Anda di halaman 1dari 7

PERTEMUAN 6

Kelompok 1 :
1. Afifah Baqiyatush S. (1806268300)
2. Aziza Meutia Rani (1806268364)
3. David Muara H (1506750453)
4. Dinda Maulidya Khaisya (1806268420)
5. Merlin (1806268603)
6. Yolanda Tamara (1406612275)

Bagian 1 : NPWP dan Pembukuan / Pencatatan


a. Seandainya PT Kurnia Jaya memutuskan untuk tidak mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP, apa konsekuensinya terhadap kewajiban perpajakan PT Kurnia Jaya
apabila NPWP PT Kurnia Jaya ditetapkan secara jabatan? Jelaskan!

Menurut Pasal 2 ayat (4a) :


“Kewajiban perpajakan bagi Wajib Pajak yang diterbitkan NPWP dan/atau yang dikukuhkan sebagai
PKP secara jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dimulai sejak saat WP memenuhi
persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, paling lama 5 (lima) tahun sebelum diterbitkannya NPWP dan/atau
dikukuhkannya sebagai PKP.”

b. Apakah ada produk hukum yang akan diterbitkan oleh DJP apabila DJP menetapkan
NPWP PT Kurnia Jaya secara jabatan? Jika ada, apa sanksi yang akan dikenakan terhadap
PT Kurnia Jaya terkait terbitnya produk hukum tersebut? Jelaskan!
Menurut pasal 13 ayat 1 bagian e :
DJP dapat menerbitkan SKPKB apabila kepada Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib
Pajak dan/atau dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4a).
Adanya sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan paling lama 24
(dua puluh empat) bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa
Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar.

c. Apabila Bapak Kurnia akan membuka dua cabang di Bogor dan Bandung, apakah Bapak
Kurnia harus mengajukan permohonan NPWP lagi untuk kedua cabangnya, atau cukup
menggunakan NPWP kantor pusatnya (Depok) saja? Jelaskan!
Menurut pasal 2 ayat 1 :
Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada
kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau
tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.
Tempat kedudukan ditafsirkan sebagai semua tempat usaha wajib pajak yang dapat berbentuk
kantor cabang, kantor perwakilan, kantor manajemen, pabrik, gerai, kios dan lain
sebagainya.
Maka kesimpulannya Bapak Kurnia harus mengajukan permohonan NPWP untuk kedua cabangnya.

d. Apakah keputusan perusahaan untuk tidak melakukan pembukuan (cukup pencatatan)


untuk tahun pajak 2017 diperkenankan? Dalam kondisi apa suatu Wajib Pajak diwajibkan
untuk melakukan pembukuan atau pencatatan? Jelaskan!
Menurut Pasal 28 UU KUP,
(2) Dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 tetapi wajib melakukan pencatatan adalah Wajib Pajak orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilan netto dengan
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Netto dan Wajib Pajak orang pribadi
yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
Yang wajib menyelenggarakan pembukuan :
1. Wajib Pajak Badan
2. Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas,
kecuali Wajib Pajak Orang Pribadi yang peredaran brutonya dalam satu tahun lebih dari
Rp 4.800.000.000

Sedangkan yang wajib menyelenggarakan pencatatan :


1. Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha bebas yang peredaran
brutonya dalam satu tahun kurang dari Rp 4.800.000.000, dapat menghitung
penghasilan neto menggunakan Norma Perhitungan Penghasilan Neto
2. Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

e. Apakah ada produk hukum yang akan diterbitkan DJP terkait keputusan PT Kurnia Jaya
untuk beralih ke sistem pencatatan? Jika ada, apa sanksi yang akan dikenakan terhadap
PT Kurnia Jaya terkait terbitnya produk hukum tersebut? Jelaskan!
Dalam Pasal 13 Ayat 1:
(d) apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 (Mengenai Pembukuan)
atau Pasal 29 (Mengenai Pemeriksaan) tidak dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui
besarnya pajak yang terutang, maka atas kekurangan pembayaran pajak tersebut ditagih
SKPKB ditambah sanksi administrasi berupa kenaikan :
a) 50% (lima puluh persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dibayar
dalam satu Tahun Pajak;
b) 100% (seratus persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dipotong,
tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetor, dan dipotong atau dipungut
tetapi tidak atau kurang disetor; atau
c) 100% (seratus persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah yang tidak atau kurang dibayar

Bagian 2: SPT
a. Kapan seharusnya PTB melaporkan SPT Tahunan PPh Badan untuk tahun pajak 2015?
Dengan adanya pengajuan perpanjangan, kapan bulan pelaporan terakhir atas SPT
Tahunan PPh Badan PTB tahun 2015? Jelaskan!
Menurut Pasal 9 ayat 1 PMK Nomor 181/PMK.03/2007
(1) a. Untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi, paling lama 3 bulan
setelah akhir tahun pajak,
b. Batas penyampaian SPT tahunan untuk wajib pajak Badan adalah paling lama 4 bulan
setelah akhir tahun pajak sehingga akan jatuh pada tanggal 30 April 2015.
(2) Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT Tahunan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk paling lama 2 (dua) bulan sejak batas
waktu penyampaian SPT Tahunan dengan cara menyampaikan Pemberitahuan
Perpanjangan SPT Tahunan.

b. Berdasarkan UU KUP, siapakah yang seharusnya menandatangani SPT Tahunan PPh


Badan PTB tahun 2015? Jelaskan!
Sesuai pasal 4 ayat (2) Surat Pemberitahuan Wajib Pajak Badan harus ditandatangani oleh
pengurus atau direksi. Maka dalam hal ini yang menandatangani SPT Tahunan PPh Badan PTB
Nia selaku Direktur PT BOBBY.

c. Dengan adanya pengajuan perpanjangan, apa saja yang harus dilampirkan pada saat
pelaporan SPT Tahunan PPh Badan PTB tahun 2015? Jelaskan!
Menurut PMK – 243/PMK.03/2014 Pasal 14 ayat (1) Pemberitahuan perpanjangan SPT Tahunan
disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak sebelum batas waktu penyampain SPT Tahunan
berakhir, dengan dilampiri:
a. Penghitungan sementara pajak terutang dalam 1 (satu) tahun pajak yang batas waktu
penyampaiannya diperpanjang;
b. Laporan keuangan sementara
c. Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang kedudukannya disamakan dengan
Surat Setoran Pajak sebagai bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang
terutang, dalam hal terdapat kekurangan pembayaran pajak.

d. Dengan adanya pengajuan perpanjangan, kapan batas waktu terakhir PTB harus
membayar pajak kurang bayar atas SPT Tahunan PPh Badan tahun 2015? Jelaskan!
Sesuai Pasal 9 ayat (2) Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan harus dibayar lunas sebelum Surat
Pemberitahuan Pajak Penghasilan disampaikan.

Sesuai Pasal 9 ayat (2) Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan harus dibayar lunas sebelum Surat
Pemberitahuan Pajak Penghasilan disampaikan.

e. Dengan adanya pengajuan perpanjangan, bagaimana pengenaan sanksi kepada PTB atas
penyampaian SPT Tahunan PPh Badan tahun 2015? Jelaskan!

Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) atau batas waktu perpanjangan penyampaian Surat
Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4), dikenai sanksi administrasi
berupa denda sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan

f. Atas SPT Tahunan PPh Badan tahun 2014 yang diperiksa, apabila PTB tidak
mengungkapkan ketidakbenarannya sendiri, sanksi apa yang dikenakan dan berapa
sanksi yang dikenakan atas PTB? Jelaskan!
Menurut Pasal 13A Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan Surat
Pemberitahuan atau menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau
tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, tidak dikenai sanksi pidana apabila
kealpaan tersebut pertama kali dilakukan oleh Wajib Pajak dan Wajib Pajak tersebut wajib
melunasi kekurangan pembayaran jumlah pajak yang terutang beserta sanksi administrasi
berupa kenaikan sebesar 200% dari jumlah pajak yang kurang bayar yang ditetapkan
melalui penerbitan Surat Ketetapan Kurang Bayar.
g. Atas SPT Tahunan PPh Badan tahun 2014 yang diperiksa, apabila PTB mengungkapkan
ketidakbenarannya sendiri saat pemeriksaan sedang berlangsung, sanksi apa yang
dikenakan dan berapa sanksi yang dikenakan atas PTB? Jelaskan!
Sesuai pasal 8 ayat (4) Walaupun Direktur Jenderal Pajak telah melakukan pemeriksaan
tetapi belum menerbitkan surat ketetapan pajak, kepada Wajib Pajak baik yang telah
maupun yang belum membetulkan Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan, yang
dapat berupa Surat Pemberitahuan Tahunan atau Surat Pemberitahuan Masa untuk tahun
atau masa yang diperiksa. Pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan
tersebut dilakukan dalam laporan tersendiri dan harus mencerminkan keadaan yang
sebenarnya sehingga dapat diketahui jumlah pajak yang sesungguhnya terutang. Namun,
untuk membuktikan kebenaran laporan Wajib Pajak tersebut, proses pemeriksaan tetap
dilanjutkan sampai selesai.

h. Atas SPT Tahunan PPh Badan tahun 2014 yang diperiksa, apabila PTB mengungkapkan
ketidakbenarannya sendiri saat pemeriksaan telah selesai atau setelah keluarnya SKPKB
atas tahun pajak 2014, sanksi apa yang dikenakan dan berapakah sanksi yang dikenakan
atas PTB? Jelaskan!
Pasal 8 ayat (3)
Walaupun telah dilakukan tindakan pemeriksaan, tetapi belum dilakukan tindakan
penyidikan mengenai adanya ketidakbenaran perbuatan Wajib Pajak sebagaimana
dimaksud dalam pasal 38, terhadap ketidakbenaran perbuatan Wajib Pajak tersebut tidak
akan dilakukan penyidikan, apabila Wajib Pajak dengan kemauan sendiri mengungkapkan
ketidakbenaran perbuatannya tersebut dengan disertai pelunasan kekurangan pembayaran
jumlah pajak yang sebenarnya terutang beserta sanksi administrasi berupa denda sebesar
150% dari jumlah pajak yang kurang dibayar.

Bagian 3: Penagihan Pajak


a. Untuk kasus di atas, apakah Surat Paksa dapat diterbitkan kepada PTW? Apa syarat agar
diterbitkan Surat Paksa? Jelaskan!
Surat paksa dapat diterbitkan kepada PTW dikarenakan PTW telah mendapat Surat Teguran
dari Pejabat Pajak di domisili PTW.
(UU No. 19 Tahun 1997 Pasal 8 ayat 1)
Surat Paksa diterbitkan apabila:
a) Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah diterbitkan Surat
Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis;
b) terhadap Penanggung Pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus; atau
c) Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan
persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.

b. Apakah Surat Penyitaan dapat diterbitkan kepada PTW? Jelaskan!


Pejabat Pajak dapat menerbitkan Surat Perintah Penyitaan terhadap PTW dikarenakan PTW
tidak merespon Surat Paksa yang diterbitkan Pejabat Pajak selama 1 minggu, dimana hal
tersebut sudah melebihi batas waktu ketentuan, yaitu 2x24 jam.
Pasal 11 UU No. 19 Tahun 1997
Pelaksanaan Surat Paksa tidak dapat dilanjutkan dengan penyitaan sebelum lewat waktu 2
(dua) kali 24 (dua puluh empat) jam setelah Surat Paksa diberitahukan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10.
Pasal 12 ayat (1) UU No. 19 Tahun 1997
Apabila utang pajak tidak dilunasi Penanggung Pajak dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11, Pejabat menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan.

c. Apabila penyitaan dapat dilaksanakan oleh Pejabat setempat, aset PTW apa saja yang
akan disita? Jelaskan!
Berdasarkan Pasal 14 UU No 19 Tahun 2000, Penyitaan dilaksanakan terhadap
barang milik Penanggung Pajak yang berada di tempat tinggal, tempat usaha, tempat
kedudukan, atau di tempat lain termasuk yang penguasaannya berada di tangan pihak
lain atau yang dijaminkan sebagai pelunasan utang tertentu yang dapat berupa: barang
bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan deposito berjangka, tabungan,
saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, obligasi
saham, atau surat berharga lainnya, piutang, dan penyertaan modal pada perusahaan
lain; dan atau barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dan kapal dengan isi
kotor tertentu.
Penyitaan terhadap Penanggung Pajak Badan dapat dilaksanakan terhadap
barang milik perusahaan, pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung
jawab, pemilik modal, baik di tempat kedudukan yang bersangkutan, di tempat tinggal
mereka maupun di tempat lain.
d. Apabila terjadi pencegahan/penyanderaan, siapakah dari pihak PTW yang akan dilakukan
pencegahan/penyanderaan? Jelaskan!

Menurut Pasal 30 (5) dan Pasal 33 (1) UU No 19 Tahun 1997, pencegahan dan
penyanderaan dapat dilaksanakan terhadap beberapa orang sebagai Penanggung Pajak
Wajib Pajak Badan atau Ahli waris.

e. Apakah PTW dapat mengajukan gugatan? Jika iya, gugatan atas apa yang dapat dilakukan
oleh PTW? Berapakah jangka waktu untuk dapat mengajukan gugatan? Jelaskan!

Berdasarkan Pasal 37 UU No 19 Tahun 2000, PTW dapat mengajukan gugatan


terhadap pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau
Pengumuman Lelang dan hanya dapat diajukan kepada badan peradilan pajak. Jangka
waktu untuk dapat mengajukan gugatan tersebut adalah 14 (empat belas) hari sejak
Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau Pengumuman Lelang
tersebut dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai