Anda di halaman 1dari 5

ABAD 19

Abad ke-19 bersifat praktikal, ekspansionis dan era positivis. Kongres di Vienna, yang mana
menandai akhir dari perang Napoleon, mengabadikan ketentraman Internasional baru yang
berdasarkan atas keseimbangan kekuatan di Eropa. Hukum Internasional menjadi berpusat di
Eropa, pemeliharaan dari yang beradab, Negara-Negara Kristen, penyeberangan laut dan
Negara asing yang dapat masuk hanya dengan persetujuan dan dalam kondisi yang ditetapkan
oleh kekuatan-kekuatan di Barat. Abad ini juga melihat kedatangan kemerdekaan di Amerika
Latin dan tempaan dari pendekatan yang berbeda kepada elemen-elemen tertentu dari Hukum
Internasional oleh Negara-Negara pada daerah tersebut, terutama dengan memperhatikan
pada, misalnya, suaka diplomatik dan perlakuan oleh perusahaan-perusahaan asing dan warga
Negara.

Terdapat banyak ciri-ciri yang menandai abad ke-19. Demokrasi dan nasionalisme,
keduanya menghimbau peperangan pada revolusi Perancis dan kerajaan, menyebar sepanjang
benua dan mengubah inti dari hubungan Internasional. Demokrasi dibawa kepada pengaruh
politik individual dan perkataan di dalam pemerintahan. Hal ini juga membawa pulang
kenyataan berupa tanggung jawab, untuk peperangan yang menjadi perhatian bagi semua.
Revolusi Industri berpusat di Eropa, menciptakan pembagian ekonomi menjadi dua, yakni
kapital dan buruh dan mendorong pengaruh Barat keseluruh dunia. Semua faktor ini
menciptakan pertambahan jumlah yang sangat besar dan variasi dari Lembaga Internasional
baik publik maupun privat, dan Hukum Internasional berkembang dengan pesat untuk
menampung mereka. Aksi dari Kongres di Vienna mewujudkan dasar-dasar dari kebebasan
bernavigasi dengan memperhatikan terusan Internasional dan mengatur Komisi Sentral dari
Rhine untuk mengatur kegunaannya. Pada tahun 1856 Komisi untuk Danube diciptakan dan
sejumlah sungai di Eropa juga menjadi subyek dari persetujuan dan pengaturan Internasional.
Pada tahun 1865 Persatuan Telegraf Internasional diciptakan dan pada tahun 1874 didirikan
Universal Postal Union.

Komite Palang Merah Internasional didirikan pada 1863, membantu mempromosikan


sejumlah seri dari Konvensi Geneva dimulai pada tahun 1864 yang berurusan dengan konflik
kemanusiaan, dan Konverensi Hague pada tahun 1899 dan 1907 didirikan Permanent Court
of Arbitration dan berurusan dengan cara memperlakukan tawanan dan kontrol dari
peperangan.

Teori positivis mendominasi abad ini. Pendekatan telah dipindahkan kedalam


kejadian Internasional dan segera berhadapan dengan realita dari kekurangan terhadap
kewenangan tertinggi. Semenjak Hukum sepenuhnya tergantung kepada kehendak dari
kekuasaan yang mengatur di sistem nasional, hal ini terlihat bahwa Hukum Internasional ikut
tergantung pada keinginan dari Negara-Negara dengan kekuasaan yang mengatur.

Hal ini menyiratkan kebingungan atas pembuat undang-undang tertinggi di dalam


Negara dengan Negara itu sendiri dan kemudian positivisme harus menerima identitas
metafisis dari suatu Negara. Suatu Negara memiliki kehidupan dan keinginannya sendiri dan
kemudian menjadi dapat untuk mendominasi Hukum Internasional. Tekanan atas kondisi
abstrak alami suatu Negara ini tidak muncul pada segala teori positivis dan terlambat
dikembangkan.

Pertumbuhan dari kesepakatan Internasional, adat, dan peraturan membujuk teori-


teori positivis untuk menggasak masalah ini di Hukum Internasional dan Negara; dan sebagai
hasilnya dua aliran pemikiran muncul.

Penganut Monis mengakui bahwa terdapat satu prinsip fundamental yang mendasari
baik Hukum nasional maupun Hukum Internasional. Penganut Dualis, yang berjumlah lebih
dan cenderung berpikiran dalam aliran positivis, menekankan elemen dari persetujuan.

Bagi Triepel, seorang teoris Jerman lainnya, Hukum Internasional dan Hukum
Domestik ada pada latar atau bidang yang berbeda, hal yang dulunya mengatur hubungan
Internasional, hubungan akhir antara individu dengan individu dan antara individu dengan
Negara.

Hal ini merujuk kepada suatu paradox. Dapatkah pengaturan umum ini mengikat
Negara-Negara individual, dan, apabila iya, kenapa? Hal ini akan muncul untuk mengarah
kepada kesimpulan bahwa keinginan sautu kekuasaan Negara dapat memberikan kelahiran
kepada peraturan yang mana hal itu tidak memiliki kontrol.

Abad ke-19 juga melihat publikasi dari sejumlah pekerjaan dari Hukum Internasional, yang
mana menekankan praktek suatu Negara dan kepentingan dari sikap sautu Negara terhadap
perkembangan dari peraturan-peraturan dalam Hukum Internasional.

ABAD 20

Kerajaan Eropa menguasai dunia dan ideologi Negara-Negara di Eropa menjadi hal yang
utama, tetapi Great War pada Tahun 1914 – 1918 melemahkan dasar-dasar dari peradaban
Negara-Negara di Eropa.

Harta waris yang paling penting dari Perjanjian Perdamaian pada tahun 1919 dari
sudut pandang hubungan Internasional adalah penciptaan Liga Bangsa-Bangsa. Sistem
anarkis yang sudah tua telah gagal dan dibutuhkan lembaga-lembaga baru untuk
mempertahankan dan mengamankan perdamaian. Liga tersebut terdiri dari Majelis dan
Dewan Eksekutif, tetapi telah buntung semenjak awal dengan ketiadaan Amerika dan Uni
Soviet untuk sepanjang umur hidupnya dan pada dasarnya tetap sebagai organisasi Negara-
Negara di Eropa.
Perserikatan ini gagal ketika dihadapkan kepada para penyerang yang bertekad untuk
berperang. Jepang menyerang Cina pada tahun 1931 dan dua tahun kemudian mengundurkan
diri dari LBB. Italia menyerang Ethiopia, dan German memulai serangkaian penyerangan
internal dan eksternal yang tak terelakkan. Uni Soviet, pada langkah final, akhirnya
dikeluarkan dari organisasi pada tahun 1939 mengikuti penyerangannya ke Finland.

Pengadilan permanen Hukum Internasional didirikan pada tahun 1921 pada Hague
dan telah sukses pada tahun 1946 dengan Mahkamah Pengadilan Internsional dan banyak
lembaga-lembaga Internasional lainnya yang diresmikan atau meningkatkan usahanya selama
periode ini.

Setelah kejadian traumatis dari Perang Dunia kedua LBB sukses pada tahun 1946
dengan pembentukan Perserikatan Bangsa Bangsa, yang mana berusaha untuk memperbaiki
banyak kerusakan yang diakibatkan oleh pendahulunya. Munculnya dekolonisasi memenuhi
ekspetasi dan Majelis Umum di Perserikatan Bangsa-Bangsa sampai saat ini memiliki 192
Negara anggota.

Peningkatan besar dalam jumlah kebiasaan dan perjanjian Internasional, penetapan


dari sistem arbitrase dan perkembangan dari organisasi Internasional telah didirikan dan inti
dari Hukum Internasional seperti yang diakui saat ini.

Anda mungkin juga menyukai