Anda di halaman 1dari 12

DRAFT PROPOSAL

Nama : FAISAL

Nim : 10539 0304 07

Fakultas : Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Jurusan : Pendidikan Fisika

Judul : Penerapan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan

(PAKEM) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas IX

SMA Muhammadiyah 9 Makassar.

A. LATAR BELAKANG

Pada Tahun 1999, UNESCO dan UNICEF bekerja sama dengan Depdiknas

dalam mengembangkan program CLCC (Creating Learning Communities for

Children) atau yang lebih dikenal dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

Dalam manajemen berbasis sekolah tersebut terdapat tiga komponen penting yang

diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran di lembaga pendidikan dan

meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, yaitu : (1) manajemen sekolah, yang

diharapkan sekolah dapat terbuka, adanya akuntabilitas, dan bersifat partisipatif, (2)

peran serta masyarakat, baik secara fisik dan nonfisik/teknik edukatif dan (3)

pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM), yang sesuai

dengan prinsip student centered learning.

PAKEM berasal dari konsep bahwa pembelajaran harus berpusat pada anak

(student centered learning) dan pembelajaran harus bersifat menyenangkan (learning

is fun), agar mereka termotivasi untuk terus belajar sendiri tanpa diperintah dan agar

mereka tidak merasa terbebani atau takut. Untuk itu maka aspek fun is learning
menjadi salah satu aspek penting dalam pembelajran PAKEM, disamping upaya

untuk terus memotivasi anak agar mengadakan eksplorasi, kreasi dan eksperimen

dalam pembelajaran.

Salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa adalah

pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM). PAKEM

adalah salah satu model pembelajaran yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh

siswa tanpa harus ada perbedaan status. Karena PAKEM tidak terlepas dari peran

guru sebagai motivator dalam memberikan dorongan semangat kepada peserta

didiknya. Guru hanya memberi pengarahan dan tuntunan saja, selebihnya peserta

didik yang bekerja menyelesaikannya.

PAKEM merupakan suatu pembelajaran yang terpusat pada siswa. Dalam

proses belajar mengajar siswa dituntut untuk belajar sendiri, sedangkan guru hanya

menjadi fasilitator saja. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri

dalam memecahkan masalah yang dihadapi dan mengungkapkan gagasannya.

Di samping itu, PAKEM adalah penerjemahan dari 4 pilar pendidikan yang

dicanangkan oleh UNESCO: (1) Learning to know, yaitu mempelajari ilmu

pengetahuan berupa aspek kognitif dalam pembelajaran, (2) Learning to do, yaitu

belajar melakukan yang merupakan aspek pengalaman dan pelaksanaannya. (3)

Learning tobe, yaitu belajar menjadi diri sendiri berupa aspek kepribadian dan

kesesuaian dengan diri anak, dan (4) Learning to life together, yaitu belajar hidup

dalam kebersamaan yang merupakan aspek sosial anak, bagaimana bersosialisasi,

dan bagaimana hidup toleransi dalam keberagaman yang ada disekeliling siswa.
PAKEM ini bertujuan untuk merubah paradigma dibidang pendidikan, seperti

yang dicanangkan oleh Depdiknas bahwa pendidikan di Indonesia saat ini harus

beranjak dari : (1) schooling menjadi learning, (2) instructive menjadi facilitative, (3)

government role menjadi community role, dan (4) centralistic menjadi decentralistic.

Ini berarti pada saat sekarang, pendidikan tidak hanya tanggung jawab lembaga

formal seperti sekolah, tapi sudah menjadi tanggung jawab semua pihak. Ini juga

berdasarkan pada tripusat pendidikan yang diciptakan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu

pendidikan di lembaga pendidikan, pendidikan di masyarakat dan pendidikan di

keluarga.

Perubahan paradigma juga harus terjadi bahwa pada kondisi sekarang ini, peran

guru harus menjadi seorang fasilitator yang dapat membantu siswanya dalam belajar,

bukan sekedar menyampaikan materi saja tanpa mengetahui apakah materi yang

disampaikan itu sudah bias dipahami oleh siswa atau belum. Perubahan paradigm

juga berkenaan dengan pengambilan keputusan. Dulunya, keputusan selalu ada

ditangan pemerintah pusat tanpa memperhatikan aspek yang terjadi di satuan

pendidikan, namun sekarang menjadi keputusan yang bisa diambil oleh masing-

masing satuan pendidikan dengan acuan yang telah diberikan oleh pemerintah pusat.

Tumbuhnya kesadaran terhadap pentingnya pengembangan media

pembelajaran dimasa yang akan datang harus dapat direalisasikan dalam praktik.

Banyak usaha yang dapat dikerjakan. Disamping memahami penggunaannya, para

guru pun patut berupaya untuk mengembangkan keterampilan “ membuat sendiri”

media yang menarik, murah dan efisien, dengan tidak menolak kemungkinan
pemanfaatan alat modern yang sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Hasil belajar fisika ditiap-tiap sekolah masih jauh dari rata-rata, salah satu

faktor utamanya adalah karena tidak adanya ketertarikan siswa terhadap pelajaran

fisika, disamping faktor lain diantaranya kualitas penyampaian materi yang

dibawakan oleh guru, kurangnya motivasi serta model pembelajaran yang digunakan

kurang tepat dan berkesan dihati dan pikiran para siswa.

Tidak adanya ketertarikan terhadap suatu pelajaran sangat berpengaruh

terhadap hasil belajar siswa. Pelajaran fisika yang selama ini merupakan pelajaran

yang paling banyak mendapat perhatian buruk dari siswa, karena mereka

menganggap pelajaran fisika adalah pelajaran yang sangat sulit untuk dipahami dan

merupakan pelajaran yang menakutkan. sehingga mereka kurang termotivasi untuk

belajar fisika.

Jadi, hal yang pertama yang harus dilakukan adalah bagaimana mengubah

persepsi siswa selama ini yang menganggap pelajaran fisika itu sulit untuk dipahami

dan menakutkan, menjadi pelajaran yang mudah dipelajari dan disenangi, serta selalu

membangun sikap positif. Ini merupakan tantangan tersendiri bagi guru sekolah

khususnya guru fisika dalam memberikan sajian-sajian materi yang dapat menarik

perhatian siswa untuk belajar fisika.

Oleh karena itu, dengan melihat fenomena yang penulis paparkan diatas,

maka penulis tertarik akan membahas tentang “Penerapan Pembelajaran Aktif

Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Fisika Siswa Kelas IX SMA Muhammadiyah 9 Makassar”.


B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah

yang diangkat adalah :

1. Seberapa besar hasil belajar fisika siswa kelas IX SMA Muhammadiyah 9

Makassar sebelum diajar melalui pembelajaran aktif kreatif efektif dan

menyenangkan (PAKEM)?

2. Seberapa besar hasil belajar fisika siswa kelas IX SMA Muhammadiyah 9

Makassar setelah diajar melalui pembelajaran aktif kreatif efektif dan

menyenangkan (PAKEM)?

3. Apakah terdapat peningkatan yang signifikan mengenai hasil belajar fisika

siswa kelas IX SMA Muhammadiyah 9 Makassar sebelum dan setelah diajar

melalui pembelajaran aktif kreatif efektif dan menyenangkan (PAKEM)?

C. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan, penelitian ini bertujuan

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa kelas IX SMA Muhammadiyah 9

Makassar sebelum diajar melalui pembelajaran aktif kreatif efektif dan

menyenangkan (PAKEM).

2. Untuk mengetahui hasil belajar fisika siswa kelas IX SMA Muhammadiyah 9

Makassar setelah diajar melalui pembelajaran aktif kreatif efektif dan

menyenangkan (PAKEM)

3. Untuk mengetahui terdapat peningkatan yang signifikan mengenai hasil

belajar fisika siswa kelas IX SMA Muhammadiyah 9 Makassar sebelum dan


setelah diajar melalui pembelajaran aktif kreatif efektif dan menyenangkan

(PAKEM).

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi siswa, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan inovatif

serta mampu mengembangkan dan meningkatkan hasil belajar fisika.

2. Bagi guru, sebagai bahan informasi dan masukan tentang langkah-langkah

pembelajaran aktif kreatif efektif dan menyenangkan untuk meningkatkan

hasil belajar fisika.

3. Bagi Sekolah, Penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik pada

sekolah sendiri dalam rangka perbaikan pembelajaran, sehingga dapat

mendorong peningkatan mutu pendidikan pada umumnya.

E. KAJIAN PUSTAKA

1. Hasil Belajar Fisika

Belajar dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh

perubahan tingkah laku, sebagai hasil dari pengalaman. dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, secara etimologis belajar memilki arti “berusaha memperoleh kepandaian

atau ilmu”.

Belajar juga adalah perubahan tingkah laku yang relatif permanen yang

dihasilkan oleh proses pengalaman. Tingkah laku yang dihasilkan dari kegiatan

belajar meliputi banyak hal, mulai dari masalah pengetahuan, keterampilan,

kecakapan, kreasi, hingga kemampuan merasakan.


Dapat diingat bahwa “belajar” pernah dipandang sebagai proses penambahan

pengetahuan. Bahkan pandangan ini mungkin hingga sekarang masih berlaku bagi

sebagian orang di negeri ini. Pandangan semacam itu tidak salah, akan tetapi masih

sangat parsial, terlalu sempit, dan menjadikan siswa sebagai individu-individu yang

pasif. Oleh sebab itu, pandangan tersebut perlu diletakkan pada perspektif yang lebih

wajar sehingga ruang lingkup substansi belajar tidak hanya mencakup pengetahuan,

tetapi juga keterampilan, nilai dan sikap.

“Belajar adalah perubahan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang secara keseluruhan sebagai hasil

pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

“Belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri

sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,

kepandaian, atau suatu pengertian.”

Dari definisi diatas, dapat dikemukakan adanya beberapa elemen yang

penting yang merincikan pengertian tentang belajar, yaitu bahwa (1) belajar

merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu dapat

mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan

mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. (2) belajar merupakan suatu

perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman, dalam artian bahwa

perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak

dianggap sebagai hasil belajar; seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri

seorang bayi. (3) untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif

mantap, harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang.
Berapa lama periode waktu itu berlangsung sulit dtentukan dengan pasti, tetapi

perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin

berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan ataupun bertahun-tahun. Ini berarti kita

harus mengenyampingkan perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh

motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang, yang

biasanya hanya berlangsung sementara. (4) tingkah laku yang mengalami perubahan

karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis,

seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah atau berfikir,

keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.

Jadi belajar adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan individu sehingga

menyebabkan terjadi perubahan dalam kebiasaan, pengetahuan, dan tingkah laku

untuk mencapai suatu tujuan.

Berdasarkan teori taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai

melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya

adalah: Ranah Kognitif, Ranah Afektif, dan Ranah Psikomotor.

Hasil belajar adalah hasil yang dicapai seseorang siswa yang telah mengikuti

proses belajar mengajar. Hasil pada dasarnya merupakan suatu yang diperoleh dari

suatu aktivitas. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dapat diketahui setelah

mengikuti proses belajar. Hasil belajar yang dicapai oleh seseorang dapat menjadi

indikator tentang batas kemampuan, kesanggupan, penguasaan seseorang terhadap

pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki orang itu dalam suatu pekerjaan.

Berdasarkan teori taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui
tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah:

Ranah Kognitif, Ranah Afektif, dan Ranah Psikomotor.

Menurut Bloom (Suprijono, 2009:6) hasil belajar mencakup kemampuan

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Untuk mengukur hasil belajar seorang siswa

umumnya mencakup beberapa aspek:

1. Kognitif

Aspek kognitif berkaitan dengan pengetahuan yang meliputi ingatan,

pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

a. Ingatan

Ingatan merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan

kembali tentang fakta, kejadian, defenisi, istilah, rumus, prinsip, dan

konsep yang telah dipelajari tanpa harus memahami atau dapat

menggunakannya. Misalnya, siswa mampu menjelaskan pengertian zat atau

molekul.

b. Pemahaman

Pemahaman merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti apa

yang sedang dikomunikasikan dan menggunakan gabungan beberapa

konsep atau prinsip terhadap kenyataan yang nyata. Misalnya, siswa

mampu menyebutkan perubahan wujud zat.

c. Penerapan

Penerapan merupakan kemampuan berfikir yang lebih tinggi dari

pada pemahaman.Jenjang penerapan merupakan kemampuan menggunakan

prinsip, teori, hukum, aturan maupun metode yang dipelajari pada situasi
baru. Misalnya, siswa mampu menyelesaikan soal perhitungan mengenai

usaha.

d. Analisis

Analisis adalah suatu usaha memilih integritas menjadi unsur-unsur

atau bagian-bagian sehingga jelas susunannya. Analisis merupakan

kemampuan untuk menganalisa atau merinci suatu situasi atau pengetahuan

menurut komponen yang lebih kecil atau lebih terurai dan memahami

hubungannya di antara bagian-bagian yang satu dengan yang lain.

Misalnya, siswa mampu mengetahui perubahan wujud zat.

e. Sintesis

Jenjang sintesis merupakan kemampuan untuk mengintegrasikan

bagian-bagian yang terpisah menjadi satu keselurahan yang terpadu, atau

menggabungkan bagian-bagian (unsur-unsur) sehingga terjadi pola yang

berkaitan secara logis, atau mengambil kesimpulan dari peristiwa. Peristiwa

yang ada hubungannya satu dengan yang lain. Misalnya, siswa mampu

merangkum materi wujud zat yang telah diajarkan.

f. Evaluasi

Evaluasi merupakan kemampuan tertinggi, apabila seseorang dapat

melakukan penelitian terhadap situasi nilai-nilai atau ide-ide. Evaluasi

adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari

segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materi berdasarkan

kriteria tertentu. Misalnya, guru memberikan tugas diakhir pembelajaran

mengenai wujud zat.


2. Afektif

Aspek afektif berkaitan dengan sikap,afektif akan tampak pada peserta

didik dalam tingkah laku seperti perhatian terhadap pelajaran, disiplin,

motivasi, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan lain-lain.

Misalnya, aktif dalam proses pembelajaran seperti siswa mengajukan

pertanyaan tentang wujud zat yang belum dimengerti.

3. Psikomotorik

Aspek psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan

bertindak individu yang terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing,

gerakan terbiasa, gerakan kompleks, dan penyesuaian pola gerakan, kreativitas.

Misalnya, siswa terampil melakukan eksperimen.

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa erat kaitannya dengan rumusan

pembelajaran yang direncanakan oleh guru sebelumnya. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, hasil belajar yang diartikan prestasi adalah hasil yang dicapai oleh

seseorang yang ditunjukkan oleh apa yang telah digunakan sebagai alat ukur untuk

melihat tingkat keberhasilan setelah melakukan usaha tertentu.

Menurut Gagne dan Driscoll (dalam skripsi Rosniar, 2012:13) hasil belajar

adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman

belajarnya. Ada tiga macam hasil belajar yakni (1) Keterampilan dan kebiasaan, (2)

Pengetahuan dan pengertian, (3) Sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan

dapat diisi dengan bahan yang diterapkan dengan kurikulum sekolah.

Hasil belajar fisika adalah kemampuan atau hasil terakhir yang diperoleh

anak sekolah melalui kegiatan belajar fisika, belajar itu sendiri merupakan suatu
proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perilaku yang

relatif menetap. Hasil belajar fisika merupakan puncak proses belajar, hasil belajar

tersebut terjadi karena evaluasi guru, untuk meningkatkan kemampuan dalam

memahami dan menerapkan konsep-konsep fisika setelah mengikuti proses belajar

mengajar.

Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud hasil belajar fisika dalam

tulisan ini adalah tingkat keberhasilan siswa menguasai bahan pelajaran fisika setelah

mengikuti proses pembelajaran.

F. KERANGKA PIKIR

Anda mungkin juga menyukai