Gempa
Gempa
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gempa adalah getaran bumi yang terasa di permukaan, akibat terjadinya pelepasan energi
yang cepat, karena adanya pergeseran pada kerak bumi. Walaupun gempa tidak dapat kita
prediksi, namun kita dapat meminimalisir dampak yang ditimbulkannya dengan cara
membangun rumah tahan gempa. Bangunan Tahan Gempa bermaksud meminimalkan resiko
kerugian penghuni dan sekitarnya (yakni keselamatan nyawa serta harta benda) akibat
bencana gempa. Tujuan utama persyaratan konstruksinya adalah bahwa bangunan tidak rusak
dalam bencana gempa ringan, bangunan rusak sebagian namun tidak roboh pada waktu
bencana gempa sedang, dan bila roboh pada gempa dasyat, bangunan dapat diperbaiki lagi.
dengan jumlah lantai s.d. lantai 2 dengan luas sampai dengan 500m2.
2) Gedung pelayanan kesehatan: puskesmas;
3) Gedung pendidikan tingkat dasar dan/atau lanjutan dengan jumlah lantai s.d. 2
lantai.
d. Bangunan gedung bertingkat adalah bangunan gedung berlantai lebih dari 2 (dua).
2.2 Jenis-jenis dari gempa yang bisa menimbulkan kerusakan pada bangunan
a. Gempa tektonik : getaran akibat pergerakan pada plat bumi atau daerah patahan (sesar)
b. Gempa vulkanik : getaran akibat pergerakan magma.
c. Gempa tanah runtuh : getaran akibat reruntuhan gua di bawah permukaan tanah.
2.3 Macam-macam kerusakan pada struktur bangunan
a. Kerusakan Ringan Struktur
Suatu bangunan dikategorikan mengalami kerusakan struktur tingkat ringan apabila
terjadi hal-hal sebagai berikut : :
1. retak kecil (lebar celah antara 0,075 hingga 0,6 cm) pada dinding.
2. plester berjatuhan.
3. mencakup luas yang besar.
4. kerusakan bagian-bagian nonstruktur seperti cerobong, lisplang, dsb.
5. kemampuan struktur untuk memikul beban tidak banyak berkurang.
6. Laik fungsi/huni
Tindakan yang perlu dilakukan adalah perbaikan (repair) yang bersifat arsitektur agar
daya tahan bangunan tetap terpelihara. Perbaikan dengan kerusakan ringan pada struktur
dapat dilakukan tanpa mengosongkan bangunan.
b. Kerusakan Struktur Tingkat Sedang
Suatu bangunan dikategorikan mengalami kerusakan struktur tingkat sedang apabila
terjadi hal-hal sebagai berikut :
a. retak besar (lebar celah lebih besar dari 0,6 cm) pada dinding;
b. retak menyebar luas di banyak tempat, seperti pada dinding pemikul beban, kolom;
cerobong miring; dan runtuh;
c. kemampuan struktur untuk memikul beban sudah berkurang sebagian;
d. laik fungsi/huni.
Tindakan yang perlu dilakukan adalah :
a. restorasi bagian struktur dan perkuatan (strenghtening) untuk menahan beban gempa;
b. perbaikan (repair) secara arsitektur;
c. bangunan dikosongkan dan dapat dihuni kembali setelah proses restorasi selesai.
c. Kerusakan Struktur Tingkat Berat
Suatu bangunan dikategorikan mengalami kerusakan struktur tingkat berat apabila terjadi
hal-hal sebagai berikut :
a. dinding pemikul beban terbelah dan runtuh;
b. bangunan terpisah akibat kegagalan unsur-unsur pengikat;
c. kira-kira 50% elemen utama mengalami kerusakan;
d. tidak laik fungsi/huni.
Tindakan yang perlu dilakukan adalah merubuhkan bangunan. Atau dilakukan restorasi
dan perkuatan secara menyeluruh sebelum bangunan dihuni kembali. Dalam kondisi
kerusakan seperti ini, bangunan menjadi sangat berbahaya sehingga harus dikosongkan
d. Kerusakan Total
Suatu bangunan dikategorikan sebagai rusak total / roboh apabila terjadi hal-hal sebagai
berikut :
a. Bangunan roboh seluruhnya ( > 65%)
b. Sebagian besar komponen utama struktur rusak
c. Tidak laik fungsi/ huni
Tindakan yang perlu dilakukan adalah merubuhkan bangunan, membersihkan lokasi, dan
mendirikan bangunan baru.
1. Perbaikan Arsitektur
Tujuannya adalah mengembalikan bentuk arsitektur bangunan agar semua
perlengkapan/peralatan dapat berfungsi kembali.
Tindakan-tindakan yang termasuk jenis ini :
a. Menambal retak-retak pada tembok, plesteran, dll.
b. Memperbaiki pintu-pintu, jendela-jendela, mengganti kaca, dll.
c. Memperbaiki kabel-kabel listrik.
d. Memperbaiki pipa-pipa air, pipa gas, saluran pembuangan.
e. Membangun kembali dinding-dinding pemisah, cerobong, pagar, dll.
f. Memplester kembali dinding-dinding
g. Mengatur kembali genteng-genteng.
h. Mengecat ulang, dll.
2. Restorasi (Restoration)
Tujuannya melakukan perbaikan pada elemen-elemen struktur penahan beban.
Tindakan-tindakan yang termasuk jenis ini :
a. Menginjeksikan air semen atau bahan-bahan epoxy (bila ada) ke dalam retak-retak
kecil yang terjadi pada dinding pemikul beban, balok, maupun kolom. Retak kecil
adalah retak yang mempunyai lebar celah antara 0,075 cm dan 0,6 cm.
b. Penambahan jaringan tulangan pada dinding pemikul, balok, maupun kolom yang
mengalami retak besar kemudian diplester kembali. Retak besar adalah retak yang
mempunyai lebar celah lebih besar dari 0,6 cm.
c. Membongkar bagian-bagian dinding yang terbelah dan menggantikannya dengan
dinding baru dengan spesi yang lebih kuat dan dijangkar pada portal.
3. Perkuatan (Strengthening)
Tujuannya meningkatkan kekuatan struktur dibandingkan dengan kekuatan semula.
Tindakan-tindakan yang termasuk jenis ini :
1. Menambah daya tahan terhadap beban lateral dengan jalan menambah dinding,
menambah kolom, dll.
2. Menjadikan bangunan sebagai satu kesatuan dengan jalan mengikat semua unsur
penahan beban satu dengan lainnya.
3. Menghilangkan sumber-sumber kelemahan atau yang dapat menyebabkan terjadinya
konsentrasi tegangan di bagian-bagian tertentu :
a. Penyebaran letak kolom yang tidak simetris.
b. Penyebaran letak dinding yang tidak simetris.
c. Beda kekakuan yang menyolok antara lantai yang satu dengan yang lainnya.
d. Bukaan-bukaan yang berlebihan.
4. Menghindarkan terjadinya kehancuran getas dengan cara memasang tulangan sesuai
dengan detail-detail untuk mencapai daktilitas yang cukup.
Gambar 1. Respon antara struktur dengan damper dan tanpa damper ketika diguncang gempa
2. Bantalan Karet
Bantalan karet sering dikenal sebagai base isolation, tampaknya penggunaannya akan
semakin berkembang luas di masa datang. Berbagai daerah di Indonesia yang dikategorikan
rawan gempa, menjadikan bantalan karet peredam
gempa ini sangat diperlukan untuk
melindungi struktur bangunan. Bantalan karet
ini tergolong murah, dan bukan merupakan alat
berteknlogi tinggi.
c. Perkuatan dengan seng tebal yang diberi lubang paku seperti parutan
Teknik untuk
meningkatkan
kekuatan
Teknik untuk meningkatkan
daktilitas
2.5 Contoh kasus Kegagalan konstruksi bangunan akibat gempa
- Kerusakan Bangunan Hotel Bumi Minang Akibat Gempa Padang 30 September 2009
Bangunan Hotel Bumi Minang merupakan bangunan bertingkat tertinggi di kota Padang
yang mengalami kerusakan akibat Gempabumi 7,6 SR tanggal 30 September 2009 yang
berpusat di laut 100 km dari kota Padang. Survey untuk mendata kerusakan yang terjadi pada
bangunan dilakukan beberapa hari setelah terjadinya gempa. Makalah ini mengungkapkan
penyebab kerusakan serta rekomendasi perbaikannya. Berdasarkan hasil observasi lapangan,
diketahui beberapa bagian bangunan mengalami kerusakan. Untuk mengetahui penyebab
kerusakan, analisis ulang terhadap perilaku struktur akibat gempa selanjutnya dilakukan
dengan menggunakan simulasi numerik. Kompilasi terhadap hasil survey dan analisis
struktur menunjukkan bahwa kerusakan pada bangunan terutama diakibatkan oleh bentuk
denah bangunan yang tidak simetris. Selanjutnya simulasi numerik untuk menganalisis
tindakan perbaikan juga dilakukan. Hasil studi menunjukkan bahwa bangunan ini secara
umum dapat diperbaiki dengan beberapa opsi tindakan yaitu merubah bentuk denah
bangunan, memperkuat dengan tambahan dinding geser pada beberapa bagian bangunan dan
tindakan kombinasi.
Dari hasil dari investigasi disimpulkan :
1. Investigasi lapangan terhadap bangunan Hotel Bumi Minang menunjukkan bahwa
bangunan ini mengalami kerusakan berat baik pada bagian struktur maupun non
struktur. Kerusakan ini terutama terjadi pada bagian tengah bangunan.
2. Bentuk denah bangunan yang tidak simetris merupakan satu hal yang dapat
menimbulkan konsentrasi tegangan akibat beban dinamis yang bekerja pada bangian
tengah bangunan.
3. Hasil simulasi menunjukkan bahwa elemen bangunan (terutama kolom) mempunyai
kapasitas lebih kecil dibanding beban yang bekerja.
4. Dengan penambahan dinding geser pada sebagian bangunan tengah, maka beban
kerja pada bagian ini berkurang sehingga kapasitas penampang yang ada dapat
menahan gaya-gaya dalam yang bekerja. Sedangkan penambahan lebih dinding geser
pada bagian tengah-atas maupun di samping kiri dan kanan bangunan, memberikan
respon berupa gaya dalam yang lebih kecil pada model bangunan. Studi ini
menunjukkan pentingnya dinding geser dalam meminimalkan respon bangunan
terhadap beban dinamik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari makalah di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa cara untuk
meningkatkan kekuatan bangunan dalam menahan gempa antara lain dengan
menambahkan damper pada kolom, bantalan karet, memberi perkuatan pada dinding,
sambungan dan perkuatan pada pondasi agar konstruksi bangunan bisa menahan gaya
yang ditimbulkan akibat gempa.
DAFTAR PUSTAKA
http://sanggapramana.wordpress.com/2010/11/27/damper-isolator-gempa-pada-struktur-
bangunan/
SNI -1726-2002, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung
http://pustaka.abatasa.co.id/pustaka/detail/muamalah/allsub/520/konsep-rumah-tahan-
gempa.html
TUGAS
PELAT DAN RANGKA BETON
Oleh: