Anda di halaman 1dari 98

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

SIKAP KONSUMEN JAMU TRADISIONAL PADA


PASAR TRADISIONAL DI KABUPATEN
SUKOHARJO

Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh :
YUANI NOVITASARI
H 0306105

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

HALAMAN PENGESAHAN

SIKAP KONSUMEN JAMU TRADISIONAL PADA PASAR


TRADISIONAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Yuani Novitasari
H 0306105

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


Pada tanggal:
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat.

Susunan Dewan Penguji

Ketua Anggota I Anggota II

Erlyna Wida Riptanti, SP. MP. Umi Barokah, SP. MP. . Ir. Sugiharti Mulya H., MP.
NIP. 19780708 200312 2 002 NIP. 19730129 200604 2 001 NIP. 19650626 199003 2 001

Surakarta, 2012
Mengetahui,
Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian
Dekan

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S.


commit to user
NIP. 19560225 198601 1 001

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, karunia, hidayah, serta kemudahan-Nya sehingga Penulis
dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi
yang berjudul Sikap Konsumen Jamu Tradisional Pada Pasar Tradisional Di
Kabupaten Sukoharjo ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Univesitas Sebelas
Maret Surakarta. Pelaksanaan penelitian serta penyusunan skripsi ini dapat
terlaksana dengan lancar berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S. selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ibu Dr. Ir. Sri Marwanti selaku Ketua Jurusan Program Studi Sosial Ekonomi
Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP selaku Ketua Komisi Sarjana
Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta serta Dosen Penguji Tamu
yang telah memberikan saran, kritik dan masukan dalam penyusunan skripsi
ini.
4. Ibu Erlyna Wida Riptanti, SP., MP selaku Pembimbing Akademik dan Dosen
Pembimbing Utama yang selalu memberikan bimbingan, pengarahan, nasehat
dan petunjuk selama proses belajar dan penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Umi Barokah, SP., MP selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang
dengan sabar selalu memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan dalam
penyusunan skripsi sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.
7. Kantor Bappeda Kabupaten Sukoharjo, Kepala Badan Pusat Statistik
Kabupaten Sukoharjo beserta Staf, Lurah Pasar Sukoharjo; Pasar Nguter,
commit to user

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pasar Kepuh; dan Pasar Bekonang yang telah memberi izin Penulis
melakukan penelitian.
8. Pedagang jamu tradisional di pasar tradisional tempat penelitian serta
Bapak/Ibu, saudara dan saudari yang membeli jamu tradisional dan berkenan
menjadi responden dalam penelitian ini.
9. Orangtuaku Bapak Sugino dan Ibu Kasinem, kakak-kakakku tercinta Mbak
Yanti-Mas Bedu, Mbak Mami-Mas Sar, Mas Ari-Mbak Asih, Kakak pady-
Mbak Kini, Mbak Ami, Mas Muji, Mas Santo dan adekku tersayang Febrian
Arif serta keponakan-keponakanku yang lucu ekha, sani, ayu, melan, bagus
dan hanif terima kasih atas segala dukungan, semangat, nasehat dan doa yang
tiada pernah putus, serta cinta dan kasih sayang yang diberikan, sehingga
Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
10. Sahabat-sahabatku tersayang, Eska, Luthfia, Putri Wulandari, Dwi Putri, pury,
ani, atik, rani terima kasih atas support, saran dan kritik serta semua bantuan
yang telah diberikan pada Penulis. Semoga persahabatan ini terjaga utuh
selamanya.
11. Teman-teman kos cengkir gading putri, Mbak Yeni. Mbak Ria, Mbak Pur,
Mbak Ita, Mbak galuh, Mbak Mila, Emoy, Kiki, Sinta, Jojo, Tanti, Wulan,
Titik terimakasih atas dukungan dan semangat yang diberikan pada penulis
serta terimakasih atas kebersamaan kita di kos tercinta selama ini.
12. Seluruh keluarga besar Agrobisnis 2006 yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu. Terima kasih atas support dan kebersamaan yang telah kita lalui
selama kuliah, ini merupakan kenangan terindah dan tidak akan pernah
terlupakan.
13. HIMASETA FP UNS, seluruh pengurus dan anggota periode 2007-2008 dan
periode 2008-2009, khususnya bidang Kebendaharaan, yang telah
memberikan kesempatan penulis untuk berkembang dan mendapat
pengalaman yang luar biasa dalam berorganisasi.
14. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas
semua bantuannya
commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih


banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini
sangat diharapkan. Akhirnya, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Januari 2012

commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi
RINGKASAN .................................................................................................. xii
SUMMARY....................................................................................................... xiii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 6
D. Kegunaan Penelitian .............................................................................. 6
II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 7
B. Tinjauan Pustaka ................................................................................... 9
1. Jamu Tradisional ............................................................................. 9
2. Pemasaran ........................................................................................ 10
3. Atribut Produk ................................................................................. 11
4. Sikap Konsumen.......................................................................... ... 11
5. Perilaku Konsumen ......................................................................... 13
6. Point Ideal ....................................................................................... 14
7. Pasar Tradisional ............................................................................. 15
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah .................................................... 16
D. Hipotesis ................................................................................................ 19
E. Asumsi-asumsi ...................................................................................... 19
F. Pembatasan Masalah.............................................................................. 19
G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel .................................... 19
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian......................................................................... 22
B. Metode Penentuan Lokasi ...................................................................... 22
C. Metode Pengambilan Sampel ............................................ .................... 24
D. Jenis Dan Sumber Data ..................................................................... .... 27
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 28
F. Metode Analisis Data ............................................................................ 28
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Geografis ................................................................................ 31
B. Keadaan Penduduk ............................................................................... 32
1. Pertumbuhan Penduduk................................................................... 32
2. Keadaan Penduduk MenurutcommitJenis to userKelamin .................................. 33
3. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur ............................... 34

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ........................... 35


5. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian ............................. 36
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden........................................................................ 38
B. Perilaku Beli Konsumen......................................................................... 45
C. Analisis Tingkat Kepentingan Konsumen dan Ideal Konsumen
Terhadap Masing-Masing Atribut Jamu Tradisional ............................ 56
D. Analisis Kualitas Ideal dan Kepercayaan Konsumen Terhadap
jamu Tradisional .................................................................................... 70
E. Analisis Sikap Konsumen Terhadap Jamu Tradisional ......................... 78
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................ 83
B. Saran .................................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


Tabel 1. Nama Pasar dan Jumlah Pedagang Jamu Tradisional di
Pasar Tradisional di Kabupaten Sukoharjo ................... 23
Tabel 2. Pembagian Responden Berdasarkan Presentase
Penjualan Jamu Tradisional pada Pasar Tradisional di 25
kabupaten Sukoharjo......................................................
Tabel 3. Pembagian Jumlah Responden Jamu Tradisional Pada
Pasar Tradisional di kabupaten Sukoharjo ……………. 26
Tabel 4. Banyak Hari Hujan dan Curah Hujan Menurut Bulan Di
Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009 .................................. 32
Tabel 5. Jumlah Penduduk Kabupaten Sukoharjo Tahun 2005-
2009................................................................................... 33
Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut jenis Kelamin di Kabupaten
Sukoharjo Tahun 2009..................................................... 33
Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin Tahun 2009........................................................ 35
Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di
Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009 ................................. 36
Tabel 9. Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Usaha Utama di
Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009 .................................. 37
Tabel 10. Karakteristik Konsumen Jamu Tradisional menurut jenis
Kelamin ................................................................ 38
Tabel 11. Karakteristik Konsumen Jamu Tradisional Berdasarkan
kelompok Umur .............................................................. 39
Tabel 12. Karakteristik Konsumen Jamu Tradisional Berdasarkan
Tingkat Pendidikan ......................................................... 41
Tabel 13. Karakteristik Konsumen Jamu Tradisional Berdasarkan
Jenis Pekerjaan................................................................. 42
Tabel 14. Karakteristik Konsumen Jamu Tradisional Berdasarkan
Jenis Pendapatan Rumah Tangga Konsumen (dalam 1 43
bulan)……………………………………
Tabel 15. Karakteristik Konsumen Jamu Tradisional Berdasarkan
Jumlah Anggota Keluarga ............................................... 44
Tabel 16. Jenis jamu Tradisional Pada Pasar Tradisional Di
Kabupaten Sukoharjo ...................................................... 45
commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 17. Kemasan Jamu Tradisional Pada Pasar Tadisional Di 48


Kabupaten Sukoharjo..........................................................
Tabel 18. Harga Jamu Tradisional Pada Pasar Tradisional Di 49
Kabupaten Sukoharjo........................................................
Tabel 19. Alasan Pembelian Jamu Tradisional................................. 51
Tabel 20. Dampak Yang Konsumen Rasakan Ketika Tidak
Mengkonsumsi Jamu Tradisional ................................... 52
Tabel 21. Alasan Pembelian Jamu Tradisional Pada Pasar
Tradisional Di Kabupaten Sukoharjo ............................... 54

Tabel 22. Waktu Pembelian Jamu Tradisional Pada Pasar


Tradisional Di Kabupaten Sukoharjo ............................... 55
Tabel 23. Tingkat Kepentingan Konsumen Terhadap Atribut Jamu
Tradisional........................................................................ 57
Tabel 24. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap
Atribut Kemasan Jamu Tradisional.…………………… 61
Tabel 25. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap
Atribut Kepraktisan Jamu Tradisionaal.................................. 62
Tabel 26. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap
Atribut Khasiat Jamu Tradisional..................................... 63
Tabel 27. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap
Atribut Informasi Pemakaian Jamu Tradisional……….. 65
Tabel 28. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap
Atribut Batas Waktu Penggunaan Jamu Tradisional ............... 66
Tabel 29. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap
Atribut Komposisi Jamu Tradisional...................................... 67
Tabel 30. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap
Atribut Keamanan Produk Jamu Tradisional.......................... 69
Tabel 31. Kualitas Ideal Konsumen Terhadap Jamu Tradisional
Serbuk instan..................................................................... 70
Tabel 32. Kualitas Ideal Konsumen Terhadap Jamu Tradisional
Rebusan............................................................................. 73
Tabel 33. Kepercayaan Konsumen Terhadap Atribut Pada Jamu
Tradisional........................................................................ 76
Tabel 34. Sikap Konsumen Terhadap Jamu Tradisional Serbuk
instan................................................................................. 79
Tabel 35. Sikap Konsumen Terhadap Jamu Tradisional Rebusan... 80
commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Sikap Konsumen
Terhadap Jamu Tradisional ...................................... 18

commit to user

x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul
1. Karakteristik Responden Jamu Tradisional
3. Tingkat Kepentingan Konsumen Terhadap Atribut Jamu
Tradisional
4. Performansi Ideal Jamu Tradisional
5. Kepercayaan Konsumen Terhadap Atribut Jamu
Tradisional
6. Foto Jamu Tradisional
7. Peta Kabupaten Sukoharjo
8. Kuisioner
9. Surat izin penelitian

commit to user

xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

RINGKASAN

Yuani Novitasari, H0306105. 2012. Sikap Konsumen Jamu Tradisional


Pada Pasar Tradisional Di Kabupaten Sukodarjo. Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta, atas bimbingan Erlyna Wida Riptanti, SP.,
MP dan Umi Barokah, SP., MP.
Jamu tradisonal dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu jamu tradisional
serbuk instan dan jamu tradisional rebusan. Kebiasaan masyarakat Indonesia
mengkonsumsi jamu tradisonal telah ada sejak lama. Jamu tradisional biasanya
dikonsumsi sebagai minuman kesehatan ataupun untuk pengobatan suatu
penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui atribut jamu tradisional yang
memenuhi sifat ideal serta sikap konsumen pasar tradisional di Kabupaten
Sukoharjo terhadap berbagai atribut jamu tradisional. Produk jamu tradisional
yang diteliti adalah produk jamu tradisional serbuk instan dan rebusan.
Metode dasar penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis. Teknik
pelaksanaan penelitian menggunakan metode survei. Lokasi penelitian dipilih
secara sengaja (purposive) yaitu pada Kabupaten Sukoharjo dengan mengambil 5 pasar
tradisional. Penentuan sampel dilakukan dengan metode judgement sampling,
dengan jumlah responden 96 yang terdiri dari 77 responden jamu serbuk instan
dan 19 responden jamu tradisional rebusan. Data yang digunakan adalah data
primer dan data sekunder. Data primer dianalisis menggunakan Analisis Model Sikap
Angka Ideal (The Ideal-Point Model). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas
responden jamu tradisional serbuk instan dan rebusan berjenis kelamin
perempuan, pada kelompok umur 50-54 tahun, tingkat pendidikan adalah SD
(Sekolah Dasar), jenis pekerjaan sebagai wiraswasta, tingkat pendapatan
mayoritas adalah >Rp1.250.000,00, jumlah anggota keluarga pada masing-masing
jamu tradisional adalah 4-5 orang.
Berdasarkan analisis tingkat kepentingan atribut produk jamu tradisional
serbuk instan dan rebusan, atribut yang dipertimbangkan dalam melakukan
pembelian adalah keamanan produk, batas waktu penggunaan, komposisi jamu,
khasiat, informasi pemakaian, kemasan dan kepraktisan. Berdasarkan analisis
masing-masing atribut menurut sifat ideal, atribut jamu tradisional serbuk instan
yang memenuhi ideal adalah komposisi jamu, batas waktu penggunaan,
keamanan produk, kepraktisan, kemasan, dan informasi pemakaian. Untuk jamu
tradisional rebusan atribut yang memenuhi ideal adalah kepraktisan, informasi
pemakaian dan khasiat. Hasil penelitian sikap konsumen terhadap jamu
tradisional serbuk instan adalah sangat baik, sedangkan jamu tradisional rebusan
adalah baik. Dari hasil penelitian ini dapat disarankan hendaknya produsen jamu
tradisional rebusan menyantumkan atribut-atribut seperti komposisi jamu, batas
waktu penggunaan dan izin dari DEPKES atau Badan POM dalam kemasan jamu
tradisional rebusan. Hendaknya produsen jamu tradisional rebusan membuat
kemasan primer yang lebih rapi, misalnya dengan bok karton berbentuk kubus
yang salah satu sisi dari kubus tersebut dibuat transparan agar bahan-bahan
penyusun jamu rebusan dapat dilihat oleh konsumen.
commit to user

xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

SUMMARY

Yuani Novitasari. H0306105. 2012. Consumers Attitude toward


Traditional Herbs at Traditional Market in Sukoharjo Regency. Agriculture
Faculty of Sebelas Maret University, under guidance of Erlyna Wida Riptanti,
SP., MP. and Umi Barokah, SP., MP.
Traditional herbs are arranged into 2 kinds, they are powder instant and
boiling traditional herb. The habit of consuming traditional herbs is existence for
a long time ago. Traditional herbs sometimes used as healthy drinks or to curing
some disease. These research aims are to knowing traditional herbs attribute
which fulfill ideal characteristic also its consumer attitude toward various
attribute of traditional herbs at Sukoharjo Regency. This research was focused on
powder and boiling traditional herb products.
The research basic method is used descriptive analytic method. While to
implementation technique was choose by purposive at Sukoharjo Regency with
taking 5 markets as targets. The sample was determined by judgment sampling
method. There are 96 respondents are chosen, consist of 77 respondents are
consumer of powder traditional herbs and 19 respondents are consumer of boiling
traditional herbs. The data which used in this research are primary and secondary
data. The primary data was analyzed using ideal point model. The result showed
that majority respondents whose consume both powder and boiling traditional
herbs are women at level age amount 50-54 years, with elementary education
level, their jobs are entrepreneur at income level more than Rp 1.250.000,00 and
their total family number amount 4-5 people.
Based on attribute importance level analyzed of traditional herbs product,
there are some attribute that influencing consumer to buy traditional herbs such as
product safety, user expired date, herbal composition, practically, package and
using product information. Attribute that fulfill the ideal point model are
practically, using product information, and its merit. From this research there are
suggested to traditional herb producer to attach the time product usage and
product license from DEPKES or Badan POM to boiling traditional herbs
package. The producer of traditional herbs better to making primary package
cubes box from carton which transparent on one side so that consumers can see
the traditional herbs boiling contains.

commit to user

xiii
perpustakaan.uns.ac.id 1
digilib.uns.ac.id

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan jenis tanaman yang
berkhasiat obat. Hal ini merupakan salah satu faktor pendukung
dikembangkannya industri jamu tradisional di Indonesia, karena bahan-bahan
untuk membuat jamu tradisional telah tersedia di negara Indonesia. Jika
bahan-bahan tersebut mampu dikelola dengan baik menjadi jamu tradisional
yang bermanfaat bagi kesehatan manusia, maka industri jamu tradisional
negara ini akan berkembang menjadi lebih baik dan dapat meningkatkan
produksi jamu tradisional tersebut. Selain itu diharapkan nama jamu
tradisional akan lebih terangkat di mata masyarakat, sehingga jamu tradisional
yang merupakan jamu ramuan asli Indonesia ini diminati dan dikonsumsi oleh
semua kalangan masyarakat Indonesia.
Obat bahan alam merupakan obat yang menggunakan bahan baku
berasal dari alam atau biasa disebut dengan jamu. Menurut Suharmiati dan
Handayani (2006), jamu tradisional adalah obat tradisional yang berisi seluruh
bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut. Pada umumnya, jamu
tradisional ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur. Satu
jenis jamu disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya antara 5-10
macam. Jamu tidak perlu pembuktian ilmiah sampai uji klinis, tetapi cukup
dengan bukti empiris dan memenuhi persyaratan keamanan dan standar mutu.
Ada beberapa bentuk formula jamu yang siap pakai. Bentuk bubuk atau
powder merupakan bentuk yang paling umum. Namun adanya perkembangan
teknologi membuat bentuk jamu menjadi bermacam-macam, antara lain dalam
bentuk pil, kapsul, kaplet, maupun cair. Belum dapat dipastikan sejak kapan
tradisi meracik dan meminum jamu muncul. Tetapi diyakini tradisi ini telah
berjalan ratusan bahkan ribuan tahun. Tradisi meracik dan meminum jamu
sudah membudaya pada periode kerajaan Hindu-Jawa. Hal ini dibuktikan
dengan adanya Prasasti Madhawapura dari jaman Majapahit yang menyebut
adanya profesi tukang meracikcommit to user
jamu yang disebut Acaraki (Anonim, 2007).

1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

Kebiasaan masyarakat Indonesia mengkonsumsi jamu tradisional telah


ada sejak lama. Selama ini masyarakat yang mengkonsumsi jamu tradisional
hanya masyarakat yang tinggal dipedesaan saja, sebab masyarakat pada
umumnya beranggapan bahwa mengkonsumsi jamu tradisional adalah cara
kuno. Namun dewasa ini, dengan kesadaran back to nature atau kembali ke
alam, nampaknya penggunaan jamu tradisional yang berbahan baku dari alam
perlu dipertimbangkan dibandingkan dengan obat modern yang berbahan baku
kimia. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat
dengan cara mengkonsumsi obat alami tanpa bahan kimia maka semakin
meningkat pula jumlah masyarakat yang mengkonsumsi jamu tradisional guna
menjaga kesehatan ataupun mengobati penyakit. Dengan peningkatan jumlah
konsumen jamu tradisional maka meningkat juga jumlah industri jamu
tradisional yang memproduksi jamu tradisional, khususnya di Kabupaten
Sukoharjo.
Menurut Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2010 di Kabupaten Sukoharjo terdapat 67 unit usaha industri kecil jamu
tradisional. Selain itu di Kabupaten Sukoharjo juga terdapat Koperasi Jamu
Indonesia (KOJAI). Organisasi ini mulai dirintis tahun 1977, dimana KOJAI
saat itu masih bergabung dalam wadah Gabungan Perusahaan Jamu Indonesia
(GPJI). Pada tanggal 30 Juli 1995, organisasi tersebut resmi berbadan hukum
dengan nama organisasi Koperasi Jamu Indonesia (KOJAI) yang diketuai oleh
Ibu Suwarsi Moertedjo hingga sekarang.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua KOJAI Kabupaten
Sukoharjo Ibu Suwarsi Moertedjo, KOJAI Sukoharjo saat ini mempunyai 120
anggota yang terdiri dari 70 produsen jamu dan 50 penjual jamu gendong yang
berasal dari penduduk asli Kabupaten Sukoharjo. KOJAI mempunyai kegiatan
utama menghimpun pengrajin jamu, melakukan pembimbingan, serta
pengarahan bagaimana membuat jamu yang sehat, aman, dan baik. Selain
melakukan pembinaan, KOJAI memberikan fasilitas kepada para anggotanya
untuk kemudahan dalam pengurusan perizinan, baik pendaftaran izin prinsip
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

IKOT (Industri Kecil Obat Tradisional), maupun pendaftaran izin edar produk
obat tradisional secara kolektif.
Jenis jamu tradisional di Kabupaten Sukoharjo antara lain jamu serbuk
instan, jamu rebusan dan jamu cair. Jamu serbuk instan adalah jenis jamu
serbuk yang telah dikemas sesuai resep dan kegunaannya. Jamu rebusan
merupakan jenis jamu tradisional yang berupa simplisia kering. Sedangkan
jamu cair yaitu jenis jamu tradisional yang berupa cair dan siap untuk
dikonsumsi langsung. Jamu cair biasanya dijual dengan cara dikelilingkan
mendatangi rumah-rumah warga dan biasanya disebut jamu gendong. Sebutan
jamu gendong diberikan karena penjual menjual jamunya dengan cara
digendong. Namun sekarang penjual jamu gendong sudah banyak yang
menggunakan sepeda atau motor.
Salah satu tempat konsumen untuk melakukan pembelian jamu
tradisional adalah pada pasar tradisional. Jamu tradisional yang dijual pada
pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo pada umumnya adalah jamu serbuk
instan dan jamu rebusan, jamu cair biasanya dijual secara berkeliling. Jamu
serbuk instan dan jamu rebusan yang dijual oleh pedagang di pasar tradisional
Kabupaten Sukoharjo terdiri dari berbagai merek baik yang dibuat oleh
produsen jamu tradisional di Kabupaten Sukoharjo maupun buatan pabrik-
pabrik besar seperti Air Mancur dan Sido Muncul. Jamu serbuk instan
biasanya dikemas dalam kemasan primer berupa kantong kertas kecil ataupun
plastik kecil (sachet), kemudian dipak dalam kemasan sekunder berupa plastik
bening ataupun dalam bok karton, satu pak terdiri dari 5-10 sachet. Untuk
jamu rebusan biasanya dikemas dalam kemasan primer berupa plastik bening
ataupun mika, kemasan ini terdiri dari berbagai ramuan simplisia kering yang
telah disesuaikan dengan resep dan kegunaannya. Pedagang jamu tradisional
yang ada di pasar tradisional Kabupaten Sukoharjo ada yang memproduksi
jamu sendiri dan ada yang hanya menjual jamu saja tanpa memproduksinya.
Sikap konsumen terhadap permintaan jamu tradisional pada pasar
tradisional di Kabupaten Sukoharjo dipengaruhi oleh adanya selera dan
pengetahuan konsumen yang commit to user
tercermin dari perilaku konsumen. Pengkajian
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

mengenai perilaku konsumen khususnya mengenai sikap konsumen tentu


menjadi hal yang penting untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Menurut
Sumarwan (2003), konsumen memiliki keinginan akan suatu produk sesuai
dengan pengetahuan yang dimilikinya sehingga diharapkan produk tersebut
dapat memberikan manfaat bagi konsumen. Jika produk yang dikonsumsi
sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen dan bermanfaat bagi konsumen
maka konsumen akan melakukan pembelian sehingga dapat memberikan
keuntungan bagi produsen. Dalam pemasarannya produsen jamu tradisional
perlu untuk memahami sikap konsumen yang erat kaitannya dengan konsep
kepercayaan dan perilaku. Hal inilah yang mendorong peneliti mengadakan
suatu penelitian mengenai sikap konsumen jamu tradisional pada pasar
tradisional di Kabupaten Sukoharjo.
B. Perumusan Masalah
Jamu tradisional telah dipasarkan diberbagai tempat, seperti pasar
swalayan, pasar tradisional, outlet jamu dan dikelilingkan oleh pedagangnya
dengan ditawarkan langsung pada konsumen. Para pengusaha jamu tradisional
di Kabupaten Sukoharjo menjual jamu produksinya pada pasar tradisional.
Semakin banyaknya industri jamu tradisional yang ada akan menumbuhkan
persaingan antar industri dalam pemasaran jamu tradisional, sehingga produk
jamunya laku di pasaran. Jamu tradisional yang telah dipasarkan di pasar
tradisional memiliki berbagai variasi jenis dan kemasan. Maka dari itu seorang
pengusaha atau pemasar jamu tradisional perlu menetapkan strategi pemasaran
yang tepat dengan memberikan kepuasan kepada konsumennya sehingga perlu
untuk memahami sikap konsumen terhadap jamu tradisional.
Sikap konsumen terhadap produk jamu tradisional merupakan salah satu
faktor penting yang akan mempengaruhi konsumen dalam pengambilan
keputusan pembelian jamu tradisional pada pasar tradisional di Kabupaten
Sukoharjo. Konsep sikap terkait dengan adanya konsep kepercayaan dan
perilaku. Sikap konsumen biasanya akan mengarah dalam pembentukan
perilaku. Perilaku konsumen sangat terkait dengan atribut produk jamu
commit
tradisional yang dapat menjadi to user konsumen pada saat melakukan
pertimbangan
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

pembelian produk jamu tradisional pada pasar tradisional di Kabupaten


Sukoharjo.
Konsumen yang akan membeli jamu tradisional akan
mempertimbangkan hal-hal yang melekat pada produk jamu tradisional,
misalnya kemasan, kepraktisan, khasiat, informasi pemakaian, batas waktu
penggunaan, komposisi jamu dan keamanan produk. Kemasan menjadi
pertimbangan konsumen dalam pembelian jamu tradisional, karena biasanya
konsumen akan lebih tertarik melihat produk yang memiliki kemasan yang
meyakinkan dan menarik. Kepraktisan dipertimbangkan, karena konsumen
akan lebih memilih produk yang cara konsumsinya lebih praktis, dalam hal ini
jamu serbuk instan lebih praktis dalam mengkonsumsinya bila dibandingkan
dengan jamu jenis rebusan. Khasiat menjadi pertimbangan konsumen, karena
konsumen akan memilih jamu yang lebih berkhasiat sehingga konsumen dapat
merasakan maanfaat dari jamu yang dikonsumsi. Informasi pemakaian
menjadi pertimbangan, karena konsumen jamu akan sangat membutuhkan
informasi pemakaian untuk mengkonsumsinya. Batas waktu pemakaian
menjadi pertimbangan konsumen, biasanya konsumen akan melihat terlebih
dahulu batas waktu pemakaian jamu, bila jamu telah habis batas waktu
pemakaiannya maka jamu tersebut sudah tidak layak untuk dikonsumsi.
Komposisi jamu menjadi pertimbangan konsumen, karena konsumen akan
memilih jamu yang mempunyai komposisi atau bahan-bahan sesuai dengan
apa yang dibutuhan konsumen. Keamanan produk dipertimbangkan
konsumen, karena setiap konsumen pasti akan memilih produk yang aman
untuk dikonsumsinya dan tidak menimbulkan bahaya pada dirinya jika dia
mengkonsumsinya. Dari penjelasan tersebut maka atribut-atribut produk jamu
tradisional yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli jamu tradisional
yang akan diteliti adalah kemasan, kepraktisan, khasiat, informasi pemakaian,
batas waktu penggunaan, komposisi jamu dan keamanan produk.
Jika jamu tradisional pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo
memiliki atribut-atribut tersebut diatas maka jamu tradisional di Kabupaten
Sukoharjo telah memenuhi sifatcommit
ideal toatau
user
dengan kata lain sifat produk jamu
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

tradisional telah sesuai dengan keinginan konsumen pasar tradisional di


Kabupaten Sukoharjo. Selain itu sikap konsumen terhadap jamu tradisional di
Kabupaten Sukoharjo adalah baik, yaitu konsumen di Kabupaten Sukoharjo
memberikan tanggapan yang baik terhadap produk jamu tradisional pada pasar
tradisional di Kabupaten Sukoharjo.
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan antara
lain sebagai berikut :
1. Apakah atribut jamu tradisional sudah memenuhi sifat ideal yang
diinginkan oleh konsumen pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo?
2. Bagaimana sikap konsumen pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo
terhadap berbagai atribut jamu tradisional?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1. Mengetahui apakah atribut jamu tradisional sudah memenuhi sifat ideal
bagi konsumen pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo.
2. Mengetahui bagaimana sikap konsumen pasar tradisional di Kabupaten
Sukoharjo terhadap berbagai atribut jamu tradisional.
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan
pengetahuan serta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Bagi produsen dan pemasar jamu tradisional, penelitian ini diharapkan
bermanfaat untuk memberikan wawasan dan pertimbangan mengenai
sikap konsuman yang berpengaruh terhadap perilaku konsumen dalam
keputusan pembelian sehingga dapat dijadikan dasar untuk menyusun
strategi pemasaran.
3. Bagi pihak lain (akademisi dan peminat masalah pemasaran), penelitian ini
dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian sejenis maupun
penelitian selanjutnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu
Penelitian Putricia (2002) mengenai Analisis Positioning Produk Jamu
Kesehatan Merek Bukti Mentjos pada Industri Jamu Tradisional Bukti
Mentjos, Jakarta Pusat menggunakan analisis metode citra dan biplot, yang
menilai atribut terhadap produk jamu tradisional yang terdiri dari lima merek
yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan positioning produk jamu
kesehatan merek bukti mentjos lebih unggul dibandingkan dengan merek
kesehatan merek pesaing dilihat dari atribut rasa pahit yang pas, aroma yang
wangi dan kesegaran, khasiat yang cukup tinggi dan kangdungan yang
lengkap dan tercantum nomor DepKes yang jelas. Sedangkan positioning
jamu kesehatan Sido Muncul dilihat dari atribut merek terkenal, kemasan yang
menarik, harga yang murah, tanggal kadaluwarsa yang lama, informasi
pemakaian yang jelas. Positioning jamu kesehatan merek Nyonya Meneer
dilihat unggul pada mutu kualitas yang terjamin, produk yang higinis, label
yang lebih informatif, nomor DepKes tercantum jelas, kandungan zat yang
lengkap dan khasiat yang tinggi. Positioning jamu kesehatan Darmi dan Air
Mancur dilihat dari atribut tidak dekat dengan atribut manapun karena produk
tersebut kurang mendapat perhatian dari responden.
Penelitian Febiyanti (2006) mengenai Sikap dan Minat Konsumen Pasar
Tradisional Terhadap Produk Teh di Surakarta, menggunakan analisis model
sikap angka ideal, menunjukkan analisis tingkat kepentingan atribut produk
teh, yang diprioritaskan konsumen adalah rasa, harga, kemasan, dan
kepraktisan produk. Rasa teh produk teh seduh sudah ideal dengan keinginan
konsumen, sedangkan atribut lain mendekati ideal. Produk teh celup dan teh
serbuk, yang paling mendekati ideal adalah atribut kepraktisan produk. Sikap
konsumen terhadap produk teh seduh dan teh celup sangat baik, sedangkan
untuk produk teh serbuk adalah baik. Ketiga produk, yang mendekati ideal
adalah produk teh seduh. Sifat ideal produk teh seduh adalah mudah
commit
dikonsumsi, rasa teh kuat, kemasan to user
tidak dipentingkan, dan harga murah. Sifat

7
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

ideal teh celup adalah mudah dikonsumsi, rasa teh sangat kuat, kemasan tidak
dipentingkan, dan harga murah. Sifat ideal produk teh serbuk adalah mudah
dikonsumsi, rasa teh sangat kuat, kemasan menarik, dan harga sangat murah.
Penelitian Pramandya (2010) mengenai Sikap dan Minat Konsumen
Pasar Tradisional Terhadap Produk The di Surakarta, menggunakan analisis
sikap angka ideal yang menunjukkan analisis tingkat kepentingan atribut
produk teh teh celup, teh seduh dan teh siap saji yang dipertimbangkan oleh
konsumen dalam melakukan pembelian adalah atribut rasa, keamanan produk,
manfaat kesehatan, kepraktisan, kemasan, volume dan harga. Konsumen
memberikan nilai kepercayaan tertinggi terhadap atribut kepraktisan dan
volume pada teh celup, sedangkan atribut kemanan dan volume pada teh
seduh dan untuk teh siap saji nilai kepercayaan tertinggi terdapat pada atribut
volume. Hasil penelitian juga menunjukan sikap dan minat konsumen
terhadap poduk teh celup dan teh siap saji adalah baik, sedangkan sikap dan
minat konsumen tehadap teh seduh adalah sangat baik.
Berdasarkan penelitian Putricia dapat diketahui bahwa penelitian yang
dilaksanakan sama yaitu penelitian mengenai jamu tradisional dan
mengidentifikasi atribut-atribut yang ada pada produk jamu tradisional
tersebut. Walaupun menggunakan analisis yang berbeda tetapi penelitian
Putricia dapat dijadikan penelitian terdahulu karena sama-sama meneliti
produk jamu tradisional. Berdasarkan penelitian Febiyanti dan Pramandya
dapat diketahui bahwa penelitian yang dilaksanakan adalah sama yaitu tentang
sikap konsumen terhadap suatu produk dengan menggunakan analisis model
sikap angka ideal yang menunjukkan analisis tingkat kepentingan atribut
konsumen mempunyai kepercayaan terhadap atribut pada suatu produk.
Atribut merupakan pertimbangan konsumen dalam melakukan pembelian
suatu produk. Dalam penelitian sikap konsumen jamu tradisional pada pasar
tradisional di Kabupaten Sukoharjo ini juga menggunakan analisis model
sikap angka ideal, dengan tingkat kepentingan atribut yang dipertimbangkan
konsumen dalam pembelian produk jamu tradisional yang akan diteliti adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

kemasan, kepraktisan, khasiat, informasi pemakaian, batas waktu penggunaan,


komposisi jamu dan keamanan produk.
B. Tinjauan Pustaka
1. Jamu Tradisional
Jamu tradisional adalah obat tradisional yang berisi seluruh bahan
tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut. Pada umumnya, obat
tradisional ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur.
Satu jenis jamu disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya antara
5-10 macam. Jamu tidak perlu pembuktian ilmiah sampai uji klinis, tetapi
cukup dengan bukti empiris dan memenuhi persyaratan keamanan dan
standar mutu (Suharmiati dan Handayani, 2006).
Obat tradisional adalah obat yang dibuat dari bahan atau paduan
bahan-bahan yang diperoleh dari tanaman, hewan atau mineral yang belum
berupa zat murni. Obat tradisional meliputi simplisia, jamu gendong,jamu
berbungkus dan obat kelompok fitoterapi. Penggunaan obat tradisional
sebaiknya yang memenuhi criteria prevalensi tinggi, insiden tinggi,
tersebar pada area luas, fasilitas kesehatan yang rendah dan mudah dikenal
oleh masyarakat. Penyakit yang memenuhi kriteria tersebut antara lain
adalah demam, sakit gigi,sakit kepala, batuk, diare, obstipasi, mual,
penyakit kulit, cacingan dan anemia (Soeselo, 1992).
Secara umum produk jamu dapat berupa jamu cair, jamu rebusan
berupa sirnplisia kering dan jamu serbuk baik dari ekstraksi kasar maupun
yang sudah mengalami pemurnian. Produk jamu cair pada umumnya
berupa minuman fungsional berdasarkan pengetahuan tentang hubungan
antara makanan-minuman atau komponen makanan-minuman dan
kesehatan diharapkan mempunyai manfaat tertentu. Produk jamu rebusan
merupakan produk jamu yang dalam penyajiannya harus direbus terlebih
dahulu. Proses pengolahan produk ini hanya dilakukan dengan
pengeringan sehingga produk yang dihasilkan berupa simplisia kering.
Produk jamu yang paling umum digunakan adalah produk berupa serbuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

yang dapat diseduh dengan air untuk diminum


(Kusnandar dan Marimin, 2003).
2. Pemasaran
Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan
kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan
menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang bernilai satu
sama lain. Tugas pemasaran dalam pasar pelanggan secara formal
dilakukan oleh manajer pemasaran, tenaga penjual, manajer iklan dan
promosi, periset pemasaran, manajer pelayanan pelanggan, manajer
produk dan merek, manajer pasar dan industri, dan direktur pemesaran.
Masing-masing pekerjaan tersebut memiliki tugas dan tanggung jawab
yang jelas (Kotler dan Susanto, 2000).
Pemasaran adalah suatu seni mengidentifikasi dan memahami
kebutuhan atau keinginan pelanggan serta menciptakan pemecahan yang
mengarah pada pemberian kepuasan kepada pelanggan atau konsumen,
dan memberikan keuntungan pada produsen. Pemasar berkewajiban untuk
memahami konsumen, mengetahui apa yang dibutuhkannya, apa
seleranya, dan bagaimana konsumen mengambil keputusan sehingga
pemasar dapat memproduksi barang dan jasa yang sesuai dengan
kebutuhan konsumen. Pemahaman yang mendalam mengenai konsumen
akan meningkatkan pasar dan dapat mempengaruhi keputusan konsumen
dalam membeli apapun yang ditawarkan pemasar (Sumarwan, 2003).
Konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan
bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan
sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Terdapat tiga unsur pokok
dalam konsep pemasaran yaitu:
a. Orientasi pada konsumen
b. Penyusunan kegiatan pemasaran secara integral
c. Kepuasan konsumen
(Dharmmesta dan Handoko, 1997)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

3. Atribut Produk
Atribut produk merupakan karakteristik atau fitur yang mungkin
dimiliki oleh suatu objek. Atribut produk dibedakan menjadi dua yaitu
atribut intrinsik dan atribut ekstrisik. Atribut intrinsik yaitu segala sesuatu
yang berhubungan dengan sifat produk dan atribut ekstrinsik yaitu segala
sesuatu yang diperoleh dari aspek eksternal produk seperti nama merk,
label, dan kemasan (Mowen dan Minor, 2002).
Atribut produk meliputi dimensi-dimensi yang terkait dengan produk
atau merek, seperti daya tahan, kehandalan, gaya, reputasi dan lain-lain.
Selain dimensi-dimensi produk juga menyangkut apa saja yang
dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan untuk membeli atau
memperhatikan produk, seperti harga, kerersediaan produk, merek, harga
jual kembali, ketersediaan suku cadang, harga suku cadang, layanan
setelah penjualan dan seterusnya ( Simamora, 2004).
Kemampuan konsumen berbeda-beda dalam menyebutkan
karakteristik atau atribut dari produk-produk tersebut. Hal ini disebabkan
konsumen memiliki pengetahuan yang berbeda mengenai suatu produk,
sehingga para pemasar perlu memahami apa yang diketahui oleh
konsumen, atribut apa saja yang dikenal dari suatu produk, atribut mana
yang dianggap paling penting oleh konsumen. Pengetahuan mengenai
atribut tersebut akan mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen.
Pengetahuan yang lebih banyak mengenai atribut suatu produk akan
memudahkan konsumen untuk memilih produk yang akan dibelinya
(Sumarwan, 2003).
4. Sikap Konsumen
Menurut Sumarwan (2003), sikap (attitudes) konsumen adalah faktor
penting yang akan mempengaruhi keputusan konsumen. Konsep sikap
sangat terkait dengan konsep kepercayaan (belief) dan perilaku
(behaviour). Sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu
objek apakah disukai atau tidak, dan sikap juga menggambarkan
commit berbagai
kepercayaan konsumen terhadap to user atribut dan manfaat dari objek
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

tersebut. Kepercayaan, sikap, dan perilaku juga terkait dengan konsep


atribut produk (product attribute). Kepercayaan konsumen atau
pengetahuan konsumen menyangkut kepercayaan bahwa suatu produk
memiliki berbagai atribut, dan manfaat dari berbagai atribut tersebut.
Terdapat beberapa pengertian sikap yang disampaikan oleh para ahli.
Intinya sikap adalah perasaan dari konsumen (positif dan negatif) dari
suatu objek setelah dia mengevaluasi objek tersebut. Semakin banyak
objek yang dievaluasi akan semakin banyak sikap yang terbentuk. Sikap
memiliki beberapa fungsi, yaitu fungsi penyesuaian, ego defensive,
ekspresi nilai, dan pengetahuan. Untuk lebih memahami sikap perlu
dipahami beberapa karakteristik sikap, diantaranya memiliki objek,
konsisten, intensitas dan dapat dipelajari. Sikap yang terbentuk biasanya
didapatkan dari pengetahuan yang berbentuk pengalaman pribadi. Sikap
juga dapat terbentuk berdasarkan informasi yang diterima dari orang lain,
yang memiliki pengaruh. Kelompok juga menjadi sumber pembentukan
sikap yang cukup berpengaruh (Sofa, 2008).
Menurut Simamora (2004) terdapat tiga komponen sikap, yaitu :
a. Komponen Kognitif (cognitive component)
Komponen ini terdiri dari kepercayaan konsumen dan pengetahuan
tentang obyek. Kepercayaan tentang atribut suatu produk biasanya
dievaluasi secara alami. Semakin positif kepercayaan terhadap suatu
merk dan semakin positif setiap kepercayaan, maka akan semakin
mendukung keseluruhan komponen kognitif, yang pada akhirnya akan
mendukung keseluruhan dari sikap itu.
b. Komponen Afektif (affective component)
Perasaan dan reaksi emosional kepada suatu obyek merupakan
komponen afektif sikap. Misalnya, seorang konsumen menyukai
produk A. Hal tersebut merupakan hasil emosi atau evaluasi afektif
terhadap suatu produk. Evaluasi ini terbentuk tanpa informasi kognitif
atau kepercayaan tentang produk tersebut. Atau merupakan hasil
commit
evaluasi atas penampilan to user
produk pada setiap atributnya.
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

c. Komponen Perilaku (behavioral component)


Komponen ini adalah respon dari seseorang terhadap obyek atau
aktivitas. Seperti keputusan untuk membeli atau tidak suatu produk
akan memperlihatkan komponen perilakunya.
Model-model sikap yang berkembang akan mempunyai relevansi
bagi para pemasar jika model itu mampu memprediksi perilaku konsumen.
Dengan kata lain, sejauh mana sikap konsumen mampu dijadikan dasar
untuk memprediksi perilakunya. Pengukuran sikap yang tepat seharusnya
didasarkan pada tindakan pembelian atau penggunaan merek produk
bukan pada merek itu sendiri. Tindakan pembelian dan mengkonsumsi
produk pada akhirnya akan menentukan tingkat kepuasan konsumen
(Setiadi, 2003).
5. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen (consumen behavior) merupakan disiplin ilmu
yang masih baru dan menyatakan bahwa proses pertukaran melibatkan
serangkaian langkah-langkah, dimulai dengan tahap perolehan akuisisi
(acquisition phase), lalu ke tahap konsumsi (consumption phase), dan
pembuangan barang, jasa, pengalaman serta ide. Pada saat menginvestigasi
tahap perolehan, para peneliti menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi pilihan produk dan jasa. Tahap konsumsi, para peneliti
menganalisis bagaimana para konsumen sebenarnya menggunakan produk
atau jasa dan pengalaman yang dilalui mereka saat menggunakannya.
Tahap disposisi mengacu pada apa yang dilakukan oleh seorang konsumen
ketika mereka selesai menggunakannya (Mowen dan Minor, 2002).
Perilaku konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang atau
organisasi dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan
membuang produk atau jasa setelah dikonsumsi untuk memenuhi
kebutuhannya. Perilaku konsumen akan diperlihatkan dalam beberapa
tahap yaitu tahap sebelumcommit to user
pembelian, pembelian, dan setelah pembelian.
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

Pada tahap sebelum pembelian konsumen akan melakukan pencarian


informasi yang terkait produk dan jasa. Pada tahap pembelian, konsumen
akan melakukan pembelian produk, dan pada tahap setelah pembelian,
konsumen melakukan konsumsi (penggunaan produk), evaluasi kinerja
produk, dan akhirnya membuang produk setelah digunakan (Sofa, 2008).
Menurut Simamora (2004), terdapat beberapa kesimpulan dari
definisi perilaku konsumen, yaitu:
1. Perilaku konsumen menyoroti perilaku individu dan rumah tangga.
2. Perilaku konsumen menyangkut suatu proses keputusan sebelum
pembelian serta tindakan dalam memperoleh, memakai,
mengkonsumsi dan menghabiskan produk.
3. Mengetahui perilaku konsumen meliputi perilaku yang dapat diamati
seperti jumlah yang dibelanjakan, kapan, dengan siapa, oleh siapa, dan
bagaimana barang yang sudah dibeli dikonsumsi. Juga termasuk
variabel-variabel yang tidak dapat diamati seperti nilai-nilai yang
dimiliki konsumen, kebutuhan pribadi, persepsi, bagaimana mereka
mengevaluasi alternatif, dan apa yang mereka rasakan tentang
kepemilikan dan penggunaan produk yang bermacam-macam.
Model-model sikap menunjukkan bahwa sikap mempengaruhi
perilaku. Namun sering kali terjadi perilaku mempengaruhi sikap sehingga
menjadi sikap berikutnya, yang mungkin lebih kuat atau lebih lemah dari
sikap sebelumnya, atau bahkan menjadi berlawanan. Ada tiga situasi yang
mungkin menyebabkan perilaku mempengaruhi sikap, yaitu: disonansi
kognitif, pembelajaran pasif dan diskonfirmasi harapan. Ketiga situasi
tersebut dapat mengurangi peran penting sikap dalam menjelaskan
perilaku konsumen. Teori-teori itu menunjukkan bahwa perubahan sikap
bukanlah kondisi yang diperlukan bagi perubahan dalam perilaku
pembelian (Ni Wayan, 2010).
6. Point Ideal
Model sikap yang sering digunakan untuk menganalisis sikap
commit
konsumen terhadap suatu to user
produk adalah model sikap angka ideal
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

(the ideal-poin model). Pada prinsipnya, model angka ideal ini


memberikan informasi mengenai evaluasi konsumen terhadap apa yang
dirasakan (yang sesungguhnya) oleh konsumen dan apa yang sesuai
dengan keinginan konsumen (yang ideal). Model ini mengukur gap
(perbedaan) antara apa yang ideal dengan apa yang sesungguhnya
dirasakan oleh konsumen. Model angka ideal digambarkan sebagai
berikut:
n
Ab = å
i =1
Wi │ Ii - Xi │

Di mana :
Ab = sikap keseluruhan terhadap kepentingan yang diberikan responden
terhadap atribut i
Wi = tingkat kepentingan yang diberikan responden terhadap atribut i
Ii = performansi ideal konsumen terhadap atribut i
Xi = kepercayaan konsumen terhadap atribut i
n = jumlah atribut yang dievaluasi oleh konsumen
(Sumarwan, 2003).
Menurut Simamora (2004) mengemukakan bahwa pemahaman
model poin ideal diawali oleh pemikiran bahwa setiap orang memiliki
produk atau merek ideal bagi dirinya. Ditinjau dari sikap, semakin dekat
ke poin ideal, sebuah produk atau merek semakin baik posisinya. sikap
konsumen juga bisa diukur melalui jarak antara posisi produk atau merek
dengan posisi ideal di benak konsumen. Posisi tersebut diukur dengan cara
mengkualifikasikan kepercayaan konsumen mengenai prestasi produk
pada atribut dan tingkat kepentingan atribut tersebut bagi konsumen.
7. Pasar Tradisional
Pasar merupakan sarana jual beli berbagai komoditas. Sesuai dengan
perkembangannya terdapat pasar tradisional dan pasar modern. Pasar
tradisional biasanya menampung banyak penjual, dilaksanakan dengan
manajemen tanpa perangkat teknologi modern dan mereka lebih mewakili
commit to user
golongan pedagang menengah kebawah dan tersebar baik di kampung-
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

kampung, kota-kota kecil maupun kota-kota besar dengan masa operasi


rata-rata dari subuh sampai siang atau sore hari serta ada sebagian yang
beroperasi malam hari (Anonim, 2006).
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli
serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung
dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari
kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual
maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari
seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur,
daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada
pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini
masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat
kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar
(Anonim, 2010).
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia disamping
pangan, pemukiman, dan pendidikan karena hanya dalam keadaan sehat
manusia dapat hidup, tumbuh dan berkarya lebih baik, oleh sebab itu
kesehatan merupakan salah satu prioritas ekonomi yang utama. Peningkatan
kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan menyebabkan adanya
peningkatan konsumsi obat-obatan dari bahan alami. Pemenuhan obat-obatan
alami yang aman bagi kesehatan salah satunya dengan mengkonsumsi jamu
tradisional. Jamu tradisional merupakan hasil ramuan tumbuh-tumbuhan asli
dari alam yang tidak menggunakan bahan kimia sebagai aditif. Harga jamu
tradisioanal lebih murah bila dibandingkan dengan obat-obatan modern yang
menggunakan bahan kimia.
Konsumen memiliki keinginan akan suatu produk sesuai dengan
pengetahuan yang dimilikinya, sehingga jika produk yang dikonsumsi sesuai
dengan apa yang diinginkan konsumen maka konsumen akan melakukan
pembelian terhadap produk tersebut. Jamu tradisional yang dijual diharapkan
commitoleh
sesuai dengan apa yang diinginkan to user
konsumen sehingga konsumen akan
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

melakukan pembelian jamu tradisional tersebut. Sebelum melakukan


pembelian, konsumen akan mempertimbangkan atribut-atribut yang terdapat
pada produk jamu tradisional. Atribut yang diteliti meliputi kemasan,
kepraktisan, khasiat, informasi pemakaian, batas waktu penggunaan,
komposisi jamu dan keamanan produk. Sikap konsumen tersebut dipengaruhi
oleh pengetahuan, pendidikan dan pendapatan yang dimilikinya. Semakin
tinggi pendidikan maka semakin luas pengetahuan dan wawasan yang
dimiliki.
Seorang produsen dapat menjadikan sikap konsumen sebagai acuan
untuk menyediakan dan memberikan kualitas maupun mutu suatu produk yang
dikehendaki oleh konsumen. Hal ini disebabkan karena permintaan jamu
tradisional salah satunya dapat dipengaruhi adanya sikap konsumen dan
kepercayaan, sedangkan kepercayaan konsumen dapat dinilai dari adanya
sikap konsumen terhadap suatu produk. Sikap dan kepercayaan dapat
membentuk sebuah perilaku konsumen. Dengan mengetahui sikap konsumen,
maka produsen dapat menyediakan produk sesuai dengan apa yang diinginkan
konsumen.
Menurut Sumarwan (2003), konsumen memiliki poin ideal pada setiap
produk. Ditinjau dari sikap, semakin dekat atribut produk ke poin ideal, maka
semakin baik posisinya. Sikap konsumen dapat diketahui dengan analisis
model sikap angka ideal (The Ideal-Point Model). Model angka ideal
memberikan informasi mengenai evaluasi konsumen terhadap apa yang
dirasakan oleh konsumen dan apa yang diinginkan (ideal) dibenak konsumen.
Model ini mengukur gap (perbedaan) antara apa yang ideal dengan apa yang
sesungguhnya dirasakan konsumen. Semakin kecil gap maka perbedaan antara
apa yang diharapkan (yang ideal) dengan yang sesungguhnya semakin dekat,
dengan kata lain produk tersebut semakin disukai konsumen.
Analisis model sikap angka ideal dapat dirumuskan sebagai berikut :
n
Ab = å
i =1
Wi Ii - Xi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

Di mana :
Ab = sikap keseluruhan terhadap kepentingan yang diberikan responden
terhadap jamu tradisional
Wi = tingkat kepentingan yang diberikan responden terhadap jamu tradisional
Ii = performansi ideal konsumen terhadap jamu tradisional
Xi = kepercayaan konsumen terhadap jamu tradisional
n = jumlah atribut yang dievaluasi oleh konsumen
Kerangka teori pendekatan masalah dalam penelitian ini dapat dilihat
pada Gambar 1 berikut ini:

Jamu Tradisional

Pasar Tradisional

Atribut Jamu Tradisional:


1. Kemasan
2. Kepraktisan
3. Khasiat
4. Informasi Pemakaian
5. Batas Waktu Penggunaan
6. Komposisi Jamu
7. Keamanan Produk Konsumen Jamu
Tradisional

Kepercayaan Evaluasi

Perilaku Konsumen
Sikap Konsumen

Model Point Ideal

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Sikap Konsumen Terhadap Jamu


Tradisional. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

D. Hipotesis
1. Atribut jamu tradisional pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo
sudah memenuhi sifat ideal sesuai dengan keinginan konsumen.
2. Sikap konsumen terhadap jamu tradisional pada pasar tradisional di
Kabupaten Sukoharjo adalah baik.
E. Asumsi-asumsi
Responden merupakan pengambil keputusan dalam pembelian yang mewakili
rumah tangga.
F. Pembatasan Masalah
1. Jamu tradisional yang diteliti adalah jamu tradisional yang dijual di pasar
tradisional Kabupaten Sukoharjo yang berupa jamu serbuk instan dan jamu
rebusan. Jamu tradisional yang berupa jamu cair atau sering disebut jamu
gendong tidak diteliti, karena jamu ini dijual oleh pedagangnya dengan
cara dikelilingkan dan tidak menetap pada pasar tradisional, sehingga tidak
ada data pedagang jamu cair atau jamu gendong di pasar tradisional
Kabupaten Sukoharjo.
2. Atribut jamu tradisional yang diteliti adalah kemasan, kepraktisan, khasiat,
informasi pemakaian, batas waktu penggunaan, komposisi jamu dan
keamanan produk.
3. Penelitian ini terbatas pada konsumen yang membeli jamu tradisional di
pasar tradisional Kabupaten Sukoharjo untuk di konsumsi sendiri dan tidak
dijual kembali.
4. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2010 hingga Februari
2011.
5. Harga yang berlaku adalah harga pada saat penelitian.
G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel
1. Jamu tradisional adalah obat tradisional yang berisi seluruh bahan tanaman
yang menjadi penyusun jamu tersebut. Pada umumnya, obat tradisional ini
dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur. Satu jenis jamu
commit
disusun dari berbagai tanaman to user
obat yang jumlahnya antara 5-10 macam.
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

Jenis jamu tradisional yang akan diteliti yaitu jamu serbuk instan dan jamu
rebusan.
2. Konsumen jamu tradisional adalah seseorang yang membeli jamu
tradisional yang mewakili rumah tangga di pasar tradisional di Kabupaten
Sukoharjo untuk dikonsumsi sendiri dan tidak dijual kembali.
3. Sikap konsumen merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu
obyek apakah disukai atau tidak, dan sikap juga bisa menggambarkan
kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan manfaat dari obyek
tersebut.
4. Perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses
psikologi yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli,
menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan kegiatan
mengevaluasi.
5. Point ideal merupakan suatu model analisis yang pada prinsipnya
memberikan informasi mengenai evaluasi konsumen terhadap apa yang
dirasakan (yang sesungguhnya) oleh konsumen dan apa yang diingginkan
(yang ideal) oleh konsumen.
6. Jamu serbuk instan adalah salah satu jenis jamu tradisional berupa bubuk
yang cara mengkonsumsinya dengan diseduh air panas terlebih dahulu.
7. Jamu rebusan adalah salah satu jenis jamu tradisional berupa bahan-bahan
jamu kering yang cara mengkonsumsinya dengan direbus terlebih dahulu.
8. Atribut jamu tradisional adalah karakteristik atau ciri yang melekat pada
produk jamu tradisional yang berfungsi sebagai kriteria penilaian dalam
pengambilan keputusan. Dalam penelitian atribut yang diteliti adalah
kemasan, kepraktisan, khasiat, informasi pemakaian, batas waktu
penggunaan, komposisi jamu dan keamanan produk.
9. Kemasan adalah tampilan luar yang membungkus jamu tradisional
sehingga lebih menarik dan terjaga kebersihannya.
10. Kepraktisan adalah kemudahan dalam mengkonsumsi jamu tradisional.
11. Khasiat adalah maanfat jamu tradisional yang akan dirasakan oleh
konsumen jamu tradisionalcommit to user
tersebut
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

12. Informasi pemakaian adalah anjuran tertulis dalam mengkonsumsi jamu


tradisional yang tertera pada kemasan jamu, yang meliputi cara pemakaian
dan takaran konsumsi jamu.
13. Batas waktu penggunaan adalah waktu yang telah ditentukan untuk
pemakaian atau mengkonsumsi jamu tradisional.
14. Komposisi jamu adalah bahan-bahan penyusun jamu tradisional.
15. Keamanan produk adalah jaminan bahwa jamu tradisional tersebut
merupakan jamu yang terbuat dari bahan-bahan alami dan aman untuk
dikonsumsi, serta telah mendapatkan izin dari DEPKES ataupun BP POM.
16. Sikap konsumen terhadap suatu produk (Ab) adalah penilaian kognitif baik
maupun tidak baik sebagai tanggapan dari jamu tradisional yang diperoleh
dan pengalaman atau informasi yang didapatkan.
17. Tingkat kepentingan atribut (Wi) adalah evaluasi yang dilakukan
konsumen terhadap kepentingan suatu atribut, yaitu dengan menyatakan
pilihan skala yang menggambar sama sekali tidak penting (1) sampai
kategori sangat penting (5).
18. Performansi ideal atribut ke I (Ii) adalah keinginan performansi konsumen
dari atribut yang dievaluasi.
19. Kepercayaan terhadap atribut ke i (Xi) adalah penilaian aktual suatu
atribut produk seperti yang dirasakan konsumen.
20. Pasar tradisional adalah tempat berkumpulnya penjual dan pembeli serta
ditandai dengan adanya transaksi secara langsung dan biasanya ada proses
tawar-menawar.
21. Sifat ideal yaitu sifat produk jamu tradisional yang sesuai dengan
keinginan atau minat konsumen jamu tradisional.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian


Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
analitis. Metode deskriptif analitis yaitu memusatkan diri pada pemecahan
masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, masalah-masalah yang aktual
dan data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dilakukan analisis kemudian
dijelaskan (Surakhmad, 1998).
Teknik pelaksanaan dari penelitian ini menggunakan metode survey,
yaitu penelitian yang mengambil sample dari suatu populasi dengan
menggunakan kuesioner sebagai alat bantu untuk mengumpulkan data
(Singarimbun dan Effendi, 1995).
B. Metode Penentuan Lokasi
Metode Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja
(purposive), yaitu penentuan daerah penelitian berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian
(Singarimbun dan Effendi, 1995). Penelitian ini dilaksanakan di pasar
tradisional di Kabupaten Sukoharjo. Hal ini dikarenakan pada pasar
tradisional di Kabupaten Sukoharjo terdapat pedagang yang menjual jamu
tradisional. Menurut data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Sukoharjo Tahun 2008, Kabupaten Sukoharjo memiliki 26 pasar tradisional
dengan 6 pasar tradisional yang terdapat pedagang jamu tradisional, untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1. berikut ini:

commit to user

22
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

Tabel 1. Nama Pasar dan Jumlah Pedagang Jamu Tradisional di Pasar


Tradisional Di Kabupaten Sukoharjo
No Nama Pasar Jumlah Pedagang Jamu Tradisional
1 Pasar Tawangsari -
2 Pasar Ngalian -
3 Pasar Bulu -
4 Pasar Lengking -
5 Pasar Tawangkuno -
6 Pasar Watukelir -
7 Pasar Purwo -
8 Pasar Sukoharjo 34
9 Pasar Carikan -
10 Pasar Nguter 109
11 Pasar Kepuh 2
12 Pasar Grogol -
13 Pasar Telukan -
14 Pasar Cuplik -
15 Pasar Kedunggudel -
16 Pasar Kartasura -
17 Pasar Sraten -
18 Pasar Gawok 17
19 Pasar Baki -
20 Pasar Bekonang 8
21 Pasar Plumbon -
22 Pasar Mulur -
23 Pasar Glondongan 3
24 Pasar Glondongan Baru -
25 Pasar Sedayu -
26 Pasar Mojolaban -

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo, 2008


Berdasarkan Tabel 1 maka lokasi penelitian yang terpilih sebagai
tempat penelitian adalah 6 pasar. Namun setelah dilakukan survey pada lokasi
penelitian di Pasar Gawok ternyata tidak terdapat pedagang jamu tradisional,
maka dari itu hanya 5 pasar yang di tetapkan sebagai lokasi penelitian yaitu:
Pasar Sukoharjo dengan jumlah pedagang jamu tradisional 34 pedagang,
commit to user
Pasar Nguter sebanyak 109 pedagang, Pasar Kepuh sebanyak 2 pedagang,
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

Pasar Bekonang sebanyak 8 pedagang dan Pasar Glondongan sebanyak 3


pedagang.
C. Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode judgement sampling atau disebut juga sebagai sampel
bertujuan (purposive sampling). Metode judgement sampling adalah teknik
penentuan sampel berdasarkan apa yang dipertimbangkan bahwa unit atau
unsur penarikan sampel tersebut akan dapat membantu dalam menjawab
pertanyaan riset yang sedang dikerjakan (Kinnear dan Taylor, 1995). Dalam
penelitian ini sampel yang digunakan adalah konsumen yang membeli jamu
tradisional di pasar-pasar tradisional yang telah ditentukan.
Menurut Djarwanto dan Pangestu (1994), pengambilan sampel
menggunakan probabilitas sebesar 95%, dikarenakan besarnya populasi tidak
diketahui. Apabila dalam penentuan jumlah sampel ketika besar populasi
tidak diketahui, maka dilakukan dengan pendugaan proporsi menggunakan
sampel dengan keyakinan (1-α) dan besarnya error tidak melebihi suatu harga
tertentu maka rumus (E) dapat digunakan untuk menentukan besarnya sampel
yang harus diambil, dapat dirumuskan sebagai berikut :
P (1 - P )
E = 1 , 96
N
Dimana : E = error
P = proporsi populasi
N = jumlah sampel
Karena besarnya populasi tidak diketahui, maka P (1-P) juga tidak
diketahui, tetapi karena P selalu berada diantara 0 dan 1, maka besarnya
populasi maksimal adalah :
f (P) = P – P2
df (P) = 1-2P
dP
0 = 1-2P
commit to user
2P =1
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

P = 0,5
Harga maksimal dari f(P) adalah P (1-P) = 0,5 (0,5) = 0,25
Jadi besarnya sampel jika digunakan probabilitas 95% dan kesalahan
yang terjadi adalah 0,1 adalah :
2
æ 1 , 96 ö
N = ( 0 , 25 ) ç ÷ = 96,04 dibulatkan menjadi 96 sampel
è 0 ,1 ø
Berdasarkan perhitungan dari rumus di atas, sampel yang akan diambil
adalah sebanyak 96 responden yang tersebar di lokasi pasar tradisional di
Kabupaten Sukoharjo yang telah ditentukan. Dari 96 responden tersebut
dibagi menjadi dua menurut jenis jamu tradisional yang akan diteliti yaitu
jamu serbuk instan dan jamu rebusan. Berdasarkan keterangan dari pedagang
jamu tradisional di pasar tradisional Kabupaten Sukoharjo, setiap pedagang
jamu tradisional menjual jamu jenis serbuk instan maupun rebusan, namun
jumlah jamu serbuk instan lebih banyak daripada jamu rebusan. Biasanya
para pedagang jamu tradisional menjual jamu dengan perbandingan 8 : 2 atau
dengan presentase 80% untuk jamu serbuk instan dan 20% untuk jamu
rebusan. Untuk lebih jelasnya pembagian responden jamu tradisional menurut
presentase penjualan jamu pada pasar tradisional di Kabupaten sukoharjo
dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 2. Pembagian Responden Berdasarkan Presentase Penjualan Jamu
Tradisional pada Pasar Tradisional di Kabupaten Sukoharjo.
Jenis jamu Presentase Jumlah Responden
Serbuk Instan 80% 77
Rebusan 20% 19
Total 100% 96
Sumber: Hasil Pengolahan Data dari Informasi Pedagang Jamu Tradisional
pada Pasar Tradisional di Kabupaten Sukoharjo.
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa, total responden
sebanyak 96 akan terbagi menjadi dua menurut presentase penjualan jamu
tradisional oleh pedagang pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo,
responden jamu serbuk instan sebanyak 80% dari total responden yaitu 77
responden dan untuk responden jamu rebusan sebanyak 20% dari total
responden yaitu 19 responden.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

Pembagian responden jamu tradisional jenis serbuk instan maupun


rebusan pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo adalah menurut
jumlah pedagang jamu tradisional yang terdapat di lima pasar tradisional
yang telah ditentukan secara proporsional. Pembagian responden untuk
masing-masing pasar tradisional tersebut dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
Responden jamu serbuk instan =
JumlahPedagangJamuPadaPasarX
(77 )
JumlahTotalPedagangJamudiPasarKabupatenSukoharjo
Responden jamu rebusan =
JumlahPedagangJamuPadaPasarX
(19 )
JumlahTotalPedagangJamudiPasarKabupatenSukoharjo
Dengan rumus diatas maka pembagian responden jamu tradisional menurut
jumlah pedagang jamu pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo dapat
dilihat pada Tabel 3 berikut ini:
Tabel 3. Pembagian Jumlah Responden Pada Pasar Tradisional Kabupaten
Sukoharjo.
No Nama Pasar Jumlah Pedagang Jumlah Jumlah
Jamu Tradisional Responden Jamu Responden
Serbuk Instan Jamu Rebusan
1 Pasar Sukoharjo 34 17 4
2 Pasar Nguter 109 53 13
3 Pasar Kepuh 2 1 -
4 Pasar Bekonang 8 4 1
5 Pasar Glondongan 3 2 1
Total 156 77 19

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sekunder dari Dinas Perindustrian dan


Perdagangan Kabupaten Sukoharjo, 2008.
Tabel 3 menunjukkan jumlah responden jamu tradisional untuk masing-
masing pasar tradisional di kabupaten Sukoharjo adalah sebagai berikut:
untuk Pasar Sukoharjo diambil 21 responden yang terdiri dari 17 responden
jamu serbuk instan dan 4 responden jamu rebusan; Pasar Nguter sebanyak 66
responden yang terdiri dari 53 responden jamu serbuk instan dan 13
commit
responden jamu rebusan; Pasar to 1user
Kepuh responden jamu serbuk instan; Pasar
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

Bekonang sebanyak 5 responden yang terdiri dari 4 responden jamu serbuk


instan dan 1 responden jamu rebusan, dan Pasar Glondongan sebanyak 3 yang
terdiri dari 2 responden jamu serbuk instan 1 responden jamu rebusan.
D. Jenis Dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Data primer
Data primer adalah data yang langsung dan segera diperoleh dari
sumber data oleh peneliti. Data primer dalam penelitian ini diperoleh
langsung dari responden maupun pihak-pihak yang terkait dalam
penelitian ini melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar
pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan serta dengan cara
melakukan observasi/pengamatan langsung di daerah penelitian. Data
primer pada penelitian ini meliputi informasi mengenai jamu tradisional
dan jenis-jenis jamu tradisional di Kabupaten Sukoharjo, informasi
tentang KOJAI Kabupaten Sukoharjo, data karakteristik responden,
prilaku pembelian jamu tradisional, dan sikap konsumen terhadap produk
jamu tradisional.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang telah terlebih dahulu dikumpulkan
dan dilaporkan oleh orang di luar peneliti serta berupa data penelitian yang
diperoleh dengan mencatat laporan atau dokumen dari instansi-instansi
yang berkaitan dengan penelitian. Data-data tersebut diperoleh dari Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo dan Badan Pusat
Statistik Kabupaten Sukoharjo. Data sekunder dalam penelitian ini
meliputi data industri kecil dan industri skala rumah tangga, data pasar
tradisional dan jumlah pedagang di pasar tradisional Kabupaten Sukoharjo,
kondisi umum Kabupaten Sukoharjo yang berupa keadaan alam
(geografis), keadaan penduduk, dan keadaan perekonomian.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

E. Teknik Pengumpulan Data


1. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan secara langsung terhadap obyek yang diteliti dan kegiatan
konsumen dalam melakukan pembelian.
2. Wawancara
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara berpatokan, merupakan wawancara secara langsung kepada
responden dengan menggunakan daftar pertanyaan berstruktur (kuesioner)
agar pertanyaan dapat lebih terarah.
3. Pencatatan
Teknik pengumpulan data dengan cara mencatat data yang diperoleh
dari segala sumber yang berkaitan dengan penelitian, baik dari hasil
wawancara maupun hasil pengamatan langsung di lapangan.
F. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengidentifikasi sifat ideal yang diinginkan konsumen jamu
tradisional pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo, maka
digunakan analisis kualitas ideal konsumen terhadap atribut jamu
tradisional, dengan rumus sebagai berikut :
Kualitas Ideal = | Ii―Xi |
Dimana :
Ii = perfomansi ideal konsumen terhadap jamu tradisional
Xi = kepercayaan konsumen terhadap jamu tradisional
Sifat ideal terhadap atribut jamu tradisional adalah jika hasil kualitas
ideal mendekati nol maka atribut sebuah produk sesuai dengan keinginan
atau minat konsumen, sedangkan jika lebih dari 0,5 maka atribut sebuah
produk ideal tidak sesuai dengan keinginan konsumen atau belum ideal.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

2. Untuk mengidentifikasi sikap konsumen jamu tradisional pada pasar


tradisional di Kabupaten Sukoharjo, maka digunakan analisis model angka
ideal yang dirumuskan sebagai berikut :
n
Ab = å
i =1
Wi Ii - Xi

Di mana :
Ab = sikap keseluruhan terhadap kepentingan yang diberikan
responden terhadap jamu tradisional
Wi = tingkat kepentingan yang diberikan responden terhadap jamu
tradisional
Ii = performansi ideal konsumen terhadap jamu tradisional
Xi = kepercayaan konsumen terhadap jamu tradisional
n = jumlah atribut yang dievaluasi oleh konsumen
Ab adalah sikap keseluruhan konsumen terhadap suatu produk yang
akan digambarkan oleh angka dari nol sampai jumlah tertentu. Semakin
kecil skor Ab (mendekati nol), artinya perbedaan antara apa yang
diharapkan (yang ideal) dengan sesungguhnya semakin dekat. Dengan kata
lain produk tersebut semakin disukai konsumen.
Wi menggambarkan evaluasi terhadap kepentingan suatu atribut.
Konsumen diminta untuk menyatakan pilihan dalam skala. Sedangkan Ii
menyatakan keinginan performansi ideal dari atribut yang dievaluasinya.
Langkah kemudian adalah mengukur komponen Xi, yaitu memberikan
penilaian aktual suatu atribut produk seperti yang dirasakan konsumen.
Keidealan suatu produk dinilai dengan cara melihat skor atau point selisih
antara performansi ideal dan kepercayaan terhadap atribut. Semakin kecil
atau semakin mendekati nol selisih antara performansi ideal dengan
kepercayaan maka atribut tersebut semakin ideal. Kriteria sikap konsumen
dinilai dengan menggunakan skala linear numerik dengan rumus :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

x =
å Wi (Ii - 1 )
Skala
Skala linear numerik :
0 £ Ab < x sangat baik
x £ Ab < 2x baik
2x £ Ab < 3x netral
3x £ Ab < 4x buruk
4x £ Ab < 5x sangat buruk
(Simamora, 2004).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Kekuatan Pasar Tradisional. http://pikiran-rakyat.com/cetak.


Diakses tanggal 30 April 2010.
. 2007. Apakah Jamu Itu? http://www.jamuiboe.com/produk/php. Diakses
tanggal 30 April 2010.
. 2010. Pasar Tradisional. http://id.wikipedia.org/wiki/pasar. Diakses
tanggal 30 April 2010.
Dharmmesta, B.S dan T. Hani Handoko. 1997. Manajemen Pemasaran Analisis
Perilaku Konsumen. BPFE UGM. Yogyakarta.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo. 2008. Daftar Pasar
Tradisional Kabupaten Sukoharjo. Kabupaten Sukoharjo.
. 2009. Daftar
Potensi Sentra Industri Kecil dan Industri Skala Rumah Tangga.
Kabupaten Sukoharjo
Djarwanto, P. dan S. Pangestu. 1994. Statistik Induktif Edisi Keempat. BPFE
UGM. Yogyakarta.
Febiyanti, D. 2006. Sikap dan Minat Konsumen Tradisional Terhadap Produk Teh
di Surakarta. Skripsi S1 Fakultas Pertanian UNS. Surakarta.
Kinnear, T.C. dan James R. Taylor. 1995. Riset Pemasaran Pendekatan Terpadu
Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Kotler, P dan Susanto. 2000. Manajemen Pemasaran di Indonesia. Salemba
Empat. Jakarta.
Kusnandar dan Marimin. 2003. Pengembangan Produk Agroindustri Jamu dan
Analisis Struktur Kelembagaannya. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan
Vol. XlV, No. 1.
Mowen, J. dan M. Minor. 2002. Perilaku Konsumen Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Ni Wayan. 2010. Perilaku Konsumen Pemahaman Dasar dan Aplikasinya dalam
Strategi Pemasaran. Udayana Universitas Press. Bali.
Pramandya, Y.S. 2010. Sikap dan Minat Konsumen Pasar Tradisional Terhadap
Produk The di Surakarta. Skripsi S1 Fakultas Pertanian UNS. Surakarta.
Putricia, D. 2002. Analisis Positioning Produk Jamu Kesehatan Bukti Mentjos
pada Industri Jamu Tradisional Bukti Mentjos, Jakarta Pusat. Skripsi S1
Fakultas Pertanian. IPB. Bogor
Setiadi, N. 2003. Perilaku Konsumen Konsep dan Implikasi Strategi dan
Penelitian Pemasaran. Prenada Media. Jakarta Timur.
commit
Singarimbun, M dan Effendi, S. 1995. to user
Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta.
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

Simamora, B. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. PT. Gramedia. Jakarta.


Soesilo, S. 1992. Peranan Jamu Dan Obat Tradisional dalam Pelayanan
Kesehatan Masyarakat. EGC. Jakarta.
Sofa. 2008. Perilaku Konsumen. http://www.sofa.wordpress.com. Diakses pada
tanggal 20 Mei 2010.
Suharmiati dan Handayani, L. 2006. Cara Benar Meracik Jamu Tradisional.
AgroMedia Pustaka. Depok.
Sumarwan, U. 2003. Perilaku Konsumen Teori dan Aplikasinya. Ghalia
Indonesia. Jakarta.
Surakhmad, W. 1998. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode dan Teknik.
Penerbit Tarsito. Bandung.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Alam
1. Letak Geografis dan Wilayah Administratif
Kabupaten Sukoharjo adalah salah satu Kabupaten di Propinsi
Jawa Tengah. Secara geografis Kabupaten Sukoharjo terletak diantara
110° 42’ 6,79” sampai 110° 57’ 33,70” LS (Lintang Selatan) dan 7° 32’
17,00” sampai 7° 49’ 32,00” BT (Bujur Timur). Adapun batas-batas
wilayah Kabupaten Sukoharjo antara lain:
Sebelah utara : Kota Surakarta dan Kabupaten Karanganyar
Sebelah timur : Kabupaten Karanganyar
Sebelah selatan : Kabupaten Gunung Kidul dan (DIY) dan Kabupaten
Wonogiri
Sebelah barat : Kabupaten Klaten dan Kabupaten Boyolali
Kabupaten Sukoharjo secara administrasi terbagi menjadi 12
kecamatan yang terdiri dari 167 desa/ kelurahan. Luas wilayah Kabupaten
Sukoharjo adalah 46.666 Ha atau sekitar 1,43% luas Propinsi Jawa
Tengah. Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Polokarto yaitu 6.218
Ha (13%), sedangkan yang paling sempit adalah Kecamatan Kartasura
yaitu 1.923 Ha (4%) dari luas Kabupaten Sukoharjo.
2. Keadaan Iklim
Faktor iklim antara lain mencakup aspek lamanya musim kemarau
dan musim penghujan serta banyaknya curah hujan dan hari hujan akan
berpengaruh terhadap lingkungan seperti tingkat kesuburan lahan,
kekeringan, banjir dan sebagainya. Data mengenai banyak hari hujan dan
curah hujan di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:

commit to user

31
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

Tabel 4. Banyak Hari Hujan dan Curah Hujan Menurut Bulan di


Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009
No. Bulan Hari Hujan (hari) Curah Hujan (mm)
1. Januari 21 490
2. Februari 17 312
3. Maret 11 241
4. April 10 162
5. Mei 8 183
6. Juni 4 48
7. Juli 1 1
8. Agustus 0 0
9. September 0 0
10. Oktober 5 103
11. November 10 151
12. Desember 9 132
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata curah hujan
tertinggi di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2009 terjadi pada bulan
Maret yaitu sebesar 490 mm dengan rata-rata hari hujan sebanyak 21 hari.
Rata-rata curah hujan terendah pada bulan Agustus dan September sebesar
0 mm dan rata-rata hari hujan terendah sama pada bulan Agustus dan
September sebanyak 0 hari.

B. Keadaan Penduduk
1. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk suatu daerah dipengaruhi oleh kelahiran,
kematian dan migrasi. Jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo mengalami
peningkatan selama 5 tahun terakhir. Kenaikan jumlah penduduk
Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada Tabel 5 berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id

Tabel 5. Jumlah Penduduk Kabupaten Sukoharjo Tahun 2005-2009


No. Tahun Jumlah Penduduk Persentase Pertumbuhan
(Jiwa) (%)
1. 2005 821.213 0,75
2. 2006 826.289 0,62
3. 2007 831.613 0,64
4. 2008 837.279 0,68
5. 2009 843.127 0,70
Jumlah 4.159.521 3,39
Rata-rata 831.904,2 0,68
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa jumlah penduduk Kabupaten
Sukoharjo mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan
jumlah penduduk dari tahun 2005-2009 disebabkan jumlah penduduk yang
lahir dan penduduk yang datang menetap lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah penduduk yang mati dan penduduk yang pergi atau keluar
dari Kabupaten Sukoharjo. Rata-rata jumlah penduduk selama 5 tahun
terakhir sebesar 831.904,2 jiwa atau 0,68% per tahun.
2. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo yang tersebar dalam 12
kecamatan adalah sebanyak 843.127 jiwa. Jumlah penduduk Kabupaten
Sukoharjo berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 5 berikut:
Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten
Sukoharjo Tahun 2009
No. Jenis Kelamin Jumlah Penduduk Persentase Sex Ratio
(Jiwa) (%)
1. Laki-laki 417.276 49,49
2. Perempuan 425.851 50,51 97,99
Jumlah 843.127 100
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 6 jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo
sebesar 843.127 jiwa yang terdiri dari 417.276 jiwa penduduk laki-laki dan
425.851 jiwa penduduk perempuan. Jumlah penduduk perempuan sebesar
50,51% lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki
sebesar 49,49%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

Sex ratio merupakan perbandingan antara jumlah penduduk laki-


laki dengan jumlah penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu
tertentu. Sex ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Jumlah Penduduk Laki - Laki
Sex Ratio = X 100%
Jumlah Penduduk Perempuan

417.276
Sex Ratio = x100%
425.851

= 97,99%

Berdasarkan Tabel 6 nilai Sex Ratio Kabupaten Sukoharjo yaitu sebesar


97,99%, menunjukkan bahwa setiap 100 orang penduduk perempuan di
Kabupaten Sukoharjo terdapat 98 orang penduduk laki-laki. Jumlah
penduduk perempuan yang lebih banyak daripada penduduk laki-laki ini
akan berpengaruh pada pengambilan keputusan dalam membeli dan
mengkonsumsi suatu produk salah satunya adalah keputusan dalam
membeli dan mengkonsumsi jamu tradisional.
3. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur
Kabupaten Sukoharjo dengan luas wilayah 46.666 Ha mempunyai
penduduk sebesar 843.127 jiwa dengan beragam umur. Jumlah penduduk
Kabupaten Sukoharjo menurut umur dapat dilihat pada Tabel 7 berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin,


Tahun 2009
Jenis Kelamin
No. Tahun Jumlah Total
Laki-laki Perempuan
1. 0-4 26.171 24.862 51.579
2. 5-9 30.168 28.510 58.678
3. 10-14 33.621 32.088 65.709
4. 15-19 36.057 35.775 71.832
5. 20-24 39.496 42.041 81.537
6. 25-29 39.602 42.615 82.217
7. 30-34 35.887 38.149 74.036
8. 35-39 31.937 33.644 65.581
9. 40-44 30.160 30.746 60.906
10. 45-49 26.149 25.688 51.837
11. 50-54 21.778 20.470 42.248
12. 55-59 16.660 16.313 32.973
13. 60-64 14.178 15.166 29.344
14. 65-69 12.093 13.615 25.708
15. 70-74 10.184 11.945 22.129
16. 75+ 12.589 14.224 26.813
Jumlah 417.276 425.851 843.127
Sumber: Badan Pusat Statistik kabupaten Sukoharjo Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 7 mengenai penduduk Kabupaten Sukoharjo
menurut kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2009, dapat diketahui
bahwa jumlah penduduk terbanyak yaitu kelompok umur 25-29 tahun
sebesar 82.217, sedangkan jumlah penduduk terkecil yaitu pada kelompok
umur 70-74 tahun sebesar 22.219. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
besar penduduk Kabupaten Sukoharjo adalah kelompok usia produktif
yaitu dalam pemenuhan konsumsinya memperhatikan kualitas, mutu, dan
pentingnya suatu produk untuk dikonsumsi bagi kesehatan tubuh, salah
satunya adalah pada saat mengkonsumsi jamu tradisional.
4. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam kemajuan
pembangunan suatu wilayah. Kaitan pendidikan dengan pembangunan
wilayah adalah semakin tinggi tingkat pendidikan maka kualitas sumber
daya manusianya semakin baik, sehingga akan berpengaruh terhadap

commitpembangunan
kemajuan dan perkembangan to user suatu wilayah. Keadaan
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

penduduk menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Sukoharjo dapat


dilihat pada Tabel 8 berikut:
Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten
Sukoharjo Tahun 2009
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1. Tidak/Belum Pernah Sekolah 74.208 11,37
2. Tidak/Belum Tamat SD 68.957 10,56
4. Tamat SD/ MI 123.972 18,99
5. Tamat SLTP/ MTS 163.644 25,07
6. Tamat SLTA/MA 173.669 26,60
7. Akademi/Diploma 15.651 2,40
8. S1/S2/S3 32.728 5,01
Jumlah 652.829 100
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui sebagian besar tingkat
pendidikan di Kabupaten Sukoharjo adalah tamat SLTA/MA yaitu sebesar
176.669 jiwa atau sebesar 26,60%. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk
Kabupaten Sukoharjo memiliki pendidikan dasar yang cukup dan
memahami akan pentingnya pendidikan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka semakin tinggi juga pengetahuan yang
dimiliki oleh seseorang terhadap suatu informasi pada suatu produk. Salah
satunya merupakan pengetahuan akan pentingnya produk yang akan
dikonsumsi baik dari segi kualitas, mutu maupun tentang kesadaran
pentingnya produk untuk kesehatan yaitu pada saat mengkonsumsi jamu
tradisional.
5. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Keadaan penduduk di Kabupaten Sukoharjo berdasar lapangan
usaha utama dapat dilihat pada Tabel 9 berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

Tabel 9. Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Usaha Utama di Kabupaten


Sukoahrjo Tahun 2009
No. Jenis Lapangan Usaha Jumlah Penduduk Persentase
(Jiwa) (%)
1. Pertanian 104.955 25,35
2. Pertambangan dan Galian 0 0
3. Industri 93.651 22,62
4. Listrik Gas dan Air 1.063 0,26
5. Konstruksi 28.604 6,91
6. Perdagangan 102.050 24,65
7. Komunikasi 18.313 4,42
8. Keuangan 3.638 0,88
9. Jasa 61.784 14,92
Jumlah 414.058 100
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang
bermata pencaharian paling besar adalah sebagai petani yaitu 104.955 jiwa
atau sebesar 25,35%, dan diposisi kedua adalah penduduk yang bermata
pencaharian sebagai pedagang yaitu 102.050 jiwa atau 24,65%. Sedangkan
pada mata pencaharian sebagai penambang dan pengali tambang tidak
ada, hal ini dikarenakan di Kabupaten Sukoharjo tidak ada tempat untuk
penambangan dan pengaliam bahan tambang.
Jenis pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi tingkat pendapatan
yang diterima oleh seseorang dan tingkat pendapatan yang diterima dapat
mempengaruhi pola konsumsi seseorang. Semakin tinggi pendapatan maka
semakin tinggi pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan. Pengeluaran
tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan kesehatan,
salah satunya yaitu dengan cara mengkonsumsi jamu tradisional.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteritik Konsumen
Karakteristik konsumen yang diteliti dalam penelitian ini adalah jenis
kelamin konsumen, umur konsumen, tingkat pendidikan konsumen, pekerjaan
konsumen, pendapatan keluarga konsumen per bulan, serta jumlah anggota
keluarga konsumen. Seorang pemasar membutuhkan beberapa karakteristik
konsumen untuk menentukan sasaran konsumennya agar produk dapat
diterima ataupun dijangkau oleh konsumen.
1. Jenis Kelamin Konsumen
Karakteristik konsumen berupa jenis kelamin adalah perempuan dan
laki – laki. Karakteristik tersebut dapat dibedakan sebagai berikut :
Tabel 10. Karakteristik Konsumen Jamu Tradisional Berdasarkan Jenis
Kelamin
No Jenis Serbuk Instan Rebusan
Kelamin Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Konsumen (%) Konsumen (%)
1. Perempuan 68 88,31 16 84,21
2. Laki-laki 9 11,69 3 15,79
Jumlah 77 100,00 19 100,00
Sumber: Analisis Data Primer
Tabel 10 menunjukkan bahwa konsumen jamu tradisional dengan
jenis kelamin perempuan memiliki jumlah yang lebih banyak dari
konsumen jamu tradisional dengan jenis kelamin laki-laki. Konsumen
jamu tradisional serbuk instan berjumlah 77 konsumen yang terdiri dari 68
perempun dan 9 laki-laki. Sedangkan konsumen jamu tradisional rebusan
berjumlah 19 konsumen yang terdiri dari 16 perempuan dan 3 laki-laki.
Berdasarkan jumlah konsumen diatas diketahui konsumen dengan jenis
kelamin perempuan lebih banyak membeli jamu tradisional di pasar
tradisional dari pada konsumen dengan jenis kelamin laki-laki. Hal ini
dikarenakan sebagian besar perempuan melakukan kegiatan belanja di
pasar tradisional. Perempuan lebih berperan sebagai pengambil keputusan
dalam pembelian berbagaicommit to user
kebutuhan rumah tangga dan bertugas untuk

38
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

melakukan kegiatan belanja pada pasar tradisonal. Jamu tradisional di


Kabupaten Sukoharjo memang banyak di jual pada pasar tradisional, oleh
sebab itu banyak ibu-ibu yang melakukan pembelian jamu tradisional
bersamaan dengan belanja kebutuhan rumah tangga sehari-hari d pasar
tradisional.
2. Umur Konsumen
Memahami usia konsumen adalah hal yang penting, karena
perbedaan usia pada konsumen akan menyebabkan perbedaan selera dalam
membeli dan mengkonsumsi suatu produk. Karakteristik konsumen
menurut kelompok umur adalah sebagai berikut :
Tabel 11. Karakteristik Konsumen Jamu Tradisional Berdasarkan
Kelompok Umur.
Kelompok Serbuk Instan Rebusan
No Umur Jumlah Persentase(%) Jumlah Persentase(%)
Konsumen Konsumen
1. 0-4 - - - -
2. 5-9 - - - -
3. 10-14 - - - -
4. 15-19 - - - -
5. 20-24 - - - -
6. 25-29 - - - -
7. 30-34 2 2,60 - -
8. 35-39 3 3.90 - -
9. 40-44 10 12,98 - -
10. 45-49 18 23.38 4 21,05
11. 50-54 23 29,87 8 42,10
12. 55-59 13 16,88 4 21,06
13. 60-64 4 5,19 2 10,53
14. 65-69 2 2,60 1 5,26
15. 70-74 2 2,60 - -
16. 75+ - - - -
Jumlah 77 100,00 19 100,00
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa kelompok umur 50-54
tahun paling banyak membeli jamu tradisional serbuk instan maupun jamu
tradisional rebusan. Berdasarkan data tersebut maka pembelian jamu
tradisional banyak dilakukan oleh konsumen yang berumur 50-54 tahun
commit to user
baik jamu tradisional yang berupa serbuk instan maupun jamu tradisional
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id

rebusan. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsumen jamu tradisional


berada pada kelompok umur yang telah matang.
Pada kelompok umur tersebut konsumen rata-rata sudah memiliki
banyak pengalaman dan pengetahuan tentang jamu tradisional. Misalnya
saja pengalaman dan pengetahuan tentang tanaman-tanaman yang
digunakan sebagai bahan-bahan untuk membuat jamu tradisional, biasanya
orang yang usianya lebih tua mempunyai lebih banyak pengalamam dan
pengetahuan tersebut bila dibandingkan dengan usia muda dan remaja.
Kebanyakan anak muda sekarang memang kurang begitu tahu tentang
tanaman yang berkhasiat obat, karena sekarang ini tanaman-tanaman obat
jarang di temukan beda dengan dulu tanaman obat masih banyak
ditemukan dipekarangan-pekarangan rumah. Selain itu konsumen juga
memiliki pertimbangan tertentu dalam mengambil keputusan pembelian
jamu tradisional pada pasar tradisional untuk dikonsumsi berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki tentang jamu tradisional,
sehingga jamu tradisional yang mereka beli sesuai dengan apa yang
mereka butuhkan.
Untuk golongan umur yang lebih muda kebanyakan kurang tertarik
pada jamu tradisional, mereka beranggapan mengkonsumsi jamu
tradisional adalah cara kuno. Tidak jauh berbeda dengan golongan umur
yang lebih muda, golongan umur 35-50 tahun kurang begitu tertarik
mengkonsumsi jamu tradisional. Golongan umur ini biasanya memiliki
pendidikan yang lebih tinggi dengan penghasilan yang lebih tinggi pula,
mereka lebih memilih cara yang modern saat merasakan capek ataupun
pegal-pegal, misalnya dengan pijat refleksi atau ke salon untuk perawatan.
Sedangkan untuk golongan umur yang lebih tua cenderung enggan
melakukan pembelian jamu tradisional di pasar tradisional, hal tersebut
mungkin karena faktor umur yang sudah tua sehingga mereka tidak mau
repot pergi ke pasar tradisional untuk membeli jamu tradisional.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id

3. Tingkat Pendidikan Konsumen


Tingkat pendidikan akan mempengaruhi keputusan konsumen dalam
mengkonsumsi suatu produk. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang
dimiliki oleh seseorang, maka semakin tinggi informasi dan pengetahuan
yang diterima seseorang. Karakteristik konsumen berdasarkan tingkat
pendidikan adalah sebagai berikut:
Tabel 12. Karakteristik Konsumen Jamu Tradisional Berdasarkan Tingkat
Pendidikan.
No Tengkat Serbuk Instan Rebusan
Pendidikan Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Konsumen (%) Konsumen (%)
1. SD/SR 33 42,86 10 52,63
2. SMP/SLTP 23 29,87 7 36,84
3. SMA/SMK 19 24,67 2 10,53
4. D1,D3 - - - -
5. S1 2 2,60 - -
Jumlah 77 100,00 19 100,00
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan
konsumen jamu tradisional serbuk instan dan rebusan paling banyak
adalah SD dengan jumlah 33 konsumen jamu tradisional serbuk instan dan
10 konsumen jamu tradisional rebusan, sedangkan diurutan yang kedua
adalah konsumen dengan tingkat pendidikan SMP/SLTP yaitu sebanyak
23 konsumen jamu tradisional serbuk instan dan 7 konsumen jamu
tradisional rebusan. Hal ini menunjukkan konsumen yang mengkonsumsi
jamu tradisional dikatakan memiliki tingkat pendidikan yang rendah,
sebab sebagian besar konsumen jamu tradisional hanya menyelesaikan
pendidikannya sampai pada Sekolah Dasar (SD). Walaupun demikian,
mereka juga memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang jamu
tradisional, karena pengalaman dan pengetahuan tentang jamu tradisional
tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber tidak hanya di bangku
pendidikan saja. Namun dapat diperoleh melalui iklan melalui media
elektronik seperti radio dan televisi juga melalui surat kabar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id

4. Pekerjaan Konsumen
Pendidikan dan pekerjaan adalah dua karakteristik yang saling
berhubungan. Pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan yang
dilakukan konsumen. Dan selanjutnya profesi dan pekerjaan seseorang
akan mempengaruhi pendapatan yang diterimanya. Pendapatan dan
pendidikan tersebut kemudian akan mempengaruhi proses keputusan dan
pola konsumsi seseorang (Sumarwan, 2003). Karakteristik konsumen jamu
tradisional berdasarkan jenis pekerjaan adalah sebagai berikut :
Tabel 13. Karakteristik Konsumen Jamu Tradisional Berdasarkan Jenis
Pekerjaan.
No Jenis Serbuk Instan Rebusan
Pekerjaan Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Konsumen (%) Konsumen (%)
1. PNS 2 3,90 - -
2. Pegawai 10 12,99 2 10,53
Swasta
3. Wiraswasta 48 62,34 12 63,15
4. Petani 10 12,99 3 15,79
5. Ibu Rumah 5 6,49 2 10,53
Tangga
6. Lain-lain 2 1,29 - -
Jumlah 77 100,00 19 100,00
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa sebagian besar
konsumen yang mengkonsumsi jamu tradisional serbuk instan maupun
jamu tradisional rebusan memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta.
Konsumen yang mengkonsumsi jamu tradisional serbuk instan yang
memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 48, sedangkan
konsumen yang mengkonsumsi jamu tradisional rebusan yang memiliki
pekerjaan sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 12. Terkait dengan umur
konsumen jamu tradisional yang paling banyak menkonsumsi jamu adalah
50-54 tahun dan pendidikan yang rendah hanya sampai tingkat SD,
pekerjaan sebagai wiraswasta yang banyak dimiliki konsumen jamu
tradisional adalah sebagai pedagang. Misalnya pedagang makanan serta
commit
bakul warung kelontong dan sayur.to user
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id

Seorang wiraswasta pastilah bekerja keras dalam usahanya, mereka


membutuhkan minuman kesehatan seperti jamu tradisional untuk
menyehatkan badan mereka sehingga pegal-pegal dan rasa capek yang
dikeluhkan akibat pekerjaannya yang melelahkan dapat hilang atau
terobati. Wiraswasta sebagai konsumen yang banyak menkonsumsi jamu
tradisional, hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk Kabupaten
Sukoharjo selain sebagai petani adalah sebagai wiraswasta.
5. Pendapatan Konsumen
Menurut Simamora (2004), jenis pekerjaan yang dimiliki oleh
seseorang erat kaitannya dengan tingkat pendapatan yang diperoleh, yang
pada akhirnya berpengaruh terhadap daya beli rumah tangga konsumen.
Pendapatan sangat mempengaruhi seseorang dalam memilih produk yang
akan dikonsumsi. Karakteristik konsumen jamu tradisional berdasarkan
pendapatan konsumen adalah sebagai berikut :
Tabel 14. Karakteristik Konsumen Jamu Tradisional Berdasarkan Jenis
Pendapatan Rumah Tangga Konsumen (dalam satu bulan).
No Pendapatan per Serbuk instan Rebusan
bulan Jumlah Persenta Jumlah Persenta
Konsumen se (%) Konsumen se (%)
1. < Rp 750.000,00 3 3,90 2 10,53
2. Rp 750.000,00 – 27 35,06 8 42,10
Rp 1.250.000,00
3. >Rp 1.250.000,00 47 61,04 9 47,37
Jumlah 77 100,00 19 100,00
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa konsumen yang
mengkonsumsi jamu tradisional terbanyak adalah konsumen yang
Berpenghasilan >Rp 1.250.000,00 yaitu terdiri dari 47 konsumen jamu
tradisional serbuk instan dan 9 konsumen jamu tradisional rebusan.
Selanjutnya konsumen jamu tradisional dengan penghasilan antara
Rp 750.000,00 – Rp 1.250.000,00 yaitu 27 konsumen jamu tradisional
serbuk instan dan 8 konsumen jamu rebusan. Jumlah yang terendah yaitu
konsumen dengan penghasilan <Rp 750.000,00 yang terdiri dari 3
commit to user
konsumen jamu serbuk instan dan 3 konsumen jamu rebusan. Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id

menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen jamu tradisional


mempunyai pendapatan yang cukup tinggi yaitu >Rp 1.250.000,00.
Kebanyakan dari konsumen ini bermata pencaharian sebagai wiraswasta.
Mereka membuka usaha sendiri dan pendapatan rumah tangganya tidak
terpatok pada gaji. Semakin tinggi tingkat pendapatan maka akan
mendorong seseorang dalam melakukan kegiatan belanja atau pembelian,
termasuk membeli jamu tradisional guna kebutuhan kesehatan konsumen.
6. Jumlah Anggota Keluarga Konsumen
Setiap anggota keluarga dapat saling mempengaruhi dalam
pengambilan keputusan dalam mengkonsumsi produk dimana semakin
banyak jumlah anggota keluarga maka keputusan untuk membeli sebuah
produk semakin besar. Karakteristik konsumen jamu tradisional
berdasarkan jumlah anggota keluarga adalah sebagai berikut :
Tabel 15. Karakteristik Konsumen Jamu Tradisional Berdasarkan Jumlah
Anggota Keluarga.
No Jumlah Serbuk instan Rebusan
Anggota Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Keluarga Konsumen (%) Konsumen (%)
1. 2-3 15 19,48 2 10,53
2. 4-5 45 58,44 13 68,42
3. 6-7 17 22,08 4 21,05
Jumlah 77 100,00 19 100,00
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa sebagian besar jumlah
anggota keluarga yang mengkonsumsi jamu tradisional serbuk instan dan
rebusan yaitu sebanyak 4-5 orang yang terdiri dari 45 konsumen jamu
tradisional serbuk instan dan 13 konsumen jamu tradisional rebusan.
Walaupun jumlah anggota keluarga dari konsumen jamu tradisional adalah
4 hingga 5 orang tapi yang mengkonsumsi jamu tradisional biasanya hanya
bapak dan ibu ataupun kakek dan nenek saja, jadi tidak semua anggota
keluarga mengkonsumsi jamu tradisional. Walaupun demikian setiap
anggota keluarga dapat saling mempengaruhi pada saat pengambilan
keputusan mengkonsumsicommit
jamu totradisional.
user Semakin banyak jumlah
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id

anggota keluarga maka kemungkinan pengambilan keputusan yang


dipengaruhi keluarga juga semakin besar. Anggota keluarga dapat
memberikan sumbangan pendapat dalam melakukan pemilihan atribut
jamu tradisional yang akan dibeli. Menurut Sumarwan (2003), anggota
keluarga saling mempengaruhi dalam keputusan pembelian dan konsumsi
suatu produk. Beberapa peran anggota keluarga dalam pengambilan
keputusan antara lain inisiator, pemberi pengaruh, penyaring informasi,
pengambil keputusan, pembeli, dan pengguna.
B. Perilaku Beli Konsumen
Menurut Simamora (2004), perilaku konsumen menyoroti perilaku
individu dan rumah tangga. Perilaku konsumen menyangkut suatu proses
keputusan sebelum pembelian serta tindakan dalam memperoleh, memakai
mengkonsumsi dan menghabiskan produk. Perilaku beli konsumen jamu
tradisional di Kabupaten Sukoharjo yang diteliti adalah meliputi jenis
jamu,volume/berat, kemasan, frekuensi, jumlah pembelian, harga dan uji
kesehatan sebagai berikut :
1. Jenis Jamu Tradisional
Jenis jamu tradisional yang diteliti dalam penelitian ini adalah jenis
jamu tradisional serbuk instan dan rebusan. Adapun jumlah konsumen
untuk masing-masing jenis jamu tradisional yang diteliti adalah sebagai
berikut:
Tabel 16. Jenis Jamu Tradisional Pada Pasar Tradisional Di Kabupaten
Sukoharjo
No Jenis Jamu Jumlah Konsumen Presentase
1. Serbuk Instan 77 80,21
2. Rebusan 19 19,79
Total 96 100
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa jumlah konsumen
untuk jamu tradisional serbuk instan lebih banyak dari pada jamu
tradisional rebusan. Hal tersebut dikarenakan jenis jamu tradisional yang
lebih banyak dijual pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo adalah
commit to user
jamu tradisional serbuk instan. Presentase perbandinga antara jamu
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id

tradisional serbuk instan dan jamu tradisional rebusan adalan 80% : 20%.
Jenis jamu tradisional serbuk instan yang sering dibeli oleh konsumen
antara lain pegal linu, rematik, asam urat, kunyit asam, kunyit asam sirih,
sepet wangi, galian singset, rapet wangi, raket wangi, sehat wanita, dan
peluruh lemak. Sedangkan untuk jenis jamu rebusan yang sering dibeli
oleh konsumen adalah pegal linu, rematik, asam urat, dan gadung crobo.
Kedua jenis jamu tradisional tersebut berasal dari berbagai merek jamu,
ada yang berasal dari industri jamu di Kabupaten Sukoharjo dan sekitarnya
seperti jamu Sabdo Palon, Narodo, Kresno, Anoman, Werkudoro,
Gatotkaca, Bisma, Wisanggeni, Gujati, Suti Sehati, Ny.Tinah, Ny.Satiman,
Khasiat Alam dan lain sebagainya, serta ada jamu yang dari pabrik besar
seperti jamu Jago, Nyonya Meneer, Leo, Sido Muncul, dan Air Mancur.
Dari berbagai jenis jamu dan produsen jamu diatas yang paling
banyak dibeli oleh konsumen baik untuk jamu tradisional serbuk instan
maupun jamu tradisional rebusan adalah jamu pegal linu. Untuk jamu
tradisional serbuk instan yang paling banyak dibeli adalah jamu pegal linu
komplit yang di produksi oleh pabrik jamu Sidomuncul, karena jamu ini
telah dikemas dalam satu paket komplit yang terdiri dari jamu pegal linu,
beras kencur, jahe wangi, pil gingseng dan madu. Sedangkan untuk jamu
rebusan adalah jamu pegal linu dari berbagai merek dan produsen jamu,
karena memang jamu rebusan pegal linu yang biasa dibeli oleh konsumen.
2. Volume/Berat Jamu Tradisional
Volume/berat jamu tradisional serbuk instan dan jamu tradisional
rebusan yang dibeli oleh konsumen pada pasar tradisional di Kabupaten
Sukoharjo beraneka ragam beratnya tergantung dari jenis jamu yang
konsumen beli. Setiap jenis jamu memiliki berat yang berbeda sesuai
dengan bahan menyusun jamu tersebut dan besar kecilnya kemasan. Jenis
jamu tradisional serbuk instan memiliki berat per bungkus kecil atau
sachet berkisat antara 5-10 gram. Sedangkan untuk jenis jamu tradisional
rebusan biasanya mempunyai berat antara 150-300 gram.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id

3. Kemasan Jamu Tradisional


Jamu tradisional yang dijual pada pasar tradisional di Kabupaten
Sukoharjo dikemas dalam beberapa kemasan, diantaranya menggunakan
plastik, kertas, mika dan ada yang menggunakan kardus. Jumlah jamu
tradisional serbuk instan dan jamu tradisional rebusan untuk masing-
masing kemasan dapat diketahui pada tabel berikut:
Tabel 17. Kemasan Jamu Tradisional Pada Pasar Tradisional Di
Kabupaten Sukoharjo.
No Kemasan Serbuk instan Rebusan
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Konsumen (%) Konsumen (%)
1. Plastik 64 83,12 16 84,21
2. Kertas 4 5,19 - -
3. Mika - - 2 10,53
4. Karton 9 11,69 1 5,26
Jumlah 77 100,00 19 100,00
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa sebagian besar
kemasan yang digunakan pada jamu tradisional serbuk instan maupun
jamu tradisional rebusan yang dibeli oleh konsumen adalah kemasan
plastik, yaitu untuk jamu tradisional serbuk instan sebesar 64 konsumen
dan untuk jamu tradisional rebusan ada 16 responden. Selain plastik ada
juga kemasan jamu tradisional serbuk instan yang menggunakan kertas
dan juga karton. Kemasan karton biasanya digunakan untuk satu pak jamu
tradisional serbuk instan yang terdiri dari 10 sachet jamu serbuk instan
kemasan plastik. Untuk jamu tradisional rebusan selain menggunakan
plastik juga ada yang menggunakan mika plastik dan karton.
4. Frekuensi Pengkonsumsian Jamu Tradisional Dalam 1 Bulan
Frekuensi pengkonsumsian jamu tradisional dalam 1 bulan beraneka
ragam sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen jamu tradisional.
Untuk jenis jamu tradisional serbuk instan frekuensi pengkonsumsian
konsumen berkisar antara 2-10 kali konsumsi jamu dalam 1 bulan.
Sedangkan untuk jenis jamu tradisional rebusan berkisar antara 4-8 kali
commit to user
konsumsi jamu dalam 1 bulan. Konsumen jamu tradisional tidak setiap
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id

hari mengkonsumsi jamu, mereka mengkonsumsi jamu pada saat merasa


capek atau ada keluhan yang dirasakan saja.
5. Jumlah Pembelian Jamu Tradisional Dalam 1 bulan
Konsumen jamu tradisional serbuk instan dalam 1 bulan rata-rata
mengbeli jamu sebanyak 2-10 bungkus sachet, sedangkan untuk jamu
rebusan dalam 1 bulan rata-rata konsumen membeli jamu sebanyak 4
bungkus. Untuk jamu tradisional serbuk instan kemasan 1 pak berisi 5-10
sachet dapat dikonsumsi selama 5-10 kali pemakaian, sedangkan untuk 1
bungkus jamu tradisional rebusan dapat direbus ulang selama 2-3 hari dan
untuk sehari biasanya diminum 2 kali yaitu pagi dan sore. Konsumen
membeli jamu tradisional sesuai dengan jumlah yang akan dikonsumsi
sehingga mereka tidak perlu bolak-balik untuk membeli jamu ke pasar.
6. Harga Jamu Tradisional Per Bungkus
Harga jamu tradisional yang dijual pada pasar tradisional di
Kabupaten Sukoharjo sangat bervariasi dan tergolong murah. Harga jamu
tradisional tersebut dipengaruhi oleh merek, kemasan, dan volume jamu.
Adapun harga jamu tradisional yang sering dibeli oleh konsumen adalah
sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id

Tabel 18. Harga Jamu Tradisional Pada Pasar Tradisional Di Kabupaten


Sukoharjo.
No Jenis dan Merek Jamu Harga Jamu
1. Serbuk Pegel Linu Komplit Sido Muncul Rp 2.000,-
2. Serbuk Pegel Linu Super Sabdo Palon (pak) Rp 5.000,-
3. Serbuk Pegel Linu Biasa Sabdo palon, Rp 2.500,-
Werkudoro, Narodo, dll. (pak)
4. Serbuk Tolak Angin Komplit Sido Muncul Rp 2.000,-
5. Serbuk Kunyit Asam Sido Muncul (isi 5) Rp 5.500,-
6. Serbuk Kunyit Asam Sirih Sido Muncul (isi 5) Rp 6.000,-
7. Serbuk Kunyit Asam (sachet) Rp 1.500,-
8. Serbuk Rematik Super (pak) Rp 5.000,-
9. Serbuk Rematik Biasa (pak) Rp 2.000,-
10. Serbuk Sehat Wanita (sachet) Rp 1.500,-
11. Serbuk Galian Singset (pak) Rp 3.000,-
12. Serbuk Peluntur Lemak (pak) Rp 3.000,-
13. Serbuk Cuci Darah (sachet) Rp 1.500,-
14. Serbuk Sepet Wangi Super (pak) Rp 5.000,-
15. Serbuk Raket Wangi Super (pak) Rp 5.000,-
16. Rebusan Sabdo Seger (300 gr) Rp 7.500,-
17. Rebusan Sabdo Seger (200 gr) Rp 6.000,-
18 Rebusan Seger Waras, Seribu Waras, dll. (300 gr) Rp 6.000,-
19. Rebusan Seger Waras, Seribu Waras, dll. (200 gr) Rp 5.000,-
20. Rebusan Kalajengking (300 gr) Rp 5.000,-
21. Rebusan (100 gr) Rp 2.500,-
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 18. Dapat diketahui bahwa harga jamu serbuk
instan sachet berkisar antara Rp 1.000,- hingga Rp 2.500, untuk kemasan
kardus berisi 5 sachet ada yang harganya Rp 5.500,- dan ada yang
harganya Rp 6.000,-, sedangkan untuk jamu kemasan satu pak yang berisi
10 jamu sachet harganya antara Rp 2.000,- hingga Rp 6.000,-. Untuk jamu
tradisional rebusan harganya berkisar antara Rp 2.500,- hingga Rp 7.500,-
sesuai dengan ukuran dan kemasannya.
7. Uji Kesehatan
Sebagian besar jamu tradisional pada pasar tradisional di Kabupaten
Sukoharjo telah terdapat uji kesehatan yaitu dengan terteranya izin dari BP
POM dan DEPKES pada produk jamu. Untuk jamu tradisonal serbuk
instan yang dibeli oleh konsumen jamu semua telah terdapat uji kesehatan,
commit to user
sedangkan untuk jamu tradisional rebusan terdapat satu produk jamu
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id

tradisional yang yang belum ada uji kesehatannya, karena pada produk
jamu tersebut tidak tertera izin dari BP POM maupun DEPKES. Selai izin
dari BP POM dan DEPKES juga terdapat tangggal batas waktu
penggunaan jamu tradisional tersebut. Untuk jamu tradisional serbuk
instan dapat digunakan selama kurang lebih 3 tahun setelah diproduksi,
dan untuk jamu tradisional rebusan belum tertera secara jelas batas
waktunya. Biasanya untuk mengetahui apakah jamu tersebut masih layak
dikonsumsi yaitu dengan melihat bentuk dari bahan-bahan yang digunakan
untuk membuatnya. Kebanyakan jamu tradisional rebusan dikemas dalam
plastik bening atau mika dan yang dkemas dalam bok karton juga terdapat
salah satu sisi yang dibuat transparan dari plastik, sehingga konsumen
jamu dapat melihat bahan-bahan penyusun jamu tradisional rebusan masih
layak dikonsumsi atau tidak.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dari 77 jumlah konsumen
yang membeli jamu tradisional serbuk instan terdapat 34 konsumen yang
membeli produk jamu tradisional dengan izin dari BP POM dan 43
konsumen yang membeli jamu tradisional dengan izin dari DEPKES.
Jamu tradisional serbuk instan yang memiliki izin dari PB POM tersebut
yaitu jamu produksi dari pabrik jamu Sidomuncul jamu produksi dari
industry di Sukoharjo yaitu Sabdo Palon. Untuk jamu tradisional rebusan
dari 19 konsumen jamu tradisional rebusan terdiri dari 9 konsumen telah
membeli jamu tradisional dengan izin dari BP POM, 9 konsumen membeli
jamu yang hanya mempunyai izin dari DEPKES, dan terdapat satu
konsumen membeli jamu tradisional rebusan belum menyantumkan izin
baik dari DEPKES maupun BP POM.
Jamu tradisional di Kabupaten Sukoharjo yang merupakan produksi
Kabupaten Sukoharjo sendiri masih banyak yang belum menperoleh izin
dari BP POM. Hal ini karena industri jamu tradisional di Kabupaten
Sukoharjo masih tergolong industri kecil rumah tangga dan untuk
mendapatkan izin dari BP POM memerlukan biaya yang mahal. Ada satu
commit
industri jamu tradisional di to userSukoharjo yang cukup besar dan
Kabupaten
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id

ternama yaitu Sabdo Palon, semua jamu tradisional produksi Sabdo Palon
baik jamu tradisional serbuk instan dan jamu tradisional rebusan telah
memperoleh izin dari BP POM.
8. Alasan pembelian Jamu Tradisional
Setiap konsumen memiliki alasan yang berbeda-beda dalam
melakukan pembelian jamu tradisional di pasar tradisional Kabupaten
Sukoharjo. Adapun alasan pembelian dan jumlah konsumen untuk jamu
tradisional serbuk instan dan jamu rebusan adalah sebagai berikut:
Tabel 19. Alasan Pembelian Jamu Tradisional.
No Alasan Serbuk instan Rebusan
Pembelian Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Konsumen (%) Konsumen (%)
1. Menyehatkan 23 29,87 4 21,05
Badan
2. Menyembuhkan - - - -
Penyakit
3. Terbuat Dari 46 59,74 15 78,95
Bahan Alami
4. Kebiasaan 6 7,79 - -
Mengkonsumsi
Jamu -
5. Alasan lain 2 2,60 -
Jumlah 77 100,00 19 100,00
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa konsumen jamu
tradisional serbuk instan maupun jamu tradisional rebusan mempunyai
alasan yang sama untuk membeli jamu tradisional, yaitu jamu tradisional
terbuat dari bahan alami yang aman untuk dikonsumsi dengan jumlah
konsumen jamu serbuk instan sebanyak 46 konsumen dan konsumen jamu
tradisional rebusan sebanyak 15 konsumen. Alasan kedua konsumen
dalam membeli jamu tradisional baik jamu rebusan maupun jamu serbuk
instan adalah karena jamu tradisional menyehatkan badan, yaitu dengan
jumlah konsumen jamu tradisional serbuk instan sebanyak 23 konsumen
dan jamu tradisional rebusan sebanyak 4 konsumen. Selanjutnya ada 6
konsumen jamu tradisionalcommit
serbuktoyang
usermembeli jamu tradisional dengan
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id

alasan, karena kebiasan mengkonsumsi jamu dan ada 2 konsumen serbuk


instan yang memilih alasan lain-lain. Alasan lain-lain tersebut yaitu
mereka beranggapan bahwa jamu tradisional lebih murah dan lebih enak
rasanya bila dibandingkan dengan obat kimia. Konsumen mengkonsumsi
jamu tradisional dengan tujuan untuk mengobati rasa capek dan keluhan
yang dialami konsumen.
Setiap konsumen mempunyai alasan yang berbeda-beda dalam
melakukan pembelian jamu. Ada yang membeli jamu tradisional karena
jamu tradisional dapat menyehatkan badan, ada juga yang alasannya
karena jamu tradisional terbuat dari bahan-bahan alami yang aman
dikonsumsi, dan ada konsumen yang memilih jamu tradisional karena
sudah terbiasa minum jamu tradisional. Alasan-alasan tersebut diatas
merupakan suatu keistimewaan dari jamu tradisional yang menjadi salah
satu daya tarik konsumen sehingga konsumen membeli jamu tradisional.
9. Dampak Tidak Mengkonsumsi Jamu Tradisional
Konsumen mengkonsumsi jamu tradisional pastilah untuk tujuan
tertentu, misalnya saja untuk menghilangkan capek-capek atau pegal-pegal
yang dirasakan oleh konsumen. Dan ketika konsumen tidak
mengkonsumsi jamu tradisional yang biasa mereka konsumsi pasti ada
dampak yang akan mereka rasakan. Adapun dampak yang konsumen
rasakan saat tidak mengkonsumsi jamu tradisional adalah sebagai berikut:
Tabel 20. Dampak Yang Konsumen Rasakan Ketika Tidak Mengkonsumsi
Jamu Tradisional.
No Dampak Serbuk instan Rebusan
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Konsumen (%) Konsumen (%)
1. Pegal-pegal 31 40,26 16 84,22
2. Nyeri/Sakit 2 2,60 1 5,26
3. Capek 2 2,60 1 5,26
4. Gatal 1 1,30 - -
5. Tidak Ada 41 53,24 1 5,26
Jumlah 77 100,00 19 100,00
Sumber : Analisis Data Primer
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa untuk konsumen jamu


tradisional serbuk instan yang berjumlah 77 konsumen terdapat 41
konsumen menyatakan jika tidak merasakan dampak apapun ketika
mereka tidak mengkonsumsi jamu tradisional serbuk instan. Dan terdapat
31 konsumen yang merasakan pegal-pegal ketika mereka tidak
mengkonsumsi jamu tradisional serbuk instan yang biasa mereka
konsumsi. Selanjutnya ada 2 konsumen merasakan nyeri atau sakit pada
bagian kaki, tangan atau bagian tubuh lainnya, 2 konsumen merasa capek-
capek dan 1 konsumen merasakan dampak gatal-gatal saat tidak
mengkonsumsi jamu tradisional serbuk instan, hal ini disebabkan
konsumen mengalami darah kotor yang mengakibatkan konsumen
bentol-bentol dan merasakan gatal. Sedangkan untuk konsumen jamu
rebusan terdapat 16 konsumen yang merasakan pegal-pegal ketika mereka
tidak mengkonsumsi jamu tradisional rebusan yang biasa mereka minum,
dan terdapat masing-masing satu konsumen yang merasakan nyeri atau
sakit, capek dan tidak merasakan dampak apapun saat tidak
mengkonsumsi jamu tradisional rebusan.
Banyak konsumen yang tidak merasakan dampak apapun ketika
mereka tidak mengkonsumsi jamu tradisional dikarenakan kebanyakan
dari konsumen memang tidak menderita penyakit yang serius, mereka
minum jamu tradisional sebagai minuman kesehatan untuk menghilangkan
pegal-pegal dan rasa capek. Sehingga konsumen tidak akan merasakan
dampak yang berbahya ketika mereka tidak mengkonsumsi jamu
tradisional yang biasa mereka konsumsi.
10. Alasan Pembelian Jamu Tradisional Di Pasar Tradisional
Salah satu tempat yang banyak menjual jamu tradisional baik jamu
tradisional serbuk instan maupun jamu tradisional rebusan di Kabupaten
Sukoharjo adalah pasar tradisonal. Berikut ini adalah alasan konsumen
membeli jamu tradisional pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id

Tabel 21. Alasan Pembelian Jamu Tradisional Pada Pasar Tradisional Di


Kabupaten Sukoharjo.
No Alasan Serbuk instan Rebusan
Pembelian Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Konsumen (%) Konsumen (%)
1. Menyediakan 14 18,18 1 5,26
Berbagai
Merek
2. Menyediakan 4 5,20 1 5,26
Berbagai
Kemasan
3. Murah 38 49,35 11 57,90
4. Dekat Dengan 6 7,79 - -
Rumah
5. Alasan lain 15 19,48 6 31,58
Jumlah 77 100,00 19 100,00
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa alasan paling banyak
baik konsumen jamu tradisional serbuk instan maupun jamu tradisional
rebusan untuk membeli jamu tradisional pada pasar tradisional di
Kabupaten Sukoharjo adala karena jamu tradisional yang dijual di pasar
tradisional lebih murah bila dibandingkan dengan jamu yang dijual pada
outlet jamu, yaitu sebanyak 38 konsumen jamu tradisional serbuk instan
dan 11 konsumen jamu tradisional rebusan. Alasan selanjutnya adalah
lain-lain, alasan lain-lain ini diantaranya adalah karena konsumen sudah
berlangganan untuk membeli jamu di pasar tradisional, adapula yang
menjawab jamu yang di jual pada pasar tradisional lebih komplit. Alasan
lain selain alasan diatas adalah karena pada pasar tradisional menyediakan
berbagai merek jamu, berbagai kemasan jamu dan karena jarak rumah
konsumen yang dekat dengan pasar tradisional.
Konsumen jamu tradisional serbuk instan dan jamu tradisional
rebusan mempunyai alasan terbanyak memilih membeli jamu tradisional
pada pasar tradisional yaitu karena harga jamu tradisional lebih murah dan
terjangkau oleh masyarakat. Hal tersebut karena jamu yang dijual di pasar
tradisional lebih murah bilang dibandingkan dengan jamu yang dijual di
commit to user
outlet jamu atau di warung. Pasar Nguter merupakan salah satu pasar
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id

tradisional di Kabupaten sukoharjo yang merupakan sentral penjualan


jamu. Di pasar tersebut kita dapat membeli jamu secara grosir maupun
eceran. Para penjual jamu yang berasal dari Kabupaten sukoharjo dan
sekitarnya yang merantau di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung
dan Surabaya biasanya membeli jamu tradisional yang akan mereka
dagangkan di pasar ini. Selain harganya yang murah pasar ini juga
menyediakan bermacam-macam jamu mulai dari jamu hasil produksi
Kabupaten Sukoharjo hingga jamu produksi pabrik-pabrik besar.
11. Waktu Membeli Jamu Tradisional
Konsumen jamu tradisional dalam membeli jamu tradisional
biasanya pada saat belanja di pasar tradisional maupun secara khusus
membeli jamu tradisonal saja. Adapun waktu pembelian jamu tradisional
pada pasar tradisional oleh konsumen adalah sebagai berikut:
Tabel 22. Waktu Pembelian Jamu Tradisional Pada Pasar Tradisional Di
Kabupaten Sukoharjo.
No Waktu Serbuk instan Rebusan
Pembelian Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Konsumen (%) Konsumen (%)
1. Pada Saat 69 89,61 16 84,21
Membeli
Keperluan
Rumah Tangga
2. Khusus Untuk 8 10,39 3 15,79
Membeli Jamu
Tradisonal
Jumlah 77 100,00 19 100,00
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 22 dapat diketahui bahwa sebagian besar
konsumen jamu tradisional baik jamu tradisional serbuk instan maupun
jamu tradisional rebusan membeli jamu di pasar tradisional pada saat
membeli keperluan rumah tangga, yaitu sebanyak 85 konsumen jamu yang
terdiri dari 69 konsumen jamu tradisional serbuk instan dan 16 konsumen
untuk jamu rebusan. sedangkan konsumen yang pergi ke pasar tradisional
khusus membeli jamu tradisional terdapat 11 konsumen jamu yang terdiri
commit to user
dari 8 konsumen tradisional serbuk instan dan 3 konsumen jamu rebusan.
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id

Sebagian besar konsumen yang membeli jamu tradisional di pasar


tradisional pada saat membeli keperluan rumah tangga adalah konsumen
dengan jenis kelamin perempuan atau ibu-ibu yang berbelanja ke pasar
tradisional untuk membeli keperluan rumah tangga sehari-hari. Untuk
konsumen yang pergi ke pasar khusus untuk membeli jamu kebanyakan
adalah konsumen denan jenis kelamin laki-laki, mereka memang pergi ke
pasar tradisional untuk membeli jamu saja tidak untuk berbelanja.
12. Alokasi Pembelian Jamu Tradisional
Konsumen jamu tradisional serbuk instan dan jamu tradisional
rebusan yang membeli jamu tradisional pada pasar tradisional di
Kabupaten Sukoharjo dalam pembelian ini mempunyai alokasi pembelian
jamu yang cukup murah. Alokasi pembelian jamu tradisional serbuk instan
untuk 1 bulan berkisar antara Rp 3.000,- hingga Rp 15.000,- dan untuk
jamu tradisional rebusan alokasi pembelian jamu dalam 1 bulan sebesar
Rp 10.000,- hingga Rp 30.000,-. Hal ini dikarenakan harga jamu yang
cukup murah dan terjangkau oleh masyarakat, untuk jamu serbuk instan
sachet berkisar antara Rp 1.000,- hingga Rp 2.500, untuk kemasan kardus
berisi 5 sachet ada yang harganya Rp 5.500,- hingga Rp 6.000,-,
sedangkan untuk jamu kemasan satu pak yang berisi 10 jamu sachet
harganya antara Rp 2.000,- hingga Rp 6.000,-. Untuk jamu tradisional
rebusan harganya berkisar antara Rp 2.500,- hingga Rp 7.500,- sesuai
dengan ukuran dan kemasannya.
C. Analisis Tingkat Kepentingan Konsumen dan Ideal Konsumen Terhadap
Masing-Masing Atribut Jamu Tradisional
1. Analisis Tingkat Kepentingan Konsumen Terhadap Atribut Jamu
Tradisional
Konsumen yang membeli jamu tradisional serbuk instan maupun
jamu tradisional rebusan akan mempertimbangkan atribut-atribut menurut
kepentingannya. Atribut-atribut yang melekat pada jamu tradisional serbuk
instan maupun jamu tradisional rebusan merupakan salah satu daya tarik
commit topada
bagi konsumen jamu tradisional user saat melekukan membeli jamu
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id

tradisional khususnya pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo.


Salah satunya yaitu kemasan, kemasan yang melekat pada jamu tradisional
serbuk instan dapat berupa kertas maupun plastik dan jenis yang
ditawarkan bermacam-macam sehingga konsumen dapat memilih sesuai
dengan kebutuhanya. Kemasan yang melekat pada jamu tradisional
rebusan berupa plastik bening, mika dan bok karton dengan ukuran
berbeda-beda sehingga konsumen dapat membeli sesuai yang diinginkan.
Tingkat kepentingan konsumen terhadap atribut jamu tradisional dapat
diketahui dengan cara perangkingan atribut-atribut yang ada pada jamu
tradisional berdasarkan data yang dihimpun dari konsumen jamu
tradisional pada saat penelitian, yaitu sebagai berikut :
Tabel 23. Tingkat Kepentingan Konsumen Terhadap Atribut Jamu
Tradisional.
Atribut STP TP N PT SPT Total N Wi Rang-
[1] [2] [3] [4] [5] king
Kemasan - - 12 76 8 380,16 96 3,96 6
Kepraktisan - - 24 72 - 359,04 96 3,74 7
Khasiat - - - 80 16 400,32 96 4,17 4
Informasi - - - 82 14 398,40 96 4,15 5
pemakaian
Batas waktu - - - 7 89 473,96 96 4,93 2
penggunaan
Komposisi - - - 54 42 424,32 96 4,42 3
jamu
Keamanan - - - 4 92 476,16 96 4,96 1
Sumber : Analisis Data Primer
Keterangan :
STP : Sangat Tidak Penting
TP : Tidak Penting
N : Netral
PT : Penting
SPT : Sangat Penting
N : Jumlah Konsumen
Berdasarkan Tabel 23 dapat diketahui bahwa dalam mengkonsumsi
commit
jamu tradisional, atribut yang to user
paling dipertimbangkan konsumen adalah
perpustakaan.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id

atribut keamanan produk dengan nilai total 476,16. Atribut yang


dipertimbangkan selanjutnya batas waktu pengunaan, komposisi jamu,
khasiat, informasi pemakaian, kemasan dan kepraktisan jamu tradisional
yang bernilai total antara lain 473,96; 424,32; 400,32; 398,40; 308,16 dan
359,04.
Atribut keamanan produk menjadi pertimbangan pertama
konsumen dalam melakukan pembelian jamu tradisional, karena
konsumen jamu tradisional menginginkan jamu yang mereka beli
merupakan jamu yang benar-benar aman dikonsumsi dan terbuat dari
bahan-bahan alami. Sebagai tanda bahwa jamu tradisional yang dipasarkan
merupakan jamu tradisional yang aman untuk dikonsumsi dan telah teruji
kesehatannya, biasanya produsen jamu menyantumkan izin dari
Departemen Kesehatan ataupun dari badan POM. Dengan dicantumkannya
izin tersebut maka konsumen jamu tradisional dapat memilih jamu yang
aman dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Sebagian besar jamu yang
dijual pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo hanya memiliki izin
dari DEPKES saja, hanya beberapa saja yang telah menyantumkan izin
dari BP POM, misalnya dari pabrik-pabrik besar dan Sabdo Palon.
Atribut yang dipertimbangkan konsumen jamu tradisional yang
kedua adalah batas waktu penggunaan. Batas waktu penggunaan tersebut
berupa tanggal, bulan dan tahun yang tertera pada kemasan jamu
tradisional yang menunjukkan batas akhir menggunaan jamu tersebut dan
setelah tanggal tersebut maka jamu tradisional sudah tidak layak
dikonsumsi lagi. Atribut ini sangat dipertimbangkan oleh konsumen jamu
tradisional karena dengan adanya batas waktu penggunaan pada produk
jamu tradisional, maka konsumen jamu tradisional akan dapat mengetahui
tanggal kadaluwarsa dari jamu tradisional yang dikonsumsinya, sehingga
konsumen dapat pembelian jamu tradisional produksi baru yang aman
dikonsumsi.
Atribut yang ketiga yaitu, komposisi jamu. Seseorang yang akan
commit
mengkonsumsi suatu produk to useringin mengetahui dari bahan apa
pastilah
perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id

produk terebut dibuat atau diolah, demikian halnya jamu tradisional.


Atribut ini dipertimbagkan oleh konsumen jamu tradisional guna
mengetahui bahan-bahan apa saja yang digunakan untuk meramu jamu
tradisional, serta memastikan bahwa jamu tradisional yang dikonsumsi
merupakan jamu yang terbuat dari bahan-bahan yang alami dan tidak
berbahaya untuk dikonsumsi. Jamu tradisional biasanya terbuat dari
tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat, dapat berupa rimpang
(kunyit, temulawak, kencur, jahe, temu hitam, lempuyang, dan lengkuas);
buah (adas, cengkeh, asam, jambu biji); daun (daun papaya, daun sirih,
daun katup, sembukan, sambiloto, kumis kucing, kecibeling, tempuyung
daun beluntas); kayu (kayu manis, kayu secang); dan masih banyak
bahan-bahan lain. Bahan-bahan tersebut ada yang dikeringkan untuk jamu
rebusan dan ada yang dibuat serbuk untuk jamu serbuk instan. Komposisi
dari jamu rebusan antara lain sambiloto, kunyit, jahe, temulawak, kayu
manis, kayu secang, adas, dawung, sere dan lain sebagainya.
Atribut khasiat merupakan atribut yang dipertimbangkan
selanjutnya setelah komposisi jamu. Konsumen mempertimbangkan
khasiat pada jamu tradisional karena konsumen yang mengkonsumsi jamu
pasti mempunyai tujuan agar jamu yang dikonsumsinya bermanfaat untuk
kesehatannya. Maka dari itu konsumen akan memilih jamu yang menurut
mereka berkhasiat dan memberikan manfaat untuk dikonsumsinya.
Khasiat atau kegunaan dari sebuah produk jamu tradisional berbeda-beda
sesuai dengan jamunya, misalnya jamu pegal linu berkhasiat untuk
mengobati sakit encok seperti rasa kejang pada otot, pinggang pegal, dan
sendi-sendi terasa nyeri/linu. Dengan ada khasiat atau kegunaan yang
ditawarkan oleh jamu tradisional tersebut, maka konsumen jamu dapat
menentukan jamu apa yang akan mereka beli sesuai dengan keluhan yang
mereka rasakan.
Informasi pemakaian adalah atribut urutan kelima yang
dipertimbangkan konsumen dalam membeli produk jamu tradisional.
commit
Dengan informasi pemakian yangtoada
user
pada produk jamu tradisional maka
perpustakaan.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id

konsumen akan mengetahui cara-cara dan aturan penggunaan untuk


mengkonsumsi jamu tradisional. Informasi pemakaian menjadi atribut
yang dipertimbangkan kelima, karena menurut konsumen bukan suatu hal
yang susah untuk mengkonsumsi jamu tradisional dan sebagian besar dari
konsumen telah mengetahui cara serta penggunaan jamu tradisional baik
jamu tradisional serbuk instan maupun jamu tradisional rebusan.
Atribut yang dipertimbangkan selanjutnya adalah kemasan.
Kemasan menjadi pertimbangan konsumen jamu tradisional karena dari
kemasan suatu produk yang menarik pastilah akan menarik perhatian
konsumen untuk membelinya. Produk jamu tradisional di Kabupaten
Sukoharjo dinilai konsumen telah memiliki kemasan yang cukup baik.
Hanya saja masih ada beberapa jamu yang kemasannya kurang menarik,
misalnya jamu rebusan yang dikemas dengan kemasan primer berupa
plastik bening. Konsumen mengginginkan kemasannya dibuat lebih rapi
dengan menggunakan bok karton.
Atribut terakhir yang dipertimbangkan konsumen jamu tradisional
adalah kepraktisan. Atribut ini menjadi pertimbangan terakhir konsumen
jamu tradisional karena konsumen merasa mengkonsumsi jamu tradisional
adalah hal yang cukup praktis dan cepat. Untuk jamu serbuk instan tinggal
disedu dengan air panas sebanyak 100 ml atau setengah gelas kecil dan
langsung siap dikonsumsi, sedangkan untuk jamu rebusan konsumen harus
merebus jamu tersebut terlebih dahulu, walaupun merebusnya terlebih
dahulu tetapi konsumen merasa tidak repot dan dianggap cukup praktis.
2. Analisis Masing-masing Atribut Menurut Ideal Konsumen terhadap
Jamu Tradisional
Jamu tradisional dikonsumsi oleh konsumen sebagai minuman
yang menyehatkan ataupun sebagai obat suatu penyakit. Pada penelitian
ini yang diteliti adalah jamu tradisional serbuk instan dan rebusan. Hasil
mengenai performansi ideal konsumen dan kepercayaan konsumen dari
penelitian ini terhadap Jamu tradisional serbuk instan dan rebusan adalah sebagai
sebagai berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id

a) Kemasan
Konsumen yang mengkonsumsi jamu tradisional mempunyai
tipe ideal terhadap atribut kemasan jamu tradisional yang
dikonsumsinya tetapi kenyataannya masih terdapat kesenjangan antara
sifat ideal yang diinginkan konsumen dengan kenyataan yang terdapat
pada produk. Adapun performansi ideal dan kepercayaan konsumen
terhadap atribut kemasan jamu tradisional adalah sebagai berikut :
Tabel 24. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap
Atribut Kemasan Jamu Tradisional.
Atribut Serbuk Instan Rebusan
Kemasan (Ii) (Xi) [Ii-Xi] (Ii) (Xi) [Ii-Xi]
5 13 - 11 -
4 64 57 8 3
3 - 20 - 16
2 - - - -
1 - - - -
n 77 77 19 19
Total 321 288 87 60
X 4,17 3,74 0,43 4,58 3,16 1,42
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 24 dapat diketahui bahwa pada jamu
tradisional serbuk instan nilai antara performansi ideal atribut kemasan
dan kepercayaan konsumen terdapat kesenjangan sebesar 0,43. Nilai
ini menunjukkan bahwa atribut kemasan pada jamu tradisional serbuk
instan telah memenuhi ideal. Sedangkan untuk jamu tradisional
rebusan antara performansi ideal dan kepercayaan konsumen terdapat
kesenjangan sebesar 1,42. Nilai ini menunjukkan bahwa atribut
kemasan pada jamu tradisional rebusan belum memenuhi ideal.
Kemasan pada jamu tradisional serbuk instan telah memenuhi
ideal atau sesuai dengan keinginan konsumen, yaitu jamu tradisional
serbuk dikemas dengan kemasan primer menggunakan kantong kertas
kecil dan ada yang menggunakan plastik kecil (sachet), kemudian
dipak dalam kemasan sekunder menggunakan plastik bening ataupun
commit to userdari lima sampai sepuluh sachet.
dalam bok karton, satu pak terdiri
perpustakaan.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id

Konsumen dapat membeli secara eceran/sachet dan juga dapat


membeli dalam kemasan pak. Konsumen jamu tradisional serbuk
instan menilai bahwa kemasan tersebut cukup menarik minat
konsumen untuk membelinya.
Kemasan untuk jamu tradisional rebusan dinilai belum
memenuhi ideal karena konsumen menganggap bahwa kemasan pada
jamu tradisional rebusan belum begitu menarik. Jamu tradisional
rebusan kebanyakan hanya dikemas dalam kemasan primer dengan
plastik bening, hanya beberapa merek saja yang telah menggunakan
bok karton. Kemasan yang ideal pada jamu tradisional rebusan sesuai
dengan keinginan konsumen adalah kemasan primer dengan
menggunakan bok karton yang berbentuk kubus atau segi empat yang
salah satu sisi kubus tersebut dibuat transparan sehingga konsumen
dapat mengetahui bahan-bahan yang digunakan untuk membuat jamu
tersebut.
b) Kepraktisan
Konsumen mempunyai tipe ideal terhadap kepraktisan pada
jamu tradisional yaitu kemudahan konsumen pada saat mengkonsumsi
jamu tradisional. Performansi ideal dan kepercayaan konsumen
terhadap atribut kepraktisan jamu tradisional adalah sebagai berikut :
Tabel. 25. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut
Kepraktisan Jamu Tradisional.
Atribut Serbuk Instan Rebusan
Kepraktisan (Ii) (Xi) [Ii-Xi] (Ii) (Xi) [Ii-Xi]
5 4 - - -
4 73 66 2 -
3 - 11 17 15
2 - - - 4
1 - - - -
n 77 77 19 19
Total 312 297 59 53
X 4,05 3,86 0,19 3,10 2,79 0,31
Sumber : Analisis Data Primer
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan Tabel 25 dapat diketahui bahwa pada jamu


tradisional serbuk instan selisih antara performansi ideal dengan
kepercayaan konsumen adalah sebesar 0,19 sedangkan pada jamu
tradisional rebusan sebesar 0,31. Hal ini menunjukkan bahwa atribut
kepraktisan pada jamu tradisional serbuk instan dan rebusan sudah
memenuhi ideal menurut konsumen. Kepraktisan yang ideal yang
sesuai dengan keinginan konsumen, yaitu konsumen merasa mudah
dan praktis untuk mengkonsumsi jamu tradisional. Untuk jamu
tradisional serbuk instan konsumen tinggal menyedu jamu dengan air
panas sebanyak 100 ml atau setengah gelas kecil untuk satu bungkus
(sachet) jamu, maka jamu tradisional serbuk instan dapat dikonsumsi.
Dan untuk mengkonsumsi jamu tradisional rebusan konsumen harus
merebusnya terlebih dahulu, namun menurut konsumen merebus
bukanlah tindakan yang merepotkan dan dirasa praktis untuk
mengkonsumsi sebuah jamu rebusan.
c) Khasiat
Konsumen jamu tradisional pastilah mempunyai tujuan agar
memperoleh manfaat dari jamu tradisional yang dikonsumsinya, atau
dengan kata lain jamu yang dikonsumsinya berkhasiat. Performansi
ideal dan kepercayaan konsumen terhadap atribut khasiat jamu
tradisional adalah sebagai berikut :
Tabel 26. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap
Atribut Khasiat Jamu Tradisional.
Atribut Serbuk Instan Rebusan
Khasiat (Ii) (Xi) [Ii-Xi] (Ii) (Xi) [Ii-Xi]
5 62 9 14 5
4 15 68 5 14
3 - - - -
2 - - - -
1 - - - -
n 77 77 19 19
Total 370 317 90 81
X 4,80 4,12 0,68 4,74 4,26 0,48
Sumber : Analisis Datacommit
Primerto user
perpustakaan.uns.ac.id 64
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan Tabel 26 dapat diketahui bahwa selisih antara


performansi ideal dengan kepercayaan konsumen pada jamu
tradisional serbuk instan adalah 0,68. Nilai ini menunjukkan bahwa
atribut khasiat pada jamu tradisional serbuk instan belum memenuhi
ideal. Sedangkan untuk jamu tradisional rebusan selisih nilai antara
performansi ideal dengan kepercayaan konsumen adalah 0,48. Hal ini
menunjukkan bahwa atribut khasiat telah memenuhi ideal.
Secara umum jamu tradisional berguna sebagai minuman
kesehatan, namun khasiat atau kegunaan jamu tradisional itu berbeda-
beda sesuai dengan jamunya. Atribut khasiat yang ideal yang
diinginkan konsumen adalah konsumen langsung merasakan manfaat
dari jamu tradisional yang dikonsumsinya tersebut, misalnya dengan
meminum jamu tradisional keluhan yang dirasakan konsumen seperti
pegal-pegal langsung hilang. Atribut khasiat pada jamu tradisonal
serbuk instan belum memenuhi ideal. Konsumen jamu tersebut
berharap mendapatkan khasiat yang besar dari jamu tradisional serbuk
instan yang dikonsumsinya, misalnya dengan sekali memgkonsumsi
jamu maka keluhan akan dirasakan konsumen langsung sembuh.
Mungkin ini adalah prinsip ekonomi dari konsumen jamu yaitu
mendapatkan khasiat yang besar dari jamu tradisional yang harganya
cukup terjangkau. Berbeda halnya untuk jamu rebusan, atribut khasiat
pada jamu ini sudah memenuhi ideal. Konsumen jamu tradisional
rebusan telah mendapatkan khasiat yang diinginkan dari jamu
tradisional rebusan yang mereka konsumsi.
d) Informasi Pemakaian
Informasi pemakaian merupakan salah satu atribut yang
dipertimbangkan konsumen pada saat membeli jamu tradisional.
Informasi ini berupa cara dan takaran dalam penyajian jamu
tradisional. Performansi ideal dan kepercayaan konsumen terhadap
atribut informasi pemakaian jamu tradisional adalah sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 65
digilib.uns.ac.id

Tabel 27. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap


Atribut Informasi Pemakaian Jamu Tradisional.
Atribut Serbuk Instan Rebusan
Informasi
(Ii) (Xi) [Ii-Xi] (Ii) (Xi) [Ii-Xi]
Pemakaian
5 64 27 8 5
4 13 50 11 14
3 - - - -
2 - - - -
1 - - - -
n 77 77 19 19
Total 373 335 84 75
X 4,83 4,35 0,48 4,42 3,39 0,47
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 27 dapat diketahui bahwa selisih antara
performansi ideal dengan kepercayaan konsumen pada jamu
tradisional adalah sebesar 0,48. Sedangkan untuk jamu tradisional
rebusan selisih antara performansi ideal dengan kepercayaan
konsumen adalah sebesar 0,47. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
atribut informasi pemakaian pada jamu tradisional serbuk instan dan
jamu tradisional rebusan sudah memenuhi ideal atau sesuai dengan
keinginan konsumen. Informasi pemakaian berupa cara penyajian
jamu, dan takaran atau ukuran penyajian jamu sudah tertera lengkap
pada produk jamu tradisional pada pasar tradisional di Kabupaten
Sukoharjo.
e) Batas Waktu Penggunaan
Batas waktu penggunaan atau tanggal kadaluwarsa dari jamu
tradisional serbuk instan merupakan atribut yang sangat diperhatikan
oleh konsumen jamu tradisional. Performansi ideal dan kepercayaan
konsumen terhadap atribut batas waktu penggunaan jamu tradisional
adalah sebagai berikut :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id

Tabel 28. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut


Batas Waktu Penggunaan Jamu Tradisional.
Atribut Serbuk Instan Rebusan
Batas Waktu
(Ii) (Xi) [Ii-Xi] (Ii) (Xi) [Ii-Xi]
Penggunaan
5 77 70 8 -
4 - 7 11 -
3 - - - 1
2 - - - 18
1 - - - -
n 77 77 19 19
Total 385 378 84 39
X 5 4,91 0,09 4,42 2,05 2,37
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 28 dapat diketahui bahwa selisih antara
performansi ideal dengan kepercayaan konsumen jamu tradisional
serbuk instan adalah sebesar 0,09. Hal ini menunjukkan bahwa atribut
batas waktu penggunaan untuk jamu tradisional serbuk instan sudah
memenuhi ideal menurut konsumen. Sedangkan selisih antara
performansi ideal dengan kepercayaan konsumen jamu tradisional
rebusan adalah sebesar 2,37. Hal ini menunjukkan bahwa atribut batas
waktu penggunaan pada jamu tradisional rebusan belum memenuhi
ideal menurut konsumen.
Batas waktu penggunaan jamu tradisional adalah tanggal, bulan
dan tahun dimana pada saat itu merupakan batas terakhir untuk
mengkonsumsi jamu tersebut, setelah terlewat batas tersebut maka
jamu tradisional sudah tidak layak untuk dikonsumsi atau sudah
kadaluwarsa. Jamu tradisional mempunyai batas waktu penggunaan
yang cukup lama. Berdasarkan informasi dari pedagang jamu
tradisional pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo, untuk jamu
tradisional serbuk instan dapat digunakan selama kurang lebih 3 tahun
setelah diproduksi, dan untuk jamu tradisional rebusan belum tertera
secara jelas batas waktunya. Biasanya untuk mengetahui apakah jamu
tersebut masih layak dikonsumsi, maka dilihat bentuk dari bahan-
commit to user
bahan yang digunakan untuk membuatnya. Jika bentuknya sudah rusak
perpustakaan.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id

(terdapat serbuk-serbuk dari bahan-bahan jamu) maka jamu tersebut


sudah tidak layak dikonsumsi.
Atribut batas waktu penggunaan pada jamu tradisional serbuk
instan telah memenuhi ideal sesuai dengan keingginan konsumen,
karena batas waktu penggunaan jamu tersebut telah tertera jelas pada
produk jamu tradisional. Sedangkan pada jamu tradisional rebusan
atribut batas waktu penggunaan belum memenuhi ideal, sebab pada
jamu tradisional rebusan tidak terdapat batas waktu penggunaan jamu
seperti pada jamu tradisional serbuk instan, padahal konsumen
mengingginkan adanya batas waktu penggunaan yang jelas sehingga
konsumen dapat mengetahui sapai kapan jamu tersebut dapat
dikonsumsi.
f) Komposisi Jamu
Atribut komposisi jamu merupakan atribut yang
dipertimbangkan oleh konsumen jamu tradisional untuk melihat
bahan-bahan yang digunakan dalam peracikan jamu tradisional.
Performansi ideal dan kepercayaan konsumen terhadap atribut
komposisi jamu tradisional adalah sebagai berikut:
Tabel 29. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut
Komposisi Jamu Tradisional.
Atribut Serbuk Instan Rebusan
Komposisi Jamu (Ii) (Xi) [Ii-Xi] (Ii) (Xi) [Ii-Xi]
5 10 62 15 -
4 67 15 4 -
3 - - - 12
2 - - - 7
1 - - - -
n 77 77 19 19
Total 375 370 91 50
X 4,87 4,80 0,07 4,79 2,63 2,16
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 29 dapat diketahui bahwa selisih antara
performansi ideal dengan kepercayaan konsumen adalah sebesar 0,07.
commitatribut
to userkomposisi jamu sudah memenuhi
Hal ini menunjukkan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id

ideal menurut konsumen. Untuk jamu tradisional rebusan selisih antara


performansi ideal dengan kepercayaan konsumen adalah sebesar 2,16.
Hal ini menunjukkan bahwa atribut komposisi jamu belum memenuhi
ideal menurut konsumen.
Komposisi jamu tradisional adalah bahan-bahan yang digunakan
untuk membuat jamu tradisional. Bahan-bahan tersebut berasal dari
tanaman-tanaman obat yang berupa rimpang (kunyit, temulawak,
kencur, jahe; buah (adas, cengkeh, asam); kayu (kayu manis, kayu
secang); daun (daun papaya, daun sirih, daun katup, daun beluntas) dan
masih banyak bahan-bahan lainnya. Atribut komposisi jamu pada jamu
tradisional telah memenuhi ideal sesuai keinginan konsumen, yaitu
pada produk jamu tradisional serbuk instan telah dicantumkan
komposisi jamu dengan cukup jelas, sehingga konsumen dapat melihat
bahan-bahan yang digunakan untuk membuat jamu tradisional serbuk
instan tersebut. Sedangkan pada jamu tradisional rebusan hanya
beberapa merek jamu saja yang menyantumkan komposisi jamunya.
Oleh sebab itu konsumen jamu tradisional rebusan menganggap atribut
komposisi jamu belum ideal.
g) Keamanan Produk
Atribut keamanan produk merupakan atribut yang sangat
dipertimbangkan oleh konsumen jamu tradisional. Konsumen jamu
sudah pasti mengingginkan jamu tradisional yang dibelinya aman
untuk dikonsumsi. Performansi ideal dan kepercayaan konsumen
terhadap atribut keamanan produk jamu adalah sebagai berikut :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id

Tabel 30. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut


Keamanan Produk Jamu Tradisional.
Atribut Serbuk Instan Rebusan
Keamanan (Ii) (Xi) [Ii-Xi] (Ii) (Xi) [Ii-Xi]
5 77 63 15 -
4 - 14 4 -
3 - - - 12
2 - - - 7
1 - - - -
n 77 77 19 19
Total 385 371 91 50
X 5 4,82 0,18 4,79 2,63 2,16
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 30 dapat diketahui bahwa selisih antara
performansi ideal dengan kepercayaan konsumen jamu tradisional
serbuk instan adalah sebesar 0,18. Hal ini menunjukkan bahwa atribut
keamanan produk jamu tradisional serbuk instan sudah memenuhi
ideal menurut konsumen. Sedangkan selisih antara performansi ideal
dengan kepercayaan konsumen jamu tradisional rebusan adalah
sebesar 1,74. Hal ini menunjukkan bahwa atribut keamanan produk
jamu tradisional rebusan belum memenuhi ideal menurut konsumen.
Keamanan dari jamu tradisional dapat dilihat dari izin yang
diberikan Departemen Kesehatan ataupun izin dari Badan POM, jika
tertera izin dari salah satu lembaga tersebut maka konsumen yakin
bahwa jamu tradisional yang mereka konsumsi terbuat dari bahan-
bahan yang aman dikonsumsi dan teruji kesehatannya. Atribut
keamanan pada jamu tradisional serbuk instan sudah memenuhi ideal,
yaitu pada jamu tradisional serbuk instan telah mendapatkan izin dari
Departeman Kesehatan ataupun dari Badan POM. Dan untuk jamu
tradisional rebusan atribut keamanan belum memenuhi ideal karena
pada jamu tradisional rebusan tidak semua menyantumkan izin dari
Departemen Kesehatan ataupun dari Badan POM, jadi masih ada jamu
tradisional rebusan di pasar tradisional Kabupaten Sukoharjo yang
belum mendapatkan commit to user konsumen mengingginkan jamu
izin. padahal
perpustakaan.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id

yang mereka konsumsi telah mendapat izin, sehingga konsumen yakin


bahwa jamu yang dikonsumsi adalah jamu yang aman.

D. Analisis Kualitas Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap Jamu


Tradisional
1. Analisis Kualitas Ideal Konsumen
Sikap konsumen terhadap berbagai atribut jamu tradisional dapat
menggambarkan bahwa atribut jamu tradisional sudah sesuai keinginan
konsumen atau belum. Analisis sikap konsumen terhadap atribut jamu
tradisional serbuk instan dan rebusan adalah sebagai berikut:
a) Jamu Tradisional Serbuk Instan
Konsumen jamu tradisional serbuk instan menginginkan atribut
yang melekat pada suatu produk yang dikonsumsi sudah sesuai dengan
selera ataupun keinginannya. Data untuk kualitas ideal konsumen
terhadap Jamu Tradisional serbuk instan dapat diringkas sebagai
berikut :
Tabel 31. Kualitas Ideal Konsumen Terhadap Jamu Tradisional Serbuk
instan.
Kepercayaan
Atribut Ideal (Ii) /Ii-Xi/
Konsumen (Xi)
Kemasan 4,17 3,74 0,43
Kepraktisan 4,05 3,86 0,19
Khasiat 4,80 4,12 0,68
Informasi Pemakaian 4,83 4,35 0,48
Batas Waktu Penggunaan 5 4,91 0,09
Komposisi Jamu 4,87 4,80 0,07
Keamanan Produk 5 4,82 0,18
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 31 dapat diketahui adanya kualitas ideal
konsumen terhadap jamu tradisional serbuk instan yaitu diketahui
adanya atribut-atribut jamu tradisional yang paling sesuai dengan
keinginan konsumen atau belum memenuhi ideal menurut konsumen.
Atribut jamu tradisional serbuk instan yang paling memenuhi sifat
ideal menurut konsumen adalah atribut komposisi jamu. Selanjutnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id

berturut-turut adalah atribut batas waktu penggunaan, keamanan


produk, kepraktisan, kemasan, informasi pemakaian dan khasiat.
Atribut komposisi jamu tradisional serbuk instan merupakan
atribut yang paling memenuhi ideal menurut konsumen. Hal ini
ditunjukkan dengan selisih poin antara sifat ideal yang diinginkan
konsumen dengan kenyataan pada atribut komposisi jamu bernilai
paling kecil yaitu sebesar 0,07 yang berarti atribut komposisi jamu
dianggap paling sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen.
Menurut konsumen jamu tradisional serbuk instan komposisi jamu
tradisional serbuk instan telah tertulis dengan jelas pada produk jamu
tradisional serbuk instan.
Atribut selanjutnya yang memenuhi ideal adalah atribut batas
waktu penggunaan. Selisih nilai antara performansi ideal dan
kenyataan produk menurut konsumen adalah sebesar 0,09. Hal ini
dapat diketahui bahwa atribut batas waktu penggunaan pada jamu
tradisional serbuk instan sudah sesuai dengan keinginan konsumen.
Menurut konsumen, batas waktu penggunaan berupa tanggal, bulan
dan tahun yang menunjukkan batas akhir mengkonsumsi jamu
tradisional telah jelas tertera pada produk jamu tradisional serbuk
instan.
Atribut keamanan produk merupakan atribut yang sudah
memenuhi sifat ideal konsumen. Atribut ini memiliki selisih nilai
antara apa yang diharapkan konsumen dengan kenyataan yang ada
pada produk sebesar 0,18. Konsumen beranggapan bahwa jamu
tradisional serbuk instan yang ditawarkan di pasar tradisional
Kabupaten Sukoharjo aman dikonsumsi. Hal ini ditunjukkan dengan
dicantumkannya izin dari Departemen Kesehatan ataupun dari Badan
POM pada produk jamu tradisional serbuk instan.
Atribut kepraktisan pada jamu tradisional serbuk instan
merupakan atribut yang telah memenuhi sifat ideal konsumen dengan
nilai antara apa yang commit to user
diharapkan konsumen dengan kenyataan yang
perpustakaan.uns.ac.id 72
digilib.uns.ac.id

ada pada produk adalah sebesar 0,19. Menurut konsumen jamu


mengkonsumsi jamu tradisional serbuk instan sangat mudah dan
praktis, hanya dengan menyedu jamu tersebut dengan air panas maka
jamu tradisional serbuk instan siap untuk dikonsumsi.
Atribut selanjutnya adalah atribut kemasan yang memiliki
selisih nilai antara sifat ideal dengan kenyataan pada produk sebesar
0,43. Hal ini dapat diketahui bahwa atribut kemasan pada jamu
tradisional serbuk instan ini telah memenuhi ideal. Menurut
konsumennya, jamu tradisional serbuk instan telah memiliki kemasan
yang cukup menarik. Jamu ini dikemas dengan rapi dalam kemasan
primer, ada yang menggunakan plastik dan ada yang menggunakan
kertas. Kemudian tiap paknya dikemas lagi dalam kemasan sekunder
menggunakan plastik bening ataupun bok karton, biasanya satu pak
berisi 5-10 bungkus kecil (sachet) jamu tradisional serbuk instan.
Atribut informasi pemakaian pada jamu tradisional juga sudah
memenuhi ideal. Selisih poin antara sifat ideal dan kenyataan pada
produk yaitu sebesar 0,48. Konsumen berpendapat bahwa informasi
pemakaian pada jamu tradisional ini sudah jelas tertera pada kemasan
jamu tradisional serbuk instan tersebut. Informasi pemakaian ini
berupa cara menyajian jamu dan takaran penyajian jamu.
Atribut yang terakhir adalah khasiat jamu tradisional. Atribut
ini memiliki selisih poin antara sifat ideal dan kenyataan pada produk
yaitu sebesar 0,68. Nilai ini menunjukkan bahwa atribut khasiat belum
memenuhi idea. Walaupun jamu tradisional serbuk instan yang ada di
pasar tradisional Kabupaten Sukoharjo berkhasiat, namun konsumen
jamu tradisional serbuk instan menginginkan manfaat atau khasiat
yang besar dari jamu tradisional tersebut. Konsumen menginginkan
khasiat atau kegunaan jamu dapat dirasakan segera setelah
mengkonsumsi jamu tradisional serbuk instan, misalnya dengan sekali
mengkonsumsi jamu tersebut maka keluhan yang dirasakan konsumen
akan sembuh. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id

b) Jamu Tradisional Rebusan


Setiap konsumen memiliki kualitas ideal pada setiap produk
yang akan dibelinya termasuk untuk jamu tradisional rebusan. Data
untuk kualitas ideal konsumen terhadap Jamu Tradisional rebusan
adalah sebagai berikut :
Tabel 32. Kualitas Ideal Konsumen Terhadap Jamu Tradisional
Rebusan.
Kepercayaan
Atribut Ideal (Ii) /Ii-Xi/
Konsumen (Xi)
Kemasan 4,58 3,16 1,42
Kepraktisan 3.10 2,79 0.31
Khasiat 4,74 4,26 0,48
Informasi Pemakaian 4,42 3,95 0,47
Batas Waktu Penggunaan 4,42 2.05 2,37
Komposisi Jamu 4,79 2,63 2,16
Keamanan Produk 5 3,26 1,74
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 32 dapat diketahui adanya kualitas ideal
konsumen terhadap jamu tradisional rebusan yaitu diketahui adanya
atribut-atribut jamu tradisional yang paling sesuai dengan keinginan
konsumen atau belum memenuhi ideal menurut konsumen. Atribut
jamu tradisional rebusan yang paling memenuhi sifat ideal menurut
konsumen adalah atribut kepraktisan. Selanjutnya berturut-turut adalah
atribut informasi pemakaian, khasiat, kemasan, keamanan produk,
komposisi jamu dan batas waktu penggunaan.
Atribut kepraktisan memiliki selisih nilai antara sifat ideal
dengan kenyataan pada produk sebesar 0,31. Hal ini menunjukkan
bahwa atribut kepraktisan telah memenuhi sifat idea konsumen. Untuk
mengkonsumsi jamu tradisional rebusan konsumen harus merebusnya
terlebih dahulu, namun hal tersebut tidak membuat konsumen jamu
tradisional merasa repot, konsumen sadar bahwa yang namanya jamu
rebusan itu harus direbus terlebih dahulu untuk mengkonsumsinya,
untuk itu konsumen menganggap bahwa atribut kepraktisan telah
commit
sesuai dengan keingginan to user
konsumen.
perpustakaan.uns.ac.id 74
digilib.uns.ac.id

Atribut selanjutnya yang memenuhi ideal adalah atribut


informasi pemakaian. Atribut informasi pemakaian memiliki selisih
nilai antara sifat ideal dengan kenyataan pada produk sebesar 0,47. Hal
ini menunjukkan bahwa informasi pemakaian yang ada pada jamu
tradisional rebusan telah sesuai dengan keinginan konsumen. Menurut
konsumen informasi pemakaian yang ada pada jamu tradisional
rebusan tersebut sudah lengkap dan bisa dimengerti oleh konsumen.
Informasi pemakaian tersebut berupa petunjuk pemakaian dan takaran
mengkonsumsi jamu tradisional rebusan.
Atribut khasiat memiliki selisih poin antara sifat ideal dan
kenyataan pada produk yaitu sebesar 0,48. Hal ini dapat diketahui
bahwa atribut khasiat sudah memenuhi ideal. Konsumen jamu
tradisional rebusan beranggapan bahwa khasiat yang mereka peroleh
dari jamu tradisional yang mereka konsumsi sesuai dengan apa yang
mereka inginkan. Khasiat yang diperoleh tersebut adalah manfaat-
manfaat yang dapat dirasakan konsumen setelah mengkonsumsi jamu
tradisional rebusan.
Atribut kemasan memiliki selisih nilai antara sifat ideal dengan
kenyataan pada produk sebesar 1,42. Hal ini menunjukkan bahwa
atribut kemasan jamu tradisional rebusan belum memenuhi ideal.
Konsumen merasa kemasan jamu tradisional belum begitu menarik,
sebagian besar jamu tradisional rebusan yang dijual pada pasar
tradisional Kabupaten Sukoharjo menggunakan kemasan primer
berupa plastik bening. Sedangkan konsumen mengginginkan kemasan
yang lebih menarik, misalnya dengan bok karton.
Atribut keamanan produk merupakan atribut yang belum
memenuhi sifat ideal konsumen. Atribut ini memiliki selisih nilai
antara apa yang diharapkan konsumen dengan kenyataan yang ada
pada produk sebesar 1,74. Keamanan produk jamu tradisional rebusan
belum bisa sepenuhnya dipercaya oleh konsumen, karena masih ada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 75
digilib.uns.ac.id

jamu tradisional rebusan yang belum memyantumkan izin dari


Departemen Kesehatan ataupun dari Badan POM.
Atribut komposisi jamu tradisional rebusan merupakan atribut
yang belum memenuhi ideal menurut konsumen. Hal ini ditunjukkan
dengan selisih poin antara sifat ideal yang diinginkan konsumen
dengan kenyataan pada atribut kepraktisan bernilai lebih besar dari 0,5
yaitu sebesar 2,16 yang berarti atribut komposisi jamu dianggap belum
sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen. Atribut komposisi jamu
tradisional dianggap belum sesuai dengan keingginan konsumen,
karena hanya beberapa merek jamu saja yang menyantumkan
komposisi jamun pada produk jamu, sedangkan konsumen
mengingginkan komposisi jamu tertulis secara lengkap pada smua
produk jamu tradisional rebusan, sehingga konsumen mengetahui
bahan-bahan yang digunakan untuk membuat jamu tradisional rebusan
tersebut.
Atribut selanjutnya adalah atribut batas waktu penggunaan.
Atribut ini belum memenuhi idea menuruk konsumen yaitu dengan
selisih nilai antara performansi ideal dan kenyataan produk menurut
konsumen adalah sebesar 2,37. Pada jamu tradisional rebusan belum
dicantumkan batas waktu penggunan jamu tersebut, sehingga atribut
batas waktu penggunaan belum sesuai dengan keinginan konsumen.
Konsumen mengingginkan batas waktu penggunaan berupa tanggal,
bulan dan tahun tertera jelas pada kemasan jamu tradisional rebusan.
2. Kepercayaan Konsumen Terhadap Jamu Tradisional
Kepercayaan konsumen terhadap suatu produk dapat menimbulkan
keinginan untuk membeli produk tersebut. Kepercayaan konsumen
terhadap atribut jamu tradisional terhadap jamu tradisional serbuk instan
dan jamu tradisional rebusan adalah sebagai berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 76
digilib.uns.ac.id

Tabel 33. Kepercayaan Konsumen Terhadap Atribut Pada Jamu


Tradisional.
Atribut Kepercayaan Konsumen
Serbuk Instan Rebusan
Kemasan 3,74 3,16
Kepraktisan 3,86 2,97
Khasiat 4,12 4,26
Informasi pemakaian 4,35 3,95
Batas waktu penggunaan 4,35 2,05
Komposisi jamu 4,80 2,63
Keamanan 4,82 3,26
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 33 dapat diketahui bahwa kepercayaan konsumen
terhadap atribut kemasan untuk jamu tradisional serbuk instan sebesar 3,74
sedangkan kepercayaan yang diberikan konsumen untuk jamu tradisional
rebusan sebesar 3,16. Hal ini dapat menunjukkan bahwa kepercayaan
konsumen terhadap kemasan jamu tradisional serbuk instan lebih tinggi
daripada jamu tradisional rebusan. Dengan kata lain kemasan dari jamu
tradisional serbuk instan telah sesuai dengan keinginan konsumen, karena
kemasan yang digunakan lebih menarik dan lebih rapi dari pada jamu
tradisional rebusan yang kebanyakan hanya dikemas dalam kemasan
primer berupa plastik bening.
Kepercayaan konsumen terhadap atribut kepraktisan untuk jamu
tradisional serbuk instan sebesar 3,86 sedangkan kepercayaan konsumen
untuk jamu tradisional rebusan sebesar 2,97. Hal ini dapat menunjukkan
bahwa kepercayaan yang diberikan konsumen terhadap kepraktisan lebih
tinggi pada jamu tradisional serbuk instan. Kepraktisan jamu tradisional
serbuk instan sudah sesuai dengan keinginan konsumen, karena konsumen
hanya tinggal menyedu dengan air panas jamu tradisional serbuk instan
tersebut dan langsung siap untuk dikonsumsi.
Kepercayaan yang diberikan oleh konsumen terhadap khasiat jamu
tradisional rebusan lebih besar dari pada jamu tradisional serbuk instan
yaitu sebesar 4,26 untuk rebusan dan 4,12 untuk serbuk instan. Hal ini
commit
dapat menunjukkan bahwa to user
kepercayaan yang diberikan konsumen
perpustakaan.uns.ac.id 77
digilib.uns.ac.id

terhadap khasiat jamu tradisional rebusan lebih tinggi daripada jamu


tradisional serbuk instan. Konsumen jamu tradisional rebusan merasa
mendapatkan khasiat dari jamu yang dikonsumsinya.
Kepercayaan konsumen terhadap atribut informasi pemakaian untuk
jamu tradisional serbuk instan yaitu sebesar 4,35 sedangkan kepercayaan
konsumen untuk jamu tradisional rebusan sebesar 3,95. Hal ini dapat
menunjukkan bahwa kepercayaan yang diberikan konsumen terhadap
informasi pemakaian jamu tradisional serbuk instan lebih tinggi daripada
jamu tradisional rebusan. Dalam produk jamu tradisional serbuk instan
maupun rebusan sama-sama telah tertera informasi pemakaian jamu
tradisional tersebut, tetapi konsumen menganggap bahwa informasi pada
jamu tradisional serbuk instan lebih lengkap dan sesuai dengan keinginan
konsumen.
Kepercayaan konsumen terhadap atribut batas waktu penggunaan
untuk jamu tradisional serbuk instan dengan jamu tradisional rebusan
untuk atribut batas waktu penggunaan berbeda jauh, kepercayaan untuk
jamu serbuk instan sebesar 4,35 sedangkan kepercayaan konsumen untuk
jamu tradisional rebusan sebesar 2,05. Hal ini dapat menunjukkan bahwa
kepercayaan yang diberikan konsumen terhadap batas waktu penggunaan
jamu tradisional serbuk insatan lebih tinggi daripada jamu tradisional
rebusan. Hal tersebut dikarenakan pada jamu tradisonal serbuk instan telah
tercantum tanggal batas waktu penggunaan secara jelas, sedangkan untuk
jamu tradisional rebusan tidak tercantum.
Kepercayaan konsumen terhadap atribut komposisi jamu untuk jamu
tradisional serbuk instan dengan jamu tradisional rebusan untuk atribut
komposisi jamu sangat berbeda, kepercayaan untuk jamu serbuk instan
sebesar 4,80 sedangkan kepercayaan konsumen untuk jamu tradisional
rebusan sebesar 2,63. Hal ini dapat menunjukkan bahwa kepercayaan yang
diberikan konsumen terhadap komposis jamu tradisional serbuk instan
lebih tinggi daripada jamu tradisional rebusan. Hal tersebut dikarenakan
commit
pada jamu tradisional serbuk totelah
instan user tercantum komposisi jamu secara
perpustakaan.uns.ac.id 78
digilib.uns.ac.id

jelas sehingga konsumen dapat mengetahui bahan-bahan untuk membuat


jamu serbuk instan, sedangkan untuk jamu tradisioan rebusan tidak semua
produk jamu tradisional rebusan menyantumkan komposisi jamunya,
masih banyak jamu tradisional rebusan yang belum menyantumkan
komposisi jamunya.
Kepercayaan konsumen terhadap atribut keamanan untuk jamu
serbuk instan sebesar 4,82 sedangkan kepercayaan konsumen untuk jamu
tradisional rebusan sebesar 3,26. Hal ini dapat menunjukkan bahwa
kepercayaan yang diberikan konsumen terhadap keamanan produk jamu
tradisional serbuk insatan lebih tinggi daripada jamu tradisional rebusan.
Sebab pada jamu tradisional serbuk instan telah tercantun izin dari
Departemen Kesehatan maupun Badan POM, sedangkan pada jamu
tradisional rebusan ada beberapa jamu yang belum mempunyai izin
tersebut.
Atribut yang melekat pada jamu tradisional serbuk instan dan
rebusan baik berupa kemasan, kepraktisan, khasiat, informasi pemakaian,
batas waktu penggunaan, komposisi jamu dan keamanan produk dapat
menimbulkan suatu kepercayan pada konsumen pada saat akan membeli
jamu tradisional. Konsumen lebih memberikan kepercayaan pada jamu
tradisional serbuk instan untuk atribut kemasan, kepraktisan, informasi
pemakaian, batas waktu penggunaan, komposisi jamu dan keamanan
produk sedangkan untuk jamu tradisional serbuk instan konsumen hanya
memberikan kepercayaan satu atribut saja yaitu atribut khasiat.

E. Analisis Sikap Konsumen terhadap Jamu Tradisional


Jamu tradisional biasanya dikonsumsi sebagai minuman kesehata dan
pengobatan suatu penyakit. Permintaan terhadap jamu tradisional pada pasar
tradisional di Kabupaten Sukoharjo bebeda-beda. Untuk itu seorang produsen
ataupun pemasar jamu tradisional harus dapat mengetahui bagaimana selera
konsumen yang tercermin dari perilaku konsumen, khususnya sikap
konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan konsep kepercayaan dan
commit to user
perilaku. Sikap biasanya memainkan peranan utama dalam membentuk
perpustakaan.uns.ac.id 79
digilib.uns.ac.id

perilaku. Setiap konsumen memiliki produk ideal bagi dirinya. Ditinjau dari
sikap, semakin dekat sebuah produk ke poin ideal, semakin baik posisinya.
Dengan mengetahui sikap konsumen, sangat penting bagi produsen untuk
memenuhi selera konsumen akan jamu tradisional yang diinginkan sehingga
dapat memberikan keuntungan bagi produsen.
Setelah mengetahui sikap konsumen terhadap masing-masing atribut
jamu tradisional, maka dapat diketahui pula sikap konsumen terhadap produk
secara keseluruhan. Analisis sikap konsumen terhadap atribut jamu
tradisional adalah sebagai berikut:
1. Jamu Tradisional serbuk instan
Berbagai atribut jamu tradisional serbuk instan dapat menjadi bahan
pertimbangan konsumen pada saat membeli. Sikap konsumen terhadap
jamu tradisional serbuk instan adalah sebagai berikut :
Tabel 34. Sikap Konsumen Terhadap Jamu Tradisional Serbuk instan.
Atribut Tingkat /Ii – Xi/ Wi/Ii – Xi/
Kepentingan (Wi)
Kemasan 3,96 0,43 1,7020
Kepraktisan 3,74 0,19 1,7106
Khasiat 4,17 0,68 2,8356
Informasi Pemakaian 4,15 0,48 1,9920
Batas Waktu Penggunaan 4,93 0,09 0,4437
Komposisi Jamu 4,42 0,07 0,3094
Keamanan Produk 4,96 0,18 0,8928
Sikap (Ab) 9,89
Sumber : Analisis Data Primer
Kriteria sikap konsumen terhadap jamu tradisional serbuk instan
dinilai dengan menggunakan skala linear numerik, yaitu :

x=
å Wi ( Ii - 1)
skala

x = 22,47322

skala linear numerik :


0 £ Ab< 22,47322 : sangat baik
22,4732 £ Ab< 44,94644 commit to user
: baik
perpustakaan.uns.ac.id 80
digilib.uns.ac.id

44,94644£ Ab< 67,41966 : netral


67,41966£ Ab< 89,89288 : buruk
89,89288£ Ab< 112,3661 : sangat buruk

Berdasarkan Tabel 34 dapat diketahui bahwa nilai sikap konsumen


terhadap jamu tradisional serbuk instan adalah sebesar 9,89. Hasil ini
menunjukkan bahwa sikap konsumen terhadap jamu tradisional sangat
baik yang berarti atribut yang melekat pada jamu tradisional serbuk instan
sudah sesuai dengan keinginan konsumen. Sikap konsumen tersebut
ditunjukkan dengan perilaku beli konsumen yang mengkonsumsi jamu
tradisional serbuk instan. Atribut pada Jamu Tradisional serbuk instan
sudah sesuai dengan keinginan konsumen bahkan lebih sesuai dari sifat
ideal yang diinginkan konsumen karena hasil analisis menunjukkan nilai
sikap yang sangat baik.
2. Jamu Tradisional Rebusan
Berbagai atribut jamu tradisional rebusan dapat menjadi bahan
pertimbangan konsumen pada saat membeli. Adapun sikap konsumen
terhadap jamu tradisional rebusan adalah sebagai berikut :
Tabel 35. Sikap Konsumen Terhadap Jamu Tradisional Rebusan.
Atribut Tingkat /Ii – Xi/ Wi/Ii – Xi/
Kepentingan (Wi)
Kemasan 3,96 1,42 5,6232
Kepraktisan 3,74 0.31 1,1594
Khasiat 4,17 0,48 2,0016
Informasi Pemakaian 4,15 0,47 1,9505
Batas Waktu Penggunaan 4,93 2,37 11,6841
Komposisi Jamu 4,42 2,16 9,5472
Keamanan Produk 4,96 1,74 8,6304
Sikap (Ab) 40,60
Sumber : Analisis Data Primer
Kriteria sikap konsumen terhadap jamu tradisional rebusan dinilai
dengan menggunakan skala linear numerik, yaitu :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 81
digilib.uns.ac.id

x=
å Wi ( Ii - 1)
skala

x = 21,1457
Skala linear numerik :
0 £ Ab< 21,1457 : sangat baik
21,1457£ Ab< 42,2914 : baik
42,2914£ Ab< 63,4371 : netral
63,4371 £ Ab< 84,5828 : buruk
84,5828£ Ab< 105,7285 : sangat buruk
Berdasarkan Tabel 35 dan analisis di atas dapat diketahui bahwa
jamu tradisional rebusan mendapatkan sikap baik dari konsumen yang
berarti atribut yang melekat pada jamu tradisional rebusan telah sesuai
dengan selera konsumen dan sikap konsumen tersebut ditunjukkan dengan
perilaku beli konsumen yang mengkonsumsi jamu tradisional rebusan. Hal
ini dapat dilihat dari skor dari skala numerik dapat diketahui sikap
konsumen terhadap jamu tradisional yaitu sebesar 40,60.
Berdasarkan hasil penelitian maka hasil penelitian sikap konsumen
jamu tradisional pada pasar tradisional di Kabupaten Sukoharjo telah
sesuai dengan hipotesis penelitian. Dinyatakan bahwa hipotesis penelitian
sikap konsumen terhadap jamu tradisional adalah baik, dan pada hasil
penelitian sikap konsumen terhadap jamu tradisional serbuk instan adalah
sangat baik dengan nilai sikap sebesar 9,89. Sedangkan untuk sikap
konsumen jamu tradisional rebusan adalah baik dengan nilai sikap sebesar
40,60. Hal ini ditunjukkan bahwa sebagian besar dari atribut-atribut pada
jamu tradisional serbuk instan maupun rebusan telah memenuhi sifat ideal
sesuai dengan keinginan konsumen. Walaupun masih terdapat atribut yang
belum sesuai dengan keinginan konsumen, tetapi sebagian besar konsumen
tetap mengkonsumsi jamu tradisional serbuk instan dan rebusan karena
konsumen lebih mengutamakan kebiasaan dalam mengkonsumsi jamu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 82
digilib.uns.ac.id

tradisional sebagai minuman kesehatan ataupun penyembuhan suatu


penyakit.
Atribut jamu tradisional serbuk instan yang paling belum ideal
menurut konsumen adalah khasiat sedangkan untuk jamu tradisional
rebusan adalah batas waktu penggunaan, komposisi jamu, keamanan
produk dan kemasan. Belum semua atribut jamu tradisional memenuhi
sifat ideal konsumen. Peran produsen mengetahui sifat ideal produk,
diharapkan sebagai dasar pertimbangan menyediakan jamu tradisional
sesuai dengan keinginan konsumen serta produsen dapat meningkatkan
kualitas produknya dan menarik konsumen untuk membeli produk.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 84
digilib.uns.ac.id

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian dan analisis yang
dilakukan mengenai Sikap Konsumen jamu tradisional Pada Pasar Tradisonal
Di Kabupaten Sukoharjo adalah sebagai berikut :
1. Atribut-atribut jamu tradisional serbuk instan yang memenuhi ideal adalah
komposisi jamu, batas waktu penggunaan, keamanan produk, kepraktisan,
kemasan, dan informasi pemakaian sedangkan atribut yang belum
memenuhi ideal adalah atribut khasiat. Atribut-atribut jamu tradisional
rebusan yang memenuhi ideal adalah kepraktisan, informasi pemakaian
dan khasiat sedangkan atribut yang belum memenuhi ideal adalah atribut
kemasan, keamanan produk, komposisi jamu, dan batas waktu
penggunaan.
2. Sikap konsumen terhadap jamu tradisional serbuk instan adalah sangat
baik, sedangkan sikap konsumen jamu tradisional rebusan adalah baik.

B. Saran
1. Hendaknya produsen jamu tradisional khususnya jamu tradisional rebusan
menyantumkan atribut-atribut seperti komposisi jamu, batas waktu
penggunaan dan izin dari DEPKES atau Badan POM dalam kemasan jamu
tradisional rebusan sebagai bukti bahwa jamu tersebut aman untuk
dikonsumsi.
2. Hendaknya produsen jamu tradisional rebusan menggunakan kemasan
primer yang lebih rapi, misalnya dengan bok karton berbentuk kubus yang
salah satu sisi dari kubus tersebut dibuat transparan yang terbuat dari mika
agar bahan-bahan penyusun jamu rebusan dapat dilihat oleh konsumen.

commit to user
83

Anda mungkin juga menyukai