Anda di halaman 1dari 37

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian adalah salah satu pekerjaan yang paling penuh resiko di seluruh

dunia. Di beberapa negara-negara tingkat kecelakaan fatal dalam pertanian

adalah dua kali lipat dari rata-rata untuk semua industrilain. Menurut data,

terdapat sekitar 1,3 juta orang di dunia bekerja di bidang pertanian (setengah

dari jumlah keseluruhan pekerja).Negara Indonesia yang merupakan negara

agraris yang menjadikan sector pertanian sebagai factor dominan dalam

menyediakan bahan baku industri, menyediakan lapangan kerja, menjadi

sumber pendapatan sekaligus devisa negara, dan upaya pengentasan

kemiskinan khususnya yang berada di daerah perdesaan serta terwujudnya

ketahanan pangan daerah maupun nasional (ILO, 2000).

Sebagian besar dari lapangan pekerjaan di Indonesia, termasuk masih sering

mengabaikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Hal ini ditunjukkan

dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja. Berdasarkan data yang

tercatat di PT. Jamsostek menunjukkan bahwa untuk tahun 2007 terdapat

83,714 kasus kecelakaan kerja di Indonesia. Angka ini mencakup 6,506 cacat

dan 1,883 meninggal. Begitu pula lapangan pekerjaan sector pertanian yang
2

merupakan sebuah lapangan pekerjaan yang termasuk besar di Indonesia,

mengetahui fakta bahwa Indonesia merupakan negara Agraris. Berdasarkan

data yang diperoleh dari database ASEAN OSHANET dan ILO, kecelakaan

kerja di Indonesia yang terjadi di industry pertanian menduduki tempat kedua

atau ketiga terbesar disbanding industry lain. Pada sebuah penelitian

dijelaskan juga bahwa sector pertanian merupakan sektor yang dapat

menimbulkan seluruh spectrum keselamatan kerja dan resiko bahaya

kesehatan. Pestisida dapat menyebabkan keracunan atau penyakit yang serius.

Mesin-mesin dan alat-alat berat yang digunakan untuk pertanian merupakan

sumber bahaya yang dapat menyebabkan cedera dan kecelakaan kerja yang

berakibat fatal. Selain itu, hampir 44% dari total angkatan kerja bekerja di

sector pertanian. Dengan demikian, pemikiran mengenai keselamatan dan

kesehatan kerja bagi para pekerja yang bekerja di sector pertanian menjadi

relevan (Susanto, 2016 ; Haerani, 2010; Markkanen, 2004).

Salah satu sector pertanian yang ada di Indonesia adalah Perseroan Terbatas

Perkebunan Nusantara yang dapat disingkat menjadi PTPN. PTPN adalah

Badan Usaha Milik Negara yang beroperasi di bidang perkebunan di seluruh

Indonesia yang ikut ambil bagian dalam hal menjalankan usaha agrobisnis

perkebunan dengan komoditas karet, teh, tebu, dan kelapa sawit. Terdapat

empat belas PTPN yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Masing-

masing PTPN bergerak dalam bidang usaha perkebunan yang berbeda-beda

sesuai potensi hayati yang terdapat di daerah masing-masing. Salah satu unit

usaha PTPN yang telah dipilih menjadi focus lokasi observasi adalah PTPN

VII Unit Usaha Kecamatan Bekri Kabupaten Lampung Tengah Provinsi


3

Lampung. Luas perkebunan kelapa sawit yang dimiliki PTPN VII mencapai

1.300 hektar. Selama proses produksi, PTPN VII memiliki beberapa tempat

kerja yang berbeda-beda disesuaikan dengan tahapan produksinya.

Terdapat beberapa bahaya potensial yang terdapat di dalam lingkungan kerja

perkebunan PTPN VII secara umum, yaitu bahaya potensial kimia, fisika,

biologi, ergonomi, dan psikososial. Bahaya potensial kimia yang rentan

terjadi yaitu paparan zat kimia dalam proses pemurnian air untuk bahan bakar

pembangkit listrik, bahaya fisik dapat berupa risiko cedera oleh mesin-mesin

penggiling, bahaya biologi berupa sengatan serangga di perkebunan, dan

bahaya potensial psikosokial berupa stress akibat beban kerja. Banyaknya

bahaya potensial yang terdapat dalam lingkungan kerja di PTPN VII

memerlukan pembahasan yang mendalam melalui kegiatan Plant Survey.

Penulis dalam hal ini akan terfokus membahas bahaya potensial kimia di

lingkungan pabrik yang terdapat pada PTPN VII Unit Bekri, yaitu pada

pabrik pengolahan inti sawit.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dilaksanakannya Plant Survey pada Pabrik Pengolahan Inti Sawit PT.

Perkebunan Nusantara VII Unit Bekri, yaitu :

1. Mengidentifikasi bahaya potensial yang terdapat pada pabrik pengolahan inti

sawit PTPN VII Unit Bekri

2. Mengidentifikasi bahaya potensial kimia yang terdapat pada pabrik

pengolahan inti sawit PTPN VII Unit Bekri


4

3. Mengetahui dampak bahaya potensial kimiayang terdapat pada pabrik

pengolahan inti sawit PTPN VII Unit Bekri

4. Memahami cara penanganan dan pencegahan bahaya potensial kimia bagi

kesehatan yang terdapat pada pabrik pengolahan inti sawit PTPN VII Unit

Bekri
5

BAB II

HASIL KEGIATAN

2.1 Profil Perusahaan

2.1.1 Sejarah Perusahaan

PT.Perkebunan Nusantara VII (Persero) merupakan Badan Usaha

Milik Negara (BUMN) Dibidang agribisnis perkebunan yang

pembentukannya merupakan konsolidasi dari PTP X, PTP XXXI.

Proyek pengembangan PTP XI dikabupaten Lahat dan proyek

pengembangan PTP XXIII di propinsi Bengkulu.PT.Perkebunan

Nusantara VII (Persero) didirikan berdasarkan peraturan pemerintah

RI No.12 tahun 1996 tanggal 14 februari 1996, wilayah kerja

PT.Perkebunan Nusantara VII (Persero) meliputi 3 propinsi yang

terdiri dari beberapa unit usaha yaitu : 10 unit usaha propinsi

Lampung,13 unit usaha dipropinsi sumatera selatan dan 3 unit usaha

dipropinsi Bengkulu. Pada saat ini telah terbentuk wilayah Distrik

yakni: Distrik Banyuasain, Distrik Muara Enim, Distrik Bengkulu.

Luas areal TM kebun inti PT.Perkebunan Nusantara VII (Persero) saat

ini adalah 68.105 Ha, arel plasma 47.111 Ha dan areal kemirtaan

18.307 Ha
6

2.1.2 Visi, Misi Dan Tujuan, Dan Nilai-Nilai Perusahaan

a. Visi PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero)

Menjadi prusahaan agribisnis dan agroindustri yang tangguh dan

berkarakter global

b. MisiPT.Perkebunan Nusantara VII (Persero)

1. Menjalankan usan agribisnis perkebunan dengan comoditas

karet,teh,tebu,kelapa sawit

2. Mengembangkan usaha berbasis bisnis inti yang mengarah ke

integrasi vertikal.

3. menggunakan teknologi budidaya dan proses efisien dan akrab

dengan lingkungan untuk menghasilkan peoduk berstandar

baik untuk pasar dosmetik maupun internasional

4. Memperhatikan kepentingan shareholders dan stakeholders

khususnya pekerja mitra petani, pemasok dan mitra usaha

untuk bersama-sama mewujudkan daya saring guna

menumbuh kembangkan perusahaan

2.1.3 Tujuan Perusahaan

1. Sesuai akta pendirian perusahaan, tujuan peusahaaan adalah:

2. Melaksanakan pembangunan dan pengembangan agribisnis sektor

perkebunan sesuai prinsip perusahaan yang sehat,kuat dan tumbuh

dalam skala usaha yang ekonomis


7

3. Menjadi perusahaan yang profitable,makmur (wealth), dan

berkelanjutan (sustainable) sehingga dapat berperan lebih jauh

dalam akselerasi pembangunan regional dan nasional

2.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan

Wilayah kerja PT.Perkebunan Nusantara VII (Persero) tersebar di 3

propinsi yang terdiri atas 3 unit bisnis strategis dan 26 unit usaha yang

dikpepalai oleh manajer wilayah dan manajer unit usaha, secara

struktural direksi dibawahi manajer wilayah unit usaha organisasi

dikantor pusat terdiri dari 12 bagian yang dikepalai oleh kepala

bagian.

2.1.5 Gambaran umun bagian sekretariat PTPN VII (Persero)

Bagian sekretariat merupakan salah satu bagian dikantor direksi

memiliki peran sebagai corporate secretary / sekteratis perusahaaan

dimana seluruh informasi baik internal/ eksternal berpusat kebagian

tersebut.Peran sekretaris perusahaan antara lain :

1. sebagai pelayan organisasi

2. sebagai pelayan kepada media massa

3. sebagai pelayan kepada public / umun

2.1.6 Tugas dan Bagian-bagian di Sekretariat

1. Bagian Sekretariat terdiri dari 3 urusan yaitu:

2. Urusan Protokoler dan Humas/PR

3. Urusan Administrasi daan Informasi Perusahaan


8

4. Urusan Aspek Legal

5. Urusan Teknologi Informasi

6. Urusan Liasion Office

2.1.7 Susunan dewan komisaris dan direksi

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN, susunan Dewan

Komisaris PT.Perkebunan Nusantara VII (Persero) adalah sebagai

berikut :

Komisaris Utama : Agung Pakpahan

Komisaris Anggota :

• R.Juniono Soehartjahjono

• R.Wiwin Istanti

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN No: SK-105 / MBU /

04/2018, susunan Direksi PT.Perkebunan Nusantara VII (Persero)

adalah sebagai berikut :

a. Direktur Utama : Muhammad Hanugroho

b. Direktur Operasional : Husairi

c. Direktur Komersial : Achmad Sudarto

Dalam rangka meningkatkan keterampilan pekerja setiap tahunnya

PT.Perkebunan Nusantara VII (Persero) mengadakan berbagai macam

pelatihan. Program pengembangan SDM, meliputi kursus jabatan,

seminat lokakarya, in house training /millday dan program pelatihan

persiapan purnakarya bagi para pekerja yang menjelang masa pensiun.


9

a. Dewan Komisaris

Dewan Komisaris dipilih oleh pemegang saham yang bertugas

mengawasi segala tindakan Direktur dan menjaga agar tindakan

Direktur tidak merugika perusahaan Dewan Komisaris dapat

mengusuklan kepada RUPS (Rapau Umum) Dewan Komisaris

untuk ikut aktif dalam menjalankan kegiatan operasi perusahaan.

b. Direktur Utama

Direktur Utama mempunyai tugas memimpin, merencanakan dan

melakukan koordinasi tugas para Direktur bidang agar dapat

tercapai pelaksanaan operasional perusahaan secara teratur, terarah,

terkendali dan terpadu

c. Direktur Operasional

Direktur operasional mempunyai tugas memimpin, merencanakan

tugas bidang tanaman, penolahan telnik, dan mengkoordinasikan

pelaksanaan kegiatan unit pelaksanaan perusahaandidaerah

tradisional, secara struktural membawahi bidang bagian tanaman

(urusan admin dan evaluasi tanaman, urusan tanaman tebu, urusan

tanaman kelapa sawit, urusan tanaman karet dan teh, urusan

investasi tanaman), bagian teknik (urusan teknik mesin dan

instalasi, urusan teknnnik sipil irigasi dan traksi, urusan

pembangkit listrik tenaga uap dan air, urusan admin teknik), bidang

pengolahan ( urusan pengolahan kelapa sawit, urusan pengolahan

karet dan teh, urusan pengolahan gula, urusan mutu, AMDAI dan

admin pengolahan)
10

d. Direktur Komersial

Direktur komersial mempunyai tugas memimpin, merencanakan

dan mengkoordinir pelaksanaan tugas dibidang pengadaan dan

pemasaran baik untuk pemasaran lokal maupun ekspor.

Secara struktural membawahi bagian pengkajian dan perencanaan

pengembangan (urusan bidang tanaman, urusan bidang teknik dan

pengolahan, urusan pengembangan bisnis), bagian pengadaan

(urusan pengadaan bidang tanaman dan pengelolaan, urusan

pengadaan bidang teknik, urusan administrasi pengadaan) bagian

pemasaran ( urusan pemasaran karet dan kelapa sawit, urusan

pemasaran gula dan teh, urusan administrasi dan analisa pasar).

2.1.8 Tugas dan Bagian - bagian dikantor Direksi

a. Bagian Satuan Pengawasan Intern (SPI)

Bagian Satuan Pengawasan Intern (SPI) bertugas membantu

Direktur Utama dalam mengadakan penelaian atas sistem

pengadilan pengolahan (manajemen) dan pelaksanaannya

dilingkungan PT.Perkebunan Nusantara VII (Persero) serta

memberikan saran-saran mengenai fungsi pengawasan fungsional

sesuai dengan yang telah digariskan perusahaan dalam

meningkatkan efisien dan efektifitas pengolahan perusahaan dan

mengevaluasi serta memberikan saran-saran perbaikan sistem dan

prosedur. Bagian SPI diminta atau tidak diminta menyampaikan

masukkan, pendapat, saran kepada Direktur mengenai upaya


11

peningkatan perbaikan atau penyempurnaan pengolahan

perusahaan.

b. Bagian Pengkajian dan Pengembangan

Bagian Pengkajian dan Pengembangan bertugas melaksanakan

kebijakan Direksi dalam bidang pengkajian dan pengembangan

serta bidang pengolahan plasma dan kemitraan meliputi

perencanaan, pengorganisasisn, pelaksanaan, pengendalian dan

pengawasan diseluruh wilayah kerja PT.Perkebunan Nusantara VII

(Persero) dengan tugas pokok melaksanakan upaya-upaya

pembaharuan / pengembangan kebijakan perusahaan dalam rangka

meningkatkan kinerja perusahaan, mengkaji hasil-hasil penelitian

dan usulan-usulan yang inovatif . Melakukan pengkajian dan

pengembangan bisnis meliputi pengembangan skala usaha, industri

hilir dan industri baru. Menyusun konsep kebijakan Direksi dan

pedoman pelaksanaa pengolahan plasma, tebu, rakyat dan

kemitraan serta melakukan monotoring evaluasi an pengendalian

terhadap pelaksanaan pengelolaan plasma, tebu, rakyat dan

kemitraan.

c. Bagian Tanaman

Bagian Tanaman bertugas melaksanakan kebijakan Direksi dalam

pengelolaan tebu,kelapa sawit, karet dan teh diseluruh wilayah

kerja PT.Perkebunan Nusantara VII (Persero) yang meliputi

perencanaan investasi, pemeliharaan, pemungutan hasil sesuai

dengan standar teknis budidaya serta pengawasan dan


12

pengendalian pelaksanaan diunit usaha dengan memperhatikan

produktifitas dan efisien sesuai dari segi teknik dan ekonomis.

d. Bagian Teknik

Bagian teknik bertugas menjalankan kebijakan Direksi dalam

bidang teknik (mesin, intalasi, listrik, air dan banguna sipil) yang

meliputi perencanaan pelaksanaan dan pemeliharaan teknik

diwilayah kerja perusahaan.Bagian teknik diminta atau tidak

diminta untuk menyampaikan masukan kepada Direksi mengenaai

upaya peningkatan, perbaaikan dan penyempurnaan perusahaan

ditinjau dari aspek teknik.

e. Bagian Pengolahan

Bagian Pengolahan bertugas menjalankan kebijakan Direksi dalam

bidang pengolahan diseluruh wilayah kerja PT.Perkebunan

Nusantara VII (Persero) yang meliputi : perencanaan, pelaksanaan,

pemelihaaraan, pengawasan dan pengendalian bidang pengelolaan

serta pengusahaan penyempurnaandan peningkatannya.

f. Bagian Sumber Daya Manusia

Bagian Sumber Daya Manusia bertugas menjalankan kebijakan

Direksi dalam bidang pembinaan Sumber Daya Manusia mulai dari

perencanaan, pengawasan, dan pengendaalian Sumber Daya

Manusia meliputi kegiatan bidang personaalia, hubungan antar

kerja, sosialm ekomoni, dan kebijakan karyawan serta pendidikan

dan pelatihan dalam rangka menungkatkan produktifitas Sumber

Daya Manusia.
13

g. Bagian Umum

Bagian Umum bertugas menjalankan kebijakan Direksi dalam

bidang Hukum dan Agraria, kerohanian, olahraga, kesenian,

pramuka, pembinaan koperasi pekerja, prugram kemitraan usaaha

kecil dengan BUMN dan program bina lingkungan (PKBL) serta

humas dan keamanan.

h. Bagian Sekretariat

Bagian Sekretariat bertugas melaksanakan kebijakan Direksi

dibidang pengembangan perusahaan kesekretaariatan dan rumah

tangga.Bagian Sekretariat diminta atau tidak diminta

menyampaikan maasukkan dan saran kepada Direksi mengenai

upaya, peningkatan, perbaikan atau penyempurnaan pengelolaan

perusaahaan.

i. Bagian Keuangan

Bagian Keuangan bertugas membantu Direksi dalam rangka

pelaksanaan administrasi, mengkoordinir, pendayagunaan dan

pengembangansumber daya perusahaan, menyusun Coorprate Plan

(CP), Rencana Jangka Panjang (RIP) dan Rencana Kerja Anggaran

Perusahaan (RKAP) fisik serta pembiayan finansial perusahaan,

mengkoordinir kegiatan perencanaan dan pengawasan serta

perumusan kebijakan operasional dibidang keuangan.

j. Bagian Akuntansi
14

Bagian Akuntansi bertugas melaksanakan kebijakan Direksi

dibidang akuntansi secara tertib, akurat, dan tepet waktu yaang

meliputi pembukuan administrasi tetraap, hutang piutang, aanalisaa

biaya yang dutuangkan dalam laporan keuangan dan laporan

manajemen secara periodik.

k. Bagian Pengadaan

Bagian Pengadaan melaksanakan kebijakan Direksi dibidang

pengadaan bahan, barang, dan jasa diseluruh wilayah kerja

PT.Perkebunan Nusantara VII (Persero) bagian pengadaan diminta

atau tidak diminta pengajuan masukan dan saran kepada Direksi

mengenai upaya peningkatan, perbaikkan, kemajuan perusahaan.

Dalam pelaksanaanya pengadaan disesuaikan dengan intruksi dan

wewenang sesuai dengan kebijakan manajemen.

l. Bagian Pemasaran

Bagian Pemasaran melaksanakan kebijakan Direksi dibidang

pemasaran meliputi kegiatan pemaasaran hasil produksi, baik

pemasaran ekspor maupun pemasaraan lokal.

2.1.9 Budidaya Tanaman


a. Karet

Pemasaran produksi karet dilaksanakan dengan penjualan lokal (27

%) dan ekspor (73 %) produksi karet PTPN VII telah mempunyai

brand image dipasar Intenasional.Komoditi karet didukung oleh 4

(empat) unit pabrik pengolahan RSS, 11 (sebelas) unit pengolaha

Crumb Rubber dan 1 (satu) unit pengolahan latex pakat.


15

b. Kelapa Sawit

Sebagai salah satu penghasil kelapa sawit di dunia, pemerintah

Indonesia telah mencanangkan industri minyak kelapa sawit

sebagai industri unggulan dalam perolehan devisa negara.

Komoditi kelapa sawit didukung oleh 7 (tujuh) unit pabrik minyak

kelapa sawit .

c. Tebu

Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan

manusia.Untuk memenuhi kebutuhan tersebut PTPN VII memiliki

2 (dua) unit usaha khusus mengelola komoditi tebu yaitu

bungamayang yang berada di propinsi Lampungdan Cinta Manis

yang berada di propinsi Sumatera Selatan.Denga dukungan 2 (dua)

unit pabrik gula.

2.2 Pengolahan Inti Kelapa Sawit (IKS)

Produk dari perkebunan kelapa sawit pada tingkat perkebunan yaitu buah

yangberbentuk tandan buah segar (TBS). TBS diolah menjadi bahan setengah

jadiyang berbentuk minyak kelapa sawit ( MKS = Crude Palm Oil,CPO) dan

intikelapa sawit ( IKS = Palm Kernel, PK). MKS dan IKS dapat diolah

menjadibermacam-macam produk lanjutan dengan bermacam-macam

kegunaan.

2.2.1 Screw Press

Pengeperesan berfungsi untuk memisahkan minyak kasar (crude oil)

dari daging buah, massa yang keluar dari digester diperas dalam
16

screw press pada tekanan 50 - 60 bar dengan menggunakan air

pembilas screw press suhu 90 - 95ºC sebanyak 7% TBS (maksimal)

dengan hasil minyak kasar (crude oil) yang viscositasnya tinggi. Dari

pengeperesan tersebut akan diperoleh minyak kasar dan ampas serta

inti.

Minyak kasar (crude oil) yang dihasilkan kemudian disaring

menggunakan vibrating screen. Penyaringan bertujuan untuk

memisahkan beberapa bahan asing seperti pasir, serabut dan bahan –

bahan yang masih mengandung minyak dan dapat dikembalikan ke

digester. Vibrating screen terdiri 2 tingkat saringan denga luas

permukaan 2 m2. Tingkat atas memakai saringan ukuran 20 mesh,

sedangkan tingkat bawah memakaisaringan 40 mesh. Padatan yang

tertahan pada ayakan akan dikembalikan ke digester melalui

conveyor, sedangkan minyak dipompakan ke crude oil tank.

Temperatur Pressan adalah 90 - 95 ºC, sedangkan kapasitas pressan

adalah press pertama dan kedua kapasitasnya 15.000 Kg, sedangkan

pressan ketiga dan keempat kapasitasnya adalah 17.000 Kg. Setelah

itu, masuk ke Check Back Conveyor (CBC).Kemudian masuk ke

Depericaper untuk dipisahkan antara Nutt dan fibre. Fibre digunakan

untuk bahan bakar Boiler, sedangkan Nutt akan diambil intinya.

Seteleh itu Nutt masuk melalui Polishing Drum untuk dipoles. Nutt

masuk melalui Nutt Transport untuk memisahkan batu-batu dan besi-

besi yang terikut. Kemudian Nut Hopper digunakan untuk


17

menampung Nutt masuk ke dalam Riple Mill untuk dipecahkan Nutt

sehingga menjadi Inti dan Cangkang.

Kemudian masuk menuju LTDS I untuk memisahkan cangkang dan

inti, sedangkan LTDS II berfungsi untuk memisahkan cangkang dan

inti yang sudah utuh, dimana prinsip kerjanya menghisap di dalam

proses. Inti yang memiliki lebih tinggi akan turun ke bawah,

sedangkan cangkang akan terhisap akan digunakan bahan bakar

Boiler.

2.2.2 Proses Klarifikasi

Prinsip stasiun klarifikasi ini adalah proses pemurnian minyak

didalam tangki pemisah adalah melakukan pemisahan bahan

berdasarkan berat jenis bahan sehingga campuran minyak kasar dapat

terpisah dari air. Pada tahapan ini dihasilkan dua jenis bahan yaitu

crude oil dan sludge. Minyak yang dari pressan masih banyak

mengandung kotoran-kotoran yang berasal dari daging buah seperti

lumpur, dan lain-lain.

Minyak yang dari Pressan masuk melalui Oil Gutter menuju Sand

Trap Tank /penebak pasir, untuk memisahkan pasir yang terikut pada

minyak. Minyak tersebut masuk ke sand trap tank untuk

mengendapkan partikel-partikel yang mempunyai densitas tinggi.

Sand trap tank adalah sebuah bejana yang berbentuk silinder tegak.
18

Kemudian minyak lanjut menuju DoubleDeck untuk melakukan

proses pengayakan, karena minyak bagian atas dari sand trap tank

masih mengandung serat dan sedikit kotoran dialirkan ke ayakan.

Proses pengayakan ini bertujuan untuk memisahkan padatan–

padatan ,seperti serabut, selanjutnya masuk ke grude oil tank yang

berupa cairan untuk memisahkan solid /ampas yang terikut.

Selanjutnya masuk ke Oil Tank untuk ditampung kemudian

dilanjutkan ke CST (Continu Safety Stock)/VCT (Vertikal Continu

Tank),dimana sebelumnya dilewatkan ke buffer tank agar aliran

minyak masuk ke CST tidak terlalu kencang. CST bertujuan untuk

mengendapkan lumpur berdasarkan perbedaan berat jenisnya. Dimana

kapasitasnya adalah 90 Ton dan temperaturnya 90 - 95ºC. Disinilah

terjadi proses pemisahan Minyak, dan terdapat tiga lapisan yaitu:

1. Lapisan atas terdapat minyak sekitar 8-10%,

2. Lapisan tengah terdapat sludge sekitar 8-10 %

3. Lapisan bawah terdapat Nos (Non Oil Solid).

2.2.3 Proses Penyimpanan

Fungsi dari storage tank (tangki timbun) dalam proses pengolahan

kelapa sawit sampai menjadi CPO adalah untuk penyimpanan

sementara minyak produksi yang dihasilan sebelum dikirim.

2.2.4 Proses di Stasiun Kernel

Setelah pengepresan akan menghasilkan Crude Oil dan Fiber. Fiber

tersebut akan masuk ke stasiun Kernel (alur proses pengolahan pabrik


19

kelapa sawit). Setelah itu, masuk ke Cake Breaker Conveyor (CBC).

Kemudian masuk ke Depericaper untuk dipisahkan antara Nut dan

Fibre. Fibre digunakan untuk bahan bakar Boiler, sedangkan Nut akan

diambil intinya. Seteleh itu Nut masuk melalui Polishing Drum untuk

dipoles. Nut masuk melalui Nut Transport untuk memisahkan batu-

batu dan besi-besi yang terikut. Kemudian Nut Hopper digunakan

untuk menampung Nut masuk ke dalam Riple Mill untuk dipecahkan

Nut sehingga menjadi Inti dan Cangkang.Kemudian masuk menuju

LTDS I dan LTDS II untuk memisahkan cangkang dan inti dimana

prinsip kerjanya adalah pemisahan dengan sistem kering (Hisapan).

Inti yang memiliki berat jenis lebih tinggi akan turun ke bawah,

sedangkan cangkang akan terhisap akan digunakan bahan bakar

Boiler.

Hydro cyclone digunakan untuk memisahkan cangkang dan inti yang

belum terpisah dengan sistem basah. Intiselanjutnya msauk ke dalam

Kernel Silo untuk dimasak dengan menggunakan steam sehingga

mutunya sesuai dengan norma dan masuk ke bulk silo untuk

mempermudah proses pengiriman.

2.2.5 Pemantauan Mutu

Mutu dari kelapa sawit adalah membuat kesesuaian standar dari

minyak hasil produksi dengan spesifikasi mutu CPO yang sudah

ditentukan secara baku dan berlaku secara umum pada banyak PKS
20

serta harus memenuhi keinginan dan kriteria pembeli. Pemantauan

mutu dilakukan di laboratorium yang tersedia di kawasan PTPN

Spesifikasi ini dapat ditentukan oleh produsen atau konsumen.Fungsi

laboratorium di pabrik kelapa sawit PTPN VII adalah:

1.Memeriksa kualitas CPO dan Kernel

2.Menghitung berapa banyak hasil produksi yang hilang(losses)

selama proses

3.Menganalisa Raw water ( bahan baku air, yang pada umunya

diperoleh dari pembuatan waduk konvensial atau dari air sungai)

dan boiler water.

4.Memonitor perubahan anaerobik dengan melakukan analisa rutin

limbah (PME, Palm Mill Effluent).

2.3 Hasil Observasi

2.3.1 Bahaya Potensial Umum

Bahaya potensial merupakan bahaya yang mempunyai potensi dan

kemungkinan menimbulkan dampak atau kerugian, kesehatan maupun

lainnya. Bahaya potensial diklasifikasikan menjadi bahaya potensial

fisik, biologi, kimia, ergonomi dan psikologi. Bahaya potensial umum

yang telah diidentifikasi pada saat observasi ke pabrik pengolahan

kelapa sawit dibagi berdasarkan tahapan pengolahan kelapa sawit.

Identifikasi bahaya potensial di stasiun pencacahan (Digester) dan

pengempaan (Presser) serta stasiun pemurnian (Clarifier) antara lain


21

lama kerja yang berisiko hingga 12 jam kerja, peralatan yang dinilai

cukup berbahaya bila tidak berhati-hati, gangguan pernafasan akibat

debu ampas biji sawit, peralatan yang sangat panas dapat berisiko pada

luka bakar, tingkat kebisingan yang cukup besar dan suhu panas yang

tinggi di lingkungan kerja. Pada stasiun nut dan kernel memiliki potensi

bahaya yaitu tingkat kebisingan yang sangat tinggi yang berasal dari

polishing drum, lama kerja dan risiko paparan bahan kimia berupa

kalsium karbonat. Selain itu, terdapat beberapa pekerja yang dinilai

masih salah dalam hal posisi tubuh selama bekerja atau ergonomi

pekerja. Pekerjaan yang monoton dan jam kerja yang lumayan panjang,

dapat juga berisiko kepada kondisi psikologis pekerja. Potensi bahaya

yang paling dominan yang telah diidentifikasi yaitu bahaya suhu yang

tinggi di hampir seluruh proses pengolahan kelapa sawit. Namun, pada

saat observasi dikhususkan untuk menilai lebih detail mengenai bahaya

potensial kimia yang terutama digunakan pada proses pengolahan inti

sawit.

2.3.2 Bahaya Potensial Kimia

Risiko kesehatan timbul dari pajanan berbagai bahan kimia. Banyak

bahan kimia yang memiliki sifat beracun dapat memasuki aliran darah

dan menyebabkan kerusakan pada system tubuh dan organ lainnya.

Bahan kimia berbahaya dapat berbentuk padat, cairan, uap, gas, debu,

asap atau kabut dan dapat masuk ke dalam tubuh melalui tiga cara

utama antara lain:


22

a) Inhalasi (menghirup): Dengan bernapas melalui mulut atau hidung,

zat beracun dapat masuk ke dalam paru-paru. Seorang dewasa saat

istirahat menghirup sekitar lima liter udara per menit yang

mengandung debu, asap, gas atau uap. Beberapa zat, seperti

fiber/serat, dapat langsung melukai paru- paru. Lainnya diserap ke

dalam aliran darah dan mengalir ke bagian lain dari tubuh.

b) Pencernaan (menelan): Bahan kimia dapat memasuki tubuh jika

makan makanan yang terkontaminasi, makan dengan tangan yang

terkontaminasi atau makan di lingkungan yang terkontaminasi. Zat

di udara juga dapat tertelan saat dihirup, karena bercampur dengan

lendir dari mulut, hidung atau tenggorokan. Zat beracun mengikuti

rute yang sama sebagai makanan bergerak melalui usus menuju

perut.

c) Penyerapan ke dalam kulit atau kontak invasif: Beberapa di

antaranya adalah zat melewati kulit dan masuk ke pembuluh darah,

biasanya melalui tangan dan wajah.

Kadang-kadang, zat-zat juga masuk melalui luka dan lecet atau suntikan

(misalnya kecelakaan medis). Guna mengantisipasi dampak negatif

yang mungkin terjadi di lingkungan kerja akibat bahaya faktor kimia

maka perlu dilakukan pengendalian lingkungan kerja secara teknis

sehingga kadar bahan-bahan kimia di udara lingkungan kerja tidak

melampaui nilai ambang batas (NAB).


23

2.3.4 Bahan Kimia di Tempat Kerja

Bahan-bahan kimia digunakan untuk berbagai keperluan di tempat

kerja. Bahan- bahan kimia tersebut dapat berupa suatu produk akhir

atau bagian bentuk bahan baku yang digunakan untuk membuat suatu

produk. Juga dapat digunakan sebagai pelumas, untuk pembersih, bahan

bakar untuk energi proses atau produk samping. Banyak bahan kimia

yang digunakan di tempat kerja mempengaruhi kesehatan kita dengan

cara-cara yang tidak diketahui. Dampak kesehatan dari beberapa bahan

kimia bisa secara perlahan atau mungkin membutuhkan waktu

bertahun- tahun untuk berkembang.

Hal yang perlu diketahui untuk mencegah atau mengurangi bahaya,

sebagai berikut:

a) Kemampuan bahan kimia untuk menghasilkan dampak kesehatan

negatif (sifat beracun). Semua bahan kimia harus dianggap sebagai

sumber potensi bahaya sampai dampak bahan kimia tersebut

sepenuhnya diketahui;

b) Wujud bahan kimia selama proses kerja. Hal ini dapat membantu

untuk menentukan bagaimana mereka bisa kontak atau masuk ke

dalam tubuh dan bagaimana paparan dapat dikendalikan;

c) Bagaimana mengenali, menilai dan mengendalikan risiko kimia

misalnya dengan memasang peralatan pembuangan (exhaust) pada

sumber polutan, menggunakan rotasi pekerjaan untuk

mempersingkat pajanan pekerja terhadap bahaya;


24

d) Jenis alat pelindung diri (APD) yang diperlukan untuk melindungi

pekerja, seperti respirator dan sarung tangan ;

e) Bagaimana mengikuti sistem komunikasi bahaya bahan kimia yang

sesuai melalui lembar data keselamatan (LDK) dan label dan

bagaimana menginterpretasikan LDK dan label tersebut.

2.3.5 Lembar Data Keselamatan dan Pelabelan Bahan Kimia

Pelabelan merupakan pemberian tanda berupa gambar/simbol,

huruf/tulisan, kombinasi keduanya atau bentuk pernyataan lain yang

disertakan pada bahan berbahaya, dimasukkan ke dalam, ditempelkan,

atau merupakan bagian kemasan bahan berbahaya, sebagai keterangan

atau penjelasan yang berisi nama sediaan atau nama dagang, nama

bahan aktif, isi/berat netto, kalimat peringatan dan tanda atau simbol

bahaya, petunjuk pertolongan pertama pada kecelakaan. Pelabelan

bahan kimia merupakan salah satu cara penting untuk mencegah

penyalahgunaan atau penanganan yang dapat menyebabkan cedera atau

sakit. Dalam transportasi, bila kemungkinan terjadi kecelakaan, maka

sangat penting dalam keadaan darurat untuk mengetahui risiko dari zat-

zat tersebut. Sebagian besar negara memiliki sistem pelabelan untuk

menginformasikan isi yang ada di dalam wadah/kontainer dan untuk

memperingatkan bahaya. Untuk memastikan bahwa peringatan

dimengerti oleh lintas batas dan termasuk bahasanya, PBB telah

mengembangkan Sistem Harmonisasi Global (Globally Harmonized

System - GHS) tentang klasifikasi dan pelabelan bahaya bahan kimia.

Idenya adalah bahwa setiap negara akan mengadopsi rambu yang sama,
25

meskipun hal ini tidak wajib. Sedangkan lembar data keselamatan

bahan adalah lembar petunjuk yang berisi informasi tentang sifat fisika,

kimia dari bahan berbahaya, jenis bahaya yang dapat ditimbulkan, cara

penanganan dan tindakan khusus yang berhubungan dengan keadaan

darurat dalam penanganan bahan berbahaya. Di Indonesia, selain

lembar data keselamatan, penyediaan pelabelan bahan kimia merupakan

salah satu kewajiban pengusaha/pengurus dalam mengendalikan bahan

kimia di tempat kerja. Adapun lembar data keselamatan bahan dan

pelabelan beserta klasifikasi bahaya bahan kimia yang berdasarkan

sistim global harmonisasi telah juga diadopsi oleh Pemerintah

Indonesia. Ketika pengangkutan bahan kimia, maka perlu diikuti

pedoman nasional tentang pelabelan. Jika tidak ada, label GHS

menyediakan cara yang jelas dan berguna dalam memberikan

peringatan dan informasi untuk semua pihak.


26

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Jumlah Proses Bahaya Gangguan Upaya Kecelakaan/

Pekerja Produksi Potensial Kesehatan yang sudah Penyakit yang

Kimia dilakukan mungkin

timbul

12 orang Inti sawit  Alumunium - Helm

pengempresan sulfat Sepatu

 minyak Bungkil Masker


yang belum di Calcium Sarung
filtrasi  carbonat tangan
filtrasi 

PKO (palm

kernel oil) +

bungkil

3.2 Pembahasan
3.2.1 Proses Pengolahan

PPIS atau pabrik pengolahan inti sawit adalah salah satu bagian yang

mengolah limbah sawit yaitu inti sawit menjadi produk PKO (palm

kernel oil). Pabrik pengolahan inti sawit memiliki 12 orang pekerja


27

dimana pembagian pekerjaan mengunakan sistem shift. Proses produksi

inti sawit berlangsung pada hari Senin hingga Sabtu sedangkan pada

hari Minggu produksi pengelolahan inti sawit tidak dilakukan. Proses

pengolahan inti sawit dilakukan melalui beberapa tahap yang dimulai

dari pemisahan kulit dan biji hingga menjadi PKO (palm kernel oil).

Tahap pertama, dilakukan pemisahan antara serabut dan biji. Pada tahap

ini terhadap bahan kimia tambahan yang digunakan yaitu Calsium

Carbonat. Serabut akan digunakan sebagai bahan bakar boiler dan biji

akan melalui tahap pembersihan agar terbebas dari batu-batu kecil yang

kemudian akan diproses ketahap selanjutnya. Biji sawit akan melalui

tahapan pengempresan sebanyak 2 kali untuk menghasilkan minyak inti

sawit. Minyak yang dihasilkanakan difiltrasi kembali untuk benarbenar

memastikan kebersihan dari minyak tersebut. Pada tahap akhir minyak

inti sawit akan ditampung pada tank khusus untuk penampungan. Hasil

sampingan berupa bungkil dikemas menggunakan karung dan akan

digunakan untuk pakan ternak.

3.2.2 Analisis Bahaya Potensial Kimiawi

Bahaya atau hazard adalah semua sumber atau situasi yang berpotensi

mengakibatkan cidera atau sakit pada manusia, kerusakan properti,

kerusakan terhadap lingkungan maupun gangguan proses atau

kombinasi diantara hal-hal tersebut. Adanya bahaya potensial

menunjukkan adanya ancaman, dimana bahaya potensial bias terjadi

dalam keadaan tidak mungkin, dengan risiko yang minimal. Salah satu

sumber bahaya adalah bahaya kimiawi. Bahaya kimia merupakan


28

potensi bahaya yang berasa dari bahan-bahan kimia yang digunakan

dalam proses produksi. Bahaya kimia berhubungan dengan sifat bahan

kimia dan ada hubungannya antara risiko dan bahaya ketika pemaparan

sedang berlangsung. Bahan kimia ini dapat mengkontaminasi

lingkungan karena cara kerja yang salah, kerusakan atau kebocoran dari

peralatan atau instalasi yang digunakan dalam proses kerja. Bahaya

yang ditimbulkan dari pengaruh bahan kimia terhadap tubuh tenaga

kerja sangat bergantung dari jenis bahan kimia atau kontaminan. Jalan

masuk bahan kimia kedalam tubuh melalui inhalasi (pernapasan),

ingesti (melalui mulut kesaluran pernafasan), dan skin contact (kulit).

Pada pabrik pengolahan inti sawit, bahan kimia yang digunakan antara

lain adalah tawas dan calcium carbonat (CaCO3). Alumunium sulfat

(Al2(SO4)3) dikenal sebagai tawas merupakan salah satu bahan kimia

padat yang bentuknya berupa serbuk atau kristal dengan warna putih

keruh. Bahan ini dikenal sebagai koagulan, yaitu bahan kimia yang

dibutuhkan air untuk membantu proses pengendapan partikel kecil yang

tidak dapat mengendap dengan sendirinya sehingga tawas sering

digunakan untuk menjernihkan air. Calcium carbonat (CaCO3) adalah

bahan kimia berbentuk sebuk dan berwarna putih dengan pH basa

rendah berkisar 9. Diperoleh melaui penambangan batu kapur yang

kemudian diolah hingga berbentuk serbuk. Calcium carbonat

digunakan pada tahap pemisahan antara serabut dan biji sawit.


29

Risiko bahaya potensial yang disebabkan oleh bahan kimia yang

digunakan sangat minimal. Hal ini dikarenakan semua tahapan

pengolahan inti sawit dilakukan menggunakan mesin, sedangkan

pekerja memonitor proses serta memastikan kelancaran dan kerja alat.

Selain itu, para pekerja dilengkapi dengan alat pelindung diri yang

cukup seperti helm, sepatu, sarung tangan dan masker. Sarung tangan

yang digunakan dapat mencegah kontak langsung antara kulit dan

bahan kimia yang digunakan. Masker yang digunakan dapat mencegah

masuknya partikel-partikel bahan kimia kedalam tubuh melalui

inhalasi.

Produk sampingan yang dihasilkan setelah dihasilkan PKO (palm

kernel oil) adalah bungkil. Setelah bungkil banyak dihasilkan, bungkil

akan dikemas kedalam karung dan disimpan sebagai bahan pakan

ternak. Pengemasan bungkil dilakukan langsung oleh pekerja yang

terdapat pada pabrik.

3.2.3 Rekomendasi Pencegahan Bahaya Potensial Kimia

Keselamatan dan kesehatan kerja harus dikelola sebagaimana

dengan aspek lainnya dalam sebuah industri seperti operasi,

produksi, logistik, sumber daya manusia, keungan dan pemasaran.

Aspek K3 tidak akan bias berjalan seperti apa adanya tanpa adanya

intervensi dari menejemen berupa upaya terencana untuk

mengelolanya. Upaya meningkatkan keselamatan kerja dalam suatu

industri diharapkan terdapat ahli K3 yang dapat meyakinkan semua


30

pihak (pegawai dengan risiko tinggi terpapar bahaya potensial

kimia) khususya manajemen organisasi untuk menempatkan aspek

K3 setara dengan unsur lain dalam organisasi (Rocky B,2013).

Harapan dari rekomendasi ini pun dapat menimimalisir terjadinya

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Kecelakaan adalah

kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga

oleh karena latar belakang peristiwa itu tidak terdapat adanya

unsure kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Oleh

karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun

penderitaan dari yang paling ringan sampai pada yang paling berat

(Austen dan Neale, 1991). Penyakit akibat kerja (PAK), menurut

KEPRES RI No. 22 Tahun 1993, adalah penyakit yang disebabkan

pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit akibat kerja terjadi

sebagai pajanan factor fisik, kimia, biologi, ataupun psikologi

tempat kerja.

Implementasi terhadap minimalisir kejadian kecelakaan kerja dan

penyakit akibat kerja maka digunakannya pendekatan kombinasi

melalui pendidikan, pelatihan, dan intervensi untuk perubahan dan

pemeliharaan perilaku hidup dan perilaku bekerja sehat dalam

bentuk (Kurniawidjaja, 2007):

1. Sesi kelompok, seperti penyuluhan, diskusi kelompok, role

playing, problem solving dan simulasi. Sesi kelompok

bertujuan untuk memberikan pengetahuan, meningkatkan


31

kesadaran, memberikan kesempatan tanya-jawab, dan

mendapatkan dukungan serta terjadi interaksi antar teman

sekerja.

2. Konsultasi personal atau pendampingan, untuk memberikan

kesempatan pengembangan keterampilan individual dalam

berperilaku hidup sehat dan/ atau bekerja sehat, serta

pelaksanaan terapi perilaku.

3. Praktik perilaku sehat, dilakukan dengan melibatkan atau

mengikut sertakan peserta program dalam kegiatan PKDTK,

misalnya mengikuti senam jantung sehat 3 kali seminggu,

makan makanan rendah kalori tinggi serat yang disajikan

kantin perusahaan atau keluarganya yang telah dilatih, berjalan

kaki dan tidak menggunakan kendaraan pada jarak tempuh

yang memungkinkan terutama di lingkungan tempat kerja.

4. Penggunaan Alat pelindung diri (APD), guna untuk

meminimalisir kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang

sudah terstandar dan memenuhi kriteria bahaya yang dituju,

namun penggunaan APD ini pun harus dipatuhi oleh

penggunanya.
32

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Kegiatan Plant Survey ini dilakukan pada selasa 15 Oktober 2019 di Pabrik

Pengolahan Inti Sawit PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Bekri. Pada

kegiatan ini dilakukan observasi pada pengelolaan dan pelaksanaan

pengolahan bahan kelapa sawit terkhusus di pabrik pengolahan inti sawit

(PPIS). Observasi yang dilakukan adalah mengidentifikasi bahaya potensial

kimia yang ada di dalam proses tersebut. Dari hasil observasi didapatkan 3

bahan kimia pada proses pengolahan inti sawit, yaitu aluminium sulfat,

bungkil dan kalsium karbonat. Proses pengolahan inti sawit dimulai dari inti

sawit lalu dilakukan pengempresan menjadi minyak yang belum di filtrasi

lalu difiltrasi menjadi PKO (palm kernel oil) dan bungkil. Identifikasi bahaya

potensial pada proses ini tidak berpengaruh signifikan terhadap kesehatan

pekerja namun penggunaan alat pelindung diri seperti helm, sepatu, sarung

tangan dan masker sangat disarankan untuk mencegah terjadinya kecelakaan

dan penyakit akibat kerja.


33

4.2 Saran

Berdasarkan pembahasan, didapatkan saran sebagai berikut.

1. Perlu dilakukan identifikasi dan pengkajian lebih mendalam terkait

bahaya potensial kimia di pabrik proses pengolahan inti sawit (PPIS)

PTPN VII Unit Bekri

2. Perlu adanya sosialisasi dan aktualisasi program K3 secara holistic oleh

pengelola guna menurunkan risiko terpaparnya bahaya potensial kimia

dan menurunkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja

3. Perlu adanya sesi interaktif melibatkan pekerja mengenai program

pencegahan guna meningkatkan pengetahuan, perubahan sikap dan

perilaku dalam kesadaran akan kecelakaan dan keselamatan kerja

khususnya pada pajanan bahaya potensial kimiawi

4. Perlu adanya pendampingan dan program hidup sehat di lingkungan kerja

guna meningkatkan status kesehatan pekerja dan produktivitas kerja

5. Penggunaan alat pelindung diri terstandar dan memenuhi kriteria seperti

helm, sepatu, sarung tangan dan masker guna mencegah kecelakaan dan

penyakit akibat kerja


34

DAFTAR PUSTAKA

Erik SS. 2018. Laporan Kerja Praktek di PT. Perkebunan Nusantara VPabrik

Kelapa Sawit Sei Intan.Universitas Atma Jaya Yogyakarta: Fakultas

Teknologi Industri.

Rocky B. 2013. Keselamatan dan kesehatan kerja pada pelaksanaan proyek

kontruksi (stuudikasus: proyek PT. TrakindoUtama). Jurnal Sipil

Statik. 1(6):430-33.

Austen AD, Neale RH. 1991. Memanajemeni Proyek Konstruksi. Penerbit

PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta

Kurniawidjaja LM. 2007. Filosofi dan konsep dasar Kesehatan Kerja serta

perkembangannya dalam praktik. Jurnal Kesehatan Masyarakat

(1):243-51

International Labour Organization. 2014. Safety and Health at Work: A Vision for

Sustainable Prevention. Germani: ILO. 

PT Jamsostek, 2010. Sebanyak 8,3 Juta Jiwa Mengalami Kecelakaan Kerja..

http://www.jamsostek.co.id/ 

Zulmiar, Y. 2007. Himpunan Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Jakarta Lembaga ASEAN-OSHNET Indonesia. 

A, Susanto. 2016. Tinjauan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

Dalam repository.unpas.ac.id 
35

Haerani. 2010. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bidang Pertanian

di Indonesia. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia (Vol. 6, No. 3). 

Markkanen, P.K. 2004. Keselamatan dan kesehatan kerja di Indonesia. Manila:

International Labor Organization Subregional Officer for South East

Asia and the Pacific


36

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................3
BAB II HASIL KEGIATAN...................................................................................5
2.1 Profil Perusahaan............................................................................................5
2.1.2 Visi, Misi Dan Tujuan, Dan Nilai-Nilai Perusahaan...............................6
2.1.3 Tujuan Perusahaan...................................................................................6
2.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan...............................................................7
2.1.5 Gambaran umun bagian sekretariat PTPN VII (Persero)........................7
2.1.6 Tugas dan Bagian-bagian di Sekretariat..................................................7
2.1.7 Susunan dewan komisaris dan direksi.....................................................8
2.1.8 Tugas dan Bagian - bagian dikantor Direksi.........................................11
2.1.9 Budidaya Tanaman................................................................................15
2.2 Pengolahan Inti Kelapa Sawit (IKS)............................................................16
2.2.1 Screw Press............................................................................................17
2.2.2 Proses Klarifikasi...................................................................................18
2.2.3 Proses Penyimpanan..............................................................................19
2.2.4 Proses di Stasiun Kernel........................................................................20
2.2.5 Pemantauan Mutu..................................................................................21
2.3 Hasil Observasi............................................................................................21
2.3.1 Bahaya Potensial Umum.......................................................................21
2.3.2 Bahaya Potensial Kimia.........................................................................22
2.3.4 Bahan Kimia di Tempat Kerja...............................................................24
37

2.3.5 Lembar Data Keselamatan dan Pelabelan Bahan Kimia.......................25


BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................27
3.1 Hasil.............................................................................................................27
3.2 Pembahasan..................................................................................................27
3.2.1 Proses Pengolahan.................................................................................27
3.2.2 Analisis Bahaya Potensial Kimiawi......................................................28
3.2.3 Rekomendasi Pencegahan Bahaya Potensial Kimia..............................30
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................33
4.1 Kesimpulan...................................................................................................33
4.2 Saran.............................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................35

Anda mungkin juga menyukai