Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEBUTUHAN DASAR KEPERAWATAN


“KONSEP BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7

1. AHMAD AL GHOZALI
2. CINDY MAILAN
3. HILDEGARDIS FLORANCE
4. KHOIRUL MUTTAKIN
5. KURNIAWAN DWI ILLAHI
6. MAISYAROH

PRODI DIV KEPERAWATAN PONTIANAK REGULER B


KEBUTUHAN DASAR KEPERAWATAN
DOSEN : Rima Rianti, SST,MMB

KEMENENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK
TAHUN AJARAN 2017/2018

iv
VISI DAN MISI PRODI DIV KEPERAWATAN
VISI
DIPLOMA IV KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

” Menjadi Istitusi Pendidikan Diploma IV Keperawatan yang bemutu dan mampu bersaing
ditingkat regional Tahun 2020 “

MISI
DIPLOMA IV KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

1. Meningkatkan program pendidikan tinggi diploma IV (Empat) Keperawatan yang


berbasis kompetensi.
2. Meningkatkan program pendidikan tinggi diploma IV (Empat) Keperawatan yang
berbasis penelitian.
3. Mengembangkan upaya pengabdian masyarakat bidang diploma IV (Empat)
Keperawatan berbasis IPTEK dan teknologi tepat guna.
4. Mengembangkan upaya pengabdian masyarakat bidang diploma IV (Empat)
Keperawatan yang mandiri, trasparan, dan akuntabel.
5. Mengembangkan kerjasama dalam pengelolaan program pendidikan tinggi diploma
IV Keperawatan ditingkat nasional maupun regional.

iv
LEMBAR PENGESAHAN
MATA KULIAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN

Judul : Berfikir Kritis Dalam Keperawatan

Mata Kuliah : Konsep Dasar Keperawatan (KDK)

Semester : Satu (1)

Prodi : D-IV Keperawatan Pontianak

Jurusan : Keperawatan

Dosen Pembimbing Pontianak, Agustus 2017

Rima Rianti,SST,MMB Kelompok 7


NIDK. 8825640017

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah tentang “ Berfikir Kritis Dalam Keperawatan” dengan
baik.

Kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, khususnya dosen pembimbing kami yang telah membimbing
kami hingga terselesaikan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari pembaca sangat kami perlukan dalam perbaikan makalah ini dan semoga
makalah ini bisa berguna bagi kami dan pembaca.

Pontianak, 06 Agustus 2017

Kelompok 7

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berfikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan
mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Sedangkan berfikir kritis
merupakan konsep dasar yang terdiri dari konsep berfikir yang berhubungan dengan proses
belajar dan kritis itu sendiri berbagai sudut pandang selain itu juga membahas tentang
komponene berfikir kritis dalam keperawatan yang didalamnya dipelejari definisi, elemen
kritis, pemecahan masalah dan langkah-langkah pemecahan masalah, proses pengambilan
keputusan, fungsi berfikir kritis, model penggunaan atribut, proses institusi, indikator, dan
prinsip utama.
Perawat sebagai bagian dari pemberi layanan kesehatan, yaitu memberi
asuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan akan selalu dituntut berfikir
kritis dalam berbagai situasi. Penerapan berfikir kritis dalam proses keperawatan dengan
khusus nyata yang akan diberikan gambaran kepada perawat tentang pemberian asuhan
keperawatan yang konverensif dan bermutu. Seorang yang berfikir dengan cara kreatif
akan melihat setiap masalah dengan sudut yang selalu berbeda meskipun objeknya sama,
sehingga dapat dikatakan dengan tersediaan pengetahuan baru, seseorang profesional harus
selalu melakukan sesuatu dan mencari apa yang selalu efektif dan ilmiah dan memberikan
hasil yang lebih baik untuk kesejahteraan diri maupun orang lain.
Proses berfikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan
kita dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki kita jadi lebih
mampu untuk membuat asumsi, ide-ide dan membuat simpulan yang valid. Semua proses
tersebut tidak terlepasdari sebuah proses berfikir dan belajar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian berfikir kritis ?
2. Apa karakteristik berfikir kritis ?
3. Bagaimana asumsi dan model berfikir T.H.I.N.K ?
4. Bagaimana model pembelajaran berfikir kritis dalam keperawatan ?
5. Apa fungsi berfikir kritis dalam keperawatan ?
6. Bagaimana Berpikir Kritis Dalam Setiap Proses Keperawatan ?
7. Bagaimana Penerapan Berpikir Kritis Dalam Transkultural Keperawatan ?
8. Apa Manfaat Berfikir Kritis Dalam Keperawatan ?
9. Apa Langkah-Langkah Pemecahan Masalah ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Keperawatan.
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi atau pengertian berfikir kritis ?

iv
2. Mengetahui karakteristik berfikir kritis ?
3. Mengetahui asumsi dan model berfikir T.H.I.N.K ?
4. Mengetahui model pembelajaran berfikir kritis dalam keperawatan ?
5. Mengetahui fungsi berfikir kritis dalam keperawatan ?
6. Mengetahui berfikir kritis dalam setiap proses keperawatan ?
7. Mengetahui penerapan berfikir kritis dalam traskultural keperawatan ?
8. Mengetahui manfaat berfikir kritis dalam keperawatan ?
9. Mengetahui langkah-langkah pemecahan masalah ?
D. Manfaat
Makalah ini di buat penulis agar mahasiswa, tenaga kesehatan atau tenaga
medis dapat memahami berkaitan tentang berfikir kritis dalam keperawatan.

iv
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Berpikir Kritis


Berpikir kritis merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan
mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan presepsi. Sedangkan berfikir kritis
merupakan konsep dasar yang terdiri dari konsep berpikir yang berhubungan dengan proses
belajar dan krisis itu sendiri sebagai sudut pandang selain itu juga membahas tentang
komponen berpikir kritis dalam keperawatan yang didalamnya dipelajari karakteristik,sikap
dan standar berpikir kritis,analisis,pertanyaan kritis, pengambilan keputusan dan kreatifitas
dalam berpikir kritis.

Menurut para ahli ( Pery dan Potter,2005), berpikir kritis adalah suatu proses
dimana seseorang atau individu dituntut untuk menginterfensikan atau mengevaluasi
informasi untuk membuat sebuah penilaian atau keputusan berdasarkan kemampuan,
menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman. Menurut Bandman(1988), berpikir kritis
adalah pengujian secara rasional terhadap ide-ide, kesimpulan, pendapat, prinsip,
pemikiran, masalah, kepercayaan dan tindakan. Menurut Strader (1992), berpikir kritis
adalah suatu proses pengujian yang menitik beratkan pendapat atau fakta yang mutahir dan
menginterfensikan serta mengevaluasi pendapat- pendapat tersebut untuk mendapatkan
suatu kesimpulan tentang adanya perspektif pandangan baru.

Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita
dalam pengalaman baru dan menerapan pengetahuan yang kita miliki, kitta menjadi lebih
mampu untu membentuk asumsi, ide-ide dan membuat kesimpulan yang valid, semua
proses tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berpikir dan belajar.

Untuk lebih mengoptimalkan dalam proses berpikir kritis setidaknya paham


atau tau dari komponen berpikir itu sendiri, dan komponen berpikir kritis meliputi
pengetahuan dasar, pengalaman, kompetensi, sikap dalam berpikir kritis, standar/
karakteristik berpikir kritis.

Berpikir kritis adalah rflektif, pemikiran yang masuk akal tentang masalah
keperawatan tanpa ada solusi dan difokuskan pada keputusan apa yang harus diyakini dan
dilakukan (Kataoka-Yahiro & Saylor,1994 dalam Potter & Pery,2005). Menurut pendapat
Siegel (1980 dalam Reilly& Oberman,2002) menyatakan berpikir kritis memerlukan
evaluasi terhadap ide. Berpikir kritis merupakan berpikir yang rasional. Siegel juga
mangatakan seseorang dapat dikatakan berpikir kritis juka seseorang mampu mengenali
kepentingan dan memiliki keyakinan yang kuat terhadap alasan yang mendasari alasannya
tersebut. Saat mengkaji tuntutan, mengevaluasi prosedur, atau membuat eputusan, dia
mencari alasan yang mendasari pengkajian, evaluasi dan keputusannya.

iv
2. Karakteristik Berpikir Kritis
Berikut ini adalah karakteristik dari proses berpikir kritis dan penjabarannya.
1.        Konseptualisasi
Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu konsep.
Sedangkan konsep adalah fenomena atau pandangan mental tentang realitas, pikiran –
pikiran tentang kejadian, obyek, atribut, dan sejenisnya. Dengan demikian,
konseptualisasi merupakan pikiran abstak yang digeneralisasi secara otomatis menjadi
simbol – simbol dan disimpan dalam otak.

2.        Rasional dan beralasan (reasonable)


Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan mempunyai
dasar kuat dari fakta atau fenomena nyata.

3.        Reflektif
Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau
persepsi dalam berpikir atau mengambil keputusan, tetapi akan menyediakan waktu untuk
mengumpulkan data dan menganalisisnya berdasarkan disiplin ilmu, fakta, dan kejadian.

4.        Bagian dari suatu sikap


Yaitu pemahaman dari suatu sikap yang harus diambil. Pemikir kritis akan
selalu menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau lebih buruk dibanding
yang lalu, dengan menjawab pertanyaan mengapa bisa begitu dan bagaimana seharusnya.

5.        Kemampuan berpikir


Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya, tidak pasif menerima
pemikiran dan keyakinan orang lai, menganalisis semua isu,memutuskan secara benar,
dan dapat dipercaya.

6.        Berpikir kritis adalah berpikir kreatif


Secara tradisional, profesi perawatan dan pendidikan keperawatan termasuk
kurang kreatif. Namun, saat ini telah ada perubahan untuk membuat seorang perawat
berpikir kreatif, yaitu selalu menggunakan keterampilan intelektualnya untuk mencipta
berdasarkan suatu pemikiran yang baru dan dihasilkan dari sintesis beberapa konsep.

7.        Berpikir adil dan terbuka


Yaitu mencoba untuk berubah, dari pemikiran yang salah dan kurang
menguntungkan menjadi benar dan lebih baik. Perubahan dilakukan dengan penuh
kesadaran dan kemauan, kemudian hasilnya disosialisasikan beserta argumentasi
mengapa memilih dan memutuskan seperti itu.

8.        Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan


Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan
kesimpulan, menciptakan sesuatu pemikiran baru, dan alternatif solusi tindakan yang
akan diambil.

3. Asuhan Keperawatan Yang Bermutu Tinggi


Asuhan keperawatan bermutu tinggi adalah tujuan perawatan disemua
praktik pelayanan keperawatan yang disebut “great Nursing”. Great Nursing adalah suatu

iv
konsep yang susah didefinisikan secara sederhana, tetapi pada prinsipnya adalah aktivitas
pelayanan perawatan untuk menjadi lebih baik dan aman.
Klien + Anda (Perawat) + Keterampilan Berpikir + Pengetahuan + Proses
Keperawatan = Great Nursing
Greating Nursing berfokus pada klien dan kesehatan seseorang yang unik,
sehingga membutuhkan kreativitas individu sebagai kombinasi ilmu dan seni. Prinsip dari
Great Nursing adalah penggunaan secara efektif semua komponen ekuasi dan keyakinan
perawat bahwa klien adalah unik.
Memahami bahwa klien sebagai individu, keluarga kelompok atau
komunitas, perawat adalah seorang yang memberikan asuhan keperawatan kepada kllien
berdasarkan ilmu dan kemampuan yang telah diperolehnya dalam pendidikan formal
perawat. Adapun keterampilan berpikir kritis adalah integrasi dari kemampuan total
recall, habits, inquiry, new idea and reactivity, dan knowing how you think. Pada
umumnya, pengetahuan dijelsak sebagai kumpulan informasi (aggregates of information)
yang diperoleh dari berbagai sumber.
Proses keperawatan adalah suatu pendekatan pemecahan masalah klien
melalui apa yang digunakan oleh seorang perawat profesional dalm bentuk tindakan
perawatan, yang meliputi pengkajian, diagnosis, perencanaan, inplementasi, dan evaluasi.

4. Asumsi Dan Model Berpikir T.H.I.N.K


a. Asumsi T.H.I.N.K berfikir kritis
Asumsi berpikir (think) adalah komponen dasar yang meliputi pikiran,
perasaan, dan bekerja bersama/sejalan dengan keperawatan. ada beberapa asumsi tentang
berpikir kritis, yaitu :
Asumsi pertamaadalah berpikir kritis melibatkan pemikiran, perasaan, dan
bekerja yang ketiganya merupaka keseluruhan komponen penting bagi perawat
profesional yang bekerja bersama – sama. Berpikir tanpa bekerja adalah adalah sia – sia,
bekerja tanpa berpikir akan lehahirkan bahaya, sedangkan berpikir berpikir dan bekerja
tanpa perasaan adalaha hal yang sangat tidak mungkin (immposible).
Asumsi kedua, berpikir kritis memerlukan pengetahuan. Walaupun pikiran,
perasaan, dan bekeerja adalah sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam keadaan
nyata pada praktek keperawatan, tetapi dapt dipisahkan menjadi bagian – bagian untuk
proses pembelajaran.
Asumsi ketiga, berpikir kritis dalam kepeerawatan bukan sesuatu yang
asing, karena sebenarnya terjadi dalam kehidupan sehari – hari.
Asumsi keempat, berpikir kritis dapat dipelajari melalui bacaan. Para
pembaca dapat belajar bagaimana cara meningkatkan kemampuan berpikirnya.
Asumsi kelima, berpikir kritis adalah cara berpikir secara sistematis dan
efektif.
Asumsi keenam, berpikir kritis dalam keperawatan adalah campuran dari
beberapa aktivitas berpikir yang berhubungan dengan konteks dan situasi dimana proses
berpikir itu terjadi. Hal ini merupakan proses yang kompleks dan tidak sederhana.

b. Model T.H.I.N.K Berpikir Kritis

a.        Total Recall (Kemampuan Mengingat)


Total recall atau kemampuan mengingat adalah kemampuan mengingat
kembali fakta dimana dan bagaimana menemukan pengalaman dalam memorinya ketika
dibutuhkan. Fakta – fakta keperawatan didapatkan berasal dari berbagai sumber, abik
dikelas, buku, informasi dari klien atau sumber lainnya. Misalnya, data – data tntang

iv
klien dapat ditemukan dalam pengumpulan data. Selain itu, dapat dikatakan juga sebagai
kemampuan untuk mengakses pengetahuan, karena pengetahuan menjadikan sesuatu
dapat dipelajari dan disimpan dalam pikiran.
Total recall sangat bergantung pada kemampuan memori otak. Memori
adalah suatu proses yang kompleks, yaitu proses untuk mengingat kembali hal – hal yang
berhubungan dengan fakta dan beberapa pengalamannya.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa total recall adalah mengingat
fakta – fakta dimana dan mengapa serta menemukan sesuatu yang diperlukan dan fakta
dalam keperawatan yang diperoleh dari berbagai sumber termasuk klien dan keluarganya.
b.        Habits (Kebiasaan)
Pola pikir yang diulang – ulang akan menjadi suatu kebiasaan baru (Second
Nature) yang secara spontan dapat dilakukan. Hasil dari kebiasaan tersebut menjadi cara
baru dalam melakukan suatu kebiasaan. Orang sering mengartikan bahwa suatu kebiasaan
itu dilakukan tanpa berpikir.

Hal itu sebenarnya bukan perilaku kebiasaan, tetapi hanya proses berpikir
untuk menjadi kebiasaan. Proses berpikir dalam suatu kebiasaan sudah tersusun secara
sistematis dan dapat berjalan menjadi otomatis tanpabanyak waktu untuk
mempertimbangkan penggunaan cara – cara baru dalam melakukan suatu aktvitas
tertentu.

c.         Inquiry (Penyelidik)


Inquiry (Penyelidik) adalah suatu penemuan fakta melalui pembuktian
dengan pengujian terhadap suatu isu penting atau pertanyaan yang membutuhkan suatu
jawaban. Penyelidikan merupakan buah pikiran utama yang digunakan dalam
memperoleh suatu kesimpulan.
Penyelidikan dalam praktek keperawatan sangat penting terutama pada
tahap pengkajia. Adapun tahapan penyelidikan melliputi :
           Mencari atau mendapatkan suatu informasi tentang sesuatu hal;
           Membuat rangkuman sementara dari informasi yang didapat;
           Mengenali beberapa kesenjangan atas rangkuman yang dibuat;
           Mengumpulkan informasi tambahan yang berhubungan dengan
informasi pertama;
           Membandingkan antara informasi baru dengan apa yang lebih dulu
diketahui;
           Mencoba menjawab beberapa pertannyaan dan analisi yang bias;
           Mempertimbangkan satu atau lebih alternatif kesimpulan;
           Memvalidasi keaslian alternatif kesimpulan dengan lebih banyak
informasi.

d.        New Ideas And Kreativity ( Ide – Ide Baru Dan Kreativitas)
New ideas and kreativity (ide – ide baru dan kreativitas) adalah ide – ide dan
kreativitas yang menentukan bentuk berpikir yang sangat khusus. Berpikir kreatif
(creatuve thinkig) adalah kebalikan dari kebiasaan (habits). Berpikir kritis sangat
menghargai adanya kesalahan dan perbedaan terhadap nilai – nilai yang dipelajari. Ide –
ide baru dan kreativitas dasar perlu dikembangkan dalam keperawatan, karena
keperawatan memiliki bannyak standar yang dapat menjamin pekerjaan lebih baik.

e.         Knowing How You Think (Tahu Bagaimana Kamu Berpikir)

iv
Knowing How You Think ( Tahu Bagaimana Kamu Berpikir) adalah
kemampuan mengetahui kita tentang bagaimanakita berpikit. Model “tahu bagaimana kita
berpikir” ini dapat membantu perawat bekerja secara kolaborasi dengan kesehatan lain.
Satu hala yanga sangat penting dari tahu bagaimana kamu berpikir ini adalah mereka
ekerja dengan refleksi, bagaimana yang telah perawat dan klien pikirkan dalam bekerja
sama sewaktu menjalankan asuhan keperawatan.

5. Model Pembelajaran Berpikir Kritis Dalam Keperawatan


a.        Feeling Model
Model ini menekankan pada rasa, kesan, dan data atau fakta yang
ditemukan. Pemikir kritis mencoba mengedepankan perasaan dalam melakukan
pengamatan, kepekaan dalam melakukan aktivitas keperawatan, dan
perhatian/kewaspadaan. Feeling model merupakan pegangan utama dalam keperawatan.
namun perasaan saja tidak cukup, sehingga didalamnya harus ada pikiran dan pengertian
dari aktivitasyang dilakukan.

b.        Vision Model


Model ini digunakan untuk membangkitkan pola pikir,mengorganisasi dan
menerjemahkan perasaan untuk merumuskan hipotesis, analisis, dugaan, dan idetentang
permasalahan perawatan kesehatan klien.

c.         Examine Model


Model ini digunakan untuk merefleksikan ide, pengertian, dan visi. Perawat
menguji ide dengan bantuan kriteria yang relevan.model ini digunakan untuk mencari
peran yang tepat untuk analisis, mencari, menguji, melihat, konfirmasi, kolaborasi,
menjelaskan, dan menentukan sesuatu yang berkaitan dengan ide.

Berpikir kritis dalam pendidikan didefinisikan sebagai pengujian penalaran


ide – ide, analisis asumsi, prinsip, argumentasi, kesimpulan, isu, pertanyaan, keyakinan,
dan tindakan yang dihadapi.

Ada empat bentuk alasan berpikir kritis, yaitu: dedukatif, indukatif, aktivitas
informal, aktivitas tiap hari, dan praktik. Untuk menjelaskan lebih mendalam tentang
definisi tersebut, alasan berpikir kritis adalah untuk menganalisis penggunaan bahasa,
perumusan masalah, penjelasan dan ketegasan asumsi, kuatnya bukti – bukti, menilai
kesimpulan, membedakan antara baik dan buruk argumrn, serta mencari kebenaran fakta
dan nilai dari hasil yang diyakini benar, serta tindakan yang dilakukan

6. Fungsi Berpikir Kritis Dalam Keperawatan


1. Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktivitas keperawatan sehari – hari.
2. Membedakan sejumlah penggunaan dan isu – isu dalam keperaawatan.
3. Mengidentifikasikan dan merumuskan masalah keperawatan.
4. Menganalisis pengertian hubungan dari masing – masing indkasi, penyebab
dan tujuan, serta tingkat hubungan.
5. Menganalisis argumentasi dan isu – isu dalam kesimpulan dan tindakan yang
dilakukan.
6. Menguji asumsi – asumsi yang berkembang dalam keperawatan.
7. Melaporkan data dan petunjuk – petunjuk yang akurat dalam keperawatan.
8. Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data keperawatan.
9. Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktivitas keperawatan.

iv
10. Digunakan dalam memberikan penjelasan, kerja sama, pembenaran, keyakinan,
dan kesimpulan serta tindakan keperawatan yang dilakukan.
11. Memberikan alasan – alasan yang relevan terhadap keyakinan dan kesimpulan
yang dilakukan.
12. Merumuskan dan menjelaskan nilai – nilai keputusan dalam keperawatan.
13. Mencari alasan, kriteria, prinsip – prinsip, dan aktivitas nilai – nilai keputusan.
14. Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan keperawatan.

7. Berpikir Kritis Dalam Setiap Proses Keperawatan


a.        Berpikir Kritis Dalam Tahap Pengkajian Diagnosis
Berpikir kritis dalam tahap pengkajian adalah proses pemahaman tentang
informasi apa yang dikumpulkan, metode prngumpulan data yang akan dilakukan,
beroikir tentang kesesuaian informasi, dan membuat suatu kesimpulan tentang respons
klien terhadap kondisi sakitnya.
Perumusan masalah keperawatan merupakan kesimpulandari hasil
pengkajiandan mengandung dua kategori mendasar, yaitu kekuatan dan perhatian
terhadap masalah kesehatan klien. Perhatian terhadap masalah meliputi kemampuan
perawat untuk mengatasi masalah secara mandiri, dan perlunya keterlibatan profesi lain
dan bekerja sama secara interdisiplin, serta perlu/tidaknya perawatan klien yang harus
dirujuk ketenaga kesehatan lain. Dengan demikian, berpikir kritis pada tahap pengkajian
meliputi kegiatan pengumpulan data dan validasi.
b.        Berpikir kritis dalam tahap perencanaan
Berpikir dalam perencanaan berarti menggunakan pengetahuan untuk
mengembangkan hasil yang diharapkan. Selain itu juga memerlukan keterampilan guna
mensintesis ilmu yang dimiliki untuk memilih tindakan yang tepat. Perencanaan asuhan
keperawatan biasanya ditulis berisikan dimana dan bagaimana menolong klien
berdasarkan responnya terhadap kondisi klien.

c.         Berpikir kritis dalam tahap implementasi


Berpikir kritis dalam tahap implementasi tindakan keperawatan adalah
keterampilan dalam menguji hipitesis, karena tindakan keperawatan adalah tindakan
nyata yang menentukan tingkat keberhasilan untuk mencapai tujuan. Bekerja melalui
aktivitas khusus, yaitu asuhan keperawatan untuk membantu mencapai tujuan dalam
perencanaan keperawatan, akan selalu menggunakan pikiran tentang apa yang harus
dilakukan, kapan, dimana, mengapa, dan bagaimana intervensi keperawatan dilakukan.

d.        Berpikir kritis dalam tahap evaluasi


Berpikir kritis dalam tahap evaluasi adalah mengkaji evektivitas tindakan
dimana perawat harus dapat mengambil keputusan tentang pemenuhan kebutuhan dasar
klien, dan memutuskan apakah tindakan keperawatan perlu diulang. Berpikir dan
kumpulkan informasi tentang respons klien setelah beberapa tindakan keperawatan
dilakukan.

8. Penerapan Berpikir Kritis Dalam Transkultural Keperawatan

Ada 4 hal pokok penerapan berfikir kritis dalam keperawatan, yaitu:


Penggunaan bahasa dalam keperawatan

Berfikir kritis adalah kemampuan menggunakan bahasa secara reflektif.


perawat menggunakan bahasa verbal dan nonverbal dalam mengekspresikan idea, fikiran,

iv
info, fakta, perasaan, keyakinan dan sikapnya terhadap klien, sesama perawat, profesi.
Secara nonverbal saat melakukan pedokumentasian keperawatan.

Argumentasi dalam keperawatansehari-hari perawat dihadapkan pada situasi


harus berargumentasi untuk menemukan, menjelaskan kebenaran, mengklarifikasi isu,
memberikan penjelasan, mempertahankan terhadap suatu tuntutan/tuduhan. Badman and
Badman (1988) argumentasi terkait dengan konsep berfikir dalam keperawatan
berhubungan dengan situasi perdebatan, upaya untuk mempengaruhi individu ataupun
kelompok.Pengambilan keputusan dalam keperawatansehari-hari perawat harus
mengambil keputusan yang tepat.

Penerapan proses keperawatan. Perawat berfikir kritis pada setiap langkah


proses keperawatan, diantaranya :
a.      Pengkajian: mengumpulkan data, melakukan observasi dalam pengumpulan
data berfikir kritis, mengelola dan mengkatagorikan data menggunakan ilmu-
ilmu lain.

b.      Perumusan diagnosa keperawatan: tahap pengambilan keputusan yang paling


kritis, menentukan masalah dan dengan argumen yaitu secara rasional.

c.       Perencanaan keperawatan: menggunakan pengetahuan untuk mengembangkan


hasil yang diharapkan, keterampilan guna mensintesa ilmu yang dimiliki
untuk memilih tindakan.

d.      Pelaksanaan keperawatan: pelaksanaan tindakan keperawatan adalkah


keterampilan dalam menguji hipotesa, tindakasn nyata yang menentukan
tingkat keberhasilan.

e.       Evaluasi keperawatan: mengkaji efektifitas tindakan, perawat harus dapat


mengambil keputusan tentang pemenuhan kebutuhan dasar klien.

Ketika seorang perawat yang dihadapkan dengan klien yang berbeda budaya,
maka perawat professional tetap memberikan asuhan keperawatan yang tinggi, demi
terpenuhinya kebutuhan dasar klien tersebut. Perawat professional akan berfikir kritis
dalam menangani hal tersebut. Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan
pada abad ke-21, termasuk tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan
semakin besar. Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar Negara
(imigrasi) dimungkinkan, menyebabkan adaya pergeseran terhadap tuntutan asuhan
keperawatan.

Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan


keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada
klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural
shock. Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak
mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat
menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa
mengalami disorientasi. Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien
sedang mengalami nyeri. Pada beberapa daerah atau Negara diperbolehkan seseorang
untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriak atau menangis. Tetapi karena
perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya dengan meringis pelan, bila berteriak

iv
atau menangis akan dianggap tidak sopan, maka ketika ia mendapati klien tersebut
menangis atau berteriak, maka perawat akan memintanya untuk bersuara pelan-pelan,
atau memintanya berdoa atau malah memarahi pasien karena dianggap telah mengganggu
pasien lainnya. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada
penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.

Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada


proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan
diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya
manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan
keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
Untuk memahami perbedaan budaya yang ada maka perawat perlu berpikir secara kritis.
Dalam berpikir kritis seorang perawat harus bisa menyeleksi kebudayaan mana yang
sesuai dengan kesehatan atau yang tidak menyimpang dari kesehatan. Jika perawat dapat
memahami perbedaan budaya maka akan bisa meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
dari perawat.

Budaya shock adalah kecemasan dan perasaan (dari kejutan, disorientasi,


ketidakpastian, kebingungan, dll) merasa ketika orang harus beroperasi dalam budaya
yang berbeda dan tidak dikenal seperti satu mungkin terjadi di negara asing. Ini tumbuh
dari kesulitan dalam asimilasi budaya baru, menyebabkan kesulitan dalam mengetahui
apa yang sesuai dan apa yang tidak. Hal ini sering digabungkan dengan atau bahkan tidak
suka untuk jijik (moral atau estetika) dengan aspek-aspek tertentu dari kebudayaan baru
atau berbeda.

9. Manfaat Berfikir Kritis Dalam Keperawatan


Berikut ini merupakan manfaat berpikir kritis dalam keperawatan adalah
sebagai berikut :
1.   Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas keperawatan sehari-hari.
2.   Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam keperawatan
3.   Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan.
4.    Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab dan
tujuan, serta tingkat hubungan.
5.    Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang
dilakukan.
6.    Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan.
7.    Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam keperawatan.
8.    Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data keperawatan.
9.    Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas keperawatan.
10.  Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan kesimpulan
yang dilakukan.
11.  Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam keperawatan.
12.  Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan aktifitas nilai-nilai
keputusan.
13.  Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan
keperawatan.

10. Langkah-Langkah Pemecahan Masalah


1. Mengetahui hakekat dari masalah dengan mendefinisikan masalah yang dihadapi.
2. Mengumpulkan fakta-fakta dan data yang relevan.

iv
3. Mengolah fakta dan data.
4. Menentukan beberapa alternatif pemecahan masalah.
5. Memilih cara pemecahan dari alternatif yang dipilih.
6. Memutuskan tindakan yang akan diambil.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir sistematik yang penting bagi
berpikir kritis adalah berpikir dengan tujuan dan mengarah ke sasaran yang membantu
individu membuat penilaian berdasarkan kata bukan pikiran.
Berpikir kritis dalam keperawatan adalah komersial untuk keperawatan
profesional karena cara berpikir ini terdiri atas pendekatan holistik untuk pemecahan
masalah.
2. Saran
Untuk memahami secara keseluruhan berpikir kritis dalam keperawatan kita
harus mengembangkan pikiran secara rasional dan cermat, agar dalam berpikir kita dapat
mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan. Serta menganalisis pengertian
hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab, tujuan, dan tingkat hubungan dalam
keperawatan. Sehingga saat berpikir kritis dalam keperawatan pasien akan merasa lebih
nyaman dan tidak merasa terganggu dengan tindakan perawat.

iv
DAFTAR PUSTAKA

Maryam Siti R,Dkk. Buku Ajaran Berfikir Kritis dalam Proses Keperawatan. 2007. Jakarta:
EGC
Http://academia.edukasi.com

iv
DAFTAR ISI
VISI DAN MISI.........................................................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR................................................................................................................
iii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................
iv
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................
1
A. Pengertian......................................................................................................................
1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................
1
C. Tujuan............................................................................................................................
1
1. Tujuan Umum.........................................................................................................
1
2. Tujuan Khusus.........................................................................................................
2
D. Manfaat..........................................................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................................
3
1. Pengertian Berfikir Kritis...............................................................................................
3
2. Karakteristik Berpikir Kritis...........................................................................................
4......................................................................................................................................
3. Asuhan Keperawatan Yang Bermutu Tinggi.................................................................
4
4. Asumsi Dan Model Berpikir T.H.I.N.K.........................................................................
5
5. Model Pembelajaran Berpikir Kritis Dalam Keperawatan.............................................
7
6. Fungsi Berpikir Kritis Dalam Keperawatan...................................................................
7
7. Berpikir Kritis Dalam Setiap Proses Keperawatan........................................................
8
8. Penerapan Berpikir Kritis Dalam Transkultural Keperawatan.......................................
8
9. Manfaat Berfikir Kritis Dalam Keperawatan................................................................. 10

iv
10. Langkah-Langkah Pemecahan Masalah......................................................................... 10
BAB III PENUTUP.................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 12
B. Saran............................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................. 13

iv

Anda mungkin juga menyukai