-5% dan total infeksi VHB 30-
Penularan Perinatal
Yang dimaksud dengan infeksi perinatal VHB ialah infeksi VHB
padabayi yang terjadi pada saat dilahirkan dari ibu dengan HBsAg
positif. Pada penularan VHB vertikal, HBsAg pada bayi umumnya
positif 3 bulan setelah persalinan. Karena itu maka diduga
bahwa penularan VHB lebih sering terjadi pada saat persalinan
atau perinatal (Beasley, et al., 1975). Pengidap kronik VHB 30-
40% disebabkan karena infeksi perinatal, 30-40% karena infeksi
horizontal pada masa anak dan 20-25% karena infeksi horizontal
pada masa dewasa (Tong, et al., 1991).
Mekanisme terjadinya penularan VHB perinatal belum jelas,
tetapi beberapa teori yang dikemukakan antara lain; melalui lesi
Virus Hepatitis B 23
infeksi VHB yang mengalami viremia terdapat sekitar 108 virion,
1010-11 HBsAG tubuler dan 1013 HBsAg bulat (Robinson, 1991;
Gerlich, 1993).
Pada fase replikatif di dalam darah ditemukan partikel Dane,
partikel HBsAg bulat dan tubuler, sedangkan pada fase non-
replikatif, misalnya pada waktu DNA-VHB sudah berintegrasi
dengan DNA sel hati, yang ditemukan dalam darah hanyalah
partikel HBsAg bulat dan tubuler tanpa partikel Dane.
HBsAg
HBsAg merupakan komponen antigenik VHB, tetapi tidak
infeksius dan tersusun atas protein, karbohidrat dan dua lapis lipid
(Vyas dan Blum, 1984; Robinson, 1985). Selubung (envelope)
protein tersusun atas tiga macam protein dimana masing-masing
protein dapat merangsang terjadinya antibodi spesifik. Karena itu
dikenal tiga macam antigen pada HBsAG yaitu antigen S, antigen
pre-S2 dan antigen pre-S1 yang masing-masing terdapat pada mayor
atau small protein, middle protein dan large protein (Neurath, et la.,
1986). Pemurnian HBsAg menunjukkan bahwa HBsAg ada yang
berbentuk bulat, mengandung protein S dan sedikit protein pre-S,
sedangkan HBsAg yang berbentuk filament sebagian besar terdiri
dari S protein. Virion mengandung semua polipeptida HBsAg
Virus Hepatitis B 25
Neurath, 1984< 1986). Di samping itu peptide dengan
rangkaian asam amino terminal yang merupakan 50% dari
pre-S2 dapat merangsang terbentuknya imunitas protektif
(Itoh, et al. 1986; Neurath, et al., 1986). Mulyanto (1992)
melaporkan bahwa banyaknya antigen pre S2 dipengaruhi
oleh subtipe HBsAG, sehingga mempengaruhi perbedaan
imunisitas HBsAg. Dilaporkan bahwa subtipe adr pada donor
pengidap HBsAg di Jakarta dan Surabaya mengandung lebih
banyak antigen pre-S2 dibandingkan subtipe adw dan ayw.
3. Antigen pre-S1
Antigen pre-S1 terletak pada bagian luar dari HBsAg. Jumlahnya
paling sedikit dibandingkan dengan major dan middle protein,
yaitu hanya 1% daris eluruh proteinHbsAg baik pada keadaan
viremia atau tidak. Antigen pre-S1 diduga menjadi sasaran
respon imun tubuh untuk mengeliminasi VHB. Regio S dan
pre-S2 pada subtipe panjangnya konstan. Sedangkan region
pre-S1 bervariasi. Variasi dari region pre-S1 mungkin sebagai
usaha dari VHB menghindari respon imun host (Gerlich, et
al., 1986) Pre-S1 diduga berperan mengatur keseimbangan
sintesa partikel HbsAg bulat. HBsAg tubuler dan HBsAg
selubung virion. Disamping itu diduga mempunyai reseptor
yang merupakan tempat menempelnya VHB pada permukaan
sel hati.
4. Subtipe HBsAg
HBsAg mempunyai paling sedikit 5 determinan antigenik
yaitu group spesifik determinan “a” yang dimiliki oleh semua
HBsAg dan duapasang subtipe spesifik determinan yaitu “d”,
HBcAg
HBcAg adalah nukleokapsid protein, tidak terdapat dalam bentuk
bebas pada serum pasien sebab core dibungkus oleh HBsAG,
HBcAg akan segera dinetralisasi oleh anti-HBc (Decker, 1993).
Antibodi terhadap HBcAg akan muncul setelah HBsAg muncul,
tetapi sebelum meningkatnya ALT dan tetap positif dalam serum
selama pasien masih sakit dan setelah mengalami penyembuhan
(Hoofnagle, et al., 1973). Karena itu maka anti-HBc dapat dipakai
sebagai petunjuk epidemiologik adanya infeksi VHB (Decker,
1993). Pada infeksi akut VHB akan muncul IgM antibodi terhadap
VHB dan secara bersamaan juga muncul IgG dalam dosis rendah
yang akan meningkat setelah terjadi kesembuhan (Decker, 1993).
Sejak tahun 1986 bank darah di USA menambahkan pemeriksaan
anti-HBc dan ALT untuk skrining donor dan cara ini sangat
menurunkan kemungkinan infeksi VHB melalui transfusi darah
(Decker, 1993).
Virus Hepatitis B 27
HBeAg
Merupakan protein dimana urutan asam aminonya mirip HBcAg.
Pada infeksi VHB kronik titer HBcAg secara parallel menunjukkan
titer DNA-VHB (Decker, 1993). Positifnya HBeAg lebih dari 3
bulan menunjukkan infeksi VHB menjadi kronik. Sebaliknya
anti-HBe menunjukkan kearah kesembuhan dan akan menghilang
dalam beberapa bulan atau tahun. Fungsi spesifik dari HBeAg
atau hubungannya dengan patogenesa penyakit hati belum jelas.
Okada, et al. (1976) dan Beasley (1977) menyatakan HBeAg
berkaitan dengan kemungkinan lebih besar terjadinya penularan
VHB vertikal di mana dikatakan perinatal infeksi lebih besar
kemungkinan terjadi pada bayi yang lahir dari ibu dengan HBe
Ag positif.
HBeAg diduga merangsang imunotoleransi terhadap VHB
sendiri. HBeAg menghambat pengeluaran interferon. Kurangnya
interferon dapat dilihat pada pengidap kronik VHB, dimana
kurangnya interferon akan disertai dengan kurangnya ekspresi
molekul MHC dan tidak adanya sel T pada permukaan sel hati
(Gerlich dan Heermann, 1991). Adanya mutasi pada region
pre-core dari region C pada ORF dari VHB akan menyebabkan
kesukaran mengartikan hasil pemeriksaan HBeAg dan anti-HBe
(Decker, 1993) yang menyebabkan sukarnya sistem imun tuuh
host untuk mengeliminasi VHB, karena adanya toleransi sistem
imun dengan akibat terjadinya infeksi kronik VHB atau hepatitis
fulminan.
Anti-HBs
Anti-HBs merupakan suatu antibodi protektif yang timbul setelah
kesembuhan infeksi VHB atau setelah dilakukan vaksinasi. Setelah
fase penyembuhan dari infeksi VHB, anti-HBs dan anti-HBc
positif, sedangkan setelah vaksinasi yang positif hanya anti-HBs
(Dienstag dan Isselbacher, 1994a). Menurut Deinhardt danGust
(1982), jarak antara hilangnya HBsAg sampai munculnya anti-HBs
berkisar antara beberapa bulan sampai satu tahun. Pemeriksaan
anti-HBs bisa dikerjakan dengan ELISA, RIA atau dengan PHA
(Passive Hemaglutination Assay) dikutip dari Gunawan, et al., 1991.
HBeAg
HBeAg didapatkan di dalam nukleokapsid VHB dan mempunyai
struktur yang hampir sama dengan HBcAg, hanya HBeAg dapat
larut dalam air sehingga dapat larut dalam air sehingga dapat
dideteksi dalam darah. Secara tidak langsung HBeAg menunjukkan
adanya replikasi VHB serta tingkat infektifitas yang tinggi. Serum
yang HBeAg positif biasanya menunjukkan titer HBsAg yang
tinggi dan adanya DNA-VHB. Pada fase penyembuhan HBeAg
menjadi negatif dan muncul anti-HBe. Kalau HBeAg tetap positif
lebih dari 12 minggu setelah terjadi infeksi maka infeksi VHB akan
menjadi kronik (Decker, 1993). Pemeriksaan dilakukan dengan
metode ELISA , RIA atau RPHA.
DNA-VHB
Pada hepatitis B akut, DNA-VHB hanya positif dalam darah
selama beberapa hari saja. Hilangnya DNA-VHB pada fase akut
menunjukkan bahwa fase penyembuhan sedang berlangsung.
Pemeriksaan DNA-VHB dipakai untuk memastikan apakah masih
ada replika VHB atau tidak, karena dapat menentukan adanya
VHB meskipun dalam jumlah yang kecil. Metode pemeriksaan
yang dipakai ialah Hibridisasi Molekuler dengan kepekaan 0,1 pg/
ml yang setara dengan 3 kali 10.000 geno VHB, sedangkan dengan
metode yang lebih peka ialah dengan Polymerase Chain Reaction
(PCR), dapat mendeteksi DNA-VHB 0,00001 pg DNA-VHB
atau tiga genom DNA-VHB (Kaneko, 1989). Pada penelitian ini
dilakukan pemeriksaan DNA-VHB dengan Hibridisasi Molekuler
dengan amplifikasi (PCR) dan tanpa amplifikasi (metode Digen).
Imunitas Seluler
Pada dasarnya respon imun seluler mencakup interaksi antara;
peptide antigen, molekul HLA dan sel T reseptor (Fowler, et
al., 1994). Pada infeksi akut yang berperan adalah sistem imun
seluler dengan menganali sel hati yang terinfeksi VHB dan
menghancurkannya, sedangkan sistem imun humoral berfungsi
untuk menimbulkan proteksi terhadap reinfeksi. Terhadap
perbedaan sistem imun tubuh bayi dan orang dewasa dalam
memberikan respon terhadap infeksi VHB, yang dapat dilihat
pada terjadinya kemungkinan pengidap VHB kronik. Infeksi VHB
pada bayi akan menimbulkan infeksi VHB kronik sekitar 90%,
sedangkan pada orang dewasa hanya sekitar 5-10% (Milich, 1991).
Seperti sudah diterangkan pasa respon imun terhadap VHB,
pada infeksi VHB akut sel hati yang mengandung VHB akan
dihancurkan oleh sel Tc dan terjadi eliminasi VHB yang disertai
dengan penyembuhan. Efek sitotoksik akan diperbesar dengan
kemampauan sitolitik makrofage yang terdapat di dalam sel hati
dan telah diaktifasi karena dikeluarkannya IFN oleh sel Tc (Tower,
et al., 1994). Dikatakan juga bahwa sel Tc berperan penting pada
respon imun selular untuk mengeliminasi VHB sehingga terjadi
kesembuhan. Jika sel Tc tidak bisa berperan dengan baik maka akan
terjadi hepatitis B kronik. (Milich, et al., 1993), mendapatkan hasil
pada penelitiannya dengan tikus (gambar 1), bahwa toleransi sel Tc
terhadap VHB akan menyebabkan terjadinya infeksi VHB kronik.
Mutasi Pre-core :
Mutasi ini pertama kali ditemukan di daerah Mediteranian di
mana didapatkan penderita dengan pengidap hepatitis kroik
dengan hasil pemeriksaan serologik menunjukkan DNA-VHB,
HBsAg dan anti-HBe positif, tetapi HBeAg negatif (Dienstag dan
Isselbacher, 1994). Pada pasien tersebut didapatkan pada region
pre-core yaitu pada nukleotida 1896 dimana terjadi substitusi
TGG kodon pada Tryptophan oleh stop kodon (TAG), sehingga
tidak bisa menghasilkan HBeAg. Mutasi lainnya adalah pada start
kodon di mana ATG menjadi ACG (Okamoto, 1990).
Mutasi juga bisa terjadi pada nukleotida 1897 dimana
terbentuknya TGA, tetapi umumnya terjadi pada posisi 1896-
1899 di mana G menjadi A sehingga tidak terbentuk HBeAg.
Keadaan ini memerlukan waktu tahunan, dimana mulai dengan
terdapatnya campuran virus wild type dengan mutasi, terjadi seleksi
genetik secara acak, kemudian mutasi itu dapat hilang karena sudah
diadakan perbaikan atau tetap ada (Carman, et al. 1993). Infeksi
dengan campuran antara VHB wild type dan yang mengalami
mutasi biasanya menunjukkan adanya infeksi ringan (Carman,
Imunisasi Hepatitis B
Pemberian imunisasi atau vaksinasi HB dapat mencegah tiga
hal yaitu infeksi klinik, terjadinya pengidap kronik VHB
dan mencegah penularan VHB (Thompson dan Ruff, 1995),
khususnya untuk pencegahan penularan VHB vertikal (Gish dan
Keefe, 1995). Pola penularan VHB di suatu daerah sangat penting
diketahui untuk dapat menentukan strategi pencegahan VHB di
daerah tersebut, karena kemungkinan menjadi pengidap kronik
VHB lebih besar jika penularan terjadi pada bayi dan anak. Karena
itu maka pencegahan paling efektif, jika dilakukan vaksinasi pada
bayi (Thompson dan Ruff, 1995). Dengan mencegah terjadinya
pengidap kronik VHB maka KHP dapat dicegah sehingga dapat
dikatakan vaksinasi HB merupakan vaksinasi pertama atau satu-
Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif dilakukan dengan menyuntikkan vaksin HB yang
dibuat dari partikel HBsAg, untuk merangsang pembentukan atau
timbulnya anti-HBs.
Antibodi yang timbul setelah pemberian vaksin memerlukan
waktu, karena itu pada post eksposure vaccination vaksin harus
diberikan dalam waktu tidak lebih dari 24 jam setelah melahirkan.
Vasin HB bisa berupa vaksin plasma yang berasal dari plasma
pengidap kronik VHB atau berupa vaksin HB rekombinan yang
dibuat secara rekayasa genetik. HB vaksin imunologik pada bayi
dan pemberian dosis dewasa pada bayi yang lahir dari ibu dengan
HBeAg negatif memberikan proteksi sebesar 90%, jika bayi lahir
dari ibu dengan HBsAg positif hanya sebesar 70-75%. Dan untuk
mencapai proteksi 90% perlu diberikan satu dosis HBIG segera
setelah lahir.
Hwang, et al., (1991) menyatakan bahwa titer anti-HBs yang
terbentuk setelah vaksinasi dan persistensinya, tergantung dari
dosis vaksin yang diberikan. Selama 5 tahun observasi, hanya
0,5% bayi yang membentuk anti-HBs menjadi pengidap VHB.
Dikatakan juga bahwa suntikan ulangan (boster) tidak diperlukan
dalam waktu 5 tahun. Pemberian dosis lebih rendah dari dosis
dewasa menghasilkan pembentukan titer anti-Hbs lebih rendah.
Di samping itu pemberian vaksin HB tidak memberikan efek
Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif dilakukan dengan memberikan suntikan Hepatitis
B Immune Globulin (HBIG), yang merupakan sediaan anti-HBs
dalam titer tinggi. Keuntungan dari pemberian HBIG segera setelah
persalinan ialah dapat mencegah sebagian besar penularan VHB
vertikal yang sebagian besar terjadi pada saat persalinan. Tetapi
pemberian HBIG tanpa vaksin akan menyebabkan bayi masih
mudah terinfeksi VHB setelah HBIG hilang dalam darah, dan
infeksi VHB akan terjadi setelah bayi berumur 6 bulan (Steven, et al.,
1988). Karena itu maka Beasley, et al. (1983a) menyatakan bahwa
tujuan utama pemberian HBIG adalah mencegah penularan yang
menyebabkan terjadinya pengidap kronik dibandingkan dengan
mencegah infeksi dengan manifestasi klinik yang umumnya jarang
terjadi pada penularan VHB perinatal. Stevens, et al (1988) pada
penelitian pemberian vaksinasi bayi baru lahir dengan pemberian
HBIG (1ml) satu kali pada bayi baru lahir tanpa vaksin HB akan
memberikan proteksi berturut-turut 75,6%, 51,2%, 44,7% dan
41,5% pada umur bayi 6, 9 ,12 dan 15 bulan, sedangkan jika
diberikan HBIG (0,5 ml) pada bayi baru lahir, 3 dan 6 bulan maka
memberikan proteksi 86,6%, 75,2% dan 71,3% pada umur 9, 12
dan 15 bulan. Mengenai dosis vaksin yang diberikan bersamaan
dengan HBIG, dikatakan tidak ada perbedaan efektivitas pada
pemberian vaksin segera setelah lahir atau 1 bulan setelah lahir, dan
Daftar Pustaka 85
Basis and Clinical Management, Tokyo: Churchill Livingstone,
pp. 467-499.
Arhya IN, 1991. Prevalensi HBsAg dan Anti-HBs pada Wanita
Bali. Med. 6: 439-441.
Bancroft WH, Mudon FK, Russell PK, 1972. Detection of
Additional Antigenic Determinats of Hepatitis B Antigen. J
Immunology 109:842
Barnaba FA, Franco A, Alberti R, Benvenuto F, Balsano, 1990.
Selective Killing of Hepatitis B Envelope Antigen-Spesific
B cell by class I restricted, Exogenous Antigen-specific T
Lymphocytes. Nature (London) 345: 258-260.
Beasley Rp, Steven CE, Shiao IS, Meng HC, 1975. Evidence
Againts Breast Feeding as a Mechanism for Vertical Transmission
of Hepatitis B. Lancet ii: 740-741
Beasley RP, Trepo C, Steven CE, Szmuness W, 1977. The
e-Antigen and Vertical Transmission of Hepatitis B Surface
Antigen. Am J of Epidemiologi 105: 94-98.
Beasley RP, Hwang LY, lin CC, Stevens CE, Wang KY, Sun TS,
Hsieh FJ, Szmuness W, 1981a. Hepatitis B Immunoglobulin
(HBIG) Efficacy in The Interruption of Perinatal Transmission
of Hepatitis B Virus Carrier State. Lancet, S437.
Beasley RP. Hwang LY, Lin CC, 1981b. Hepatolocellular
Carcinoma and Hepatitis B Virus: A Prospective Study of 22,
707 Men in Taiwan. Lancet ii: 1129-1133.
Beasley RP, Hwang LY, Szmuness W, Steven CE, Lin CC, Hsieh
FJ, Wang KY, Sun TS, 1982a. HBIG Prophylaxis for Perinatal
Daftar Pustaka 87
Beth Dawson-Saunders, Trapp RG, 1994. Basic and clinical
Biostatistics. Second eds; Prentice-Hall International Inc.
BKKBN propinsi Bali, 1996. Komunikasi Pribadi
Boxall EH, 1980. Maternal Trasmission of Hepatitis B. In : Recent
Advances in Clinical Virology (Waterson AP, eds) Edinburgh :
Churchill Livingstone, pp17-29.
Brechot C, Pourcel C, Louise A, 1980. Presence of Integrated
Hepatitis B Virus DNA of Human Hepatocellular Carcinoma.
Nature 286: 533-535.
Brechot C, 1993. Application of Molecular Biology to Diagnosis.
In (Zuckerman Aj, Thomas HC, eds) Viral Hepatitis, Scientific
Basis and Clinical Management. Churchill Livingstone : pp.
411-441.
Brown SE, Howard CR, Zuckerman Aj, Stewart MW, 1984.
Affinity of Antibody Responses in Man to Hepatitis B vaccine
Determined with Synthetic Peptides. Lancet ii: 184-187
Brown P, Brequet G, Smallwood L, Ney R, Maerdowo RM,
Gerety RJ, 1985. Serologik Markers of Hepatitis A and B in
the Population of Bali Indonesia. Am J Trop. Med 34 (3): 616-
619.
Budhiarta A.A.G, Soewignjo S, 1993. Prevalensi Petanda
Serologik Infeksi Virus Hepatitis B (HBsAg, HBeAg dan anti-
HBs) di Kelurahan Kampung Anyar Kerobokan dan Silangkaja
Kabupaten Buleleng. Dibacakan pada KOPAPDI di Denpasar,
28 Juni-1 Juli 1993.
Daftar Pustaka 89
Chang MH, Chen PJ, Chen JY, 1991. Hepatitis B Virus
Integration in Hepatitis B Virus-related Hepatocellular
Carcinoma in Childhood, Hepatology 13: 316-320.
Chang MH, Hsu HY, Huang LM, Lee PI, Lin HH, Lee CY,
1996. The Role of Transpacental Hepatitis B Core Antibody
in The Mother-to-infant Trasmission of Hepatitis B Virus. Of
Hepatology 24: 674-679.
Chu CM, Karayiannis P, Fowler MJF, Monjardino J, Liaw JF,
Thomas HC, 1985. Natural History of Chronic Hepatitis B
Infection B Infection in Taiwan : Studies of Hepatitis B Virus
DNA in Serum Hepatology 5: 431-434.
Coursaget P, 1987. Hepatitis Immunization Strategies in
Developing Countries Meeting of WHO Working Group on
Hepatitis B. Seoul, August 24-28.
Craven DE, Awdeh ZL, Kunches LM, 1986. Non-responsiveness
to Hepatitis B Vaccine in Health Care Workers. Results of
Revaccination and Genetic Typing Ann Intern Med. 105: 356
– 360.
Dane Ds, Cameron CH, Briggs M, 1970. Virus-like Particles in
Serum of Patients with Australia-antigen-associated Hepatitis.
Lancet i: 695.
Docker RH, 1993. Diagnosis : In (Zuckerman AJ, Thomas HC,
eds.) Viral Hepatitis\, Scientific Basis and Clinical Management.
Churchill Livingstone, pp. 165-184.
Deinhardt F, Gust ID, 1982. Viral Hepatitis. Bull WHO.
Daftar Pustaka 91
B and Primary Biliary Cirrhosis. Clinical and Experimental
Immunology 50: 17-24.
Ehata T, Omata M, Yokosuka O, Hosoda K, Ohto M, 1992.
Variation in Codos 84-101 in The Core Nucleotide Sequence
Correlate with Hepatocelluler Injury Chronic Hepatitis B
Virus Infection. J Clin Invest 89: 332-338.
Ellis RW. Kniskern PJ, Hagopian A, 1988. Preparation and
Testing of a Recombinan-derived Hepatitis B Vaccine
Conisting of Pre-S2 + S Polypeptida. In (Zuckerman AJ, eds)
Viral Hepatitis and Liver Disease. Alan R. Liss, New York pp.
1079-1086.
Ferrari, Penna A, Cavalli A, Bertoletti A, Valli A, Missale G,
Pilli M, Gluberti T, Fiaccadori F, 1991. Human Cellular
Immune Responses to Hepatitis B Virus (HBV) Envelope and
Nucleocapsid Antigens. In (Nishioka K, Suzuki H, Mishiro S,
Oda T, eds) Viral Hepatitis and Liver Disease, Tokyo: Springer-
Verlag, pp. 238-243.
Fernholz D, Stemler M, Brunetto M, Bonino F, Will H, 1991.
Replicating and Virion Secreting Hepatitis B Mutan Virus
Unable to Produce Pre-S2 Protein J of Hepatology. 13 (Suppl.4)
: S 102-S104
Fowler P, Nayersina R, Missale G, Bertoletti A, Penna A, Ando
K, Cerny A, Fiaccadori F, Ferrari C, Chisari FV, 1994. The
Role of The Cytotoxic T Lymphocyte Response in Hepatitis
B Virus Immunobiology and Pathogenesis. In (NIshioka K,
Suzuki H, Mishiro S, Oda T, eds) Viral Hepatitis and Liver
Disease, Tokyo: Springer-Verlag, pp. 173-177.
Daftar Pustaka 93
Gizaris V, Roumelioto A, Ktenas E, Papoutsakis G,
Papaevangelou, 1993. Evaluation of The Immunogenicity of
a Recombinant Vaccine Against Hepatitis B Containing S and
pre-S2 Sequences Using Two Different Schedules. Vaccine 11:
1445-1447.
Goodman JW, 1991. The Immun Respon. In (Stites DP, Terr
AI, eds) Basic Human Immunology. 1st edition, New Yersey:
Prentice-Hall International Inc. pp. 34-44.
Goudeau A, Lo KJ, Coursaget P, Tong MJ, Yeh CL, Tsai YT,
Lee JK, Wu TC, Yeh SH, Lee SD, 1983. Lack of anti-HBc
IgM in Neonatus with HbsAg Carrier Mothers Argues Against
Transplacental Transmission of Hepatitis B Virus Infection.
Lancet 2 : 1103-1104.
Gregorio GV, Melli-Vergagni G, Mowat AP, 1993. Neonatal and
Pediatric Infection. In (Zuckerman AJ, Thomas HC, eds) Viral
Hepatitis, Scientific Basis and Clinical Management. London :
Chrurchill Livingstone, pp. 545-549.
Gunawan S, Soewignyo S, Mulyanto, 1991. Petanda Serologik
Infeksi Virus Hepatitis B J, RSU Mataram 4 : 65-77.
Gust ID, 1982. Viral Hepatitis In (Szmuness W, Alter HJ, Maynard
JE, eds). Philadelphia. Franklin Institute Press, pp. 129-143.
Harrison TJ, Oon CJ, Zuckerman AJ, 1993. A Novel Antibody
Escape Variant (Ala 144) of Hepatitis B Virus in an Identical
Twin before Selection in the mother. In (Nishioka K, Suzuki
H, Mishiro S, Oda T, eds). Viral Hepatitis and Liver Disease,
Tokyo: Springer-Verlag, pp. 248-251.
Daftar Pustaka 95
Hsu HY, Chang MH, Chen DS, 1986. Baseline Seroepidemiology
of Hepatitis B Virus Infection in Children in Taipei, 1984: A
Study Just Before Mass Vaccination Program in Taiwan. J Med
Virol, 18: 301-307.
Hsu HH, Chang MM, Hsieh KH, Lee CY, Lin HH, Hwang
LH, Chen PJ, Chen DS, 1991. Cellular Immun Respon to
HBcAg in Mother-to-Infant Trasmission of Hepatitis B Virus.
Hepatology 15: 770-776.
Hwang LY, Reggerdorf M, Beasley RP. Deinhardt F, 1985.
Perinatal Transmission of Hepatitis B Virus : Role of Maternal
HBeAg and Anti-HBc IgM. J of Med. Virology 15 : 265-269.
Hwang LY, Lee CY, Beasley RP, 1991. Five Years Fellow Up of
HBV Vaccination with Plasma Derive Vaccine in Neonates:
Evaluation of Immunogenecity and Efficacy Againts Perinatal
Transmission. Viral Hepatitis and Liver Disease : Proceeding
of the 1990 International Symposium on Viral Hepatitis and
Liver Disease : Comtemporary Issues and Future Prospect. In
(Hollinger FB, Lemon SM, Margolis H, eds). Tokyo : William
& Wilkins pp. 759-761.
Ikeda T, Lever AML, Thomas HC, 1986. Evidence for a
Deficiency of Interferon Production in Patients with Chronic
HBV Acquired in Adult Life Hepatology 6 : 962-965.
Iino S, Akahane Y, Karino Y, Inui A, Nagata K, Konishi K,
Ichimiya M, Fukazawa I, Domoto K, 1992. Phase III Clinical
Testing a Pre-S2 Containing Hepatitis B Vaccine (TGP-943).
Clinical Report 26: 4941-4954.
Daftar Pustaka 97
Karasawa T, Shikata T, Abe K, Horiuchi R, Takashi T, Yoshihara
N, Mayumi M, Suzuki H, Oda T, 1983. Efficacy of Hepatitis B
Vaccine in Chimpanzees Given Tranfusion of Highly Infection
Blood. The J of Infectious Diseases 147: 327-335.
Karthigesu VD, Allison LMC, Fortuin M, Mendy M, Whittle
HC, Howard CR (1994). A Novel Hepatitis B Virus Variant
in The Sera of Immunizied Children. J. Gen. Virol 75: 443-
448
Katkov WN, Watkins E, DeMelia HC, Dienstag JL, 1994.
Imunogenicity of a “pre-S2 plus S” Hepatitis B Vaccine in
Healthy Adults. J of viral Hepatitis 1: 79-83.
Kato Y, Nagakawa H, Kobayashi K, 1982. Interferon Production
by Peripheral Lymphocytes in HBsAG Positive Liver Diasease.
Hepatology 2: 789-790.
Kosaka Y, Takase K, Kajima M, 1991. Fulminant Hepatitis B :
Induction by hepatitis B Virus mutant defective in The Precore
Region and Incapable of Encoding-eAntigen. Gastroenterology
324: 1087-1094
Krugman S, Giles JP, 1970. Viral Hepatitis : New Lighton an Old
Disease. JAMA 212: 1019-1029
Kurstak E, 1993. Hepatitis B Virus and Disease. In (In
Collaboration with Kristine Kurstak, A Hossain and A.Al
Tuwaijri) Edourd Kurstak Viral Hepatitis, Current Status and
Issues, New York: Springer-Verlag Wien, pp. 59-137.
Le Bouver GL, Mc Collum RW, Hierholzer WJ, Irwin GR,
Krugman S, Gilles JP, 1972. Subtype of Australia Antigen and
Daftar Pustaka 99
Lin HJ, Lai CL, Lau JYN, Chung HT, Lauder IJ, Fong MW,
1991. DNA Analysis of a Mutant Hepatitis B Virus (HBV) in
Four Members of a Chinese Family : Evidence for Intrafamilial
Spread of Infection. Viral epatitis and Liver Diasease, 207-209.
Lin H-H, Hsu HY, Chang MH, Chen PJ, Chen DS, 1993.
Hepatitis B Virus in The Colosta of HBsAg –positive Carrier
Mother. Pediatric Gastroenterology and Nutrition 17: 207-
2010.
Lok ASF, Karayiannis P, Jowett T 1988. Studies of HBV
Replication During Acute Hepatitis Followed by Recovery and
Acute Hepatitis Progressing to Chronic Disease. Journal of
Hepatology 51: 671-679.
London WT, O’Connel AP, 1986. Transpacental Transmission of
Hepatitis B Virus. Lancet i: 1037-1038
Machida A, Kishimoto S, Ohnuma H, Baba K, Itoh Y, Miyamoto
H, Funatsu G, Oda K, Usuda S, Togami S, Nakamura T,
Miyakawa Y, Mayumi M, 1984. A Polypeptide Containing
55 Amino Acid Residues Coded by The Pre-S Region of
Hepatitis B Virus Deoxyribonucleic Acid Bears The Receptor
for Polymerized Human as well as Chimpanzees Albumin.
Gastroenterology 86: 910-918.
Machida A, Tsuda F, Okamoto H, Domoto K, Fukazawa I,
Mishiro S, 1992. Capability of The Anti-pre S2 Antibody
Raised by Vaccination with a Pre-S2 Containing HB Vaccine
(TGP-943) to Neutralize Hepatitis B Virus in Vitro. The
Clinical Report 26: 3525-3530.