Ellen Wewengkang
ABSTRAK
ABSTRACT
PENDAHULUAN
Berdasarkan WHO, setiap tahun terdapat kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta
bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di
Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa bayi
1
baru lahir (usia di bawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat satu bayi baru lahir yang
meninggal. Penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah bayi berat lahir
rendah (29%), asfiksia (27%), trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain dan
mengakibatkan kematian janin pada 0,5 per 1000 kehamilan dan cerebral palsy
gangguan pertukaran gas darah. Modalitas yang tersedia saat ini adalah berupa
amnion, fetal blood sampling, penilaian profil biofisik, terbentuknya caput pada
kepala janin dan lain-lain. (Ojha R et al., 2006, Dastur A, 2005, Wijayanegara H,
2004)
Beberapa penelitian tentang asam laktat untuk menilai kejadian asfiksia janin
asam laktat dengan nilai Apgar yang rendah. Pada penelitian yang dilakukan oleh
Giri NMA (2007) didapatkan hubungan bermakna antara hasil pemeriksaan pola
denyut jantung janin dengan kadar asam laktat arteri umbilikalis bayi baru lahir pada
kasus preeklamsia berat (p<0,05), namun pada penelitian yang dilakukan oleh
Khosal L (2009) pada persalinan normal tidak didapatkan hubungan yang bermakna.
(Mandang D et al., 2006, Giri NMA et al., 2007, Khosal L et al., 2009)
berupa substansi ang kental, berwarna kehijauan, dan terdiri dari sel epitel, lanugo,
mukus, dan sekresi interstinal seperti cairan empedu. Mekonium terdiri dari bagian
2
yang padat yaitu sekresi intestinal, sel mukosa, dan elemen padat cairan amnion,
Mekonium jarang ditemukan dalam cairan amnion pada kehamilan kurang dari 34
minggu, sehingga aspirasi mekonium utamanya terjadi pada bayi aterm dan
Metode penilaian yang umum digunakan untuk menilai kepekatan dari cairan
amnion tergantung dari observasi visual klinisi saat persalinan. Namun metode yang
lebih akurat dalam menilai kepekatan cairan amnion adalah dengan menggunakan
kelahiran dengan cara menganalisis denyut jantung janin dan kontraksi miometrium
secara kontinyu. Dengan cara ini diharapkan dapat mendeteksi tanda-tanda yang
tepat waktu. Kardiotokografi diindikasikan bila ditemukan denyut jantung janin dan
kardiotokografi untuk pemantauan janin secara rutin pada wanita-wanita hamil tanpa
3
dengan kardiotokografi untuk berakhir dengan penggunaan alat (forseps, ekstraksi
vakum) atau seksio sesarea. (Alfirevic Z et al., 2006, Cunningham F et al., 2005c)
hubungan antara kadar mekonium dalam cairan amnion dan hasil pemeriksaan
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di RSIA Siti Fatimah Makassar pada 50 ibu inpartu
pada kehamilan aterm. Pemeriksaan sampel cairan amnion dilakukan di Balai Besar
saat inpartu kala I fase aktif, pengambilan sampel cairan amnion dan pemeriksaan
kadar asam laktat arteri umbilikalis bayi baru lahir setelah diklem dan digunting.
Cairan amnion diambil pada saat bayi lahir dengan semprit steril sebanyak 5
cc. lalu disimpan pada suhu 2-8 ˚C untuk dibawa ke LABKES. Sampel disentrifus
dengan kecepatan 1500 rpm selama 30 menit, kemudian diencerkan dengan NaCl
mengambil sampel darah arteri tali pusat janin sebanyak 5 L dengan semprit 1
cc. Keluarkan sampel darah sedikit pada ujung semprit, lalu sentuhkan pada ujung
4
test strip Lactate. Dalam 60 detik hasil akan ditampilkan pada layar monitor alat
Lactate Pro.
Data diuji dengan menggunakan uji korelasi Spearman Rho dengan tingkat
kemaknaan 0,05. Hasil analisis disajikan dalam tabel disertai dengan penjelasan.
HASIL PENELITIAN
Pada tabel 1 diketahui bahwa rerata umur ibu pada penelitian ini adalah
26,7±7,1 tahun, terbanyak pada kelompok umur 20-35 tahun yaitu sebanyak 33
(66%) pasien dengan latar belakang pendidikan terbanyak pada kelompok SMA
yaitu 26 (52%) pasien. Paritas ibu dibagi menjadi 2 kelompok yaitu primipara 34
(68%) pasien dan multipara 16 (32%). Rerata berat badan lahir bayi adalah
3083±401,7 gram, sebanyak 46 (92%) bayi pada kelompok 2500-4000 gram. Hasil
skor APGAR menit pertama terbanyak pada kelompok dengan skor APGAR ≥ 7,
Jumlah pasien 50
Umur-tahun (mean±SD) 26,7 ± 7,1
< 20 tahun 9 (18%)
20 – 35 tahun 33 (66%)
> 35 tahun 8 (16%)
Pendidikan
SD 6 (12%)
SMP 15 (30%)
SMA 26 (52%)
Perguruan Tinggi 3 (6%)
Paritas
Primipara 34 (68%)
Multipara 16 (32%)
Berat Badan Lahir – gram 3083 ± 401,73
(mean±SD) 3 (6%)
< 2500 gram 46 (92%)
2500 – 4000 gram 1 (2%)
> 4000 gram
Skor APGAR menit pertama 7,46 ± 0,86
(mean±SD) 7 (14%)
<7 43 (86%)
≥7
5
amnion yang mengandung mekonium, terbanyak pada kelompok jernih yaitu 24
gr/l dan terbanyak adalah pada kadar mekonium <5 gr/l yang dikelompokkan
sebagai tipis pada 41 (82%) sampel. Kadar asam laktat darah arteri umbilikalis yang
diperiksa dengan Lactate ProTMLT1710 segera setelah bayi lahir diperoleh rerata
3,716 ± 1,46 mmol/l, sebagian besar pada kelompok kadar asam laktat normal yaitu
normal. Tampak pula bahwa ada 6 (15%) pasien dengan hasil pemeriksaan
kardiotokografinya CST normal yang kadar asam laktat arteri umbilikalis bayi baru
lahir >4,8 mmol/l. Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang bermakna
antara hasil pemeriksaan kardiotokografi intrapartum dan kadar asam laktat arteri
umbilikalis.
6
Tabel 3. Analisis hasil pemeriksaan kardiotokografi dibandingkan dengan
kadar asam laktat arteri umbilikalis bayi baru lahir
Kardiotokografi
Kadar
CST normal CST
Asam P
indeterminate
Laktat
N % n %
Normal 31 77,5 3 30
Prelaktemia 3 7,5 2 20 0,003
*
Laktemia 6 15 5 50
*Spearman rho
Tabel 4 menunjukkan pada warna cairan amnion yang dinilai secara visual oleh
penolong sebagai jernih, terdapat 21 (87,5%) pasien dengan kadar asam laktat arteri
umbilikalis normal. Sebanyak 3 (12,5%) pasien dengan warna cairan amnion yang
dinilai secara visual oleh penolong sebagai jernih yang kadar asam laktat arteri
umbilikalis bayi baru lahir >4,8 mmol/l. Hasil uji statistik menunjukkan adanya
hubungan yang bermakna antara warna cairan amnion dan kadar asam laktat arteri
Tabel 4. Analisis warna cairan amnion dibandingkan dengan kadar asam laktat
arteri umbilikalis bayi baru lahir
Kardiotokografi
Kadar
CST normal CST
Asam P
indeterminate
Laktat
N % n %
Normal 31 77,5 3 30
Prelaktemia 3 7,5 2 20 0,003
*
Laktemia 6 15 5 50
*Spearman rho
Pada tabel 5, tampak 32 (78%) pasien dengan kadar mekonium dalam cairan
amnion tipis menunjukkan kadar asam laktat normal. Sebanyak 5 (12,2%) pasien
dengan kadar mekonium dalam cairan amnion yang tipis menunjukkan kadar asam
laktat arteri umbilikalis bayi baru lahir >4,8 mmol/l. Hasil uji statistik menunjukkan
7
adanya hubungan yang bermakna antara kadar mekonium dalam cairan amnion
*Spearman rho
terdapat 35 (87,5%) pasien dengan kadar mekonium dalam cairan amnion tipis.
PEMBAHASAN
saat inpartu kala I fase aktif, pengambilan sampel cairan amnion dan pemeriksaan
kadar asam laktat arteri umbilikalis bayi baru lahir setelah diklem dan digunting.
8
dilakukan oleh Farid IA, Mandang D, Khosal L di Makassar juga diperoleh kelompok
Berdasarkan paritasnya subyek penelitian terdiri dari 68% primipara dan 32%
multipara. (Farid IA, 2006, Mandang D et al., 2006, Khosal L et al., 2009)
menunjukkan 86% bayi lahir dengan nilai skor APGAR menit pertama >7. Rerata
berat badan bayi lahir adalah 3083+401,73 gram menunjukkan hasil luaran yang
kriteria berat badan bayi aterm (umur kehamilan ≥ 38 minggu) adalah sekitar 2900
77% persalinan dengan CST normal yang mempunyai kadar asam laktat normal.
dengan kadar asam laktat yang laktemia sebesar 50%. Persalinan dengan hasil
intrauterin dan pada pemeriksaan ulangannya didapatkan hasil CST normal. Hasil-
antaranya didapatkan adanya baseline di atas 160 dpm, deselerasi variabel ataupun
bermakna.
kardiotokografi, terjadi proses inpartu kala I atau kala II yang memanjang yang
9
Hipoksia yang dialami janin dapat menyebabkan perubahan pola denyut
jantung janin. Perubahan pola denyut jantung inilah yang terbaca oleh
asfiksia adalah 93% dengan nilai prediksi positif 18,1% dan nilai prediksi negatif
98,3% pada kehamilan aterm inpartu. Ini berarti bahwa gambaran kardiotokografi
yang abnormal dapat memprediksi asidosis dan asfiksia pada janin. Giri NMA
dan 60%, sedangkan spesifisitasnya adalah 100% dan 97,8%, dengan demikian
dengan panjang gelombang 420 nm diperoleh rerata 3,39+1,68 gr/dl. Penelitian ini
66,7% cairan amnion dengan kadar mekonium sedang yang kadar asam laktat arteri
umbilikalisnya > 4,8 mmol/l. Berdasarkan warna cairan amnion yang dinilai secara
visual oleh penolong, terdapat 41,7% cairan amnion yang dinilai sebagai tebal yang
kadar asam laktatnya > 4,8 mmol/l. Analisis kadar mekonium dalam cairan amnion
dan analisis warna cairan amnion dibandingkan dengan kadar asam laktat arteri
visual bermakna secara statistik. Dengan demikian, penilaian secara visual dapat
10
menjadi modalitas tambahan yang praktis untuk pemantauan kesejahteraan janin.
Pada kadar mekonium dalam cairan amnion yang tipis ditemukan 12,2% yang
ternyata menunjukkan keadaan laktemia. Hal ini bisa terjadi akibat proses
penekanan kepala pada kala II yang dapat menyebabkan stress pada janin namun
Salah satu kelemahan dari penelitian ini adalah pengambilan sampel cairan
pecah. Hal ini dapat menerangkan ditemukannya 22,2% sampel dengan kadar
mekonium dalam cairan amnion sedang, namun normolaktemia. Keadaan ini dapat
terjadi pada pengambilan cairan amnion pada saat kala II, ketika cairan amnion
mekonium dalam cairan amnion, ditemukan 87,5% pasien dengan CST normal dan
kadar mekonium dalam cairan amnion tipis. Uji statistik menunjukkan adanya
hubungan yang bermakna. Dari hasil ini, tampak adanya kesesuaian dari kedua
modalitas tersebut.
ataupun kadar asam laktat, terutama bila terdapat resiko-resiko, yang di antaranya
11
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
2. Semakin tebal warna cairan amnion, semakin tinggi kadar asam lakat arteri
3. Semakin tinggi kadar mekonium dalam cairan amnion, semakin tinggi kadar
B. Saran
mengukur kadar mekonium dalam cairan amnion dan alat pengukur kadar asam
kardiotokografi, kadar mekonium dalam cairan amnion dan kadar asam laktat
DAFTAR PUSTAKA
12
ANONYM (2008) Pelatihan asuhan persalinan normal bahan tambahan inisiasi
menyusu dini dalam Buku panduan peserta JNPK-R, Jakarta
DASTUR, A. (2005) Intrapartum fetal distress. J Obstet Gynecol India, 55(2) 115-
117.
GIRI, N. M. A., MANOE, I. M. & LUKAS, E. (2007) Hubungan pola denyut jantung
janin pada preeklamsia berat dengan hasil luarannya. Obstetri dan
Ginekologi. Makassar, Universitas Hasanuddin.
KHOSAL, L., MOELJONO, E. & LUKAS, E. (2009) Analisis kadar mekonium cairan
amnion dan kadar asam laktat pada persalinan normal. Obstetri dan
Ginekologi. Makassar, Universitas Hasanuddin.
13
LOW, J., VICTORY, R. & DERRICK, E. (1999) Predictive value of electronic fetal
monitoring for intrapartum fetal asphyxia with metabolic acidosis. Obstet
Gynecol, 93(2) 285-291.
MANDANG, D., MANOE, I. M. & TIRO, E. (2006) Hubungan KTG abnormal dengan
peningkatan kadar asam laktat bayi baru lahir. Obstetri dan Ginekologi.
Makassar, Universitas Hasanuddin.
MOODY, J. (2003) Fetal growth and wellbeing in Antenatal care routine care for the
healthy pregnant woman, London, RCOG Press.107
OJHA, R., SINGH, S., BASTRA, S., SREENIVAS, S. & PULIYER, J. (2006) Lactate :
creatinine ratio in babies with the meconium staining of amniotic fluid : a case
control study. BMC Pediatrics, 613.
PARK, S. K. & SHIN, S. H. (2002) Newly developed mecometer method for objective
assessment of meconium content. J Korean Med Sci, 1715-17.
TUCKER, S. (2005) Instrumen pemantauan denyut jantung janin dan aktivitas uterus
dalam Seri pedoman praktis pemantauan dan pengkajian janin, Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran.21-61
14
WALLACE, E., DOWD, J., ELLWOOD, D., et al. (2009) Intrapartum fetal surveillance
- clinical guidelines, Melbourne, The Royal Australian and New Zealand
College of Obstetricians and Gynecologysts.11-12
15