Anda di halaman 1dari 13

Nama : Ajid Bagus Mahisna Mata kuliah : Inovasi Pembelajaran

NPM : 16120379 Dosen Pengampu : Ary Widyaningrum, S.Pd.,M.Pd,


Kelas : 5I/PGSD

NO PEMBEDA PROJECT BASE LEARNING PROBLEM BASE LEARNING AUTENTIK

1 DESKR5IPSI PjBL adalah Model pembelajaran yang Pembelajaran berbasis proyek Pembelajaran otentik (authentic
berpusat pada siswa dengan (PBL) merupakan metode learning) adalah sebuah
menggunakan proyek sebagai metode belajar yang menggunakan pendekatan pembelajaran yang
pembelajaran. Para siswa bekerja secara masalah sebagai langkah awal memungkinkan siswa menggali,
nyata mengaplikasikan konsep, seolah- dalam pengumpulan dan mendiskusikan, dan membangun
olah ada di dunia nyata dengan mengintegrasikan pengetahuan secara bermakna konsep-konsep
mengeksplorasi dan memecahkan baru berdasarkan dan hubungan-hubungan, yang
masalah sehingga dapat menghasilkan pengalamannya melibatkan masalah nyata dan
produk secara realistis dalamberaktivitas secara nyata. proyek yang relevan dengan
PBL dirancang untuk digunakan siswa (Donovan, Bransford &
pada permasalahan komplek Pallegrino, 1999). Istilah
yang diperlukan pelajaran dalam ‘otentik’ berarti asli, sejati, dan
melakukan investigasi dan nyata (Webster’s Revised
memahaminya. Berikut Unabridged Dictionary, 1998).
pengertian PBL menurut Pembelajaran ini dapat
beberapa ahli. digunakan untuk siswa pada
semua tingkatan kelas, maupun
siswa dengan berbagai macam
tingkat kemampuan.

2 SINTAK Tahap PjBL menurut The George Tahapan perencanaan proyek Real-world Relevance. Aktivitas
Lucas EducationFoundation dan otentik dibuat sedekat mungkin
Dopplet. Sintaks PjBL dalam Adapun langkah – langkah sesuai dengan tugas profesional
Kemdikbud, 2014, hlm. 34 adalah : perencanaan tersebut adalah di dunia nyata. Pembelajaran
sebagai berikut : meningkat mendekati kenyataan,
Fase 1 : Penentuan pertanyaan dengan meminta peserta didik
mendasar (start with essential question) 1. Merumuskan tujuan
pembelajaran yang ingin untuk bekerja secara aktif
Pembelajaran dimulai dengan dicapai dengan konsep-konsep abstrak,
pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan mempelajari fakta, dan
yang dapat memberi penugasan siswa 2. Menentukkan topik yang akan kemudian mempelajari kondisi
dalam melakukan suatu aktivitas. dibahas budaya sosial dari berbagai
Pertanyaan disusun dengan mengambil disiplin.
topik yang sesuai dengan realitas dunia 3. Mengelompokan siswa dalam
nyata dan dimulai dengan sebuah kelompok – kelompok kecil Ill-defined Problem. Tantangan
investigasi mendalam. Pertanyaan yang berjumlah 4 – 5 orang dengan tidak boleh dibuat untuk mudah
disusun hendaknya tidak mudah untuk tingkat kemampuan beragam dipecahkan. Aktivitas belajar
dijawab dan dapat mengarahkan siswa
untuk membuat proyek. Pertanyaan 4. Merancang dan menyusun otentik relatif terdiri dari tugas-
seperti itu pada umumnya bersifat tugas kompleks yang harus
LKS
terbuka (divergen), provokatif, diselesaikan dan terbuka untuk
menantang, membutuhkan keterampilan 5. Merancang kebutuhan sumber beberapa interpretasi, yang
berpikir tingkat tinggi (high order belajar meminta peserta didik untuk
thinking), dan terkait dengan kehidupan 6. Menetapkan rancangan mengidentifikasi sendiri sub-sub
siswa. Guru berusaha agar topik yang penilaian tugas untuk dapat mengerjakan
diangkat relevan untuk para siswa. tugas utama.
Tahap pelaksanaan
Fase 2: Menyusun perencanaan proyek Sustained Investigation.
(design project) Siswa dalam masing – masing Permasalahan tidak dapat
kelompok melaksanakan proyek diselesaikan hanya dalam
Perencanaan dilakukan secara dengan melakukan investigasi
kolaboratif antara guru dan siswa. atau hitungan menit atau jam.
berpikir dengan Sebaliknya, kegiatan-kegiatan
Dengan demikian siswa diharapkan
kemampuannya berdasarkan otentik teridiri dari masalah
akan merasa “memiliki” atas proyek
tersebut. Perencanaan berisi tentang pada pengalaman yang dimiliki. kompleks yang harus
aturan main, pemilihan kegiatan yang Kemudian diadakan diskusi diinvestigasi oleh peserta didik
dapat mendukung dalam menjawab kelompok. Sementara guru dalam jangka waktu yang
pertanyaan penting, dengan cara membimbing siswa yang berkelanjutan. Masalah-masalah
mengintegrasikan berbagai materi yang mengalami kesulitan dengan
mungkin, serta mengetahui alat dan betindak sebagai fasilitator. yang ada pada aktivitas belajar
bahan yang dapat diakses untuk otentik, memerlukan tingkat
membantu penyelesaian proyek. Tahap penilian pemikiran dan alokasi waktu
yang berkelanjutan.
Fase 3: Menyusun jadwal (create Pada tahap ini, guru melakukan
schedule) evaluasi terhadap hasil kerja Multiple Source and
masing –masing kelompok. Perspective. Dalam aktivitas
Guru dan siswa secara kolaboratif belajar otentik, peserta didik
menyusun jadwal kegiatan dalam Berdasarkan penilaian tersebut,
guru dapat membuat kesimpulan tidak diberi daftar sumber
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada
tahap ini antara lain: (1) membuat apakah kegiatan tersebut perlu belajar. Aktivitas belajar otentik
jadwal untuk menyelesaikan proyek, (2) diperbaiki atau tidak, dan bagian memberikan kesempatan bagi
menentukan waktu akhir penyelesaian mana yang perlu diperbaiki. peserta didik untuk mencari
proyek, (3) membawa siswa agar referensi teori, perspektif
merencanakan cara yang baru, (4) praktek, dari berbagai sumber,
membimbing siswa ketika mereka
dan melatih peserta didik agar
membuat cara yang tidak berhubungan
dengan proyek, dan (5) meminta siswa dapat membedakan mana
untuk membuat penjelasan (alasan) informasi yang relevan dan
tentang cara pemilihan waktu. Jadwal sebaliknya.
yang telah disepakati harus disetujui
bersama agar guru dapat melakukan Collaboration. Tingkat
monitoring kemajuan belajar dan kesuksesan tidak hanya dinilai
pengerjaan proyek di luar kelas. dari kinerja individual peserta
didik. Kegiatan belajar otentik
Fase 4: Memantau siswa dan kemajuan membuat kolaborasi integral
proyek (monitoring the students and
antara pembelajaran di kelas
progress of project)
dengan praktiknya di dunia
Guru bertanggung jawab untuk nyata.
memantau kegiatan siswa selama
menyelesaikan proyek. Pemantauan Reflection (metacognition).
dilakukan dengan cara memfasilitasi Kegiatan belajar otentik
siswa pada setiap proses. Dengan kata memungkinkan peserta didik
lain guru berperan menjadi mentor bagi untuk memilih dan
aktivitas siswa. Agar mempermudah merefleksikan materi yang
proses pemantauan, dibuat sebuah dipelajari, baik secara individual
rubrik yang dapat merekam keseluruhan
kegiatan yang penting. atau kelompok.

Interdiciplinary Prespective.
Fase 5: Penilaian hasil (assess the Relevansi tidak hanya terbatas
outcome) pada satu domain atau satu mata
pelajaran saja. Sebaliknya,
Penilaian dilakukan untuk membantu
kegiatan belajar otentik memiliki
guru dalam mengukur ketercapaian
standar kompetensi, berperan dalam konsekuensi untuk memperluas
mengevaluasi kemajuan masing-masing pembelajaran melampaui disiplin
siswa, memberi umpan balik tentang tertentu, mendorong peserta
tingkat pemahaman yang sudah dicapai didik untuk mengadopsi peran
siswa, membantu guru dalam menyusun yang beragam dari berbagai
strategi pembelajaran berikutnya. disiplin.
Fase 6: Evaluasi Pengalaman Integrated Assessment. Pada
(evaluation the experience) aktivitas belajar otentik,
penilaian tidak hanya sebatas
Pada akhir proses pembelajaran, guru
dan siswa melakukan refleksi terhadap penilaian sumatif, tetapi tugas
kegiatan dan hasil proyek yang sudah utama penilaian adalah mampu
dijalankan. Proses refleksi dilakukan merefleksikan proses penilaian
baik secara individu maupun kelompok. di dunia nyata.
Pada tahap ini siswa diminta untuk
mengungkapkan perasaan dan Polished Product. Kesimpulan
pengalamannya selama menyelesaikan tidak hanya berupa latihan dan
proyek. Guru dan siswa urut-urutan persiapan untuk
mengembangkan diskusi dalam rangka membuat sesuatu. Kegiatan
memperbaiki kinerja selama proses
pembelajaran, sehingga pada akhirnya otentik berujung pada penciptaan
ditemukan suatu temuan baru (new produk secara keseluruhan yang
inquiry) untuk menjawab permasalahan memiliki nilai didalamnya.
yang diajukan pada tahap pertama
pembelajaran. Multiple Interpretation and
outcomes. Daripada
menghasilkan satu jawaban
benar, yang diperoleh dari
penerapan prinsip dan prosedur,
kegiatan belajar otentik
memungkinkan beragam
interpretasi dan solusi.

3 CIRI 1. The project are central, not 1. Melibatkan para siswa 1. Belajar adalah berpusat
peripheral to the curriculum. dalam masalah – masalah pada tugas-tugas otentik
Kriteria ini memiliki dua kompleks, persoalan – yang menarik bagi
corollaries. Pertama, proyek persoalan dunia nyata, peserta didik.
merupakan kurikulum. Pada PjBL, dimana pun para siswa
proyek merupakan inti strategi dapat memilih dan 2. Siswa terlibat dalam
mengajar, siswa berkutat dan belajar menetukan persoalan eksplorasi dan
konsep inti materi melalui proyek. atau masalah yang penyelidikan.
Kedua, keterpusatan yang berarti bermakna. 3. Belajar, paling sering,
jika siswa belajar sesuatu diluar adalah interdisipliner.
kurikulum, maka tidaklah 2. Para siswa diharuskan
dikategorikan sebagai PjBL. menggunakan 4. Belajar sangat erat
penyelidikan, penelitian hubungannya dengan
2. Proyek PjBL difokuskan pada keterampilan dunia di luar dinding
pertanyaan atau problem yang perencanaan, berpikir
mendorong siswa mempelajari kritis dan kemampuan kelas.
konsep-konsep dan prinsip-prinsip memecahkan masalah
inti atau pokok dari mata pelajaran. saat mereka 5. Siswa menjadi terlibat
Definisi proyek bagi siswa harus menyelesaikan proyek. dalam tugas-tugas
dibuat sedemikian rupa agar terjalin kompleks dan-order
hubungan antara aktivitas dan 3. Para siswa diharapkan kemampuan berpikir
pengetahuan konseptual yang mempelajari dan lebih tinggi, seperti
melatarinya. Proyek biasanya menerapkan menganalisis, sintesis,
dilakukan dengan pengajuan keterampilan dan merancang,
pertanyaanpertanyaan yang belum pengetahuan yang memanipulasi dan
bisa dipastikan jawabannya (ill- dimilikinya dalam mengevaluasi informasi.
defined problem). Proyek dalam berbagai konteks ketika
mengerjakan proyek. 6. Siswa menghasilkan
PjBL dapat dirancang secara produk yang bisa dibagi
tematik, atau gabungan topik-topik 4. Memberikan kesempatan dengan pemirsa di luar
dari dua atau lebih mata pelajaran. bagi siswa untuk belajar kelas.
3. Proyek melibatkan siswa pada dan mempraktekkan
keterampilan pribadi 7. Belajar adalah siswa
penyelidikan konstruktivisme. didorong dengan guru,
Sebuah penyelidikan dapat berupa pada saat mereka bekerja
dalam tim kooperatif, orang tua, dan para ahli
perancangan proses, pengambilan di luar semua
keputusan, penemuan masalah, maupun saat
mendiskusikan dengan membantu / pembinaan
pemecahan masalah, penemuan, atau dalam proses
proses pengembangan model. guru.
pembelajaran.
Aktivitas inti dari proyek harus 5. Memberikan kesempatan
melibatkan transformasi dan bagi para siswa 8. Pembelajar menggunakan
konstruksi dari pengetahuan mempraktekan berbagai perancah teknik.
(pengetahuan atau keterampilan keterampilan yang
baru) pada pihak siswa. Jika dibutuhkan untuk 9. Siswa memiliki peluang
aktivitas inti dari proyek tidak kehidupan dewasa untuk wacana sosial.
merepresentasikan “tingkat mereka dan karir (Donovan et al;., 1999
kesulitan” bagi siswa, atau dapat (bagaimana Newman & Associates,
dilakukan dengan penerapan mengalokasikan waktu, 1996; Newmann et al;.,
informasi atau keterampilan yang menjadi individu yang 1995 Nolan & Francis,
siap dipelajari, proyek yang bertanggung jawab, 1992).
dimaksud adalah tak lebih dari keterampilan pribadi,
sebuah latihan, dan bukan proyek belajra melalui
PjBL yang dimaksud. pengalaman).

4. Project are sudent-driven to some 6. Menyampaikan harapan


significant degree. Inti proyek mengenai prestasi/hasil
bukanlah berpusat pada guru, berupa pembelajaran (ini
teks aturan atau sudah dalam bentuk disesuaikan dengan
paket tugas. Misalkan tugas standard an tujuan
laboratorium dan booklet pembelajaran untuk
pembelajaran bukanlah contoh PjBL. sekolah atau negara.
PjBL lebih mengutamakan
kemandirian, pilihan, waktu kerja 7. Melakukan refleksi yang
yang tidak bersifat kaku, dan mengarahkan siswa
tanggung jawab siswa daripada untuk berpikir kritis
proyek tradisional dan pembelajaran tentang pengalaman
tradisional. mereka dan
menghubungkan
5. Proyek adalah realistis, tidak school- pengalaman dengan
like. Karakterisitik proyek pelajaran.
memberikan keotentikan pada siswa.
Karakteristik ini boleh jadi meliputi 8. Berakhir dengan
topik, tugas, peranan yang presentasi atau produk
dimainkan siswa, konteks di mana yang menunjukkan
kerja proyek dilakukan, produk yang pembelajaran dan
dihasilkan, atau kriteria dimana kemudian dinilai (kriteria
produk-produk atau unjuk kerja dapat ditentukan oleh
dinilai. PjBL melibatkan tantangan- para siswa).
tantangan kehidupan nyata, berfokus
pada pertanyaan atau masalah
autentik (bukan simulatif), dan
pemecahannya berpotensi untuk
diterapkan di lapangan yang
sesungguhnya.

4 KEUNGGULA 1. Increased motivation. Meningkatkan 1. Meningkatkan motivasi 1. Siswa tidak merasa jenuh
N motivasi siswa untuk belajar dan belajar peserta didik untuk terhadap pembelajaran karena
mendorong mereka untuk belajar, mendorong pembelaaran dapat terjadi
melakukan pekerjaan penting. Siswa kemampuan mereka untuk dimana saja.
tekun bekerja dan berusaha keras melakukan pekerjaan
untuk belajar lebih mendalam dan penting, dan mereka perlu 2. Siswa mempunyai
keterampilan yang lebih
mencari jawaban atas keingintahuan untuk dihargai. dalam menganalisis wacana
dan dalam menyelesaikan proyek. social
2. Meningkatkan kemampuan
2. Increased problem-solving ability. pemecahan masalah. 3. Siswa mempunyai
Lingkungan belajar PjBL membuat pengalaman belajar yang
siswa menjadi lebih aktif 3. embuat peserta mumpuni dalam berinteraksi
memecahkan masalah-masalah yang didik menjadi lebih aktif dan dengan lingkungan sekitarnya
kompleks. Siswa mempunyai pilihan berhasil memecahkan
untuk menyelidiki topik-topik yang problem-problem yang 4. Pembelajaran berpusat pada
berkaitan dengan masalah dunia kompleks. siswa, sehingga
nyata, saling bertukar pendapat 4. Meningkatkan kolaborasi. memungkinkan siswa
antara kelompok yang membahas memahami materi secara
topik yang berbeda, 5. Mendorong peserta utuh.
mempresentasikan proyek atau hasil didik untuk mengembangkan
diskusi mereka. Hal tersebut juga dan mempraktikkan
mengembangkan keterampilan keterampilan komunikasi.
tingkat tinggi siswa.
6. Meningkatkan
3. Increased collaborative. Pentingnya keterampilan peserta
kerja kelompok dalam proyek didikdalam mengelola
memerlukan siswa mengembangkan sumber.
dan mempraktikan keterampilan
7. Memberikan pengalaman
berkomunikasi.
kepada peserta didik
4. Improved library research skills. pembelajaran dan praktik
Karena PjBL mensyaratkan siswa dalam mengorganisasi
harus mampu secara cepat proyek, dan membuat
memperoleh informasi melalui alokasi waktu dan sumber-
sumber-sumber informasi, sehingga sumber lain seperti
dapat meningkatkan keterampilan perlengkapan untuk
siswa untuk mencari dan menyelesaikan tugas.
mendapatkan informasi.
8. Menyediakan pengalaman
5. Increased resource-management belajar yang melibatkan
skills. Memberikan pengalaman peserta didik secara
kepada siswa dalam mengorganisasi kompleks dan dirancang
proyek, mengalokasikan waktu, dan untuk berkembang sesuai
mengelola sumber daya seperti alat dunia nyata.
dan bahan menyelesaikan tugas.
Ketika siswa bekerja dalam 9. Melibatkan para peserta
kelompok, mereka belajar untuk didik untuk belajar
mempelajari keterampilan mengambil informasi dan
merencanakan,mengorganisasi, menunjukkan pengetahuan
negosiasi, dan membuat kesepakatan yang dimiliki, kemudian
tentang tugas yang akan dikerjakan, diimplementasikan dengan
siapa yang akan bertanggungjawab dunia nyata.
untuk setiap tugas, dan bagaimana 10. Membuat suasana belajar
informasi akan dikumpulkan dan menjadi menyenangkan,
disajikan. sehingga peserta didik
6. Memberikan kesempatan belajar maupun pendidik menikmati
bagi siswa untuk berkembang sesuai proses pembelajaran. 
kondisi dunia nyata

7. Meningkatkan kemampuan berpikir.


Laporan PjBL tidak hanya berdasar
informasi yang dibaca saja, tetapi
melibatkan siswa untuk belajar
mengembangkan masalah, mencari
jawaban dengan mengumpulkan
informasi, berkolaborasi dan
menerapkan pengetahuan yang
dipahami untuk menyelesaikan
permasalahan dunia nyata.

8. Membuat suasana belajar menjadi


menyenangkan.

5 KELEMAHAN 1. Memerlukan banyak waktu untuk 1. Memerlukan banyak waktu 1. Pembelajaran Otentik
menyelesaikan masalah. untuk menyelesaikan cenderung hanya dapat
masalah. dilakukan pada siswa yang
2. Membutuhkan biaya yang cukup memiliki taraf intelegensi
banyak 2. Membutuhkan biaya yang diatas rata-rata sehingga
cukup banyak pembelajaran berjalan
3. Banyak instruktur yang merasa
nyaman dengan kelas tradisional, 3. Banyak instruktur yang secara aktif
di mana instruktur memegang merasa nyaman dengan kelas 2. Tidak semua materi
peran utama di kelas. tradisional, di mana
4. Banyaknya peralatan yang harus instruktur memegang peran pelajaran dapat
disediakan. utama di kelas. menggunakan pembelajaran
otentik, karena materi yang
5. Peserta didik yang memiliki 4. Banyaknya peralatan yang sesuai dengan pembelajaran
kelemahan dalam percobaan dan harus disediakan. otentik bersifat studi social
pengumpulan informasi akan
mengalami kesulitan. Ada 5. Peserta didik yang memiliki 3. Memerlukan waktu, biaya,
kemungkinan peserta didik yang kelemahan dalam percobaan dan tenaga ektra dari siswa
kurang aktif dalam kerja kelompok. dan pengumpulan informasi untuk melaksanakannya. 
akan mengalami kesulitan.
6. Ketika topik yang diberikan kepada
masing-masing kelompok berbeda, 6. Ada kemungkinanpeserta
dikhawatirkan peserta didik tidak didik yang kurang aktif
bisa memahami topik secara dalam kerja kelompok.
keseluruhan 7. Ketika topik yang diberikan
kepada masing-masing
kelompok berbeda,
dikhawatirkan peserta didik
tidak bisa memahami topik
secara keseluruhan

Anda mungkin juga menyukai