Anda di halaman 1dari 10

PRODUK OPERASIONAL BANK SYARIAH

“Transaksi Kliring Dalam Insepektif Islam”


Dosen pengampu; Sulistyowati, SHI. MEI

Disusun oleh;

Imron rosadi (931412418)


Luqman Ariffudin (931414418)
Mochammad Ivan (931413218)
Muhammad A’an Fatoni (931413818)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam


jurusan perbankan syari’ah
Institute Agama Islam Negeri Kediri
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sepintas dalam arti sempit, tugas bank seolah-olah hanya meliputi mengumpulkan dana dari
masysrakat dalam bentuk simpannan rekening giro, deposito berjangka dan sebagainya. Di segi lain
dalam hal pengeluaran, dapat berupa pemberian pinjaman atau kredit, ikut serta dalam permodalan
saham dan sebagainya. Dalam pengertian luas tugas bank bukan terbatas pada apa yang dimaksud
diatas saja, namun termasuk juga kegiatan dalam clearing.
Semakin banyaknya transaksi dagang yang melibatkan pemmbayaran dengan bank,
mengakibatkan semakin banyaknya transaksi giral antar bank. Kelancaran pembayaran transaksi
dituntut semakin mudah dan tersusun rapi dalam menyelesaikan semua transaksi giral. Dalam
menjalankan fungsinya, bank komersial menggunakan sarana kliring untuk memudahkan penyelesaian
transaksi antar bank. Bank dapat saling menghitungkan hutang-piutang yang terjadi akibat transaksi
bisnis yang dilakukan masing-masing nasabahnya. Transaksi antar nasabah tersebut menggunakan alat
bayar berupa cek, bilyet giro, atau surat dagang yang lainnya yang lazim diterima oleh bank.
Di Indonesia aktivitasi clearing ini dimulai pada awal Maret 1967. Dengan timbulnya aktivitas
clearing yang penyelenggaraanya dilaksanakan di lembaga clearing, dibawah pengelolaan Bank
Indonesia sebagai Bank Sentral, maka perhitungan/penyelesaiaan hutang piutang antar bank di dalam
negri dapat dilaksanakan dengan mudah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian kliring
Yang dimaksud dengan kliring ialah sarana perhitungan warkat antar bank yang dilaksanakan
oleh Bank Indonesia guna memperluas dan memperlancar arus lalu lintas pembayaran giral. Hal ini
termasuk dalam tugas Bank Indonesia dalam pembinaan perbankan di Indonesia. Kliring merupakan
sarana untuk menyesuaikan transaksi giral, kegiatan yang lazim ditemukan dalam setiap bank,kegiatan
ini akan menyelesaikan hutang dan piutang antar bank yang berasal dari transaksi giral para nasabah
Pembayaran giral antara bank yaitu kegiatan bayar-membayar dengan warkat bank diperhitungkan atas
beban dan untuk kepentingan rekening nasabah bank yang telah ditetapkan1.
Menurut tim perbankan yang disusun oleh Tim Penyusun Kamus Perbankan Indonesia 1980,
kliring adalah perhitungan utang piutang antara para peserta secara terpusat di satu tempat dengan cara
saling menyerahkan surat-surat berharga dan surat-surat dagang yang telah ditetapkan untuk dapat
diperhitungkan. Tujuan pokok diadakannya kliring adalah untuk memperlancar lalu lintas pembayaran
giral dan merupakan pelayanan kepada masyarakat yang menjadi nasabah bank. Kliring
diselenggarakan oleh Bank Indonesia antara bank-bank di suatu wilayah yang disebut kliring local.
Wilayah kliring adalah suatu lingkungan yang memungkinkan kantor-kanto tersebut memperhitungkan
warkat-warkatnya dalam jadwal kliring yang telah ditentukan2.
Dalam transaksi kliring, bank dapat menerima perintah dari nasabah untuk menagih sejumlah
dana tertentu sebagaimana tercantum didalam warkat kliring dan atas perintah tersebut, bank
memungut biaya tertentu. Dengan demikian, kliring ini dapat menggunakan prinsip ijarah. Yang
termasuk warkat kliring antara lain: cek, B/G (Bilyet atau Giro), kiriman uang, wesel bank nota debet
atau nota kredit semakin banyaknya transaksi dagang yang melibatkan pembayaran dengan bank
mengakibatkan semakin banyaknya transaksi giral antar bank maksud dari giral ini adalah uang tunai
yang dititipkan pada bank yang pengambilannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek
maupun maupun bilyet giro dengan kata lain uang giral adalah saldo rekening koran nasabah di bank3.
Lembaga ini berfungsi menyelesaikan semua hak dan kewajiban yang timbul dari transaksi
bursa efek. Lembaga kliring dapat juga bertindak sebagai agen pembayaran atas transaksi jual beli
obligasi. Umumnya yang ditunjuk sebagai lembaga kliring adalah bank. Ia bertugas membayar bunga
dan pinjaman pokok atas obligasi, namun keterlibatannya hanya setelah obligasi masuk di bursa efek
atau pasar sekunder. Lembaga ini juga sebagai pendukung terselenggaranya sistem pasar modal secara
lengkap4.

1
Abdullah, Thamrin, Bank dan Lembaga Keuangan (Jakarta: Rajawali pers, 2017), 184
2
Hermansyah, Hukum Perbankan Indonesia (Jakarta: PRENADA MEDIA GROUP, 2005), 85
3
Zulkifli, Sunarto, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syari’ah (Jakarta: Zikrul Hakim, 2003), 121
4
Manan, Abdul, Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syari’ah Indonesia (Jakarta:
KENCANA, 2009), 49-50
Jenis-Jenis Kliring
Kliring terdiri dari tiga jenis, yaitu:
a. Kliring umum, adalah: sarana perhitungan warkat-warkat antar bank yang pelaksanaannya diatur
oleh BI.
b. Kliring lokal, adalah: sarana perhitungan warkat-warkat antar bank yang berada dalam suatu wilayah
kliring (wilayah yang ditentukan).
c. Kliring antar cabang, adalah: sarana perhitungan warkat antar kantor cabang suatu bank peserta yang
biasanya berada dalam suatu wilayah kota. Kliring ini dilakukan dengan cara mengumpulkan seluruh
perhitungan dari suatu kantor cabang untuk kantor-kantor cabang lainnya yang bersangkutan dengan
kantor induk yang bersangkutan.5
B. Dasar pengaturan kliring
1. Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Undang-Undang no. 6 Tahun 2009.
2. Pengaturan Bank Indonesia No. 7/18/PBI//2005 tanggal 22 Juli 2005 tentang Sistem Kliring
Nasional sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Bank Indonesia No.
12/5/PBI/2010 tanggal 12 Maret 2010 (PBI SKNBI).
3. Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/8/DASP tanggal 24 Maret 2010 perihal Sistem Kliring
Nasional Bank sebagaimana telah diubah dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/4/DASP
tanggal 22 Desember 20106.
Tujuan kliring
1. Untuk memperluas lalu lintas pembayaran giral antar bank di seluruh Indonesia.
2. Untuk melaksanakan perhitungan penyelesaian utang piutang yang lebih mudah, aman dan
efisien.
3. Untuk menjadi salah satu bentuk pelayanan system pembayaran bank kepada nasabah masing-
masing.
Sistem kliring dibutuhkan oleh para pesertanya untuk mempermudah perhitungan dan penyelesaian
kewajiban atau tagihan pembayaran antarmereka. Sebenarnya pihak yang bertransaksi bias melakukan
hubungan bilateral tanpa melalui proses kliring, namun pada tingkat tertentu. Apabila jumlah pihak
yang bertransaksi semakin banyak maka hubungan bilateral menjadi tidak efisien7.
C. Syarat kliring
Bagi bank pusat
a) Bank bersangkutan melakukan usaha dengan izin menteri keuangan minimal 3 bulan.
b) Penilaian bank sentral di bidang administrasi, pimpinan dan keuangan.
c) Simpanan giro masyarakat pada bank telah mencapai jumlah 20% dari modal minimum yang
disyaratkan untuk disetor bagi pendirian bank baru.
5
Malayu Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), 120
6
Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Audit Intern Bank (Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2014), 63-64
7
Mulyati Sri, dan Ascarya, Kebijakan Sistem Pembayaran di Indonesia (BANK INDONESIA, 2017), 48-49
Bagi bank cabang
a) Simpanan masyarakat berupa giro pada kantor pusat dan seluruh cabang-cabang telah mencapai
jumlah 20% dari modal minimal yang diisyaratkan untk disetor bagi pendiri bank baru di daerah
tempat kantor pusat dna kantor cabang bank yang brsangkutan berkedudukan.
b) Bagi cabang-cabang baru yang ada di kota yang sama dengan kantor pusat atau kantor cabang
yang telah ada. Ditetapkan syarat bahwa cabang yang bersangkutan telah memperoleh izin
usaha dari menteri keuangan8.
Warkat kliring
Yang dimaksud dengan warkat kliring ialah lalu lintas pembiayaan giral yang diperhitungkan dalam
kliring. Warkat kliring terdiri dari cek bilyet giro, surat bukti penerimaan transfer dari luar kota, wesel
dan nota debet. Semua arkat diperhitungkan kepada peserta lainnya melalui kliring kecuali:
a. Warkat untuk penyelesaian saldo negative atau saldo debet.
b. Warkat untuk pelimpahan likuiditas dari satu peserta kepada kantornya yang lain.
c. Penyetoran lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia9.
Warkat-warkat yang di kliringkan atau diselesaikan dalam lembaga kliring adalah warkat-warkat
yang berasal dari dalam kota. Artinya, cek atau bilyet giro yang dikliring harus berasal dari kota atau
wilayah kliring yang sama. Misalnya cek dari Danamon cabang Blok “M” harus diuangkan di bank di
Jakarta10.
Nota atau warkat yang dapat dikliringkan dapat dikelompokkan kedalam 4 macam warkat kliring:
1. Nota debet keluar, merupakan warkat yang disetorkan oleh nasabah bank untuk keuntungan
rekeningnya. Bank penarik akan mendebet rekening giro pada Bank Indonesia. Dengan kata
lain penyerahan itu akan menambah jumlah dana bank yang menyerahkan warkat.
2. Nota debet masuk yang merupakan warkat kliring yang diserahkan kepada bank lain, dimana
dengan penyerahan itu akan mengurangi jumlah dana bank yang menerima warkat.
3. Nota kredit masuk yang merupakan warkat kliring yang diserahkan kepada bank lain, dimana
dengan penyerahan itu akan menambah dana bank yang menerima warkat kliring.
4. Nota kredit keluar yang merupakan warkat kliring yang diserahkan kepada bank lain dimana
dengan penyerahan itu akan mengurangi jumlah dana bank yang menyerahkan warkat11

Dalam transaksi kliring terdapat beberapa pihak antara lain:


1. Pemberi amanat (principal), yakni pihak yang memberi amanat kepada bank.
2. Bank pengirim (remitting bank), yakni bank yang menerima perintah proses kliring.

8
Afif, Faisal, dkk, Strategi dan Operasional Bank (PT ERESCO Anggota IKAPI, 1996), 70-71
9
Suyatno, Thomas dkk, Kelembagaan Perbankan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1999), 83
10
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan (Depok: PT RAJA GRAFINDO PERSADA, 2014), 173
11
Frederic S. Mishkin, Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan, ( Jakarta :
Salemba Empat.2010), 32
3. Bank tertarik (drawee bank), yakni bank yang harus melakukan pembayaran atas tagihan
kliring yang diterimanya.
4. Tertarik (drawee), yaitu pihak yang harus membayar tagihan kliring12.
D. Posedur setoran kliring
1. Petugas kliring menerima tanda bukti setoran dalam dua rangkap dan warkat kliring dari
nasabah, memeriksanya, kemudian membubuhkan cap efektif pada TBS dan cap kliring pada
warkat kliringserta menyerahkan kepada kepala seksi.
2. Kepala seksi memeriksa tanda bukti setor dan warkat kliring serta membubuhkan tanda tangan
lalu menyetorkan kembali pada petugas kliring.
3. Petugas kliring memeriksa tanda bukti setor asli kepada nasabah, membubuhkan pada jurnal
mutasi perkiraan dalam rangkap dua, meneruskan tanda bukti setor duplikat ke bagian akuntansi
dan menyimpan jurnal mutasi perkiraan duplikat13.
Mekanisme kerja kliring
a. Teller kliring bank: setoran dilakukan oleh nasabah dengan warkat berjalan. Kemudian dilakuka
pemeriksaan kebenaran. Jika sudah dibukukan debit dan kredit, kemudian diserahkan kepada
petugas kliring untuk dikliringkan.
b. Petugas kliring bank: mencatat warkat kliring pada daftar kliring menurut bank dan
menjumlahkan angkanya. Daftar kliring terdapat tiga lembar. Lembar pertama disampaikan ke
bank lawan, lembar kedua untuk Bank Indonesia, dan lembar ketiga sebagai arsip bank yang
bersangkutan.
c. Pejabat bank: apabila telah ada persetujuan dari pejabat bank, maka daftar kliring dan
trekapitulaasi daftar kliring beserta warkat yang akan dikliringkan dibawa oleh petugas kliring
ke lembaga kliring.
d. Petugas kliring masing-masing bank membagikan daftar kliring beserta warkat kliringnya
kepada masing-masing bank peserta kliring. Hasil perhitungan yang dilakukan oleh Bank
Indonesia itu sifatnya masih sementara. Hasil pastinya akan diketahui setelah kliring
penyerahan warkat kliring, kemudian langsung dibuku ke rekening masing-masing bank peserta
kliring yang ditatausahakan di Bank Indonesia. Bukti pembukuannya diberikan kepada masing-
masing bank peserta kliring14.
Dihentikan dari kliring apabila jumlah kewajiban dari suatu peserta melampaui jumlah saldo dan
jaminan kliring yang tersedia pada penyelenggara, maka pelampauan itu disebut saldo negative. Peserta
yang bersangkutan diberi kesempatan untuk menyelesaikan saldo negative dalam waktu 30 menit
setelah pertemuan retur kliring ditutup.
Peserta dapat mengajukan permohonan pengunduran diri dari kliring apabila mengalami hal-hal
berikut:
1. Mengalami kesulitan keuangan yang mengakibatkan tidak terpenuhinya syarat-syarat untuk
disertakan lebih lanjut dalam kliring.
2. Kepengurusan peserta yang bersangkutan tidak menunjukkan keadaan semestinya, seperti
perselisihan dalam kepengurusan15.

12
Zulkifli, Sunarto, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syari’ah (Jakarta: zikrul hakim, 2003), 121
13
Afif, Faisal, dkk, Strategi dan Operasional Bank (PT ERESCO Anggota IKAPI, 1996), 73
14
Kuncoro, Mudrajad dan Suhardjono, Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi (Yogyakarta: BPTE YOGYAKARTA,
2002), 380-381
15
Abdullah, Thamrin, Bank dan Lembaga Keuangan (Jakarta: Rajawali pers, 2017), 189-190
E. Batal dan Rusaknya Transaksi Kliring
Adapun problematika atau masalah yang menyebabkan batal atau rusaknya transaksi kliring
antara lain :
1. DKE diterima penyelenggara sedangkan warkat tidak diterima penyelenggara (missing item)
Missing item ini terjadi karena kesalahan dan atau kelalaian peserta pengirim
2. DKE tidak penyelenggara sedangkat warkat diterima pelenggara (unlisted item)
Karena adanya pembatalan transaksi oleh penyelenggara.
3. Terdapat kesalahan pada MICR code line (error encoding).
Dalam mengatasi masalah atau problematika yang ada, pihakbank indonesia berusaha keras
untuk mencarikan penyelesaian terbaik demi terselenggaranya kegiatan klirig yang cepat,
mudah, dan aman. 16

F. Analisis Transaksi Kliring menurut Al-Qur’an dan Hadist

Dalam Islam, kliring identik dengan istilah wakalah. Wakalah merupakan salah satu bentuk
muamalah yang sangat diperlukan dalam pergaulan hidup manusia dan telah mendatangkan banyak
manfaat, maka
Islam menetapkan sebagai sebagai bentuk muamalah yang baik dan dibenarkan syara’.Wakalah
tersebut dianjurkan untuk dilaksanakan sepanjang tidak adanya eksploitasi dari salah satu pihak yang
akan menimbulkan rusaknya akad dan bisa menuju riba yaitu penambahan jumlah saat pengembalian.
Kliring yang dilakukan pada Bank Muamalat wujud toleransi dan tolong menolong antar
sesama manusia Oleh karena itu Allah memandang bahwa wakalah adalah suatu bentuk kerja sama
yang mulia karena melapangkan jalan orang lain agar keluar dari kesusahan. Allah sendiri akan
membalas jasa kebaikan orang yang menolong saudaranya yang dalam kesusahan. Tolong menolong
diserukan oleh Al-quran dan disunnahkan oleh Rasulullah saw.17

a. Al-Quran
Allah berfirman:
‫م‬JK‫وا َعلَى ا ِإل ِْْث‬
ْ ُ‫وا َعلَى ْالب ِّر َوالتَّ ْق َوى َوالَ تَ َعا َون‬
ْ ُ‫اون‬
َ ‫َوتَ َع‬
Artinya: “…Dan,tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan )kebajikan

16
Akhmad Mujahidin, Hukun Perbankan Syariah (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2014), 84
17
Toni,karyawan PT Bank Muamalat Pekanbaru,wawancara,Hari Selasa,tanggal 2
Oktober 2012,11.30
dan takwa ,dan janganlah kamu tolong menolong dalam
mengerjakan dosa dan permusuhan …(al-maidah:2)18

b. Hadis

Rasululloh saw,bersabda,
‫د فِي عَوْ ِن أ ِح ْي ِه‬Jُ ‫َوهللا فِي عَوْ ِن ْال َع ْب ِد َما َكانَ ال َع ْب‬
“Dan Allah menolong hamba selama hamba menolong saudarnya.”HRMuslim.19

18
Muhammad Syafi’I Antonio,Bank Syariah dari Teori ke Praktek,(Jakarta:Gema
Insani,2001),h.120
19
Gufran.A.Mas’adi,Fiqih Muamalah Konstektual,(Jakarta:PT.Raja Gravindo
Persada,2002),h.159
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kliring adalah perhitungan utang piutang antara para peserta secara terpusat di satu tempat dengan cara
saling menyerahkan surat-surat berharga dan surat-surat dagang yang telah ditetapkan untuk dapat
diperhitungkan dengan mudah dan aman, serta untuk memperluas dan memperlancar lalu lintas
pembayaran giral. Ada tiga jenis-jenis kliring yang ada di perbankan yaitu kliring umum, kliring lokal,
dan kliring antar cabang.Mekanisme Kliring terdiri dari dua yaitu kliring penyerahan adalah bagian dari
suatu siklus kliring guna memperhitungkan warkat atau DKE debet kliring penyerahan yang di tolak
berdasarkanalasan yang di tetapkan dalam ketentuan Bank Indonesia karena tidak sesuai dengantujuan
dan pesyaratan penerbitannya. Tranksaksi yang di proses fasilitas kliring meliputi transfer debet dan
transfer kredit yang disertai dengan pertukaran fisik warkat, baik warkat debet maupun warkat kredit
Bank Indonesia mempunyai tujuan tunggal yaknimencapai dan menjaga kestabilan nilai rupiah. Hal ini
mengandung dua aspek yaitu kestabilan nilai mata uang rupiah terhadap barang dan jasa yang
tercermin pada laju inflasi serta kestabilan nilai mata uang rupiah
tehadap mata uang negara lain yang tercemin pada perkembangan nilai tukar.
B. Saran
Memberikan pemahaman kepada karyawan tentang Mekanisme Kliring dan bagaimana Cara
memanfaatkan Sistem Kliring itu sendiri. Memotivasi karyawan untuk berlatih dalam pemakaian dalam
perangkat yang digunakan dalam Mekanisme Kliring tersebut. Memperhatikan hal-hal yang menjadi
faktor kelangsungan berjalanya Mekanisme Kliring tersebut. Dalam pelaksanaan Mekanisme Kliring
pada Bank Indonesia Provinsi Sumatera Barat sudah menjalankanya dengan sebagaimana mestinya,
untuk selanjutnya lebih ditingkatkan lagi. Penulis berharap agar semua pegawai dibagian sitem
pembayaran (kliring) pada Bank Indonesia Provinsi Sumatera Barat dapat menjalankan Mekanisme
Kliring dengan baik guna mencapai danmenjaga nilai mata.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Thamrin, Bank dan Lembaga Keuangan (Jakarta: Rajawali pers, 2017),

Hermansyah, Hukum Perbankan Indonesia (Jakarta: PRENADA MEDIA GROUP, 2005)

Zulkifli, Sunarto, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syari’ah (Jakarta: Zikrul Hakim, 2003)

Manan, Abdul, Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syari’ah Indonesia (Jakarta:
KENCANA, 2009),

Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Audit Intern Bank (Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2014)

Mulyati Sri, dan Ascarya, Kebijakan Sistem Pembayaran di Indonesia (BANK INDONESIA, 2017)

Afif, Faisal, dkk, Strategi dan Operasional Bank (PT ERESCO Anggota IKAPI, 1996)

Suyatno, Thomas dkk, Kelembagaan Perbankan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1999)

Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan (Depok: PT RAJA GRAFINDO PERSADA, 2014)

Zulkifli, Sunarto, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syari’ah (Jakarta: zikrul hakim, 2003)

Afif, Faisal, dkk, Strategi dan Operasional Bank (PT ERESCO Anggota IKAPI, 1996

Kuncoro, Mudrajad dan Suhardjono, Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi (Yogyakarta: BPTE
YOGYAKARTA, 2002)

Akhmad Mujahidin, Hukun Perbankan Syariah (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2014)

Toni,karyawan PT Bank Muamalat Pekanbaru,wawancara, Oktober 2012

Muhammad Syafi’I Antonio,Bank Syariah dari Teori ke Praktek,(Jakarta:Gema Insani,2001)

Gufran.A.Mas’adi,Fiqih Muamalah Konstektual,(Jakarta:PT.Raja Gravindo Persada,2002)

Malayu Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002)


Frederic S. Mishkin, Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan, ( Jakarta : Salemba
Empat.2010)

Anda mungkin juga menyukai