TINJAUAN PUSTAKA
Pada anak 1 tahun pertama, volume air total dalam tubuh sebanyak
65 – 80% dari berat badan. Persentase ini akan berkurang seiring
bertambahnya usia, menjadi 55 – 60% saat remaja. Cairan diperlukan
untuk berbagai fungsi tubuh, antara lain dalam metabolisme, fungsi
pencernaan, fungsi sel, pengaturan suhu, pelarutan berbagai reaksi
biokimia, pelumas, dan pengaturan komposisi elektrolit. Secara normal,
cairan tubuh keluar melalui urin, feses, keringat, dan pernapasan dalam
jumlah tertentu. Bila tubuh sehat maka relatif konstan dan berat badan
individu bervariasi kurang dari 0,2 kg dalam 24 jam, tanpa
7
8
kecil. Plasma dan cairan interstisial, dua komponen primer dalam CES,
pada intinya mengandung elektrolit dan zat terlarut yang sama, dengan
pengecualian protein. Plasma adalah cairan kaya protein , mengandung
sejumlah besar albumin, tetapi cairan interstisial mengandung sedikit
atau tidak mengandung protein. (Kozier.dkk terjemahan, 2011).
4. Konsentrasi Cairan Tubuh
Menurut Tarwoto.dkk(2010), konsentrasi cairan tubuhdibagi menjadi
dua:
a. Osmolaritas
Osmolaritas adalah konsentrasi larutan atau partikel terlarut
perliter larutan, diukur dalam miliosmol. Osmolaritas ditentukan
oleh jumlah partikel terlarut perkilogram air. Dengan demikian
osmolaritas menciptakan tekanan osmotik sehingga memengaruhi
pergerakan cairan.
Jika terjadi penurunan osmolaritas CES, maka terjadi
pergerakan air dari CIS ke CES. Sebaliknya, jika terjadi penurunan
osmolaritas CES, maka terjadi pergerakan terjadi dari CIS ke CES.
Partikel yang berperan adalah sodium atau natrium, urea dan
glukosa.
b. Tonisitas
b. Osmosis
c. Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada
tubulus ginjal untuk meningktakan absorpsi natrium. Pelepasan
aldosteron dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium, natrium
serum dan sistem renin-angiostensin serta sangat efektrif dalam
mengendalikan hiperkalemia.
13
d. Prostaglandin
e. Glukokortikoid
Meningkatkan resorpsi natrium dan air, sehingga volume darah
naik dan terjadi retensi natrium. Perubahan kadar glukokortikoid
menyebabkan perubahan pada keseimbangan volume darah.
7. Pengeluaran Cairan
10-15
3+ Cukup dalam. Dapat
berlangsung lebih dari 1
menit, ektermitas yang
terkena tampak lebih besar
dan membengkak
4+ Sangat dalam, berlangsung 2-
5 menit, ekstermitas yang
terkena tampak sangat
mengalami perubahan
4. Pengkajian
2) Keluhan utama
Yaitu keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien
dibawa berobat. Keluhan utama tidak selalu merupakan keluhan
yang pertama disampaikan oleh orang tua pasien. Pada
gangguan cairan keluhan utama yang muncul adalah edema
pada tubuh sehingga mengakibatkan penambahan berat badan.
Edema terjadi pada periorbital, edema pada genetalian eksterna,
asites, distensi abdomen, edema fasial atau pada wajah khusus
daerah mata terlihat bengkak.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Ditanyakan kapan edema mulai tampak, apakah dimulai di
tempat-tempat tertentu (kelopak mata, pergelangan kaki) apakah
kemudian menjalar, dan bagaimana penjalaran seta apakah
tergantung waktu (pagi,siang atau sepanjang hari) ditanyakan
pula perkembangan edema, apakah progresif lambat atau cepat,
atau menetap. Keluhan lain yang ditanyakan apakah ada batuk,
oliguria, sesak napas, cepat lelah, berdebar, pucat, pernah sakit
kuning dan sebagainya.
4) Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit yang pernah diderita anak sebelumnya perlu
diketahui, karena mungkin ada hubungannya dengan penyakit
sekarang.
5) Riwayat kehamilan ibu
Hal pertama yang perlu ditanyakan adalah keadaan
kesehatan ibu selama hamil, ada atau tidaknya penyakit, serta
upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakit tersebut.
6) Riwayat kelahiran
Ikhwal kelahiran pasien harus ditanyakan dengan teliti,
termasuk tanggal dan tempat kelahiran, maa kehamilan juga
ditanyakan apakah cukup bulan, kurang bulan, ataukah lewat
bulan dan berat dan panjang lahir
22
7) Riwayat makanan
Pada anamnesis diharapkan dapat diperoleh keterangan
tentang makanan yang dikonsumsi oleh anak, baik jangka
pendek (beberapa waktu sebelum sakit), maupun jangka panjang
(sejak bayi)
8) Riwayat imunisasi
Status imunisasi pasien, baik imunisasi dasar maupun
imunisasi ulangan khususnya imunisasi BCG, DPT, Polio,
Campak dan Hepatitis B.
9) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
a) Riwayat pertumbuhan
Status pertumbuhan anak terutama pada usia balita
dapat ditelaah dari kurva berat badan terhadap usia dan
panjang badan terhadap usia
b) Riwayat perkembangan menurut
1. Perkembangan sosioemosional : anak berada pada
fase pre school pada masa ini anak dapat mengatakan
apa yang dirasakan. Selain itu emosi malu dan bangga
mulai berkembang. Bermain interaksi dengan teman
sebaya dengan cara bermain
2. Perkembangan kognitif : kemampuan untuk mengenal
tempat, mengetahui jarak melalui peta, mengetahui
sebab akibat, kemampuan memahami ukuran
walaupun bentuk objek diubah, memahami angka
matematika yaitu berhitung
3. Respon hospitalisasi : pada anak prasekolah merasa
takut pada orang asing dan menyadari ketiadan
keluarga mereka, dari usia satu sampai lima tahun,
anak seringkali menunjukkan ansietas berat saat
dipisahkan dari rumah dan keluarga. Pada anak usia
23
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik anak berbeda dengan orang dewasa,
pada pemeriksaan fisik anak diperlukan cara pendekatan tertentu
agar pemeriksa dapat memperoleh informasi keadaan fisik anak
secara lengkap dan akurat. Cara tersebut dimaksudkan agar anak
tidak merasa takut, tidak menangis, dan tidak menolak untuk
diperiksa.
Pada anak yang lebih besar, pendekatan dapat dimulai dengan
memberikan salam, menanyakan nama, usia, sekolahnya, kelasnya
dan lain sebagainya. (Latief.dkk, 2014)
Pemeriksaan umum meliputi:
1. Keadaan umum mencakup kesan keadaan sakit, termasuk posisi
pasien, kesadaran, kesan status gizi
2. Tanda-tanda vital mencakup nadi, tekanan darah (terjadi
peningkatan sistolik dan diastolik), pernapasan, suhu tubuh
3. Berat badan
4. Tinggi badan
5. lingkar lengan atas normal >13,5 cm
6. IMT
7. Lingkar kepala
8. Head to toe:
a. Kepala : Bentuk kepala (normal, makrosefali,
mikrosefali), wajah (adanya pembengkakan
wajah lokal disebabkan edema.
b. Mata : Pengkajian mata eksternal mengamati
kelopak mata mengalami pembengkakan
konjungtiva (anemis, ananemis)
c. Telinga :Adakah tonjolan pada telinga dan
24
kebersihan
d. Hidung : Pernapasan cuping hidung, sianosis
e. Mulut : Pembengkakan,lesi, warna bibir , periksa
lidahterhadap gerakan dan bentuk, karies
gigi, mukosa mulut.
f. Leher : Palpasi leher mengetahui ada tidaknya
pembesaran vena jugularis
g. Intergumen :Keadaann turgor kulit, edema periorbital,
edema (dependen) pada ekstermitas bawah
dan bokong serta sensasi rasa.
h. Dada
1. Paru-paru :
Inspeksi : Amati irama pernapasan, kedalaman,
Frekuensi pernapasan
Palpasi : taktil fremitus dengan menggunakan jari
telunjuk atau permukaan telapak tangan.
Perkusi : perkusi pada dada anterior dan posterior.
Auskultasi : dengar ada bunyi tambahan
2. Kardiovaskuler
Inspeksi dan palpasi : ada atau tidak pembesaran
jantung,
Perkusi : normal berbunyi redup
Auskultasi : bunyi jantung lup-dup
i. Gastrointestinal
Inspeksi: Abdomen menonjol atau ada tidak edema
Auskultasi : Bunyi bising usus normal 10-30 detik
Palpasi: Nyeri tekan, pembesaran hati dan limfa
Perkusi: Bunyi timpani diseluruh
permukaanabdomen,terdapat asites pada
penyakit sindrom nefrotik
25
5. Pemeriksaan penunjang
Objektif:
1. Edema anasarka atau/dan edema perifer
2. Berat badan meningkat dalam waktu singkat Jugular venous
pressure (JVP)
3. Reflekshepatojugular positif
4. Distensi vena jugularis
5. Terdengar suara tambahan
6. Intake lebih banyak dari output (balance cairan positif)
6. Intervensi
Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan
Menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (2017) :
Edukasi:
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan jika perlu
Pola napas tidak Manajemen Jalan Napas - Dukungan
efektif b.d Observasi emosional
- Monitor pola napas (frekuensi, - Dukungan
kedalaman, usaha napas) kepatuhan program
- Monitor bunyi napas tambahan pengobatan
(mis. Gurgling, mengi, - Dukungan ventilasi
whezzing, ronki kering) - Eduksi pengukuran
- Monitor sputup (jumlah, respirasi
warna, aroma) - Kunsultasi via
Terapeutik telepon
- Posisikan semi-Fowler atau - Manajemen energi
Fowler - Manajemen jalan
- Berikan minum hangat napas buatan
- Lakukan fisioterapi dada, jika - Manajemen
perlu medikasi
- Berikan oksigen jika perlu - Pemberian obat
Edukasi inhalasi
- Anjarkan teknik batuk efektif - Pemberian obat
Kolaborasi oral
- Kolaborasi pemberian - Pencegahan
ekspektoran, jika perlu aspirasi
Pemantauan Respirasi - Pengaturan posisi
Observasi - Pemantuan
- Monitor frekuensi, irama, neurologis
kedalaman dan upaya napas - Pemberian
- Monitor pola napas (seperti analgesik
bradipnea, takipnea, - Pemberian obat
hiperventilasi, Kussmaul, - Perawatan
Cheyne-Stokes, Boit, atasksik) trakheostomi
- Monitor kemampuan batuk - Reduksi ansietas
efektif - Stabilisasi jalan
- Monitor adanya sumbatan napas
31
Sumber : Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018), Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017)
6. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah realisasi rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga
meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respons klien
selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru.
(Latief, 2014)
7. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang nda
buat pada tahap perencanaan. (Latief, 2014).
1. Definisi
Sindrom Nefrotikialah penyakit dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat
hematuri, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal. menurut kepustakaan
sindrom nefrotik paling banyak terdapat pada anak umur 3-4 tahun
dengan perbandingan pasien wanita dan pria 1:2. Penyakit sindrom
nefrotik dijumpai pada anak mulai umur kurang dari 1 tahun (3 bulan)
sampai umur 14 tahun (Ngastiyah,2005)
34
2. Etiologi
Etiologi sindrom nefrotik menurut Ngastiyah. (2005), yaitu:
a. Sindrom nefrotik bawaan yaitu diturunkan sebagai resesif autosonal
atau karena reaksi maternofetal. Resisten terhadap semua
pengobatan. Gejala: edema pada masa neonatus. Pernah dicoba
pencangkokan ginjal pada neonatus tetapi tidak berhasil. Prognosis
buruk dan biasanya pasien meninggal dalam bulan-bulan pertama
kehidupannya.
b. Sindrom nefrotik sekunder, disebabkan oleh:
1) Malaria keuartana atau parasit lainnya.
2) Penyakit kolagen seperti lupus eritemalosus diseminata,
purpura, dan anafilaktoid.
3) Glomerulonefritis akut atau glomerulonefritis kronik, trombosis
vena renalis.
4) Bahan kimia seperti trimetadoid, paradion, penoisilamin, garam
emas, sengatan lebah, racun oak, air raksa.
5) Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis
membranoproliferatif hipokomplementemik.
c. Sindrom nefrotik idiopatik (tidak diketahui penyebabnya atau juga
disebut SN primer). Berdasarkan histopatologis yang tampak pada
35
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada Sindrom Ndefrotik adalah proteinuria,
retensi cairan dan edema yang menambah berat badan, edema periorbital,
edema dependen, pembengkakakn genetalia eksterna, edema fasiel, asites
, hernia, inguinalis, distensi abdomen,dan efusi pleural. (Betz, Sowden.
2002)
4. Patofisiologi
a. Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan
berakibat pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi
proteinuria. Kelanjutan dari proteinuria menyebabkan
hypoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin, tekanan osmotik
plasma menurun sehingga cairan intravaskular berpindah ke dalam
interstisial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan
intravaskular berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah
ke renal karena hipovolemi.
b. Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan
kompensasi dengan merangsang produksi renin angiostensin dan
peningkatan sekresi antidiuretik hormon (ADH) dan sekresi
aldosteron yang kemudian terjadi retensi natrium dan air. Dengan
retensi natrium dan air, akan menyebabkan edema.
c. Terjadi peningkatan cholesterol dan triglicerida serum akibat dari
peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma
albumin atau penurunan onkotik plasma.
d. Adanya hiperlipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi
lipoprotein dalam hat yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya
protein dan lemak akan banyak dalam urine (lipiduria).
37
5. Pathway
Permeabilitas glomerular meningkat
Proteinuria
Hypoalbuminemia
Stimulasi sintesis
Dalam hati, protein dan lemak Tekanan osmotik
plasma menurun edema
hiperlipidemia
Vasokonstriksi
6. Komplikasi
7. Pemeriksaan Penunjang