Anda di halaman 1dari 3

Kekalahan ISIS Menjadi Ancaman Utama Bagi Asia Tenggara

Miftahulvi Dwi Ashari (201710115243)

Pada tahun 2019, organisasi teroris ISIS yang menguasai sebagian wilayah di Suriah dan
Irak berhasil digempur. ISIS kehilangan wilayahnya dan ditarik mundur. Pemimpinnya, Abu
Bakar Al Baghdadi kemudian tewas dalam penyerbuan pasukan Amerika Serikat di tempat
persembunyiannya pada Oktober 2019.

Kekalahan ISIS tidak menyurutkan keraguan bahwasanya ISIS benar-benar kalah. Raja
Abdullah dari Yordania, memperingatkan kebangkitan ISIS di Timur Tengah. Namun, ada juga
yang menduga ISIS beralih ke wilayah Asia Tenggara.

Dalam laporan The New York Times, pernah menyebutkan gerakan kelompok ini
terhendus di Pulau Mindanao, Filipina Selatan, yang mana telah lama menjadi surga bagi para
pemberontak karena hutan belantara yang
lebat dan pengawasan yang lemah. ISIS
menarik sejumlah jihadis militan.

Jika kembali diamati sebelumnya,


Kelompok teroris ini pertama kali
mendorong perekrutan di Filipina selatan
sejak tahun 2016. Mereka menyebarkan
video sebagai isyarat kepada militan yang
tidak bisa berangkat ke Irak dan Suriah. Dari situ, kata pejabat intelijen, ratusan pejuang
berdatangan dari Chechnya, Somalia dan Yaman.

Pada tahun 2017, gerilyawan yang berjanji setia kepada ISIS mengambil alih kota Marawi
di Mindanao. Pada saat tentara menang lima bulan kemudian, kota berpenduduk mayoritas
Muslim terbesar di negara itu hancur lebur. Setidaknya 900 pemberontak tewas, termasuk
pejuang asing dan Isnilon Hapilon, pimpinan ISIS Asia Timur.

Sebelumnya pada Juni 2019, Menteri Pertahanan ( Menhan) Republik Indonesia (RI),
Ryamizard Ryacudu menegaskan isu terorisme masih menjadi perhatian utama bagi negara-

Source: www.kompas.com
negara Asia Tenggara. Terlebih pasca kekalahan Islamic State in Iraq and the Levant (ISIL) atau
yang biasa disebut media sebagai Negara Islam Irak dan Suriah ( ISIS). Dengan kekalahan
tersebut, ribuan militan asing atau Foreign Terrorist Fighter (FTF) yang tergabung dalam ISIS
kembali ke negara asalnya termasuk Asia Tenggara. Ini menjadi ancaman utama.

Dalam memerangin kejahatan Terorisme, maka dibuat Kerja sama antara Indonesia,
Malaysia dan Filipina ini melibatkan intelijen dari masing-masing negara untuk saling bertukar
informasi strategis atau Our Eyes Initiative. Menhan RI yang didampingi Irjen Kementerian
Pertahanan (Kemhan) Laksdya TNI Didit Herdiawan dalam kesempatan tersebut juga
menyampaikan berapa hal terkait perkembangan situasi keamanan luar dan dalam negeri yang
mempengaruhi kebijakan pertahanan di kawasan Asia Tenggara.

Kemudian Pada November 2019, Menteri Dalam Negeri Malaysia, Muhyiddin Yassin
kembali menegaskan bahwa ISIS tengah mencari markas atau pangkalan operasi baru dan
kemungkinannya di Asia Tenggara. Peringatan tersebut disampaikan Yassin kepada negara-
negara ASEAN dalam pertemuan membahas kejahatan transnasional di Bangkok. Menurut
Malaysia, memang benar ISIS sangat memungkinkan bergeser ke Asia Tenggara setelah
kematian Baghdadi.

Muhyiddin tidak mengidentifikasi negara mana di Asia Tenggara yang dipilih ISIS untuk
menggalang kekuatannya, tetapi tiga negara di kawasan dengan ikatan Islam terkuat adalah
Malaysia, Indonesia, dan Brunei. Indonesia adalah negara dengan populasi Muslim terbesar di
dunia - hampir 90 persen penduduknya memeluk Islam.

Sementara itu, Malaysia adalah pusat transit "pilihan pertama" bagi para teroris berkat
perjalanan bebas visa bagi mereka yang datang dari Timur Tengah dan Afrika, menurut Kepala
Penanggulangan Terorisme Malaysia, Ayob Khan.

Selama setahun terakhir, negara itu telah membebaskan seorang ahli biokimia yang
memiliki hubungan dengan ISIS dan Al-Qaidah, menahan 12 orang yang diduga merencanakan
serangan teror, dan berdebat tentang apakah akan mendeportasi seorang penceramah Islam yang
memiliki hubungan dengan Al-Qaidah. Muhyiddin menambahkan bahwa Malaysia telah
menggagalkan 25 serangan ISIS dan menangkap 512 tersangka selama enam tahun terakhir.

Source: www.kompas.com
Source: www.kompas.com

Anda mungkin juga menyukai