PADEMI COVID-19
Januari sampai April 2020 adalah 5-25 juta pekerjaan hilang (ILO), kerugian dalam
pendapatan tenaga kerja sebesar US $ 860 miliar sampai US $ 3,4 triliun (ILO), arus
investasi asing langsung global menurun sebesar 30% sampai 40% (UNCTAD),
penurunan wisatawan internasional sebesar 20% sampai 30% (UNWTO), 3,6 miliar
orang bekerja secara offline (ITU), dan 1,5 miliar siswa putus sekolah (UNESCO).
finansial yang cukup untuk hidup di luar garis kemiskinan nasional selama tiga
bulan. Contohnya pada negara Italia dan Spanyol, menurut United Nation
pandemi, dan gangguan pada pabrik dan logistik, di samping itu, hal itu juga
kekurangan makanan dan bahan makanan pokok lainnya. Selain itu, dampak
terburuk yang diprediksi akan terjadi seperti gangguan rantai pasokan yang
Mata uang lokal yang lemah akan membatasi kemampuan pemerintah untuk
Hal ini juga terjadi di Indonesia yang memiliki ketergantungan ekonomi pada
sektor pariwisata. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa wisatawan
asal China yang berkunjung ke Indonesia mencapai 2,07 juta orang pada tahun
2019 yang mencakup 12,8% dari total wisatawan asing sepanjang 2019.
Adapun daerah yang sektor retailnya paling terdampak adalah Manado, Bali,
Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Medan dan Jakarta. Penyebaran virus Covid-19
juga berdampak pada sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) karena para
Jika wisatawan yang berkunjung berkurang, maka pendapatan UMKM itu sendiri
akan mengalami penurunan. Berdasarkan data Bank Indonesia, pada tahun 2016
sektor UMKM mendominasi unit bisnis di Indonesia dan merupakan jenis usaha
dan universitas. Lebih dari 1,52 miliar anak-anak dan remaja saat ini mengadakan
pembelajaran mandiri di rumah. Selain itu, hampir 60,2 juta guru tidak lagi berada di
ruang kelas. Penutupan sekolah memiliki berbagai dampak buruk pada anak-anak
dan remaja, seperti pembelajaran yang terputus dan berkurangnya interaksi sosial
yang sangat penting bagi perkembangan sosial dan perilaku. Gangguan pada
diaksesnya TIK dapat menghambat komunikasi jarak jauh yang efektif dan akses
secara luas. Menurut data yang dikeluarkan oleh UNESCO pada tanggal 25 Maret,
di 165 negara. Termasuk penutupan lokal, ini mempengaruhi lebih dari 1,5 miliar
sinagog, masjid, dan kuil telah menawarkan ibadah melalui streaming langsung di
monitor pasien, pompa jarum suntik, pompa infus, dan makanan ke daerah yang
pandemi ini, bagi mereka yang terkena dampaknya, serta bagi Tuhan yang mereka
percayai untuk memberi para dokter dan ilmuwan kebijaksanaan untuk memerangi
penyakit.
Lingkungan alam Penerapan physical distancing yang mengharuskan
alam. Aktivitas ekonomi dan transportasi yang dibatasi juga juga turut berdampak
secara tiba-tiba.Dibandingkan dengan tahun lalu, tingkat polusi di New York telah
penyebaran virus. Di China, emisi turun 25% pada awal tahun karena orang
diperintahkan untuk tinggal di rumah dan banyak pabrik yang tutup. Penggunaan
batu bara di negara ini juga turun 40% pada enam pembangkit listrik terbesar China
China, kualitas udara di negaranya telah naik sebesar 11,4% dibandingkan dengan
waktu yang sama di tahun lalu. Di Eropa, gambar satelit menunjukkan emisi nitrogen
dioksida (NO2) memudar di Italia utara. Hal ini juga terjadi di Spanyol dan
Inggris.Penuruan gas emisi karbon ini adalah turut dipengaruhi oleh menurunnya
yang tidak perlu telah menurunkan kontribusi gas emisi di dunia. Di mana
transportasi telah berkontribusi sebesar 72% pada emisi gas rumah kaca.
lingkungan sosial masyarakat. Adanya wabah ini membuat semua elemen bekerja
sama mengatasi virus corona. Di Indonesia sendiri telah ada bantuan atau donasi
masyarakat umum.
Dukungan dan gerakan physical distancing juga turut mengubah kebiasaan hidup
masyarakat. Dengan menjaga jarak antar individu, kita dibentuk dengan kebiasaan
untuk lebih menjaga kebersihan dan kesehatan diri sendiri serta orang lain. Wabah
ini juga telah mengubah pola pikir masyarakat untuk hidup sehat.
dan keuangan global saat ini tengah mengalami krisis akibat pandemi virus corona.
konsumsi rumah tangga belakangan terus melambat. Bukan hanya pada sektor
konsumsi rumah tangga, virus corona juga turut menyerang pasar saham. Investor
Gabungan (IHSG) turun hingga 24 persen. Sementara kurs rupiah melemah hingga
5,41 persen dalam kurun waktu 6 bulan terakhir sebagai akibat dari keluarnya dana
pemerintah Indonesia dipegang oleh investor asing, lebih tinggi dari negara Asia
lainnya. Jika terjadi aksi jual secara serentak tentunya ini beresiko tinggi terhadap
krisis ekonomi.