NIM. : 190413629706
Offering PAI : D8
Terdapat ayat Allah yang bercerita tentang diskusi Allah SWT dengan malaikat. Beberapa tafsir
menyatakan, terdapat makhluk di muka bumi sebelum nabi Adam. Makhluk-makhluk tersebut
berbuat kerusakan dan bertumpah darah (kini disebut manusia purba). Sosok makhluk purba
memiliki postur tubuh yang besar dan secara fisik sangat kuat. Mereka menyebar ke seluruh
penjuru dunia.
Makhluk-makhluk itu kemudian Allah hancurkan karena tidak dapat menjaga alam semesta ini.
Allah sesungguhnya mahakuasa atas segala sesuatu. Allah lalu berdiskusi dengan malaikat, siapa
makhluk yang baik untuk hidup di bumi ini. Allah hendak menciptakan makhluk yang nantinya
menjadi khalifah. Namun malaikat menginterupsi jika makhluk sebelumnya selalu berbuat
kerusakan dan bertumpah darah di muka bumi. Apakah tidak cukup hanya malaikat yang
menjadi makhluk yang senantiasa taat kepada Allah. Lalu Allah menjawab bahwa Allah
mengetahui segala sesuatu apa yang tidak malaikat ketahui. Allah telah mempunyai rencana luar
biasa yang hanya Allah yang mengetahuinya.
Lalu Allah meciptakan Nabi Adam AS. Ia diciptakan dengan presentase tanah sebanyak 30%,
dan kandungan air sebanyak 70%. Karena itu, anak pada dasarnya dilahirkan dengan suci.
Orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusyi. Anak adalah cerminan dari
orangtuanya. Orangtua mengajarkan ilmu spritiual bagi anak-anaknya. Untuk menemukan
kebenaran spiritual itu, manusia diberikan akal dan intelektual oleh Allah SWT.
Nabi Adam AS didesain oleh Allah untuk tinggal di bumi untuk melestarikan alam semesta,
bukan di surga. Surga adalah tempat bagi orang-orang yang beriman nantinya akan kembali
kepada Allah SWT. Maka, manusia seharusnya menjaga alam semesta ini. Menjaga alam
semesta dimulai dari lingkungan di sekitar kita.
Tetapi, manusia kini seringkali merusak dirinya sendiri. Kondisi alam semesta yang diciptakan
Allah.
1. Darat (Bumi)
Bencana dapat disebabkan oleh dua hal, yang sifatnya alami dan yang disebabkan
oleh ulah manusia. Misal banjir, sesungguhnya Allah telah menciptakan bahwa air hujan
yang turun nanti akan bermuara di laut, yang mengalir melalui tanah, sungai. Namun,
manusia kini merusak hutan, membuat lahan rusak sehingga terjadi banjir. Dalam al-
Quran, diumpamakan manusia yang merusak alam bagaikan binatang. Manusia kini
menebang hutan, merusak gunung, sawah, lingkungan, dan lain-lain.
2. Bahri (Laut)
Laut kita kini telah tercemar oleh limbah. Limbah dapat berupa limbah dari
pabrik, tumpahan minyak, manusia yang suka membuang sampah sembarangan, dan lain-
lain. Makhluk laut kini semakin berkurang karena ulah manusia.
Jika kita berniat untuk menjaga dan melestarikan lingkungan karena Allah SWT, itulah yang
disebut khalifah yang sesungguhnya. Namun, kini ada kelompok-kelompok yang ingin menjadi
khalifah dengan cara yang merusak bumi dan bertumpah darah seperti makhluk primitif,
contohnya ISIS. Rasulullah mengajarkan kita untuk menghormati orang yang lebih tua,
menyayangi sesama dan menyayangi yang lebih muda. Bahkan ketika berperang pun kita tidak
boleh membunuh orangtua, anak-anak, ibu-ibu, dan jangan merusak lingkungan.
Manusia harus menjadi makhluk yang produktif. Meskipun umur kita tidak tahu akan panjang
atau pendek. Akan tetapi, produktivitas ini jangan sampai merusak lingkungan. Misalnya dalam
pertanian dengan menggunakan pestisida yang berlebihan sehingga merusak tanah bahkan
membahayakan kesehatan manusia. Jadi, janganlah kita merusak lingkungan dalam kepentingan
yang bersifat sementara dan bersifat pribadi.