Dosen Pengajar:
S.Pardosi, S.Kp.M.Si (Psi)
B. KEWAJIBAN KLIEN
Menurut Fred Ameln, kewajiban pasien adalah :
1. Memberi informasi lengkap perihal penyakitnya kepada tenaga kesehatan.
2. Mematuhi nasehat tenaga kesehatan.
3. Menghormati privasi tenaga kesehatan yang mengobatinya.
4. Memberi imbalan jasa.
Sedangkan menurut M. Jusuf Hanafiah dalam buku Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan edisi 3,
kewajiban pasien adalah :
1. Memeriksakan diri sedini mungkin pada dokter.
2. Memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang penyakitnya.
3. Mematuhi nasehat dan petunjuk dokter.
4. Menandatangani surat-surat PTM, surat jaminan dirawat di rumah sakit dan lain – lainnya.
5. Yakin pada dokternya, dan yakin akan sembuh.
6. Melunasi biaya perawatan di rumah sakit, biaya pemeriksaan dan pengobatan serta honorarium
dokter.
C. UNDANG – UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
Undang-undang Perlindungan Konsumen No. 8 tahun 1999(UUPK) mengartikan konsumen
sebagai setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia dimasyarakat, baik untuk kepentingan diri
sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain, dan tidak untuk dipedagangkan. Pelaku usaha
didefinisikan sebagai setiap orang perseorang atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum
maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah
hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. Pengertian jasa menurut UU
konsumen adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat
untuk dimanfaatkan konsumen.
Dalam UU ini dijabarkan hak dan kewajiban konsumen, pelaku usaha dan jasa yang kalau kita periksa
satu-persatu semuanya dapat kita aplikasikan dalam tatanan hubungan antara perawat dan pasien/klien.
Hal ini mengingat bahwa hubungan antara perawat dan pasien kontraktual, adanya jasa asuhan
keperawatan yang disepakati bersama, dan juga mengingat ada kecenderunagan konsumerasi pelayanan
kesehatan yang memandang pasien atau klien sebagai konsumen pelayanan kesehatan. Salah satu hak
pasien untuk mendapatkan pelayanan yang nyaman, aman, dan selamat.
D. INFORMED CONSENT
Kata concent berasal dari bahasa latin, consentio yang artinya persetujuan izin, menyetujui ; atau
pengertian yang lebih luas adalah member izin atau wewenang kepada seseorang untuk melakukan suatu
informed consent (IC), dengan demikian suatu penyataan setuju atau izin oleh pasien secara sadar, bebas
dan rasional setelah memperoleh informasi yang dipahaminya darri tenaga kesehatan/dokter tentang
penyakitnya. Harus diingat bahwa yang terpenting adalah pemahaman oleh pasien.
Pengertian lain yaitu Informed Consent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien (orang
tua/wali/suami/istri/orang yang berhak mewakilinya) kepada tenahga kesehatan/dokter untuk dilakukan
suatu tindakan medis yang bertujuan untuk kesembuhan penyakit yang dideritanya. Informed Consent
berarti pernyataan kesediaan atau penolakan setelah mendapat informasi secukupnya.
Jay katz mengemukakan falsafah dasar informed consent yaitu pada hakikatnya suatu keputusan
pemberian pengobatan atas pasien harus terjadi secara kolaboratif (kerjasama) antara tenaga
kesehatan/dokter dan pasien serta bukan semata – mata keputusan sepihak. Dengan demikian, informed
consent mengandung 2 unsur utama, yakni sukarela (voluntariness) dan memahami (understanding).
Ada 2 bentuk informed consent yaitu :
1. Tersirat atau dianggap telah diberikan (Implied consent)
a. Keadaan normal
b. Keadaan darurat
2. Dinyatakan (expressed consent)
a. Lisan (oral)
b. Tulisan (written)
Implied consent adalah persetujuan yang diberikan pasien secara tersirat, tanpa pernyataan tegas. Isyarat
persetujuan ini ditangkap dokter dari sikap dan tindakan pasien. Umumnya tindakan dokter disini adalah
tindakan yang biasa dilakukan atau sudah diketahui umum.
Implied consent bentuk lain adalah bila pasien dalam keadaan gawat darurat (emergency) sedang dokter
memerlukan tindakan segera, sementara pasien dalam keadaan tidak bisa memberikan persetujuan dan
keluarganya pun tidak ditempat maka dokter dapat melakukan tindakan medic terbaik menurut dokter
(Permenkes No. 585 tahun 1989, pasal 11). Jenis persetujuan ini disebut sebagai Presumed Consent,
artinya bila pasien dalam keadaan sadar, dianggap akan menyetujui tindakan yang akan dilakukan dokter.
Exressed Consent adalah persetujuan yang dinyatakan secara lisan atau tulisan, bila yang akan dilakukan
lebih dari prosedur pemeriksaan dan tindakan yang biasa. Dalam keadaan demikian sebaiknya kepada
pasien disampaikan terlebih dahulu tindakan apa yang akan dilakukan supaya tidak sampai terjadi salah
pengertian.
1) Informasi
Dalam Permenkes No. 585 tahun 1989 tentang informed consent dinyatakan bahwa dokter harus
menyampaikan informasi atau penjelasan kepada pasien/keluarga diminta atau tidak diminta, jadi
indormasi harus disampaikan. Informasi tersebut meliputi informasi mengenai apa (what) yang perlu
disampaikan, kapan disampaikan (when), siapa yang harus menyampaikan (Who), dan informasi yang
mana (Which) yang perlu disampaikan.
2) Persetujuan
The Medical Denfence Union dalam bukunya Medicolegal Issues in Clinical Practice,menyatakan
bahwa ada 5 syarat yang harus dipenuhi untuk sahnya Informed Consent yaitu :
1. Diberikan secara bebas
2. Diberikan oleh orang yang sanggup membuat perjanjian
3. Telah dijelaskan bentuk tindakan yang akan dilakukan sehingga pasien dapat memahami tindakan
itu perlu dilakukan
4. Mengenai sesuatu hal yang khas
5. Tindakan itu juga dilakukan pada situasi yang sama
3) Penolakan
Seperti dikemukakan pada bagian awal, tidak selamanya pasien atau keluarga setuju dengan
tindakan medic yang akan dilakukan dokter. Dalam situasi demikian kalangan dokter maupun kalangan
kesehatan lainnya harus memahami bahwa pasien atau keluarga mempunyai hak menolak usul tindakan
yang akan dilakukan. In I disebut sebagai informed Refusal.
Tidak ada hak dokter yang dapat memaksa pasien mengikuti anjuran, walaupun dokter
menganggap penolakan bisa berakibat gawat atau kematian pada pasien.
Bila dokter gagal dalam meyakinkan pasien pada alternative tindakan yang diperlukan, maka
untuk keamanan dikemudian hari, sebaiknya dokter atau rumah sakit meminta pasien atau keluarga
menandatangani surat penolakan terhadap anjuran tindakan medic yang diperlukan.
KESIMPULAN
1. Hak-hak pasien yang paling menonjol dalam hubungannya dengan pelayanan kesehatan, yaitu
rekam medis, persertujuan tindakan medis, rahasia medis.
2. Kewajiban klien antara lain, memberi informasi lengkap perihal penyakitnya mematuhi nasehat
perawat, menghormati privasi, memberi imbalan jasa.
3. Undang-undang Perlindungan Konsumen No. 8 tahun 1999 (UUPK) mengartikan konsumen
sebagai setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia dimasyarakat, baik untuk kepentingan diri
sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain, dan tidak untuk dipedagangkan.
Dalam UU ini dIjabarkan hak dan kewajiban konsumen, pelaku usaha dan jasa yang kalau kita periksa
satu-persatu semuanya dapat kita aplikasikan dalam tatanan hubungan antara perawat dan pasien/klien.
4. Informed Consent berarti pernyataan kesediaan atau penolakan setelah mendapat informasi
secukupnya.
DAFTAR PUSTAKA
Praptianingsih, S.H., M.H., Sri. 2006. Kedudukan Hukum Perawat dalam Upaya Pelayanan Kesehatan di
Rumah Sakit. Jakarta : Rajawali Pers.
Alimul H, Aziz. 2002. Pengantar Pendidikan Keperawatan. Jakarta : CV. Sagung Seto.
Priharjo, Robert. 2008. Konsep & Perspektif Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC.
Hanafiah, M. Jusuf dan Amir, Amri. 1991. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta : EGC.
Potter & Perry. 1999. Fundamental Keperawatan Edisi 4 Volume 1. Jakarta : EGC.