Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Trauma merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami cedera oleh
salah satu sebab. Penyebab yang paling sering adalah kecelakaan lalu lintas,
kecelakaan kerja, olah raga dan rumah tangga. Di Indonesia kematian akibat
kecelakaan lalu lintas lebih kurang 12 ribu per tahun.Banyak dari korban trauma
tersebut mengalami cedera musculoskeletal berupa fraktur, dislokasi, dan cedera
jaringan lunak. Cedera system musculoskeletal cenderung meningkat dan terus
meningkat dan akan mengancam kehidupan kita. (Rasjad, 2003).
Menurut National Consultant for Injury dari WHO Indonesia (dikutip dari data
kepolisian RI) terdapat kecelakaan selama tahun 2007 memakan korban sekitar
16.000 jiwa dan di tahun 2010 meningkat menjadi 31.234 jiwa di Indonesia. Menurut
badan kesehatan dunia (WHO) mencatat pada tahun 2011-2012 terdapat 5,6 juta
orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita patah tulang akibat kecelakaan
lalu lintas. Pada multipel trauma akibat keelakaan lalu lintas biasanya disertai dengan
cedera kepala (Rooznbeek,B. et al., 2013).
Trauma adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Probabilitas
kelangsungan hidup pasien dengan trauma trauma umumnya tergantung pada
perbedaan hasil terapi atau perbedaan dalam usia atau tingkat keparahan cedera.
Mempertimbangkan perbedaan tersebut, sistem penilaian trauma telah dikembangkan,
sebagai instrumen yang dirancang untuk mengukur keparahan trauma dan
memperkirakan probabilitas bertahan hidup. Selama lebih dari 30 tahun, beberapa
metode telah disarankan dan diimplementasikan dengan tujuan untuk mengukur
tingkat keparahan cedera (Rapsang et al, 2013).
Multiple Trauma dapat didefinisikan sebagai cedera pada minimal dua sistem
organ yang menyebabkan kondisi yang mengancam jiwa. Secara khusus, Multiple
Trauma adalah suatu sindrom dari cedera multiple dengan derajat keparahan yang
2

cukup tinggi dengan Injury Severity Score (ISS) > 16 yang disertai dengan reaksi
sistemik akibat trauma yang kemudian menimbulkan terjadinya disfungsi atau
kegagalan dari organ yang letaknya jauh dan sistem organ yang vital yang tidak
mengalami cedera akibat trauma secara langsung. (Trentz, 2000). Sehingga jurnal ini
dipilih untuk mengetahui mengenaik kejadian dan hal-hal yang berkaitan dengan
multiple trauma.

1.2 Rumusan masalah


1. Apakah definisi dari Trauma ?
2. Bagaimana cara menentukan New Trauma and Injury Severity Score ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Trauma
2. Untuk mengetahui cara menentukan New Trauma and Injury Severity Score

1.4 Manfaat
Diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis dan pembaca mengenai New
Trauma and Injury Severity Score.
3

BAB II

TELAAH JURNAL

2.1 Pendahuluan

Trauma adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Probabilitas


kelangsungan hidup pasien dengan trauma umumnya tergantung pada perbedaan
hasil terapi atau perbedaan dalam usia atau tingkat keparahan cedera.
Mempertimbangkan perbedaan tersebut, sistem penilaian trauma telah dikembangkan,
sebagai instrumen yang dirancang untuk mengukur keparahan trauma dan
memperkirakan probabilitas bertahan hidup (Bilgin et al, 2005). Penentuan keparahan
trauma atau tabulasi adalah langkah yang sangat penting untuk menentukan
perawatan pasien ini, yang menghasilkan perawatan yang efektif dan juga membuat
penelitian klinis lebih mudah. Selain itu, dapat menentukan triase perawatan trauma,
dan membantu dalam evaluasi dan prediksi prognosis, untuk mengatur dan
meningkatkan sistem perawatan trauma, sehingga menghemat waktu, biaya
perawatan kesehatan dan, di atas semua, mencegah kematian (Champion, 2002).

Kualitas perawatan trauma dinilai oleh Program Peningkatan Kinerja dan


Keselamatan Pasien, berdasarkan catatan trauma dan indeks keparahan (American
College of Surgeons Committee on Trauma, 2014). Terdapat beberapa sistem
penilaian indeks keparahan yang tersedia, salah satunya yaitu Trauma and Injury
Severity Score (TRISS). TRISS adalah alat yang cocok untuk mengevaluasi kualitas
perawatan dan mengusulkan perbaikan dalam perawatan trauma (Champion, 2002).
Nilai prediktif dari TRISS dapat dimaksimalkan dengan menyesuaikan koefisien
dalam populasi di mana ia diterapkan (Cinelli, 2009).

TRISS terdiri dari indeks Revised Trauma Score (RTS) dan Injury Severity Score
(ISS) serta jenis trauma (tumpul atau penetrasi) dan usia pasien. Saat ini, RTS sulit
untuk dihitung karena peningkatan jumlah tindakan intubasi endotrakeal yang
dilakukan dalam pengaturan pra-rumah sakit, yang merupakan sebuah intervensi
untuk menentukan skor Glasgow Coma Scale (GCS) dan Respiratory Rate (RR) saat
4

masuk rumah sakit, yang diperlukan dalam perhitungan RTS (Raux, 2006). RTS
menggabungkan tiga item: GCS, RR dan Sistolic Blood Pressure (SBP). RTS
dihitung menggunakan nilai kode (0–4) dari GCS, SBP dan RR (Champion et al,
1981; Lefering, 2002). RR adalah parameter fisiologis yang perlu diukur selama
perawatan darurat pasien trauma. Selain RR, saturasi oksigen perifer (SPO 2) juga
merupakan parameter pernapasan dalam situasi darurat karena memungkinkan
evaluasi kualitas perfusi jaringan pada pasien trauma yang cepat dan mudah untuk
diukur. Selain itu, banyak literatur mengusulkan untuk mengganti total skor dari GCS
dengan nilai item Best Motor Response (BMR) (Domingues, 2015).
Komponen ISS telah dikritik karena hanya mempertimbangkan satu lesi yang
paling parah di setiap regio tubuh dalam perhitungannya, dan dianggap meremehkan
tingkat keparahan. Sedangkan pada New Injury and Severity Score (NISS)
dipertimbangkan tiga luka paling serius dalam menghitung tingkat keparahan trauma,
terlepas dari regio tubuh yang terkena, sehingga NISS berusaha untuk meningkatkan
sensitivitas indeks dengan alasan pasien trauma dapat memiliki beberapa cedera yang
parah di regio tubuh yang sama (Shuterland, 2006).
Penelitian ini menyajikan tiga variasi baru, yaitu New Trauma dan Injury Severity
Score (NTRISS)-like, Triss SPO2, dan NTRISS-like SPO2. Variasi baru yang pertama
(NTRISS-like) menggabungkan parameter GCS, tekanan darah sistolik (SBP), dan
variabel anatomi NISS, sedangkan pada variasi kedua dan ketiga ditambahkan SPO 2.
Dalam Triss SPO2, RTS digantikan oleh nilai GCS, SBP, dan skor SPO 2. Kemudian
untuk NTRISS-like SPO2, nilai didapatkan dengan menambahkan skor SPO2 ke
dalam indeks NTRISS-like. Dengan demikian, tujuan dari penelitian ini adalah untuk
membandingkan akurasi dari tiga variasi yang diusulkan untuk indeks original TRISS
dengan koefisien yang disesuaikan untuk populasi penelitian dalam memprediksi
kelangsungan hidup dan untuk memverifikasi kelayakan proposal baru ini sebagai
pengganti dari TRISS.
5

2.2 Metode

Penelitian ini dilakukan di dua rumah sakit rujukan untuk perawatan trauma, satu
di kota São Paulo, Brasil (SPBRA), dan satu lagi di San Diego County, USA
(SDEUA). Penelitian ini melibatkan 10.588 pasien, 2.416 dirawat di ruang gawat
darurat SPBRA dan 8172 di pusat trauma SDEUA untuk peristiwa traumatis dan/atau
penetrasi, tidak termasuk kasus gantung diri, mati lemas, tenggelam atau hampir
tenggelam, keracunan, pembakaran, dan sengatan listrik. Pasien yang dirawat lebih
dari 24 jam pertama sejak peristiwa traumatik atau pindahan dari rumah sakit lain
merupakan kriteria exclude dari penelitian ini karena perhitungan probabilitas
kelangsungan hidup memerlukan informasi dari kondisi klinis awal pasien.

Sebanyak 300 pasien dipilih secara acak dari database (10.588 pasien), yang
berisi semua informasi yang diperlukan untuk perhitungan indeks probabilitas
kelangsungan hidup. Semua model dalam penelitian ini menggunakan parameter
fisiologis yang diperoleh pada saat masuk rumah sakit dan dihitung dengan
persamaan Ps = 1 / (1 + e-b), di mana:

Ps, probabilitas kelangsungan hidup


e, 2.718282 (basis logaritma Neperian)

Nilai-nilai b berbeda dalam tiga model, sebagai berikut:

TRISS

b = b0 + b1 (RTS) + b2 (ISS) + b3 (age)

RTS, total nilai indeks (0-12)


Usia, 0 jika usia <55 tahun dan 1 jika usia ≥ 55 tahun.
6

NTRISS-like

b = b0 + b1 (BMR) + b2 (SBP) + b3 (NISS) + b4 (age)

BMR, nilai dikaitkan dengan item ini di GCS (1-6)


SBP, nilai yang diberikan untuk parameter ini dalam RTS (0-4)
Usia, 0 jika usia <55 tahun dan 1 jika usia ≥ 55 tahun.

TRISS SPO2

b = b0 + b1 (GCS) + b2 (SBP) + b3 (SPO2) + b4 (ISS) + b5 (age)


GCS dan SBP, nilai-nilai untuk parameter ini dalam RTS (0-4)
SPO2, Menurut nilai-nilai berikut, 0 atau tidak terukur = 0; 1-80 = 1; 81-90 = 2; 91-
95 = 3; 96-100 = 4
Usia, 0 jika usia <55 tahun dan 1 jika usia ≥ 55 tahun.

NTRISS-like SPO2

b = b0 + b1 (BMR) + b2 (SBP) + b3 (SPO2) + b4 (NISS) + b5 (age)


BMR, digunakan nilai yang dikaitkan dengan item ini di GCS (1-6)
SBP, nilai yang diberikan untuk parameter ini dalam RTS (0-4)
SPO2, Menurut nilai-nilai berikut, 0 atau tidak terukur = 0; 1-80 = 1; 81-90 = 2; 91-
95 = 3; 96-100 = 4.
Usia, 0 jika usia <55 tahun dan 1 jika usia ≥ 55 tahun.

2.3 Hasil
Dari 10.588 sampel, (sekitar 73,5% adalah pria) didapatkan hasil: penyebab
eksternal yang paling umum dari trauma adalah kecelakaan transportasi (44,1%),
jatuh (30,3%), dan serangan (18,0%). Mekanisme trauma tumpul adalah yang paling
umum (90,4%). Sebanyak 2.736 pasien (25,8%) menjalani prosedur bedah dan 4132
pasien (39,0%) dirawat Intensive Care Unit (ICU). Pasien yang tetap tinggal di rumah
sakit rata-rata 5,4% ± 13,3% , dan angka kematian 5,9%.
7

Skor GCS antara 13 dan 15 adalah 82,8%; rata-rata SBP adalah 133,7 ± 31,7
mmHg, dan rata-rata RR adalah 18,1 ± 5,2 kali per menit. Saturasi oksigen perifer
(SPO2) rata-rata 97,3 ± 8,9%. Hanya 459 (4,3%) korban yang tidak menunjukkan
nilai GCS atau BMR saat masuk rumah sakit, dan informasi SBP hilang dari 0,9%
dari populasi penelitian. Data SPO2 dan RR masing-masing hilang dari 8,3% korban.
RTS rata-rata adalah 7,4 ± 1,4. Pasien dengan regio tubuh yang terluka rata-rata 2,1 ±
1,0 , dimana yang paling sering terkena adalah kepala (1,6 ± 1,4 cedera) dan leher
8

(1,0 ± 1,4 cedera). Koefisien untuk trauma tumpul dan penetrasi dari model-model
baru (NTRISS-like, TRISS SPO2, dan NTRISS-like SPO2) ditunjukkan pada Tabel 2.
9

2.4 Diskusi

Hasil penelitian ini memverifikasi bahwa penyesuaian bobot untuk populasi


penelitian meningkatkan kapasitas prediktif dari TRISS, dan kapasitas ini
dipertahankan seperti dalam penelitian lain (Bergeron, 2004; Voskresensky, 2009).
Sebuah penelitian terdahulu membuat penyesuaian pada persamaan original TRISS
dan membandingkan kapasitas diskriminatif dari persamaan TRISS yang
dimodifikasi dengan original TRISS dalam memprediksi kelangsungan hidup,
menunjukkan bahwa penyesuaian koefisien dalam persamaan indeks sering terjadi.
Namun, hasil penelitian tidak menunjukkan adanya tren peningkatan kinerja model
dengan jenis modifikasi ini, dengan peningkatan kinerja yang dilaporkan hanya 30%
dari studi yang dianalisis (Domingues, 2015).

Perubahan variabel fisiologis yang diusulkan dalam model baru tidak


meningkatkan kapasitas prediksi dibandingkan dengan original TRISS dan adjusted
TRISS. Model NTRISS-like, variasi dari model TRISS-like yang menggantikan ISS
dengan NISS, memiliki kinerja yang mirip dengan TRISS. Model TRISS-like
diperkenalkan pada tahun 1992 (Offner, 1992) dan hanya mencakup parameter
fisiologis BMR dari GCS dan SBP untuk mengevaluasi pasien yang berpotensi lebih
serius (diintubasi) dalam perhitungan indeks; Namun, model ini dikritik dalam
literatur (Rauz, 2006; Champion, 2000) untuk menghapus parameter respirasi dari
10

evaluasi probabilitas kelangsungan hidup. Model TRISS-like juga menunjukkan


kinerja yang mirip dengan TRISS (Offner, 1992; Garber, 1997).

Proposal untuk penggantian RTS oleh parameter fisiologis seperti GCS, BMR,
SBP, dan RR secara umum setara atau lebih baik dibandingkan dengan original
TRISS (Domingues, 2015); dalam penelitian ini, substitusi variabel fisiologis yang
berbeda dalam model NTRISS-like, TRISS SPO2, Dan NTRISS-like SPO2 juga
menghasilkan nilai prediksi yang sama dengan original TRISS. Penggantian ISS oleh
NISS dalam formula yang diusulkan juga mengakibatkan kinerja yang sama dengan
yang ada pada original TRISS dan TRISS SPO2. ISS mempertimbangkan tiga luka
yang paling serius di tubuh korban yang berbeda, sementara NISS mencakup tiga
luka yang palng serius, terlepas dari region tubuh mana yang terkena.

Salah satu keterbatasan dari penelitian ini adalah seringnya kehilangan nilai SPO2
(29,6%) mungkin memiliki pengaruh negatif terhadap kapaitas prediksi dari model
yang menggunakan parameter ini (TRISS SPO 2 dan NTRISS-like SPO2). SPO2 dalam
model ini sebagai premis perbaikan kinerja TRISS yang mempertimbangkan
kemungkinan ketersediaan informasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan RR dan
parameter ini memiliki potensi untuk berkontribusi terhadap estimasi tingkat
keparahan kondisi fisiologis pasien. Dengan demikian, TRISS SPO2 dan NTRISS-
like SPO2 dapat disarankan karena kemudahan dalam memperoleh SPO2 dan
signifikansi fisiologisnya, karena merefleksikan baik oksigenasi maupun sirkulasinya.
Sementara RR hanya mencerminkan ventilasi (Raux, 2006).
11

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penelitian ini mengusulkan penyesuaian pada TRISS, yang menghasilkan tiga


model baru probabilitas kelangsungan hidup bagi korban trauma: NTRISS-like,
TRISS SPO2, dan NTRISS-like SPO2. Model-model baru tersebut menunjukkan
akurasi di atas 89% dan kesamaan kinerja di antar model itu sendiri. Selain itu,
model-model tersebut memperlihatkan kapasitas diskriminatif yang serupa
dibandingkan dengan original TRISS. Hasil ini menunjukkan potensi bagi para
profesional untuk memilih model probabilitas kelangsungan hidup yang melibatkan
SPO2 sebagai variabel yang rutin diukur dan dicatat. Yang paling penting, alat ini
memenuhi kebutuhan layanan dan mudah untuk digunakan karena semua model
memiliki akuransi yang sama.
12

DAFTAR PUSTAKA

American College of Surgeons Committee on Trauma. Resource for the optimal care
of the injured patient. Illinois: American College of Surgeons Committee on
Trauma; 2014.
Aydin SA, Bulut M, Ozgüç H, Ercan I, Türkmen N, Eren B, et al. Should the New
Injury Severity Score replace the Injury Severity Score in the Trauma and
Injury Severity Score? Ulus Travma Acil Cerrahi Derg. 2008;14:308–12.
Baker SP, O'Neill B, Haddon W Jr, Long WB. The injury severity score: a method
for describing patients with multiple injuries and evaluating emergency care. J
Trauma. 1974;14:187–96.
Bergeron E, Rossignol M, Osler T, Clas D, Lavoie A. Improving the TRISS
methodology by restructuring age categories and adding comorbidities. J
Trauma. 2004;56:760–7.
Bouamra O, Wrotchford A, Hollis S, Vail A, Woodford M, Lecky F. Outcome
prediction in trauma. Injury. 2006;37:1092–7.
Brenneman FD, Boulanger BR, McLellan BA, Redelmeier DA. Measuring injury
severity: time for a change? J Trauma. 1998;44:580–2.
Champion HR, Copes WS, Sacco WJ, Lawnick MM, Keast SL, Bain LW Jr,
Flanagan ME, Frey CF. The major trauma outcome study: establishing national
norms for trauma care. J Trauma. 1990;30:1356–65.2.
Champion HR, Sacco WJ, Hannan DS, Lepper RL, Atzinger ES, Copes WS, et al.
Assessment of injury severity: the triage index. Crit Care Med. 1980;8:201–8.
Cinelli SM, Brady P, Rennie CP, Tuluca C, Hall TS. Comparative results of trauma
scoring systems in fatal outcomes. Conn Med. 2009;73:261–5.
Domingues CA, Nogueira LS, Sttervall CHC, Sousa RMC. Performance of Trauma
and Injury Severity Score (TRISS) adjustments: an integrative review. Rev Esc
Enferm USP. 2015;49:138–46.
Domingues CA, Sousa RMC, Nogueira LS, Poggetti RS, Fontes B, Muñoz D. The
role of the New Trauma and Injury Severity Score (NTRISS) for survival
prediction. Rev Esc Enferm USP. 2011;45:1353–8.
Fraga GP, Mantovani M, Magna LA. Índices de trauma em doentes submetidos à
laparotomia. Rev Col Bras Cir. 2004;31:299–306.
Garber BG, Hebert PC, Wells G, Yelle JD. Differential performance of TRISS-like in
early and late blunt trauma deaths. J Trauma. 1997;43:1–5.
Kilgo PD, Meredith JW, Osler TM. Incorporating recent advances to make the TRISS
approach universally available. J Trauma. 2006;60:1002–8.
Kimura A, Chadbunchachai W, Nakahara S. Modification of the Trauma and Injury
Severity Score (TRISS) method provides better survival prediction in Asian
blunt trauma victims. World J Surg. 2012;36:813–8.
Kimura A, Nakahara S, Chadbunchachai W. The development of simple survival
prediction models for blunt trauma victims treated at Asian emergency centers.
Scand J Trauma Resusc Emerg Med. 2012;20:9.
13

Lane PL, Doig G, Mikrogianakis A, Charyk ST, Stefanits T. An evaluation of Ontario


trauma outcomes and the development of regional norms for Trauma and Injury
Severity Score (TRISS) analysis. J Trauma. 1996;41:731–4.
Lane PL, Doig G, Stewart TC, Mikrogianakis A, Stefanits T. Trauma outcome
analysis and the development of regional norms. Accid Anal Prev. 1997;29:53–
6.
Millham FH, LaMorte WW. Factors associated with mortality in trauma: re-
evaluation of the TRISS method using the National Trauma Data Bank. J
Trauma. 2004;56:1090–6.
Moini M, Rezaishiraz H, Zafarghandi MR. Characteristics and outcome of injured
patients treated in urban trauma centers in Iran. J Trauma. 2000;48:503–7.
Moore L, Lavoie A, Turgeon AF, Abdous B, Le Sage N, Emond M, et al. Improving
trauma mortality prediction modeling for blunt trauma. J Trauma. 2010;68:698–
705.
Offner PJ, Jurkovich GJ, Gurney J, Rivara FP. Revision of TRISS for intubated
patients. J Trauma. 1992;32:32–5.
Osler T, Baker SP, Long W. A modification of the injury severity score that both
improves accuracy and simplifies scoring. J Trauma. 1997;43:922–5.
Raux M, Thicoïpé M, Wiel E, Rancurel E, Savary D, David JS, et al. Comparison of
respiratory rate and peripheral oxygen saturation to assess severity in trauma
patients. Intensive Care Med. 2006;32:405–12.
Schluter PJ. The Trauma and Injury Severity Score (TRISS) revised. Injury.
2011;42:90–6.
Schluter PJ. Trauma and Injury Severity Score (TRISS): is it time for variable re-
categorisations and re-characterisations? Injury. 2011;42:83–9.
Sutherland AG, Johnston AT, Hutchison JD. The new injury severity score: better
prediction of functional recovery after muscoloskeletal injury. Value Health.
2006;9:24–7.
Voskresensky IV, Rivera-Tyler T, Dossett LA, Riordan WP Jr, Cotton BA. Use of
scene vital signs improves TRISS predicted survival in intubated trauma
patients. J Surg Res. 2009;154:105–11.

Anda mungkin juga menyukai