Anda di halaman 1dari 9

TUGAS ETIKA KEPERAWATAN

“(RESUME TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN)”

Dosen Pengajar:
S.Pardosi, S.Kp.M.Si (Psi)

Nama : Friska Oktavia


Nim : P0 5120219 014
Kelas :1A

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PRODI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN
A.    HAK KLIEN
Hak adalah tuntutan seseorang terhadap sesuatu yang merupakan kebutuhan pribadinya sesuai
dengan keadilan, moralitas, dan legalitas.
Dewasa ini klien juga untuk meminta untuk lebih dapat menentukan sendiri dan mengontrol tubuh
mereka sendiri bila sakit. Persetujuan, kerahasiaan, dan hak klien untuk menolak pengobatan merupakan
aspek dari penentuan diri sendiri.
Kebutuhan untuk hak klien adalah hasil secara luas dari dua keadaan yaitu kerentanan
(vulnerability) klien dari penyakit dan kompleksitas hubungan dalam tatanan asuhan kesehatan. Ketika
sakit, seseorang sering tidak mampu menyatakan hak-haknya sebagaimana bila ia sakit.  Menyatakan hak
memerlukan energi dan kesadaran tentang hak seseorang dalam situasi tersebut.  Oleh karenanya
seseorang yang lemah atau terkait dengan penyakitnya, mungkin tidak mampu menyatakan hak-haknya.
Pola baru dari hubungan asuhan kesehatan muncul sebagai akibat dari beberapa kekuatan di
masyarakat, mencakup konsumen yang lebih berpengetahuan dan pengakuan dari peranan gaya
kehidupan di dalam penyakit.  Tujuan kesehatan meliputi pengembalian otonomi dan kemendirian klien
serta penerimaan kesehatan yang baik sebagai tanggung jawab pemberi asuhan, klien, serta masyarakat. 
Tujuan ini tidak dapat di capai, kecuali klien menerima tanggung jawab secara aktif untuk kesehatan
mereka dan asuhan kesehatan, serta kecuali klien dan pemberi asuhan saling menghargai.   Penggerakan
hak-hak klien meningkatkan hubungan kesehatan yang baru ini, dan perawat dewasa ini di cegah untuk
mengurangi hak-hak klien dengan mengidentifikasi dan melindungi hak klien serta pembantu klien
menyatakan haknya (Healey, 1983).
Pada tahun 1973 di American Hospital Association menerbitkan a Patient’s Bill of Rights dalam
upaya meningkatkan hak klien yang dirawat. Seringkali klien tidak mengetahui haknya, walaupun banyak
rumah sakit dewasa ini memberi klien pada saat masuk pernyataan haknya.
Empat hak yang dinyatakan dalam fasilitas asuhan kesehatan (Annas dan Healey, 1974)
1.      Hak untuk kebenaran secara menyeluruh
2.      Hak untuk privasi dan martabat pribadi
3.      Hak untuk memelihara penentuan diri dengan berpartisipasi dalam keputusan sehubungan dengan
kesehatan seseorang
4.      Hak untuk memperoleh catatan medis, baik selama maupun setelah dirawat
Pernyataan hak pasien/klien
Uraian pernyataan hak pasien (a Patient’s Bill of Rights) adalah sebagai berikut :
1.      Klien mempunyai hak untuk mempertimbangkan dan menghargai asuhan.
2.      Klien mempunyai hak untuk memperoleh informasi terbaru dan lengkap dari dokter mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosisnya.
3.      Klien mempunyai hak untuk menerima informasi penting dari dokternya untuk memberikan
persetujuan tentang dimulainya suatu prosedur pengobatan, serta risiko kemungkinan dialaminya, kecuali
dalam sistem darurat.
4.      Klien mempunyai hak untuk menolak pengobatan sejauh diijinkan oleh hukum dan diinformasikan
tentang konsekuensi tindakannya.
5.      Klien mempunyai hak untuk mengetahui setiap pertimbangan dari privasinya yang menyangkut
program asuhan medis diskusi medis konsultasi, pemeriksaan, dan pengobatan yang dilakukan dengan
cermat dan dirahasiakan.
6.      Klein mempunyai hak untuk mengharapkan bahwa semua komunikasi dan catatan mengenai
asuhannya harus diberlakukan sebagai rahasia.
7.      Klien mempunyai hak untuk mengerti bila diperlukan rujukan ke tempat lain yang lebih lengkap dan
memperoleh informasi yang lengkap tentang alasan rujukan tersebut, dan rumah sakit yang ditunjuk dapat
menerimanya.
8.      Klien mempunyai hak untuk memperoleh informasi tentang hubungan rumah sakit dengan instansi
lain, seperti pendidikan institusi atau instansi lainnya sehubungan dengan asuhan yang diterimanya.
Contoh : hubungan individu yang merawatnya, nama yang merawat dan sebagainya.
9.      Klien mempunyai hak untuk diberikan penasehat apabila rumah sakit mengajukan untuk terlibat atu
berperan dalam eksperimen manusiawi yang memengaruhi asuhan atau pengobatannya. Klien mempunyai
hak untuk menolak berpartisipasi dalam proyek riset tersebut.
10.  Klien mempunyai hak untuk mengharapkan asuhan berkelanjutan yang dapat diterima. Klien
mempunyai hak untuk mengetahi lebih jauh waktu perjanjian dengan dokter yang ada. Klien mempunyai
hak untuk mengharapkan rumah sakit menyediakan mekanisme sehingga ia mendapat informasi dari
dokter atau staf yang didelegasikan oleh dokter tentang kesehatan klien selanjutnya.
11.  Klien mempunyai hak untuk mengetahui peraturan dan ketentuan rumah sakit yang harus diikitunya
sebagai klien.
12.  Klien mempunyai hak untuk mengetahui peraturan dan ketentuan rumah sakit yang diikutinya.
Menurut Fred Ameln hak-hak tersebut meliputi hak atas informasi, hak memberikan informasi, hak
memilih dokter, hak memilih sarana kesehatan, hak atas rahasia kedokteran, hak menolak pengobatan,
hak menolak sesuatu tindakan medik tertentu, hak untuk menghentikan pengobatan, hak melihat rekam
medis, hak second opinion.
Hak-hak pasien yang paling menonjol dalam hubungannya dengan pelayanan kesehatan, yaitu (1) rekam
medis, (2) persertujuan tindakan medis, (3) rahasia medis. Ketiga hak tersebut dengan tiga doktrin
kesehatan ( Poernomo, 2000).

B.     KEWAJIBAN KLIEN
Menurut Fred Ameln, kewajiban pasien adalah :
1.    Memberi informasi lengkap perihal penyakitnya kepada tenaga kesehatan.
2.    Mematuhi nasehat tenaga kesehatan.
3.    Menghormati privasi tenaga kesehatan yang mengobatinya.
4.    Memberi imbalan jasa.

Selain itu, menurut buku Pengantar Pendidikan Keperawatan karya A. Aziz Alimul H.,


S.Kep.,Kewajiban pasien antara lain :
1.      Pasien dan keluarga berkewajiban untuk mentaati segala peraturan tata tertib rumah sakit.
2.      Pasien wajib menceritakan sejujurnya tentang segala sesuatu mengenai penyakit yang diderita.
3.      Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter atau perawat dalam rangka
pengobatan.
4.      Pasien beserta penanggungnya berkewajiban untuk melunasi semua imbalan atas jasa pelayanan
rumah sakit atau dokter.
5.      Pasien dan penanggungnya berkewajiban untuk memenuhi segala perjanjian yang ditandatangani.

Sedangkan menurut M. Jusuf Hanafiah dalam buku Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan edisi 3,
kewajiban pasien adalah :
1.      Memeriksakan diri sedini mungkin pada dokter.
2.      Memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang penyakitnya.
3.      Mematuhi nasehat dan petunjuk dokter.
4.      Menandatangani surat-surat PTM, surat jaminan dirawat di rumah sakit dan lain – lainnya.
5.      Yakin pada dokternya, dan yakin akan sembuh.
6.      Melunasi biaya perawatan di rumah sakit, biaya pemeriksaan dan pengobatan serta honorarium
dokter.
C.    UNDANG – UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
Undang-undang Perlindungan Konsumen No. 8 tahun 1999(UUPK) mengartikan konsumen
sebagai setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia dimasyarakat, baik untuk kepentingan diri
sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain, dan tidak untuk dipedagangkan. Pelaku usaha
didefinisikan sebagai setiap orang perseorang atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum
maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah
hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. Pengertian jasa menurut UU
konsumen adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat
untuk dimanfaatkan konsumen.
Dalam UU ini dijabarkan hak dan kewajiban konsumen, pelaku usaha dan jasa yang kalau kita periksa
satu-persatu semuanya dapat kita aplikasikan dalam tatanan hubungan antara perawat dan pasien/klien.
Hal ini mengingat bahwa hubungan antara perawat dan pasien kontraktual, adanya jasa asuhan
keperawatan yang disepakati bersama, dan juga mengingat ada kecenderunagan konsumerasi pelayanan
kesehatan yang memandang pasien atau klien sebagai konsumen pelayanan kesehatan. Salah satu hak
pasien untuk mendapatkan pelayanan yang nyaman, aman, dan selamat.

D.    INFORMED CONSENT
Kata concent berasal dari bahasa latin, consentio yang artinya persetujuan izin, menyetujui ; atau
pengertian yang lebih luas adalah member izin atau wewenang kepada seseorang untuk melakukan suatu
informed consent (IC), dengan demikian suatu penyataan setuju atau izin oleh pasien secara sadar, bebas
dan rasional setelah memperoleh informasi yang dipahaminya darri tenaga kesehatan/dokter tentang
penyakitnya. Harus diingat bahwa yang terpenting adalah pemahaman oleh pasien.
Pengertian lain yaitu Informed Consent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien (orang
tua/wali/suami/istri/orang yang berhak mewakilinya) kepada tenahga kesehatan/dokter untuk dilakukan
suatu tindakan medis yang bertujuan untuk kesembuhan penyakit yang dideritanya. Informed Consent
berarti pernyataan kesediaan atau penolakan setelah mendapat informasi secukupnya.
Jay katz  mengemukakan falsafah dasar informed consent yaitu pada hakikatnya suatu keputusan
pemberian pengobatan atas pasien harus terjadi secara kolaboratif (kerjasama) antara tenaga
kesehatan/dokter dan pasien serta bukan semata – mata keputusan sepihak. Dengan demikian, informed
consent mengandung 2 unsur utama, yakni sukarela (voluntariness) dan memahami (understanding).
            Ada 2 bentuk informed consent yaitu :
1.      Tersirat atau dianggap telah diberikan (Implied consent)
a.       Keadaan normal
b.      Keadaan darurat
2.      Dinyatakan (expressed consent)
a.       Lisan (oral)
b.      Tulisan  (written)
Implied consent adalah persetujuan yang diberikan pasien secara tersirat, tanpa pernyataan tegas. Isyarat
persetujuan ini ditangkap dokter dari sikap dan tindakan pasien. Umumnya tindakan dokter disini adalah
tindakan yang biasa dilakukan atau sudah diketahui umum.
Implied consent bentuk lain adalah bila pasien dalam keadaan gawat darurat (emergency) sedang dokter
memerlukan tindakan segera, sementara pasien dalam keadaan tidak bisa memberikan persetujuan dan
keluarganya pun tidak ditempat maka dokter dapat melakukan tindakan medic terbaik menurut dokter
(Permenkes No. 585 tahun 1989, pasal 11). Jenis persetujuan ini disebut sebagai Presumed Consent,
artinya bila pasien dalam keadaan sadar, dianggap akan menyetujui tindakan yang akan dilakukan dokter.
Exressed Consent adalah persetujuan yang dinyatakan secara lisan atau tulisan, bila yang akan dilakukan
lebih dari prosedur pemeriksaan dan tindakan yang biasa. Dalam keadaan demikian sebaiknya kepada
pasien disampaikan terlebih dahulu tindakan apa yang akan dilakukan supaya tidak sampai terjadi salah
pengertian.
1)      Informasi
            Dalam Permenkes No. 585 tahun 1989 tentang informed consent dinyatakan bahwa dokter harus
menyampaikan informasi atau penjelasan kepada pasien/keluarga diminta atau tidak diminta, jadi
indormasi harus disampaikan. Informasi tersebut meliputi informasi mengenai apa (what) yang perlu
disampaikan, kapan disampaikan (when), siapa yang harus menyampaikan (Who), dan informasi yang
mana (Which) yang perlu disampaikan.
2)      Persetujuan
            The Medical Denfence Union dalam bukunya Medicolegal Issues in Clinical Practice,menyatakan
bahwa ada 5 syarat yang harus dipenuhi untuk sahnya Informed Consent yaitu :
1.      Diberikan secara bebas
2.      Diberikan oleh orang yang sanggup membuat perjanjian
3.      Telah dijelaskan bentuk tindakan yang akan dilakukan sehingga pasien dapat memahami tindakan
itu perlu dilakukan
4.      Mengenai sesuatu hal yang khas
5.      Tindakan itu juga dilakukan pada situasi yang sama
3)      Penolakan
            Seperti dikemukakan pada bagian awal, tidak selamanya pasien atau keluarga setuju dengan
tindakan medic yang akan dilakukan dokter. Dalam situasi demikian kalangan dokter maupun kalangan
kesehatan lainnya harus memahami bahwa pasien atau keluarga mempunyai hak menolak usul tindakan
yang akan dilakukan. In I disebut sebagai informed Refusal.
            Tidak ada hak dokter yang dapat memaksa pasien mengikuti anjuran, walaupun dokter
menganggap penolakan bisa berakibat gawat atau kematian pada pasien.
            Bila dokter gagal dalam meyakinkan pasien pada alternative tindakan yang diperlukan, maka
untuk keamanan dikemudian hari, sebaiknya dokter atau rumah sakit meminta pasien atau keluarga
menandatangani surat penolakan terhadap anjuran tindakan medic yang diperlukan.
KESIMPULAN
1.      Hak-hak pasien yang paling menonjol dalam hubungannya dengan pelayanan kesehatan, yaitu 
rekam medis, persertujuan tindakan medis, rahasia medis.
2.      Kewajiban klien antara lain, memberi informasi lengkap perihal penyakitnya mematuhi nasehat
perawat, menghormati privasi, memberi imbalan jasa.
3.      Undang-undang Perlindungan Konsumen No. 8 tahun 1999 (UUPK) mengartikan konsumen
sebagai setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia dimasyarakat, baik untuk kepentingan diri
sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain, dan tidak untuk dipedagangkan.
Dalam UU ini dIjabarkan hak dan kewajiban konsumen, pelaku usaha dan jasa yang kalau kita periksa
satu-persatu semuanya dapat kita aplikasikan dalam tatanan hubungan antara perawat dan pasien/klien.
4.       Informed Consent berarti pernyataan kesediaan atau penolakan setelah mendapat informasi
secukupnya.

  
DAFTAR PUSTAKA
Praptianingsih, S.H., M.H., Sri. 2006. Kedudukan Hukum Perawat dalam Upaya Pelayanan Kesehatan di
Rumah Sakit. Jakarta : Rajawali Pers.
Alimul H, Aziz. 2002. Pengantar Pendidikan Keperawatan. Jakarta : CV. Sagung Seto.
Priharjo, Robert. 2008. Konsep & Perspektif Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC.
Hanafiah, M. Jusuf dan Amir, Amri. 1991. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta : EGC.
Potter & Perry. 1999. Fundamental Keperawatan Edisi 4 Volume 1. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai