Anda di halaman 1dari 8

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PASIEN

HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SULI BARAT


KABUPATEN LUWU

Bulkiah1, Suriyanti Hasbullah2, H. Muzakkir3


1
STIKES Nani Hasanuddin Makassar
2
STIKES Nani Hasanuddin Makassar
3
STIKES Nani Hasanuddin Makassar

ABSTRAK

Hipertensi adalah faktor penyebab timbulnya penyakit berat seperti serangan jantung, gagal
ginjal, dan stroke. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara gaya hidup, pola makan,
lingkungan, stress, dan aktivitas dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Suli Barat
Kabupaten Luwu. Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik dengan metode cross sectional,
populasi dalam penelitian ini seluruh pasien hipertensi yang datang berobat di Puskesmas Suli Barat
Kabupaten Luwu. Pengambilan sampel menggunakan teknikk accidental sampling, didapatkan 50
responden sesuai dengan kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
kuesioner. Teknik pengolahan data menggunakan uji Chi-square test. Hasil penelitian menunjukkan
ada hubungan antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi (p 0,04 < 0,05), ada hubungan antara
pola makan dengan kejadian hipertensi (p 0,04 < 0,05), tidak ada hubungan antara lingkungan
dengan kejadian hipertensi (p 0,06< 0,05), ada hubungan antara stress dengan kejadian hipertensi (p
0,03 < 0,05), tidak ada hubungan antara aktivitas dengan kejadian hipertensi (p 0,06< 0,05).
Kesimpulan penelitian yaitu ada hubungan antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi, ada
hubungan antara pola makan dengan kejadian, tidak ada hubungan antara lingkungan dengan
kejadian hipertensi, ada hubungan antara stress dengan kejadian hipertensi, tidak ada hubungan
antara aktivitas dengan kejadian lingkungan di Puskesmas Suli Barat Kabupaten Luwu. Agar penyakit
ini dapat terkendali disarankan untuk memeriksakan kesehatan secara teratur untuk.

Kata Kunci : Hipertensi, Gaya Hidup, Pola Makan, Lingkungan, Stress, Aktivitas

PENDAHULUAN seringkali tidak menimbulkan gejala,


Hipertensi atau Darah Tinggi adalah sementara tekanan darah yang terus-menerus
keadaan dimana seseorang mengalami tinggi dalam jangka waktu lama dapat
peningkatan tekanan darah diatas normal atau menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu,
kronis (dalam waktu yang lama). Diketahui 9 hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan
dari 10 orang yang menderita hipertensi tidak pemeriksaan tekanan darah secara berkala.
dapat diidentifikasi penyebab penyakitnya. (Admin, 2008).
Itulah sebabnya hipertensi dijuluki pembunuh Berdasarkan Data lancet (2008), jumlah
diam-diam atau “silent killer”. Seseorang baru penderita hipertensi di seluruh dunia terus
merasakan dampak gawatnya hipertensi meningkat. Di India, jumlah penderita
ketika telah terjadi komplikasi. Jadi baru hipertensi mencapai 60,4 juta orang pada
disadari ketika telah menyebabkan gangguan tahun 2002 dan diperkirakan 107,3 juta orang
organ seperti gangguan fungsi jantung, pada tahun 2025. Di cina, 98,5 juta orang
koroner, fungsi ginjal, gangguan fungsi kognitif pada tahun 2025. Di bagian lain di Asia,
atau stroke. Hipertensi pada dasarnya tercatat 38,4 juta penderita hipertensi pada
mengurangi harapan hidup para penderitanya. tahun 2000 dan diprediksikan akan menjadi
(Admin, 2008). 67,4 juta orang pada tahun 2025. Di
Hipertensi dapat diklasifikasikan Indonesia, mencapai 17 – 21% dari populasi
menjadi 2 jenis yaitu hipertensi primer atau penduduk dan kebanyakan tidak terdeteksi.
esensial yang penyebabnya tidak diketahui, Manusia bisa dihinggapi hipertensi tanpa
yang merupakan 95% dari seluruh kasus merasakan gangguan atau gejalanya. Menurut
hipertensi. Sisanya adalah hipertensi sekunder Badan Kesehatan Dunia, dari 50% penderita
yang dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, hipertensi yang terdeteksi, hanya 25% yang
penyakit endokrin, penyakit jantung, gangguan mendapatkan pengobatan dn hanya 12,5%
anak ginjal, dan lain – lain. Hipertensi bisa diobati dengan baik. Tercatat 90% atau

Volume 2 Nomor 4 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721 135


lebih penderita hipertensi tidak diketahui melitus (9,76%), dan tumor genital (1,50%).
penyebabnya. Sisanya, 10% atau kurang (Dinas Kesehatan Sul – Sel, 2010)
adalah penderita hipertensi yang disebabkan Melihat dari data yang tercatat di
penyakit lain seperti ginjal dan beberapa Puskesmas Suli Barat Kabupaten Luwu,
gangguan kelenjar endokrin tubuh. Di jumlah hipertensi yang memeriksakan diri di
perkirakan sekitar 80% kenaikan kasus Puskesmas Suli Barat Kabupaten Luwu pada
hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2010 sebanyak 35 penderita,
tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di sedangkan pada tahun 2011 terjadi
tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 miliar peningkatan yaitu 47 penderita, dan pada
kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan tahun 2012 mulai Januari sampai dengan
pada angka penderita hipertensi saat ini dan Oktober, juga terjadi peningkatan menjadi
pertambahan penduduk saat ini. sebanyak 63 penderita.
(Muhammadun, 2010) Data tersebut menunjukkan bahwa
Hipertensi merupakan penyebab masalah hipertensi perlu mendapatkan
kematian nomor 3 setelah stroke dan perhatian serta penanganan yang baik. Untuk
tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari bisa mengatasinya, perlu diketahui faktor –
populasi kematian pada semua umur di faktor yang berhubungan dengan kejadian
Indonesia. Hipertensi merupakan gangguan hipertensi. Hal ini mendorong penulis untuk
sistem peredaran darah yang menyebabkan meneliti faktor – faktor penyebab hipertensi
kenaikan tekanan darah di atas normal, yaitu tersebut yang berkenaan dengan hipertensi di
140/90 mmHg. Hasil Riset Kesehatan Dasar Puskesmas Suli Barat Kabupaten luwu.
(Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007
menunjukkan prevalensi hipertensi secara BAHAN DAN METODE
nasional mencapai 31,7%. Hal itu disampaikan Lokasi, populasi, dan sampel penelitian
Menkes dr. Endang R. Sedyaningsih, Dr. PH. Berdasarkan permasalahan yang diteliti,
Menurut Menkes, hipertensi merupakan maka jenis penelitian ini adalah penelitian
penyakit yang sangat berbahaya, karena tidak analitik dengan pendekatan cross sectional.
ada gejala atau tanda khas sebagai peringatan Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Suli
dini. Kebanyakan orang merasa sehat dan Barat Kabupaten Luwu pada tanggal tanggal 2
energik walaupun hipertensi. Menurut hasil januari 2013 sampai dengan 16 Januari 2013.
Riskesdas Tahun 2007, sebagian besar kasus Populasi penelitian adalah Seluruh
hipertensi di masyarakat belum terdeteksi. pasien hipertensi yang datang berobat di
Keadaan ini tentunya sangat berbahaya, yang Puskesmas Suli Barat Kabupaten Luwu
dapat menyebabkan kematian mendadak dengan jumlah populasi sebanyak 63 orang.
pada masyarakat. (Balitbangkes Depkes RI, Penentuan jumlah sampel dengan
2009). menggunakan teknik penarikan sampel yang
Berdasarkan laporan Rikesdas digunakan adalah teknik accidental sampling,
memperlihatkan bahwa penyebab kematian maka didapatkan 50 orang sesuai dengan
utama untuk semua umur adalah stroke kriteria inklusi.
(15.4%), yang disusul oleh TB (7.5%), Jumlah responden di Puskesmas Suli
Hipertensi (6.8%) dan cedera (6.5%). Bila Barat Kabupaten Luwu yang sesuai dengan
dibandingkan dengan hasil SKRT 1995 dan kriteria inklusi sebanyak 50 orang diambil
2001, menurut empat (4) kelompok penyebab menggunakan teknik accidental sampling,
kematian, tampak bahwa selama 12 tahun jumlah sampel yang digunakan dalam
(1995-2007) telah terjadi transisi epidemiologi penelitian ini adalah 50 orang.
dengan meningkatnya proporsi penyakit tidak 1) Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah :
menular, yang diikuti dengan transisi a) Klien yang datang dengan hipertensi di
demografi. (Balitbangkes Depkes RI, 2009) Puskesmas.
Berdasarkan hasil surveilans rutin, b) Klien dengan hipertensi yang bersedia
penyakit tidak menular pada Puskesmas untuk menjadi responden.
sentinel di Sulawesi Selatan pada tahun 2008, c) Klien dengan hipertensi yang kooperatif.
ditemukan pada puskesmas sentinel antara 2) Kriteria Eksklusi dalam penelitian ini adalah
lain hipertensi (57,48%), kecelakaan lalu lintas :
(16,77%), asma (13,23%), diabetes melitus a) Klien yang tidak datang di Puskesmas.
(7,95%), dan osteoporosis (1,20%). Tetapi b) Klien yang tidak bersedia menjadi
lima urutan penyebab kematian karena PTM responden.
yang ditemukan pada Puskesmas sentinel
antara lain hipertensi (63,66%), kecelakaan
lalu lintas (14,86%), asma (9,91%), diabetes

136 Volume 2 Nomor 6 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721


Pengumpulan data Tabel 2. Distribusi frekuensi berdasarkan
Dalam proses pengolahan data terdapat pola makan responden di Puskesmas Suli
langkah – langkah yang harus ditempuh, di Barat Kabupaten Luwu Januari 2013
antaranya: Jumlah
a. Editing Pola Makan
n %
Editing adalah upaya untuk memeriksa Baik 31 62,0
kembali kebenaran data diperoleh atau
dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada Kurang Baik 19 38,0
tahap pengumpulan data atau setelah data Total 50 100
terkumpul. Sumber : Data primer januari 2013
b. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian Pada tabel 2 menunjukkan bahwa
kode numerik (angka) terhadap data yang responden yang pola makan baik sebanyak
terdiri atas beberapa kategori. Pemberian 31 (62%) orang dan pola makan kurang
kode ini sangat penting bila pengolahan baik sebanyak 19 (38%) orang.
dan analisis data menggunakan komputer.
Biasanya dalam pemberian kode dibuat Tabel 3. Distribusi frekuensi berdasarkan
juga daftar kode dan artinya dalam satu lingkungan responden di Puskesmas Suli
buku untuk memudahkan kembali melihat Barat Kabupaten Luwu Januari 2013
lokasi dan arti suatu kode dari suatu Jumlah
Lingkungan
variabel. n %
c. Entri Data Terganggu 22 44,0
Entri data adalah kegiatan memasukkan Tidak
data yang telah dikumpulkan ke dalam 28 56,0
Terganggu
master tabel atau database komputer, Total 50 100
kemudian membuat distribusi frekuensi Sumber : Data primer januari 2013
sederhana atau bisa juga dengan membuat
tabel kontigensi. Pada tabel 3 menunjukkan bahwa
responden yang memiliki lingkungan tidak
Analisa data terganggu sebanyak 28 (56%) orang dan
Setelah dilakukan tabulasi data, yang memiliki lingkungan terganggu
kemudian data diperoleh dengan sebanyak 22 (44%) orang.
menggunakan metode uji statistik, yaitu
analisa Bivariat menggunakan uji statistik Chi Tabel 4. Distribusi frekuensi berdasarkan
2
– Square (X ) dengan tabel kontingensi 2 x 2. tingkat stress responden di Puskesmas Suli
Analisa Univariat dilakukan untuk Barat Kabupaten Luwu Januari 2013
mendapatkan gambaran umum dengan cara
Jumlah
mendeskripsikan tiap variabel yang digunakan Stress
dalam penelitian yaitu melihat distribusi n %
frekuensinya. Stress 34 68,0
Tidak Stress 16 32,0
HASIL PENELITIAN Total 50 100
1. Hasil Analisa Univariat Sumber : Data primer januari 2013
Tabel 1. Distribusi frekuensi berdasarkan
gaya hidup responden di Puskesmas Suli Pada tabel 4 menunjukkan bahwa
Barat Kabupaten Luwu Januari 2013 responden yang mengalami stress
Jumlah sebanyak 34 (68%) orang dan yang tidak
Gaya Hidup mengalami stress sebanyak 16 (32%)
n %
Sehat 31 62,0 orang.
Tidak sehat 19 38,0 Tabel 5. Distribusi frekuensi berdasarkan
Total 50 100 tingkat aktivitas responden di Puskesmas
Sumber : Data primer januari 2013 Suli Barat Kabupaten Luwu Januari 2013
Jumlah
Pada tabel 1 menunjukkan bahwa Aktivitas
n %
responden yang memiliki gaya hidup yang Ringan 23 46,0
tidak sehat sebanyak 19 (38%) orang dan
Berat 27 54,0
yang memiliki gaya hidup sehat sebanyak
31 (62%) orang. Total 50 100
Sumber : Data primer januari 2013

Volume 2 Nomor 4 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721 137


Pada tabel 5 menunjukkan bahwa Berdasarkan tabel 7 didapatkan
responden yang memiliki aktivitas berat bahwa responden yang memiliki pola
sebanyak 27 (54%) orang dan yang makan kurang baik dan mengalami
memiliki aktivitas ringan sebanyak 23 hipertensi sebanyak 11 orang (22%),
(46%) orang. sedangkan responden yang memiliki
pola makan baik dan mengalami
2. Hasil Analisa Bivariat hipertensi sebanyak 9 orang (18%), dan
a. Hubungan gaya hidup dengan kejadian yang mengalami pola makan kurang
hipertensi baik dan tidak mengalami hipertensi
Tabel 6. Hubungan gaya hidup dengan sebanyak 8 orang (16%), sedangkan
Kejadian Hipertensi di Puskesmas Suli yang mengalami pola makan baik dan
Barat Kabupaten Luwu Januari 2013 tidak mengalami hipertensi sebanyak 22
orang (44%) setelah di analisa dengan
Kejadian Hipertensi
Gaya menggunakan uji Chi Square
Hidup Hiper Tidak didapatkan nilai p 0,04 < 0,05 artinya
Jumlah
tensi Hipertensi ada hubungan antara pola makan
n % n % N % dengan kejadian hipertensi.
Sehat 9 18 22 44 31 62
Kurang c. Hubungan lingkungan dengan kejadian
11 22 8 16 19 38 hipertensi
Sehat
Jumlah 20 40 30 60 50 100 Tabel 8. Hubungan lingkungan dengan
p = 0,04 Kejadian Hipertensi di Puskesmas Suli
Sumber : Data primer januari 2013 Barat Kabupaten Luwu Januari 2013
Kejadian Hipertensi
Berdasarkan tabel 6 didapatkan Lingku
Tidak
bahwa responden yang memiliki gaya ngan Hipertensi Jumlah
Hipertensi
hidup kurang sehat dan mengalami
hipertensi sebanyak 11 orang (22%), N % n % N %
sedangkan responden yang memiliki Terganggu 12 24 10 20 22 44
gaya hidup sehat dan tidak mengalami Tidak
8 16 20 40 28 56
hipertensi sebanyak 22 orang (44%) terganggu
dan responden yang gaya hidup sehat Jumlah 20 40 30 60 50 100
dan mengalami hipertensi sebanyak 9 p = 0,04
orang (18%) sedangkan responden Sumber : Data primer januari 2013
yang memiliki gaya hidup kurang sehat
dan tidak mengalami hipertensi Berdasarkan tabel 8 didapatkan
sebanyak 8 orang (16%) setelah di bahwa responden yang memiliki
analisa dengan menggunakan uji Chi- lingkungan tidak terganggu dan
Square didapatkan nilai p 0,04 < 0,05 mengalami hipertensi sebanyak 8 orang
artinya ada hubungan antara gaya hidup (16%), sedangkan responden yang
dengan kejadian hipertensi. memiliki lingkungan tidak terganggu dan
tidak mengalami hipertensi sebanyak 20
b. Hubungan pola makan dengan kejadian orang (40%) dan responden yang
hipertensi memiliki lingkungan terganggu dan
Tabel 7. Hubungan pola makan dengan mengalami hipertensi sebanyak 12
Kejadian Hipertensi di Puskesmas Suli orang (24%), sedangkan responden
Barat Kabupaten Luwu Januari 2013 yang memiliki lingkungan terganggu dan
tidak mengalami hipertensi sebanyak 10
Kejadian Hipertensi orang (20%) setelah di analisa dengan
Pola Makan
Hipertensi
Tidak
Jumlah
menggunakan uji Chi Square
Hipertensi didapatkan nilai p 0,06 < 0,05 artinya
n % n % N % tidak ada hubungan antara lingkungan
dengan kejadian hipertensi.
Baik 9 18 22 44 31 62
Kurang Baik 11 22 8 16 19 38
Jumlah 20 40 30 60 50 100
p = 0,04
Sumber : Data primer januari 2013

138 Volume 2 Nomor 6 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721


d. Hubungan Stress dengan kejadian hipertensi sebanyak 13 orang (26%),
hipertensi sedangkan responden yang memiliki
Tabel 9. Hubungan Stress dengan aktivitas ringan dan tidak mengalami
Kejadian Hipertensi di Puskesmas Suli hipertensi sebanyak 13 orang (26%),
Barat Kabupaten Luwu Januari 2013 setelah di analisa dengan menggunakan
Kejadian Hipertensi uji chi square didapatkan nilai p 0,06 <
0,05 artinya tidak ada hubungan antara
Stress Hiper Tidak
Jumlah tingkat aktivitas dengan kejadian
tensi Hipertensi hipertensi.
n % n % N %
Stress 17 34 17 34 34 68 PEMBAHASAN
Tidak 1. Hubungan gaya hidup dengan kejadian
3 6 13 26 16 32
Stress hipertensi
Jumlah 20 40 30 60 50 100 Berdasarkan tabel 6 didapatkan
p = 0,04 bahwa responden yang memiliki gaya
Sumber : Data primer januari 2013
hidup kurang sehat dan mengalami
hipertensi sebanyak 11 orang (22%),
Berdasarkan tabel 9 didapatkan
sedangkan responden yang memiliki gaya
bahwa responden yang mengalami
hidup sehat dan tidak mengalami hipertensi
stress dan mengalami hipertensi
sebanyak 22 orang (44%) dan responden
sebanyak 17 orang (34%), sedangkan yang gaya hidup sehat dan mengalami
responden yang tidak stress dan hipertensi sebanyak 9 orang (18%)
mengalami hipertensi sebanyak 3 orang
sedangkan responden yang memiliki gaya
(6%) sementara responden yang stress
hidup kurang sehat dan tidak mengalami
dan tidak mengalami hipertensi
hipertensi sebanyak 8 orang (16%) setelah
sebanyak 17 orang (34%), dan
di analisa dengan menggunakan uji Chi-
responden yang tidak stress dan tidak
Square didapatkan nilai p 0,04 < 0,05
mengalami hipertensi sebanyak 13
artinya ada hubungan antara gaya hidup
orang (26%) setelah di analisa dengan
dengan kejadian hipertensi.
menggunakan uji Chi Square Peneliti berasumsi bahwa
didapatkan nilai p 0,03 < 0,05 artinya
peningkatan tekanan darah pada
ada hubungan antara kejadian stress
seseorang bergantung pada gaya hidup
dengan kejadian hipertensi.
seseorang, sehingga dianjurkan untuk
menghindari atau mengatur gaya hidup
e. Hubungan tingkat aktivitas dengan
yang dapat menyebabkan terjadinya
kejadian hipertensi
penyakit hipertensi seperti mengatur pola
Tabel 10. Hubungan tingkat aktivitas makan yang sehat, aktivitas fisik yang
dengan Kejadian Hipertensi di cukup, mengindari stress yang berlebih,
Puskesmas Suli Barat Kabupaten Luwu
istirahat yang cukup, makan secara teratur,
Januari 2013
menghentikan atau mengurangi kebiasaan
Kejadian Hipertensi merokok, mengentikan atau mengurangi
Aktivitas Tidak kebiasaan minum minuman beralkohol.
Hipertensi Jumlah Perubahan gaya hidup yang efektif
Hipertensi
dapat menurunkan tekanan darah setara
n % n % N % dengan masing-masing obat antihipertensi.
Ringan 6 12 17 34 23 46 Kombinasi dari dua atau lebih perubahan
Berat 14 28 13 26 27 54 gaya hidup dapat memberikan hasil lebih
Jumlah 20 40 30 60 50 100 baik
p = 0,06 Sesuai dengan pernyataan diatas
Sumber : Data primer januari 2013 bahwa atau dengan kata lain penanganan
tipe pertama untuk hipertensi identik
Berdasarkan tabel 10 didapatkan dengan menganjurkan perubahan gaya
bahwa responden yang memiliki hidup yang bersifat pencegahandan
aktivitas berat dan mengalami hipertensi meliputi perubahan diet, olah raga, dan
sebanyak 14 orang (28%), sedangkan penurunan berat badan. Semua perubahan
responden yang memiliki aktivitas ringan ini telah terbukti menurunkan tekanan
dan mengalami hipertensi sebanyak 6 darah secara bermakna pada orang
orang (12%) sementara yang memiliki dengan hipertensi.
aktivitas berat dan tidak mengalami

Volume 2 Nomor 4 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721 139


2. Hubungan pola makan dengan kejadian sebanyak 20 orang (40%) dan responden
hipertensi yang memiliki lingkungan terganggu dan
Berdasarkan tabel 7 didapatkan mengalami hipertensi sebanyak 12 orang
bahwa responden yang memiliki pola (24%), sedangkan responden yang
makan kurang baik dan mengalami memiliki lingkungan terganggu dan tidak
hipertensi sebanyak 11 orang (22%), mengalami hipertensi sebanyak 10 orang
sedangkan responden yang memiliki pola (20%) setelah di analisa dengan
makan baik dan mengalami hipertensi menggunakan uji Chi Square didapatkan
sebanyak 9 orang (18%), dan yang nilai p 0,06 < 0,05 artinya tidak ada
mengalami pola makan kurang baik dan hubungan antara lingkungan dengan
tidak mengalami hipertensi sebanyak 8 kejadian hipertensi.
orang (16%), sedangkan yang mengalami Peneliti berasumsi bahwa
pola makan baik dan tidak mengalami Lingkungan adalah segala sesuatu yang
hipertensi sebanyak 22 orang (44%) berada disekitar manusia serta pengaruh –
setelah di analisa dengan menggunakan uji pengaruh luar yang mempengaruhi
Chi Square didapatkan nilai p 0,04 < 0,05 kehidupan dan perkembangan manusia.
artinya ada hubungan antara pola makan Daerah kecamatan suli barat merupakan
dengan kejadian hipertensi. daerah pegunungan dan terletak cukup
Hal ini sesuai dengan pendapat Prof. jauh dari perkotaan sehingga menurut
DR. Ir. Made Astawan, MS.Guru Besar peneliti hal ini cukup tidak berpengaruh
Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi IPB terhadap kehidupan masyarakat
yang mengatakan bahwa perubahan pola didalamnya.
makan menjurus ke sajian siap santap Hal ini sesuai dengan penjelasan
yang mengandung lemak, protein, dan bahwa perbedaan keadaan geografis,
garam tinggi tapi rendah serat pangan dimana daerah pantai lebih berisiko
(dietary fiber), membawa konsekuensi terjadinya penyakit hipertensi dibanding
terhadap berkembangnya penyakit dengan daerah pengunungan, karna
degenerative seperti hipertensi. Seperti daerah pantai lebih banyak terdapat
yang telah dijelaskan sebelumnya, natrium natrium bersama klorida dalam garam
memegang peranan penting terhadap dapur sehingga konsumsi natrium pada
timbulnya hipertensi. Natrium dan klorida penduduk pantai lebih besar daripada
merupakan ion utama cairan ekstraseluler. daerah pengunungan.
Konsumsi natrium yang berlebih Dan diperkuat dengan penjelasan
menyebabkan konsentrasi natrium di dalam bahwa penyakit hipertensi ditemukan di
cairan ekstraseluler meningkat. Untuk semua daerah Indonesia dengan
menormalkannya, cairan intraseluler ditarik prevalensi yang cukup tinggi. Dimana
ke luar, sehingga volume cairan daerah perkotaan lebih dengan gaya hidup
ekstraseluler meningkat. Meningkatnya modern lebih berisiko terjadinya hipertensi
volume cairan ekstraseluler tersebut dibandingkan dengan pedesaan.
menyebabkan meningkatnya volume darah, (Muhammadun, 2010).
sehingga berdampak kepada timbulnya 4. Hubungan tingkat stress dengan kejadian
hipertensi. hipertensi
Karena itu disarankan untuk Berdasarkan tabel 9 didapatkan
mengurangi konsumsi natrium/sodium. bahwa responden yang mengalami stress
Sumber natrium/sodium yang utama adalah dan mengalami hipertensi sebanyak 17
natrium klorida (garam dapur), penyedap orang (34%), sedangkan responden yang
masakan (monosodium glutamat = MSG), tidak stress dan mengalami hipertensi
dan sodium karbonat. (Koran Bali Post. sebanyak 3 orang (6%) sementara
2008). responden yang stress dan tidak
Dengan demikian dapat disimpulkan mengalami hipertensi sebanyak 17 orang
terdapat hubungan antara pola makan (34%), dan responden yang tidak stress
dengan kejadian hipertensi. dan tidak mengalami hipertensi sebanyak
3. Hubungan lingkungan dengan kejadian 13 orang (26%) setelah di analisa dengan
hipertensi menggunakan uji Chi Square didapatkan
Berdasarkan tabel 8 didapatkan nilai p 0,03 < 0,05 artinya ada hubungan
bahwa responden yang memiliki lingkungan antara kejadian stress dengan kejadian
tidak terganggu dan mengalami hipertensi hipertensi.
sebanyak 8 orang (16%), sedangkan Peneliti berasumsi bahwa stress
responden yang memiliki lingkungan tidak pada dasarnya menyerang semua orang
terganggu dan tidak mengalami hipertensi tanpa memandang usia, pekerjaan,

140 Volume 2 Nomor 6 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721


maupun kebangsaan. Dalam keadan stress tanggung jawab besar tanpa disertai
akan terjadi lonjakan tekanan darah diatas wewenang pengambilan keputusan, akan
normal, yang jika terus menerus terjadi mengalami tekanan darah yang lebih tinggi
akan mempengaruhi kerja jantung. selama jam kerjanya, dibandingkan dengan
Hal ini diperkuat dengan asumsi rekan mereka yang jabatannya lebih
bahwa stress adalah salah satu penyebab longgar tanggung jawabnya. Stress yang
hipertensi. Dalam keadaan stress terlalu besar dapat memicu terjadinya
pembuluh darah akan mengerut sehingga berbagai penyakit misalnya sakit kepala,
akan menyempit lalu meningkatkan sulit tidur, tukak lambung, hipertensi,
tekanan darah. Dengan hilangnya stress, penyakit jantung, dan stroke.
maka umumnya tekanan darah ini akan (Muhammadun, 2010)
turun ke tingkat yang normal. Akan tetapi
jika tubuh terus menerus berada dalam KESIMPULAN
keadaan stress, maka tekanan darah pun Berdasarkan hasil penelitian dan
akan tetap tinggi. Tekana darah yang selalu pembahasan yang telah dikemukakan
tinggi akan memaksa jantung untuk bekerja sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat
lebih keras. Hal ini juga akan merusak penulis kemukakan adalah sebagai berikut :
dinding pembuluh darah. (Hutapea, 2009) 1. Ada hubungan antara gaya hidup dengan
Hal ini dipertegas kembali oleh Dr. kejadian hipertensi di Puskesmas Suli
Yekti Susilo & Ari Wulandari Stress yang Barat Kabupaten Luwu.
dialami seseorang akan membangkitkan 2. Ada hubungan antara pola makan dengan
saraf simpatetis yang akan memicu kerja kejadian hipertensi di Puskesmas Suli
jantung dan menyebabbkan peningkatan Barat Kabupaten Luwu.
tekanan darah Hidup sehat dan 3. Tidak ada hubungan anatara lingkungan
menggunakan pola pikir sehat merupakan dengan kejadian hipertensi di Puskesmas
salah satu cara untuk mengendalikan Suli Barat Kabupaten Luwu.
stress. 4. Ada hubungan antara stress dengan
5. Hubungan aktivitas dengan kejadian kejadian hipertensi di Puskesmas Suli
hipertensi Barat Kabupaten Luwu.
Berdasarkan tabel 10 didapatkan 5. Tidak ada hubungan antara aktivitas
bahwa responden yang memiliki aktivitas dengan kejadian hipertensi di Puskesmas
berat dan mengalami hipertensi sebanyak Suli Barat Kabupaten Luwu.
14 orang (28%), sedangkan responden
yang memiliki aktivitas ringan dan SARAN
mengalami hipertensi sebanyak 6 orang Berdasarkan penelitian diatas, maka
(12%) sementara yang memiliki aktivitas penulis memberikan saran sebagai berikut :
berat dan tidak mengalami hipertensi 1. Dianjurkan kepada petugas kesehatan agar
sebanyak 13 orang (26%), sedangkan lebih senantiasa memberikan penyuluhan
responden yang memiliki aktivitas ringan kepada masyarakat tentang betapa
dan tidak mengalami hipertensi sebanyak pentingnya dalam menjaga kesehatan
13 orang (26%), setelah di analisa dengan mereka, terutama penyuluhan dalam factor
menggunakan uji chi square didapatkan – factor yang mempengaruhi peningkatan
nilai p 0,06 < 0,05 artinya tidak ada tekanan darah pada masyarakat.
hubungan antara tingkat aktivitas dengan 2. Dianjurkan kepada masyarakat agar lebih
kejadian hipertensi. memperhatikan kesehatannya dan
Peneliti berasumsi bahwa aktivitas memeriksakan kesehatannya secara
yang berat dengan gaya hidup sehat dan teratur agar terhindar dari tekanan darah
tingkat stress yang rendah mengurangi yang berbahaya bagi kesehatannya.
resiko terjadinya hipertensi 3. Peneliti berharap kiranya peneliti
Hal ini diperkuat dengan asumsi selanjutnya dapat memperhatikan factor –
bahwa seseorang yang mengalami factor apa lagi yang mempengaruhi dengan
pekerjaan penuh tekanan, misalnya kejadian hipertensi.
penyandang jabatan yang menuntut

Volume 2 Nomor 4 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721 141


DAFTAR PUSTAKA

Aaronson Philip I, Jeremy P.T.Ward. 2008. At a Glance Sistem Kardiovaskuler, Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga

Admin. 2008. Darah Tinggi atau Hipertensi, (online), (http://www.rsbk-batam.co.id, diakses 27 November 2012).

Anonim. 2008. Gaya Hidup Cegah Hipertensi, (online), (http://www.resep.web.id/tips/gaya-hidup-cegah-


hipertensi.htm, diakses 27 November 2012)

Anonim. 2008. Hipertensi Primer, (online), (http://www.scribd.com/doc/3498615/ HIPERTEBNSIPRIMER?


autodown=doc, diakses 27 November 2012).

Anonim. 2008. Pengaruh Stress Terhadap Kehidupan Sehari – hari, (online), (http://www.library.upnvj.ac.id
/pdf/5FIKESS1KEPERAWATAN/1010712044/bab%202.pdf, diakses 27 November 2012)

Anonim. 2010. Stress Sebagai Faktor Resiko Hipertensi, (online), (id.scribd.com/doc/60065681/15/f.kerangka-


teori, diakses 17 Desember 2012).

Ardiansyah Muhammad. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jakarta : Diva press

As Muhammadun. 2010. Hidup Bersama Hipertensi. Jogjakarta : In-Books

Balitbangkes Depkes RI. 2009. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia Tahun 2007.
Jakarta

Corwin Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Edisi Revisi 3. Jakarta : EGC

Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan. 2010. Penyakit Tidak Menular (PTM) Berbasis Puskesmas Tertinggi di Sul-
Sel; Hipertensi, (online), (http://dinkes-sulsel.go.id/new/index2.php?option=com_content&do_pdf
=1&id=266, 27 November 2012

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2011. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data, Edisi Pertama. Jakarta :
Salemba Medika

Kabo Peter. 2008. Mengungkap Pengobatan Penyakit Jantung Koroner. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Lisnawati. 2010. Tips Singkat Hidup Sehat, Edisi 2. FKUI : Jakarta

Soegondo, Suwondo, Subekti. 2009. Jenis Aktifitas Fisik, (online), (http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/


4s1kedokteran/207311011/BAB%20II.pdf, diakses 27 November 2012)

Yekti Susilo Dr, Ari Wulandari. 2011. Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta : C.V Andi Offset

142 Volume 2 Nomor 6 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721

Anda mungkin juga menyukai