“We cannot always build a future for our youth, but we can always build our youth for the
future” (Franklin D. Roosevelt)
Pendahuluan
Menjelang pelantikan Kabinet Indonesia Maju 2019-2024 di grup whatsapp banyak
beredar nama-nama sebagai calon menteri. Salah satu yang menjadi sorotan adalah calon
Mendikbud. Banyak nama yang mencuat untuk menduduki pos strategis ini. Sebagaimana era-era
sebelumnya maka prediksi akan jatuh pada nama dengan sederet gelar. Baik itu profesor, doktor,
usianya matang dengan segudang pengalaman atau juga tokoh hebat di dunia pendidikan. Namun
diluar dugaan, yang dilantik tidaklah memenuhi syarat-syarat tersebut. Amanah mulia ini jatuh
pada sang inovator, seorang muda yang bertalenta, seorang bos salah satu startup yang mencapai
status decacorn dunia, ialah Nadiem A. Makarim.
Sosoknya makin melejit usai pelantikan. Mas menteri ini menjadi viral. Segudang asa
tertumpu padanya. Namun, pertanyaan besar pun juga menjadi keraguan tersendiri. Mampukah ia
membawa kapal besar yang kini tidak hanya menaungi pendidikan usia dini, pendidikan dasar
dan menengah saja, namun juga pendidikan tinggi sebagai bentuk restrukturisasi organisasi dari
Kemristekdikti.
Jargon pertama yang beliau gaungkan adalah “Guru Penggerak”. Bagaimana guru
menjadi sosok penggerak bagi sekitarnya, guru yang senantiasa menghadirkan pengalaman riil
bagi siswanya, guru yang haus akan ilmu sehingga terus menerus mengupgrade diri agar lebih
maju, dan guru yang selalu dan selalu berinovasi serta mengajak siswa untuk melakukan mini
projects sesuai dengan karakteristik siswanya.
Tak lama berselang, tepat pada 11 Desember 2019 di hotel Birawa Assembly Hall
Bidakara Hotel Jakarta, di hadapan pejabat Kemdikbud dan para kepala Dinas Pendidikan se-
Indonesia, Mas Menteri melaunching kebijakan “Merdeka Belajar”. Ada 4 gebrakan perubahan
sebagai starting point program ini. Apa saja starting point tersebut? Bagaimana arah program ini?
Terkait hal ini, akan kita kaji lebih mendalam pada tulisan berikut ini.
Penutup
Pada era kekinian, memang yang lebih dibutuhkan adalah pemimpin yang inovator,
pemimpin yang mampu berpikir out of the box, emimpin yang tahu akan masa depan dan mampu
membawa kita menuju masa depan itu. Semoga Mendikbud yang baru mampu mengemban
amanah ini dan gebrakan-gebrakan nyata bagi pendidikan akan membawa perubahan positif bagi
kemajuan bangsa.
4 starting point tersebut merupakan awal untuk menuju kemerdekaan dalam belajar.
Kebijakan ini bukanlah final untuk 5 tahun ke depan. Bahkan ini masih ronde pertama, akan ada
lagi gebrakan-gebrakan besar pada ronde-ronde berikutnya. Muaranya tentu sejalan dengan arah
pembangunan manusia yaitu SDM unggul yang akan menghantarkan pada Indonesia maju. Poin
penting lain yang tidak boleh dilupakan yaitu arah pendidikan kita. Pendidikan bukanlah sekedar
wahana untuk mencerdaskan bangsa, tetapi juga sebagai sarana untuk mengembangkan
kreativitas menuju bangsa yang beradab, berkarakter, dan berbudi luhur.
Otonomi pendidikan amat diperlukan untuk mengakomodir keragaman kemampuan dan
karakeristik siswa kita. Untuk mengingatkan kembali adanya keragaman siswa dan bagaimana
seharusnya asesmen tersebut dikembangkan, saya hadirkan quote dari Albert Einstein “Everyone
is a genius. But if you judge a fish by its ability to climb a tree, it will live its whole life believing
that it is stupid”.
Semoga kemerdekaan dalam belajar bukan slogan semata, namun bisa menjadi nyata.
Marilah dari kita menjadi agen-agen penggerak bagi kemajuan pendidikan, karena pendidikan
merupakan pembangun peradaban suatu negara.
#GuruPenggerak
#GuruAgenPerubahan
#MerdekaBelajar