Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Langkah kerja penelitian ini meliputi beberapa tahap. Tahap pertama yaitu tahap
penyemaian yaitu dengan merendam biji dalam larutan fungisida selama 1 jam kemudian
dikeringanginkan setelah itu biji disemai pada polybag kecil berisi media tanam 100 gram
dengan perbandingan tanah dan pupuk kandang 2:1. Tahap selanjutnya adalah tahap
menumbuhkan tanaman tomat dengan cara memindahkan tanaman tomat yang sudah
berusia 30 hari ke polybag berisi media tanam yang telah disiapkan dengan perbandingan
tanah dan pupuk kandang 1:1. Pengendalian hama dilakukan dengan menyemprotkan
insektisida yang konsentrasinya 0,2 ml/L. Tanaman disiram 2 kali sehari tiap pagi dan
sore. Tahap ketiga, yaitu aplikasi hormon giberelin dilakukan pada saat bunga hari ke-3
dengan cara mencelupkan bunga kedalam larutan giberelin dengan konsentrasi 0 ppm, 60
ppm, 80 ppm dabn 100 ppm selama 5 detik pada pagi hari. Pencelupan dilakukan 2 kali
dengan selang waktu 24 jam. Tahap terakhir adalah tahap pemanenan buah dilakukan jika
buah sudah berwarna merah dan tangkainya coklat, yakni sekitar ±60 HST.
Hasil
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa pemberian hormon
giberelin pada berbagai konsentrasi yaitu 0 ppm, 60 ppm, 80 ppm dan 100 ppm mampu
menghasilkan buah yang partenokarpi ditinjau dari parameter yang diukur berupa bobot
buah dan bobot biji. diketahui hasil pembentukan buah partenokarpi terbesar ditunjukkan
pada konsentrasi 100 ppm dengan nilai rerata buah 81,07 gram, sedangkan hasil
pembentukan buah terkecil ditunjukkan pada konsentrasi 0 ppm dengan rerata bobot buah
sebesar 57,47 gram. Dari hasil ANAVA satu arah diperoleh hasil nilai F hitung yang
lebih besar dari F tabel yakni 557,185 > 3,10 sehingga dapat diketahui bahwa pemberian
hormon giberelin dalam berbagai konsentrasi berpengaruh signifikan terhadap
pembentukan buah tomat varitas tombatu F1 secara partenokarpi. Analisis data kemudian
dilanjutkan dengan uji Duncan.
Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, bobot buah dan bobot biji sangat
dipengaruhi oleh pemberian hormon giberelin dalam konsentrasi yang berbeda. Pada
penelitian ini didapatkan hasil bahwa pemberian hormon giberelin menunjukkan hasil
yang berbeda nyata pada setiap konsentrasi yang diberikan. Pada konsentrasi 100 ppm
didapatkan bobot buah terbesar dan bobot biji terkecil, sedangkan untuk perlakuan
kontrol (0 ppm) menghasilkan buah dengan bobot terkecil dan bobot biji terbesar.
Perlakuan dengan konsentrasi 100 ppm memberikan hasil yang paling baik dibandingkan
dengan perlakuan konsentrasi 0 ppm, 60 ppm 80 ppm.
Hormon tumbuhan adalah senyawa organik yang disintesis di salah satu bagian
tumbuhan dan dipindahkan ke bagian lain yang dapat menimbulkan respon fisiologis
dalam konsentrasi yang sangat rendah. Hormon pertumbuhan meliputi auksin, giberelin,
sitokinin, etilen dan asam absisat. Hormon pertumbuhan yang diproduksi dari dalam
tumbuhan disebut hormon endogen. Hormon endogen ini disintesis pada jaringan
meristematik antara lain daun, primordium cabang, akar dan biji yang sedang
berkembang sedangkan hormon eksogen adalah zat pengatur tumbuh yang disintesis di
luar tubuh tumbuhan (Salisbury and Ross, 1995).
Giberelin merupakan senyawa isoprenoid (diterpenoid) yang merupakan turunan
dari rangka ent-giberelan. Senyawa ini disintesis dari unit-unit asetat yang berasal dari
asetil-KoA melalui jalur asam mevalonat. Pada daun, primordium cabang, ujung akar dan
biji yang sedang berkembang banyak disintesis hormon giberelin. Pada tubuh tanaman,
pengangkutan hormon giberelin dilakukan secara difusi melalui floem maupun xylem
bukan melalui transport polar seperti halnya auksin. Giberelin sangat berpengaruh
terhadap sifat kerdil genetik (genetic dwarfism), pembungaan, partenokarpi, mobilisasi
karbohidrat selama perkecambahan, dan aspek fisiologi lainnya. Perpanjangan sel,
pembentukan RNA baru, aktivitas kambium serta sintesa protein juga didukung oleh
kerja hormon giberelin (Salisbury dan Ross, 1995).
Kesimpulan
Pemberian hormon giberelin dalam berbagai konsentrasi (0 ppm, 60 ppm, 80 ppm dan
100 ppm) menunjukkan adanya perbedaan bobot buah dan bobot biji buah tomat varitas
tombatu F1. Konsentrasi terbaik hormon giberelin adalah 100 ppm yang ditunjukkan
dengan bobot buah sebesar 81,07 ± 1,59 gram dan bobot biji sebesar 0,05 ± 0,010 gram.
Rancangan Penelitian
1. Persiapan Lahan
2. Penyemaian
3. Penanaman
4. Pemeliharaan
5. Pemberian Hormon Giberelin
6. Panen
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil sidik ragam konsentrasi hormon giberelin menunjukkan tidak
berbeda nyata terhadap rata-rata tinggi tanaman okra umur 3 dan 5 MST, tetapi
menunjukkan sangat berbeda nyata terhadap rata-rata tinggi tanaman okra umur 7 MST.
Pengamatan tinggi tanaman okra umur 3 MST menunjukkan tidak terdapat
pengaruh yang nyata. Hal ini diduga karena faktor genetik yang berasal dari tanaman
sehingga tidak memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman umur 3 MST. Pernyataan
tersebut sesuai dengan pendapat Gardner dalam Arifin (2011), faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan secara luas dapat dikategorikan sebagai faktor eksternal (lingkungan) dan
faktor internal(genetik). Salah satu faktor internal yaitu pengaruh langsung gen, dimana
dalam hal ini tinggi dari tanaman okra umur 3 MST.
Perlakuan konsentrasi hormone giberelin memberikan pengaruh yang sangat nyata
terhadap tinggi tanaman okra pada umur 7 MST. Pada konsentrasi yang diberikan
menunjukkan kenaikan data rata-rata tinggi tanaman bila dibandingkan dengan parameter
tinggi tanaman sebelumnya.Kenaikan tersebut diduga karena telah berfungsinya hormon
giberelin pada tanaman
okra. Hal tersebut didasarkan oleh pendapat Zein (2007), bahwa gibereln memacu
pertumbuhan sel. Mayeni (2007), juga menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi
yang diberikan maka semakin bertambah tinggi bibit kina. Ditambahkan oleh pendapat
Dwidjosaputra (1997), giberelin menyebabkan tinggi tanaman 3 sampai 5 kali tinggi
optimal. Kusuma (2009), menyatakan pembelahan sel distimulasi oleh aktifnya amilase
menghidrolisis pati menjadi gula tereduksi sehingga konsentrasi gula meningkat akibat
tekanan osmotik juga meningkat. Peningkatan tekanan osmotik di dalam sel
menyebabkan air mudah masuk ke dalam sel sehingga dapat melakukan segala proses
fisiologis dalam sel tanaman sehingga dapat memacu pertumbuhan sel yang
menyebabkan pertumbuhan tinggi tanaman semakin baik. Dalam penelitan Yeni
(2012),induksi giberelin 200 ppm memberikan pertumbuhan tanaman cabai yang paling
baik.
Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah : Perlakuan G2 (hormon giberelin dengan
konsentrasi 200 ppm) menunjukkan pertumbuhan dan hasil yang terbaik pada tanaman
okra, karena menghasilkan berat buah per petak yaitu 971,333 gram/petak.
Jurnal 3 : RESPON PEMBERIAN HORMON TUMBUH DAN MIKORIZA
TERHADAP PERTUMBUHAN STEK RAMIN (GONYSTYLUS BANCANUS (MIQ.)
KURZ)
Pendahuluan
Ramin (Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz.merupakan tumbuhan kehutanan yang
dikategorikan sebagai jenis terancam dengan status rawan (IUCN,2008) karena
penyebarannya bersifat endemik dan tingkat eksploitasinya yang tinggi. Tumbuhan ini
terdistribusi di Semenanjung Malaysia bagian selatan, Sumatera, Bangka dan Kalimantan
(Airy-Shaw, dalam Steenis, 1954). Kayu ramin telah diekploitasi dan dikenal di pasaran
baik lokal maupun ekspor, akibatnya, kayu ramin diduga hampir punah,dan untuk
mengontrol populasinya pemerintah telah mengusulkan kayu ramin ke dalam APENDIX
II CITES yaitu jenis yang dalam perdagangannya dilakukan pengawasan ketat terhitung
sejak tahun 2001. Melalui Keputusan Menteri Kehutanan No 121/Kpts- V/2001
dilakukan penghentian sementara (moratorium) kegiatan penebangan dan perdagangan
dan keputusan tersebut masih berlaku sampai sekarang tahun 2011 (Rotinsulu, 2002).
Bahan dan Cara kerja
Bahan penelitian berupa stek pucuk yang diperoleh dari bibit ramin berumur 1 tahun hasil
semai dari biji yang diperoleh dari Jambi.
Percobaan tahap I: Perlakuan hormon tumbuh terhadap pertumbuhan stek ramin
Percobaan tahap II: penyapihan stek ke media tanam dengan perlakuan mikoriza
Tiap perlakuan dengan 5 ulangan. Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman,
jumlah daun
baru, panjang daun, lebar daun, luas daun, bobot basah daun, bobot kering daun, jumlah
akar, panjang akar, bobot basah akar dan bobot kering akar. Pengukuran dilakukan 10
bulan setelah tanam. Pengukuran luas daun menggunakan Leaf Area Index.
Hasil dan Pembahasan
Hasil pengamatan setelah 3 bulan menunjukkan bahwa semua perlakuan hormone
tumbuh maupun kontrol (tanpa hormon) mampu berakar dengan persentase 80%. Semua
perlakuan menghasilkan daun baru kecuali perlakuan IBA 250 mg/l. Hasil ini lebih baik
jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilaporkan oleh Rotinsulu (2002) bahwa
pertumbuhan stek pucuk ramin yang dipelihara di bedengan tabur dalam sungkup selama
3 bulan, dari 144 stek yang tumbuh dan hidup hanya 13 stek (9%). Keberhasilan stek
pucuk dipengaruhi oleh faktor luar (umur bahan stek, kondisi fisiologi stek dan
sebagainya) dan faktor dalam (media tumbuh, suhu, kelembaban, intensitas cahaya dan
hormon pengatur tumbuh (Na’iem, 2000).
Prinsip kerja dari mikoriza adalah menginfeksi sistem perakaran tumbuhan inang,
memproduksi jalinan hifa secara intensif sehingga tumbuhan yang mengandung mikoriza
tersebut akan mampu meningkatkan kapasitas dalam penyerapan unsur hara (Iskandar,
2002). Menurut Husna et al., (2007) respon pertumbuhan akar jati di kabupaten Muna,
Provinsi Sulawesi Tenggara terhadap aplikasi mikoriza mengalami peningkatan sebesar
107%-148% (pada variabel tinggi bibit) dan 270%-1122% (berat kering total semai) bila
dibandingkan dengan kontrol pada skala persemaian. Dengan memasukkan satu tablet
pada tiap bibit tumbuhan dapat memacu pertumbuhan dua sampai tiga kali lebih baik
daripada tumbuhan yang tidak ditulari.
Kesimpulan
Ramin dapat diperbanyak dengan stek pucuk dari tumbuhan muda umur 1 tahun karena
mampu menghasilkan akar dan daun, meskipun tanpa penambahan zat pengatur tumbuh
yaitu 80% berakar dan 60% berdaun baru.Perlakuan beberapa hormon tumbuh
berpengaruh nyata terhadap jumlah akar dan panjang akar stek ramin. Root Up
menghasilkan jumlah akar paling banyak (12,83) dan berbeda nyata dengan kontrol
(6,33). Rapid root menghasilkan ukuran akar paling panjang (9,72 cm) dan berbeda nyata
dengan kontrol (3,78 cm).
Jurnal 4 : Effect of Different Concentrations of IBA (Indulebutyric Acid) Hormone and
Cutting Season on the Rooting of the Cuttings of Olive (Olea Europaea Var Manzanilla).
Jurnal 5 : Stimulatory Effect of gibberellic acid and benzyladenine on Growth and
Photosynthetic pigments of Ficus benjamina L. Plant