Anda di halaman 1dari 6

Available online at www.sciencedirect.

com

ScienceDirect
Energy Procedia 65 (2015) 331 – 336

Conference and Exhibition Indonesia - New, Renewable Energy and Energy Conservation
(The 3rd Indo-EBTKE ConEx 2014)

Optimalisasi Sakarifikasi Simultan dan Waktu Inkubasi Fermentasi


Menggunakan Enzim Selulosa untuk Ampas Tebu pada Teknologi Produksi
Bioetanol Generasi Kedua

Satriyo Krido Wahonoa*, Vita Taufika Rosyidaa, Cici Darsiha, Diah Pratiwia,
Andri Frediansyaha, Hernawana
a
Technical Implementation Unit for Development of Chemical Engineering Processes – Indonesian Institutes of Sciences
Jl. Jogja – Wonosari km 32, Gading, Playen, Gunungkidul, Yogyakarta, 55861, Indonesia

Abstrak
Produksi bioetanol dengan menggunakan bahan lignoselulosa (teknologi generasi kedua) adalah terdiri dari pretreatment dan proses
sakarifikasi simultan dan fermentasi (SSF). Penelitian ini mengoptimalkan waktu SSF inkubasi menggunakan enzim selulosa dan
kombinasi Saccharomyces cerevisiae untuk ampas tebu. Ampas tebu sebelumnya telah diolah secara delignifikasi dengan NaOH. SSF
dilakukan oleh Sacharomyches cereviceae, enzim selulosa (Trichoderma reesei) dan kombinasi nutrisi selama 3 hari, 5 hari dan 7 hari
sebagai variabel waktu inkubasi. Hasil optimal adalah 0,7485% konsentrasi etanol atau konversi berat kering sebesar 11,8105 g /L yang
diperoleh setelah 5 hari waktu inkubasi berdasarkan konversi etanol, uji mikrobiologi dan konsentrasi reduksi gula.
© 2015 The Authors. Published by Elsevier Ltd. This is an open access article under the CC BY-NC-ND license (
© 2015 S.K. Wahono, V.T. Rosyida, C. Darsih, D. Pratiwi, A. Frediansyah, Hernawan. Published by Elsevier Ltd.
Peer-review under responsibility of the Scientific Committee of EBTKE ConEx 2014
Peer-review under responsibility of the Scientific Committee of EBTKE ConEx 2014.

.
Keywords: Bioethanol; enzim selulosa; waktu inkubasi; lignoselulosa; Simultan Sakarifikasi and fermentasi; ampas tebu

* Corresponding author. Tel.: +62 274 392 570; fax: +62 274 391 168; cell phone : +62 815 774 1020
E-mail address: dna_tqim@yahoo.com, satriyo.krido.wahono@gmail.com, satr002@lipi.go.id

1876-6102 © 2015 The Authors. Published by Elsevier Ltd. This is an open access article under the CC BY-NC-ND license
(http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/).
Peer-review under responsibility of the Scientific Committee of EBTKE ConEx 2014
doi:10.1016/j.egypro.2015.01.061
Satriyo Krido Wahono et al. / Energy Procedia 65 (2015) 331 – 33
336

Nomenclature

SSF simultaneous saccharification and fermentation


TPC total plate count
OD optical density
GC gas chromatography
min minute
h hour
L liter
t ton = 103 kg
yr year
d day = 24 h

1. Pendahuluan

Ada tiga jenis bahan yang digunakan dalam produksi bioetanol secara fermentasi, yaitu bahan yang mengandung
gula (seperti tebu, gula bit, molase dan cairan buah), tepung (seperti biji-bijian dan kentang), dan selulosa (seperti
kayu) [1,2]. Produksi bioetanol berdasarkan bahan lignoselulosa dikenal sebagai teknologi generasi kedua seperti
ampas tebu yang banyak tersedia sebagai dari limbah pabrik gula. Pabrik gula, PT. Madubaru-Madukismo, di Bantul -
Yogyakarta adalah industri tebu terbesar di seluruh kabupaten Yogyakarta. Pabrik tersebut membutuhkan tebu
sebnayak 350000–400000 ton/tahun untuk memproduksi gula secara teratur. Produksi tebu menghasilkan 5% gula,
90% limbah ampas tebu, pupuk NPK (sludge gula limbah) dan air [3]. Ampas tebu merupakan salah satu bahan
potensial lignoselulosa karena komposisi senyawa ampas tebu adalah selulosa (52%), hemiselulosa (20%) dan lignin
(24%) [4].
Teknologi produksi bioetanol generasi kedua terdiri dari dua proses utama, yaitu hidrolisis selulosa dan
hemiselulosa untuk mengurangi gula dan fermentasi gula menjadi etanol [5]. Setelah pretreatment, yang
menghilangkan lignin dan meningkatkan fraksi selulosa pada biomassa, sakarifikasi dan fermentasi dapat dilakukan
pada satu labu yang disebut sakarifikasi simultan dan fermentasi (SSF) [6]. Keuntungan dari metode ini adalah
mengkonversi monosakarida menjadi etanol secara bersamaan, mengurangi biaya peralatan dan mengurangi
pencemaran [7].
Berdasarkan penelitian sebelumnya, proses SSF dari ampas tebu menghasilkan etanol pada 3,249 g/L dengan enzim
xylane [8] dan 21,372 4 g/L dengan enzim selulosa [9]. Beberapa variabel dapat dioptimalkan dalam proses SSF,
seperti enzim, suhu, ragi, nutrisi, komposisi, waktu inkubasi, dll. Salah satunya adalah waktu inkubasi dengan
kombinasi komponen SSF yang dilakukan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil sebelumnya, waktu inkubasi SSF
yang optimal adalah 3 hari [8] dan 7 hari [4] dengan menggunakan kombinasi enzim xylane dan Saccharomyces
cerevisiae. Kombinasi yang berbeda dalam komponen SSF mampu mengurangi atau menambah waktu inkubasi yang
optimal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengoptimalkan waktu inkubasi SSF dengan menggunakan
kombinasi enzim selulosa dan Saccharomyces cerevisiae untuk ampas tebu. Dalam penelitian ini, variabel lain seperti
nutrisi, pH, suhu, dll ditetapkan sebagai variabel tetap berdasarkan hasil sebelumnya [9].

2. Material and method

2.1. Material preparation

Ampas tebu yang segar diperoleh dari PT. Madubaru-Madukismo, industri tebu, Bantul, Yogyakarta. Ampas tebu
yang terdelignifikasi oleh refluks dan pemanasan 1 N NaOH selama 2 jam.
2.2. Sakarifikasi Simultan dan Fermentasi (SSF)

Medium untuk SSF sebanyak 20 mL terdiri dari sampel ampas tebu yang terdignignifikasi (1 g); nutrisi
(NH4)2HPO4 (3,44 mL), MgSO4.7H2O (0,17 mL), ekstrak ragi (6,88 mL); sitrat penyangga (pH 5.0); enzim selulosa
(20 fpu) dan 25% (v/v) ragi Saccharomyces cerevisiae. SSF dilakukan pada suhu dan tekanan dengan tiga variabel
inkubasi 3 hari, 5 hari dan 7 hari.

2.3. Hasil Analisa SSF

Total Plate Count (TPC), Optical Density (OD) dan analisis kadar gula reduksi dilakukan pada sebelum dan setelah
inkubasi. TPC ditentukan dengan menggunakan fasilitas laboratorium mikrobiologi di UPT BPPTK LIPI. OD
ditentukan dengan menggunakan UV-VIS spektrofotometer pada UPT BPPTK LIPI pada panjang gelombang 660
nm. Konsentrasi gula reduksi diambil dengan Metode Nelson menggunakan spektrofotometer UV-Visible pada
panjang gelombang 540 nm [4]. Konsentrasi etanol ditentukan dengan Gas Chromatography (GC) jenis HP 5890 di
Matematika-Kimia Laboratorium-UGM Yogyakarta.

3. Hasil dan Pembahasan

Ampas tebu sebagai bahan baku produksi bioetanol yang telah dihitung konsentrasi gula reduksi sebesar 0,003
mg/mL, sehingga proses fermentasi gula yang diubah menjadi alkohol dapat diabaikan karena sangat kecil [4].
Sebelum SSF, ampas tebu sebelumnya telah diolah dengan metode kimia delignifikasi menggunakan NaOH
dilakukan. Hal itu mengakibatkan bahan untuk SSF dengan kandungan lignin 6,940%, kadar hemiselulosa 9,246%
dan kadar selulosa 78,184% [9]. Proses SSF dengan variabel waktu inkubasi yang ditampilkan pada Gambar 1 dan
hasil dari proses ini ditunjukkan pada Tabel 1.

(a) (b)
Fig 1. (a) Proses SSF tebu; (b) Etanol hasil SSF

Table 1. Hasil SSF dengan variabel waktu inkubasi


Waktu Kandungan Konversi Berat kering TPC OD pada Konsentrasi Pengurangan
No (106) 660 nm
Inkubasi Etanol (%) etanol (g · L–1) Gula (mg · mL–1)
1 0d 0.000 0 0.000 0 5 1.592 0 0.253 9
2 3d 0.533 6 8.420 2 840 1.682 0 0.376 3
3 5d 0.748 5 11.810 5 3 710 1.715 5 0.441 8
4 7d 0.253 5 4.000 2 1 750 2.387 0 0.373 2
Dalam proses SSF, selulosa dari ampas tebu dikonversi menjadi glukosa oleh enzim selulosa kemudian glukosa
diubah menjadi etanol oleh Saccharomyces cerevisiae secara bersamaan. Grafik GC kadar etanol sebagai hasil SSF
ditunjukkan pada Gambar 2. Hal ini dapat dilihat bahwa etanol muncul pada 2,5-2,7 menit. Puncaknya muncul pada
2,7-2,9 menit adalah propanol, yang digunakan sebagai kontrol dalam analisis. Hasil konversi berat etanol kering dari
tiga variabel waktu inkubasi digambarkan dalam grafik, yang ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar 3 menunjukkan
bahwa variabel waktu inkubasi memiliki kadar etanol maksimum antara 4 hari ke 5 hari waktu inkubasi.

`
(a) (b)

(c)
Fig 2. Analisis GC hasil SSF dengan variabel waktu inkubasi: (a) 3 hari ; (b) 5 hari; (c) 7 hari

Fig. 3. Grafik hasil SSF dengan variabel waktu inkubasi

Hasil optimum kadar etanol didukung oleh data aktivitas ragi (TPC dan OD) dan konsentrasi gula reduksi yang
dilakukan sebelum dan setelah inkubasi SSF. Dalam proses ini, aktivitas ragi ditentukan dengan TPC dan OD yang
me-
nunjukkan pada Gambar 4. Grafik TPC memiliki kemiripan dengan standar grafik dari aktivitas ragi [10,11] yang
terdiri dari fase log, fase diam dan fase lag. Berdasarkan garfik TPC, fase log diperkirakan pada 3-5 hari waktu
inkubasi, fase lag pada 5-7 hari dan fase diam pada 4-6 hari waktu inkubasi. Garfik OD menunjukkan bahwa jumlah
ragi meningkat dengan waktu inkubasi. Meskipun di 5-7 hari waktu inkubasi menunjukkan jumlah ragi meningkat,
tetapi tidak menunjukkan peningkatan aktivitas ragi karena ragi tidak aktif juga dihitung dalam grafik OD.
Berdasarkan kombinasi hasil TPC dan OD, hasil optimal aktivitas ragi diperoleh pada waktu inkubasi 4-6 hari.

(a) (b)
Fig 4. Grafik aktivitas Saccharomyces cerevisiae : (a) Total plate count; (b) Densitas optik

Fig 5. Grafik konsentrasi pengurangan gula

Hasil konsentrasi reduksi gula ditunjukkan pada Gambar 5. Konsentrasi reduksi gula meningkat dengan waktu
inkubasi sampai 5 hari kemudian menurun. Konsentrasi reduksi gula maksimum diperoleh pada waktu inkubasi 5
hari. Ini berarti bahwa sebelum 5 hari waktu inkubasi, enzim selulosa diubah menjadi glukosa dan diimbangi dengan
kinerja ragi dalam mengubah glukosa menjadi alkohol. Namun, setelah 5 hari waktu inkubasi, enzim selulosa tidak
bekerja secara optimal yang ditunjukkan oleh penurunan konsentrasi pengurangan gula. Sedangkan, pada saat yang
sama jumlah ragi aktif menurun yang ditunjukkan oleh grafik TPC dan OD.
Ini berarti jumlah glukosa yang diubah menjadi alkohol berkurang. Oleh karena itu, proses SSF akan lebih efektif
jika dilakukan hingga 5 hari waktu inkubasi ketika ragi dan enzim selulosa dalam kondisi optimal.

4. Kesimpulan

Hasil yang optimal untuk waktu inkubasi SSF menggunakan kombinasi enzim selulosa dan Saccharomyces
cerevisiae untuk ampas tebu yang diperoleh pada 5 hari dengan konsentrasi etanol 0,7485% atau konversi berat
kering 11,8105 g/L.

Ucapatan Terima Kasih

Para penulis berterima kasih kepada UPT BPPTK LIPI Yogyakarta terutama Tim Energi Alternatif dan Kimia dan
Tim Teknologi Lingkungan untuk dukungan fasilitas dalam penelitian ini.

Referensi

[1] Sastramihardja U. Pengantar mikrobiologi umum [Introduction of general microbiology]. Bandung : ITB-Press; 1985 [Bahasa Indonesia]
[2] Maryana R. Kajian : Pengembangan bioetanol dari starchy materials dan lignoselulosa sebagai salah satu energi alternatif [Review: Bioethanol
development from starchy material and lignocellulosic material as alternative energy]. In : Proceeding of Chemistry and Chemistry Education
Seminar at Semarang State University. Semarang. November 11 th, 2006 [Bahasa Indonesia]
[3] Wahono SK, Kismurtono M, Rosyida VT, et al. Pengembangan produksi bioetanol berbahan baku biomassa [Bioethanol production
development based on biomass]. Technical Research Report of UPT BPPTK LIPI. Yogyakarta; 2012 [Bahasa Indonesia]
[4] Wahono SK, Rosyida VT, Afrizal A, Kismurtono M. Residual sugar reduction concentration parameter at the product of simultaneous
saccharification and fermentation process of second-generation bioethanol from bagasse cane. In : Proceeding of International Conference on
Sustainable Engineering and Aplication. Yogyakarta. November 6th-8th, 2012. p. 27-30.
[5] Sarrouh BF, Silva SS, Santos DT. Technical/economical evaluation of sugarcane bagasse hydrolysis for bioethanol production. Chem Eng
Technol. vol. 30. no. 2; 2007: 270-275
[6] Gauss, WE, Suzuki S, Takagi M. Manufacture of alcohol from cellulosic material using plural fermenters. U.S. Pat. 3,990,94 gradation of lignin
4.USA. 1976.
[7] Darsih C, Rosyida VT, Wahono SK. Bagasse delignification effect on reducing sugar processes using simultoneous saccharification and
fermentation. In : Proceeding of 2nd Basic Science International Conference at Brawijaya University. Malang. February 2012; 2012: Ch1-Ch5
[8] Samsuri M, Gozan M, Mardias R, et al. Pemanfaataan selulosa bagas untuk produksi ethanol melalui sakarifikasi dan fermentasi serentak
dengan enzim xylanase [Utilization of cellulosic bagasse for the production of ethanol via simultaneous saccharification and fermentation
with xylane enzyme]. Makara, Technology Journal. Vol. 11. No. 1. April 2007; 2007: 17-24 [Bahasa Indonesia]
[9] Wahono SK, Darsih C, Rosyida VT, Maryana R, Pratiwi D. Optimization of cellulose enzyme in the simultaneous saccharification and
fermentation of sugarcane bagasse on the second-generation bioethanol production technology. In : Praptiningsih GA, Anggi N, Agus SY,
Andi S, editors. Conf. and Exhibition Indonesia Renewable Energy & Energy Conservation 2013. Energy Procedia – Elsevier. Vol 47. 2014 :
268-272
[10] Wahono SK, Damayanti E, Rosyida VT, Sadyastuti EI. Laju pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae pada proses fermentasi pembentukan
bioetanol dari biji sorgum (Sorghum bicolor L.) [Growth rate of Saccharomyces cerevisiae at bioethanol production from fermentation
process of seed sorghum (Sorghum bicolor L.)]. In : Proceeding of National Seminar on Chemical Engineering and Process at Diponegoro
University. Semarang. July 26th, 2011. p. D04 1-D04 6 [Bahasa Indonesia]
[11] Fardias S. Fisiologi fermentasi [Phisiology of fermentation]. Bogor : Lembaga Sumber Daya Informasi – IPB; 1988 [Bahasa Indonesia]

Anda mungkin juga menyukai