DISUSUN OLEH:
RIKA ROHANI
I4051191007
BAB II
ANALISIS JURNAL
BAB III
TINJAUAN TEORI
1. ASMA
A. PENGERTIAN
Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversible dimana
trakea dan bronkus berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu,
dan dimanifestasikan dengan penyempitan jalan napas, yang mengakibatkan
dispnea, batuk dan mengi.(Brunner & Suddarth, Edisi 8, Vol. 1, 2001. Hal.
611).
Asma adalah suatu penyakit peradangan kronik pada jalan napas yang mana
peradangan ini menyebabkan perubahan derajat obstruksi pada jalan napas dan
menyebabkan kekambuhan. (Lewis, 2000, hal. 660).
B. KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3
tipe, yaitu :
1. Ekstrinsik (alergik) : Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh
faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu
binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma
ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik
terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik
seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma
ekstrinsik.
2. Intrinsik (non alergik) : Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang
bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti
udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran
pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering
sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi
bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma
gabungan.
3. Asma gabungan Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.
C. ETIOLOGI
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan asma bronkhial.
a. Faktor predisposisi
Genetik: Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun
belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita
dengan penyakit alerg biasanya mempunyai keluarga dekat juga
menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita
sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan
foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga
bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
1. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan ex: debu, bulu
binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
Ingestan, yang masuk melalui mulut ex: makanan dan obat-obatan
Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit ex: perhiasan,
logam dan jam tangan
2. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan
faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau,
musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga
dan debu.
3. Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain
itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping
gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang
mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk
menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum
diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
4. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang
yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes,
polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
5. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat
paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena
aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
D. PATOFISIOLOGI
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada
asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang
alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E
abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila
reaksi dengan antigen spesifikasinya.
Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada
interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus
kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut
meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast
dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat,
diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan
leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan
dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding
bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen
bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan
tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul makin
banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi
dada, tachicardi dan pernafasan cepat dangkal . Serangan asma seringkali
terjadi pada malam hari.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan :
Kristal –kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari
kristal eosinofil.
Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan
silinder sel-sel cabang-cabang bronkus
Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
Terdapatnya neutrofil eosinofil
2. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi,
sedangkan leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat
komplikasi asma
Gas analisa darah
Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat
peninggian PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan prognosis
yang buruk
Kadang –kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang
meninggi
Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi
Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada
waktu seranggan, dan menurun pada waktu penderita bebas dari
serangan.
Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai
alergennya dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma
atopik.
3. Foto rontgen
Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada
serangan asma, gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru berupa
rradiolusen yang bertambah, dan pelebaran rongga interkostal serta
diagfragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, kelainan
yang terjadi adalah:
Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah
Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan gambaran
yang bertambah.
Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran
infiltrat pada paru.
4. Pemeriksaan faal paru
Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan
penurunan tekanan sistolenya dan bila lebih rendah dari 20%,
seluruh pasien menunjukkan penurunan tekanan sistolik.
Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi terjadi
pada seluruh asma, FRC selalu menurun, sedangan penurunan TRC
sering terjadi pada asma yang berat.
5. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat dibagi
atas tiga bagian dan disesuaikan dengan gambaran emfisema paru, yakni :
Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke
kanan dan rotasi searah jarum jam
Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni terdapat RBBB
Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES, dan
VES atau terjadinya relatif ST depresi.
G. KOMPLIKASI
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :
1. Status asmatikus
2. Atelektasis
3. Hipoksemia
4. Pneumothoraks
5. Emfisema
6. Deformitas thoraks
7. Gagal nafas
H. PENATALAKSANAAN
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
2. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan serangan
asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai
penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan
penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan penngobatan yang
diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang
merawatnnya.
B. Jenis Jenis
1. Posisi Fowler
Pengertian
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala
tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk
mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.
Posisi Fowler
Tujuan
a. Mengurangikomplikasiakibatimmobilisasi.
b. Meningkatkan rasa nyaman
c. Meningkatkandoronganpadadiafragmasehingga meningkatnyaekspansi
dada danventilasiparu
d. Mengurangikemungkinantekananpadatubuh akibatposisi yang menetap
Indikasi
a. Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan
b. Pada pasien yang mengalami imobilisasi
Alatdanbahan :
a. Tempat tidur khusus
b. Selimut
Cara kerja :
a. Jelaskanprosedur yang akandilakukan.
b. Dudukkanpasien
c. Berikansandaranataubantalpadatempattidurpasienatauaturtempattidur.
d. Untukposisisemifowler (30-45˚) danuntuk fowler (90˚).
e. Anjurkanpasienuntuktetap berbaringsetengahduduk.
Tujuan
a. Mobilisasi
b. Memerikan perasaan lega pada klien sesak nafas
c. Memudahkan perawatan misalnya memberikan makan
Cara / prosedur
a. Mengangkat kepala dari tempat tidur kepermukaan yang tepat ( 45-90
derajat)
b. Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan kepala klien jika tubuh
bagian atas klien lumpuh
c. Letakan bantal di bawah kepala klien sesuai dengan keinginan klien,
menaikan lutut dari tempat tidur yang rendah menghindari adanya
tekanan di bawah jarak poplital ( di bawah lutut )
3. Posisi sim
Definisi :
Posisi sim adalah posisi miring kekanan atau kekiri, posisi ini dilakukan
untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat melalui anus (supositoria).
Posisi Sim
Tujuan :
a. Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter mayor otot
pinggang
b. Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah aspirasi
c. Memasukkan obat supositoria
d. Mencegah dekubitus
Indikasi :
a. Untukpasien yang akan di huknah
b. Untukpasien yang akandiberikanobatmelalui anus
Alatdanbahan :
a. Tempattidurkhusus
b. Selimut
Cara kerja :
1. Jelaskanprosedur yang akandilakukan
2. Pasiendalamkeadaanberbaring,
kemudianmiringkankekiridenganposisibadansetengantelungkupdan kaki
kiriluruslutut. Paha kananditekukdiarahkanke dada.
3. Tangankiridiataskepalaataudibelakangpunggungdantangankanandiatastem
pattidur.
4. Bilapasien miring kekanandenganposisibadansetengantelungkupdan kaki
kananlurus, lututdanpahakiriditekukdiarahakanke dada.
5. Tangankanandiataskepalaataudibelakangpunggungdantangankiridiatastem
pattidur.
4. Posisi trendelenburg
Definisi :
Padaposisiinipasienberbaring di
tempattidurdenganbagiankepalalebihrendahdaripadabagiankaki.Posisiinidilak
ukanuntukmelancarkanperedarandarahkeotak.
Posisi trendelenburg
Alatdanbahan :
a. Tempattidurkhusus
b. Selimut
Indikasi :
a. Pasien dengan pembedahan pada daerah perut
b. Pasien shock
c. Pasien hipotensi.
Alatdanbahan :
a. Tempattidurkhusus
b. Selimut
Cara kerja :
1. Jelaskanprosedur yang akandilakukan
2. Pasiendalamkeadaanberbaring,
kemudianmiringkankekiridenganposisibadansetengantelungkupdan kaki
kiriluruslutut. Paha kananditekukdiarahkanke dada.
3. Tangankiridiataskepalaataudibelakangpunggungdantangankanandiatastem
pattidur.
4. Bilapasien miring kekanandenganposisibadansetengantelungkupdan kaki
kananlurus, lututdanpahakiriditekukdiarahakanke dada.
5. Tangankanandiataskepalaataudibelakangpunggungdantangankiridiatastem
pattidur
Alatdanbahan :
a. Tempattidur
b. Selimut
Cara kerja :
1. Jelaskanprosedur yang akandilakukan
2. Pasiendalamkeadaanberbaringterlentang,
letakkanbantaldiantarakepaladanujungtempattidurpasiendanberikanbantal
dibawahlipatanlutut
3. Berikanbalokpenopangpadabagian kaki
tempattiduratauaturtempattidurkhususdenganmeninggikanbagian kaki
pasien.
6. Posisi Litotomi
Definisi :
Posisiberbaringtelentangdenganmengangkatkedua kaki
danmenariknyakeatasbagianperut.Posisiinidilakukanuntukmemeriksa
genitalia pada proses persalinan, danmemasangalatkontrasepsi.
Indikasi :
1. Untukibuhamil
2. Untukpersalinan
3. Untukwanita yang inginmemasangalatkontrasepsi
Alatdanbahan :
1. Tempattidurkhusus
2. Selimut
Cara kerja:
1. Pasiendalamkeadaanberbaringtelentang,
kemudianangkatkeduapahadantarikkearahperut
2. Tungkaibawahmembentuksudut 90 derajatterhadappaha
3. Letakkanbagianlutut/kaki padatempattidurkhususuntukposisi lithotomic
4. Pasangselimut
Tujuan :
Memudahkan pemeriksaandaerahrektum, sigmoid, dan vagina.
Indikasi :
1. Pasien hemorrhoid
2. Pemeriksaandanpengobatandaerah rectum, sigmoid dan vagina.
Cara kerja :
1. Anjurkanpasienuntukposisimenunggingdengankedua kaki ditekukdan dada
menempelpadakasurtempattidur.
2. Pasangselimutpadapasien.
8. Posisi orthopeneic
Pengertian
Posisipasiendudukdenganmenyandarkankepalapadapenampang yang sejajar
dada, sepertipadameja.
Tujuan
Memudahkanekspansiparuuntukpasiendengankesulitanbernafas yang
ekstrimdantidakbiastidurterlentangatauposisikepalahanyabiaspadaelevasiseda
ng.
Indikasi
Pasiendengansesakberatdantidakbiastidurterlentang.
9. Posisi Supinasi
Pengertian
Posisitelentangdenganpasienmenyandarkanpunggungnya agar
dasartubuhsamadengankesejajaranberdiri yang baik.
Posisi Supinasi
Tujuan
Meningkatkankenyamananpasiendanmemfasilitasipenyembuhanterutamapada
pasienpembedahanataudalam proses anestesitertentu.
Indikasi
1. Pasiendengantindakan post anestesiataupenbedahantertentu
2. Pasiendengankondisisangatlemahataukoma.
10. Posisi pronasi
Pengertian
Pasien tidur dalam posisi telungkup Berbaring dengan wajah menghadap
kebantal.
Posisi Pronasi
Tujuan
1. Memberikanekstensi maksimalpadasendilututdanpinggang
2. Mencegahfleksidankontrakturpadapinggangdanlutut.
Indikasi
1. Pasien yang menjalanibedahmulutdankerongkongan
2. Pasiendenganpemeriksaanpadadaerahbokongataupunggung.
Posisi Lateral
Pengertian
Posisi miring
dimanapasienbersandarkesampingdengansebagianbesarberattubuhberadapada
pingguldanbahu.
Tujuan
1. Mempertahankan body aligement
2. Mengurangikomplikasiakibatimmobilisasi
3. Meningkankan rasa nyaman
4. Mengurangikemungkinantekanan yang menetappadatubuhakibatposisi
yang menetap.
Indikasi
1. Pasien yang inginberistirahat
2. Pasien yang ingintidur
3. Pasien yang posisi fowler atau dorsal recumbent dalamposisi lama
4. Penderita yang mengalamikelemahandanpascaoperasi.
12. Tripod Position
Pengertian
Duduk dengan tangan bersandar di sebelah badan. Posisi tangan bisa
disamping belakang badan atau samping depan badan.
Tujuan
Meningkatkan tekanan Intra abdominal dan menurunkan penekanan
diafragma kebagian rongga abdomen selama inspirasi. Dapat membantu
meningkatkan kondisi pernafasan
Indikasi
Pasiendengansesakberat
BAB IV
PEMBAHASAN
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA:
Andarmoyo, S. 2013. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Ar-Ruzz Media.
Jogjakarta.
Asmadi. 2014. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. PT. RINEKA
CIPTA. Jakarta.
Bare BG., Smeltzer SC. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC.
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aeus
Calpius.
Meliala, L & Pinzon, R. 2014. Breakthrough in Management of Acute Pain.
JurnalKedokteran dan Farmasi. 20(4):151-155.
Nurhafizah, Erniyati. (2012). Strategi Koping dan Intensitas Nyeri Pasien Post
Operasi di Ruang Rindu B2A RSUP H. Adam Malik Medan. Skripsi.
Medan: fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.
Potter, & Perry. 2012. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Smeltzer dan Bare, 2004. Brunner dan Suddarth’s Textbook of Medical Surgical
Nursing. United States America.
Sjamsuhidajat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi II. Jakarta : EGC.