Anda di halaman 1dari 13

KONDISI YANG MELEMAHKAN PERTAHANAN PEJAMU MELAWAN

MIKROORGANISME INFEKSI OPORTUNISTIK, PENGONTROLAN


PERTUMBUHAN MIKROORGANISME DAN MENURUNKAN JUMLAH
MIKROORGANISME KONTAMINAN DAN MENCEGAH TRANSMISI

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Dasar Keperawatan II

Dosen Pengampu: Indra Gunawan, MSN

oleh:

Nama : Ira Meida Trimaryani


NIM : C1914201148

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan II.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Tasikmalaya, 10 April 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR...................................................................... i

DAFTAR ISI..................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................... 1


B. Rumusan Masalah................................................................... 1
C. Tujuan..................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN

A. Mekanisme Pertahanan Tubuh Terhadap Bakteri.................. 2


B. Pengertian Infeksi Oportunistik.............................................. 5
C. Pengontrolan Pertumbuhan Mikroorganisme......................... 6
D. Menurunkan Jumlah Mikroorganisme Kontaminan dan
Mencegah Transmisi............................................................... 7

BAB III KESIMPULAN


A. Kesimpulan............................................................................ 9
B. Saran...................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah

Tubuh manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang mengandung


mikroba patogen di sekelilingnya. Mikroba tersebut dapat menimbulkan penyakit infeksi
pada manusia. Mikroba patogen yang ada bersifat  poligenik dan kompleks. Oleh karena itu
respons imun tubuh manusia terhadap berbagai macam mikroba patogen juga berbeda.
Begitu juga respon imun terhadap bakteri khususnya bakteri ekstraselular  atau bakteri
intraselular mempunyai karakteristik tertentu pula Tubuh manusia akan selalu terancam
oleh paparan bakteri, virus, parasit, radiasi matahari, dan polusi.

Infeksi oportunistik (IO) adalah infeksi yang ambil kesempatan (‘opportunity’) yang
disediakan oleh kerusakan pada sistem kekebalan tubuh untuk menimbulkan penyakit.
Kerusakan pada sistem kekebalan tubuh ini adalah salah satu akibat dari infeksi HIV, dan
menjadi cukup berat sehingga IO timbul rata-rata 7-10 tahun setelah kita terinfeksi HIV.

B.       Rumusan Masalah

1) Bagaimana mekanisme sistem bakteri ekstraseluler?


2) Apa pengertian Infeksi Oportunistik?
3) Bagaimana pengontrolan pertumbuhan mikroorganisme?
4) Bagaimana menurunkan jumlah mikroorganisme kontaminan dan mencegah transmisi?

C.      Tujuan

1) Dapat menjelaskan mekanisme sistem bakteri ekstraseluler 


2) Mengetahui tentang infeksi oportunistik
3) Dapat menjelaskan pengontrolan pertumbuhan mikroorganisme
4) Dapat menjelaskan menurunkan jumlah mikroorganisme kontaminan dan mencegah
transmisi

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Mekanisme Pertahanan Tubuh Terhadap Bakteri

Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus, parasit,
radiasi matahari, dan polusi. Stres emosional atau fisiologis dari kejadian ini adalah
tantangan lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat. Biasanya kita dilindungi
oleh sistem pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, terutama makrofag, dan
cukup lengkap kebutuhan gizi untuk menjaga kesehatan. Kelebihan tantangan
negatif, bagaimanapun, dapat menekan sistem pertahanan tubuh, sistem kekebalan
tubuh, dan mengakibatkan berbagai penyakit fatal.
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang
melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan
membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam
pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksi,
 bakteri, virus sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan
memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat
 berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan
memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme. Untuk selamat dari tantangan
ini, beberapa mekanisme telah berevolusi yang menetralisir patogen. Bahkan
organisme uniselular seperti bakteri dimusnahkan oleh sistem enzim yang
melindungi terhadap infeksi virus.
Mekanisme imun lainnya yang berevolusi pada eukariota kuno dan tetap
pada keturunan modern, seperti tanaman, ikan, reptil dan serangga. Mekanisme
tersebut termasuk peptida antimikrobial yang disebut defensin, fagositosis, dan
sistem komplemen.
 Respons pejamu yang terjadi juga tergantung dari jumlah mikroba yang
masuk. Mekanisme pertahanan tubuh dalam mengatasi agen yangberbahaya
meliputi :
1. Pertahanan fisik dan kimiawi, seperti kulit, sekresi asam lemak dan asam laktat
melalui kelenjar keringat, sekresi lendir, pergerakan silia, sekresi air  mata, air liur,
urin, asam lambung serta lisosom dalam air mata
2. Simbiosis dengan bakteri flora normal yang memproduksi zat yang dapat
mencegah invasi mikroorganisme
3. Innate immunity (mekanisme non-spesifik), seperti sel polimorfonuklear  (PMN)
dan makrofag, aktivasi komplemen, sel mast, protein fase akut, interferon, sel
NK  (natural killer) dan mediator eosinofil
4.   Imunitas spesifik , yang terdiri dari imunitas humoral dan seluler. Secara umum
pengontrolan infeksi intraselular seperti infeksi virus, protozoa, jamur dan beberapa
bakteri intraselular fakultatif terutama membutuhkan imunitas yang diperani oleh
sel yang dinamakan imunitas selular, sedangkan bakteri ekstraselular dan toksin
membutuhkan imunitas yang diperani oleh antibodi yang dinamakan imunitas

2
humoral. Secara keseluruhan pertahanan imunologik dan nonimunologik
(nonspesifik) bertanggung jawab bersama dalam pengontrolan terjadinya penyakit
infeksi.
 Invasi Patogen
Keberhasilan patogen bergantung pada kemampuannya untuk menghindar
dari respon imun. Patogen telah mengembangkan beberapa metode yang
menyebabkan mereka dapat menginfeksi sementara patogen menghindari
kehancuran akibat sistem imun.Bakteri sering menembus perisai fisik dengan
mengeluarkan enzim yang mendalami isi perisai, contohnya dengan menggunakan
sistem tipe II sekresi. Sebagai kemungkinan, patogen dapat menggunakan
sistem tipe III sekresi. Mereka dapat memasukan tuba palsu pada sel, yang
menyediakan saluran langsung untuk protein agar dapat bergerak dari patogen ke
pemilik tubuh; protein yang dikirim melalui tuba sering digunakan untuk
mematikan pertahanan. Strategi menghindari digunakan oleh beberapa patogen
untuk mengelakan sistem imun bawaan adalah replikasi intraselular (juga disebut
patogenesis intraselular). Disini, patogen mengeluarkan mayoritas lingkaran
hidupnya kedalam sel yang dilindungi dari kontak langsung dengan sel imun,
antibodi dan komplemen. Beberapa contoh patogen intraselular termasuk virus,
racun makanan, bakteri Salmonella dan parasit eukariot yang menyebabkan malaria
( Plasmodium falciparum) dan leismaniasis ( Leishmania spp.).

1. Infeksi Bakteri Ekstraseluler 


 Strategi pertahanan bakteri
Bakteri ekstraseluler adalah bakteri yang dapat bereplikasi di luar sel, di
dalam sirkulasi, di jaringan ikat ekstraseluler, dan di berbagai jaringan. Bakteri
ekstraseluler biasanya mudah dihancurkan oleh sel fagosit. Pada keadaan tertentu
bakteri ekstraseluler tidak dapat dihancurkan oleh sel fagosit karena adanya sintesis
kapsul antifagosit, yaitu kapsul luar  (outer capsule) yang mengakibatkan adesi yang
tidak baik antara sel fagosit dengan bakteri, seperti pada infeksi bakteri berkapsul
Streptococcus pneumoniae atau Haemophylus influenzae. Beberapa bakteri juga
dapat mempercepat pemecahan komplemen melalui aksi  produk mikrobial yang
mengikat atau menghambat kerja regulator aktivasi komplemen. Bahkan beberapa
spesies dapat menghindari lisis dengan cara mengalihkan lokasi aktivasi komplemen
melalui sekresi protein umpan (decoy protein)atau posisi permukaan bakteri yang
jauh dari membran sel. Beberapa organisme Gram positif mempunyai lapisan
peptidoglikan tebal yang menghambat insersi komplek serangan membran C5b-9
pada membran sel bakteri .
Bakteri enterik Gram negatif pada usus mempengaruhi aktivitas makrofag
termasuk menginduksi apoptosis, meningkatkan produksi IL-1, mencegah fusi
fagosom-lisosom dan mempengaruhi sitoskleton aktin. Strategi berupa variasi
antigenik juga dimiliki oleh beberapa bakteri, seperti variasi lipoprotein permukaan,
variasi enzim yang terlibat dalam sintesis struktur permukaan dan variasi antigenik
pili.Keadaan sistem imun yang dapat menyebabkan bakteri ekstraseluler sulit
dihancurkan adalah gangguan pada mekanisme fagositik karena defisiensi sel

3
fagositik (neutropenia) atau kualitas respons imun yang kurang (penyakit
granulomatosa kronik).

 Mekanisme pertahanan tubuh


Respons imun terhadap bakteri ekstraseluler bertujuan untuk menetralkan
efek toksin dan mengeliminasi bakteri. Respons imun alamiah terutama melalui
fagositosis oleh neutrofil, monosit serta makrofag jaringan. Lipopolisakarida dalam
dinding bakteri Gram negatif dapat mengaktivasi komplemen jalur alternatif tanpa
adanya antibodi. Hasil aktivasi ini adalah C3b yang mempunyai efek opsonisasi,
lisis bakteri melalui serangan kompleks membran dan respons inflamasi akibat
pengumpulan serta aktivasi leukosit. Endotoksin juga merangsang makrofag dan sel
lain seperti endotel vaskular untuk memproduksi sitokin seperti TNF, IL-1, IL 6 dan
IL-8. Sitokin akan menginduksi adesi neutrofil dan monosit pada endotel vaskular
pada tempat infeksi, diikuti dengan migrasi, akumulasi lokal serta aktivasi sel
inflamasi. Kerusakan jaringan yang terjadi adalah akibat efek samping mekanisme
pertahanan untuk eliminasi bakteri. Sitokin juga merangsang demam dan sintesis
protein fase akut.

2. Infeksi Bakteri Intraseluler 


 Strategi pertahanan bakteri
Bakteri intraseluler terbagi atas dua jenis, yaitu bakteri intraseluler fakultatif 
dan obligat. Bakteri intraseluler fakultatif adalah bakteri yang mudah difagositosis
tetapi tidak dapat dihancurkan oleh sistem fagositosis. Bakteri intraseluler obligat
adalah bakteri yang hanya dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel hospes.
Hal ini dapat terjadi karena bakteri tidak dapat dijangkau oleh antibodi dalam
sirkulasi, sehingga mekanisme respons imun terhadap bakteri intraseluler juga
berbeda dibandingkan dengan bakteri ekstraseluler.
Bakteri intraseluler memiliki kemampuan mempertahankan diri melalui tiga
mekanisme, yaitu 1) hambatan fusi lisosom pada vakuola yang berisi bakteri, 2)
lipid mikobakterial seperti lipoarabinomanan menghalangi pembentukan ROI
(reactive oxygen intermediate)seperti anion superoksida, radikal hidroksil dan
hidrogen peroksida dan terjadinya respiratory burst, 3) menghindari  perangkap
fagosom dengan menggunakan lisin sehingga tetap hidup bebas dalam sitoplasma
makrofag dan terbebas dari proses pemusnahan selanjutnya.
 Mekanisme pertahanan tubuh
Pertahanan oleh diperantarai sel T (Celluar Mediated Immunity, CMI)
sangat penting dalam mengatasi organisme intraseluler. Sel T CD4 akan berikatan
dengan partikel antigen yang dipresentasikan melalui MHC II pada  permukaan
makrofag yang terinfeksi bakteri intraseluler. Sel T helper (Th1) ini akan
mengeluarkan sitokin IFN γ yang akan mengaktivasi makrofag dan membunuh
organisme intraseluler, terutama melalui pembentukan oksigen reaktif  intermediat
(ROI) dan nitrit oxide (NO). Selanjutnya makrofag tersebut akan mengeluarkan
lebih banyak substansi yang berperan dalam reaksi inflamasi kronik. Selain itu juga
terjadi lisis sel yang diperantarai oleh sel T CD8.

4
Beberapa bakteri ada yang resisten sehingga menimbulkan stimulasi antigen
yang kronik. Keadaan ini menimbulkan pengumpulan lokal makrofag yang
terkativasi yang membentuk granuloma sekeliling mikroorganisme untuk 
mencegah penyebaran. Hal ini dapat berlanjut pada nekrosis jaringan dan fibrosis
yang luas yang menyebabkan gangguan fungsi. Oleh karena itu, kerusakan  jaringan
terutama disebabkan oleh respons imun terhadap infeksi bakteri intraseluler.

B. Pengertian Infeksi Oportunistik ( IO )

Infeksi oportunistik (IO) adalah infeksi yang ambil kesempatan


(‘opportunity’)yang disediakan oleh kerusakan pada sistem kekebalan tubuh untuk
menimbulkan penyakit. Kerusakan pada sistem kekebalan tubuh ini adalah salah
satu akibat dari infeksi HIV, dan menjadi cukup berat sehingga IO timbul rata-rata
7-10 tahun setelah kita terinfeksi HIV.
Dalam tubuh anda terdapat banyak kuman – bakteri, protozoa, jamur dan
virus.Saat sistim kekebalan anda bekerja dengan baik, sistim tersebut mampu
mengendalikan kuman-kuman ini. Tetapi bila sistim kekebalan dilemahkan oleh
penyakit HIV atau oleh beberapa jenis obat, kuman ini mungkin tidak terkuasai lagi
dan dapat menyebabkan masalah kesehatan. Infeksi yang mengambil manfaat dari
lemahnya pertahanan kekebalan tubuh disebut "oportunistik". Kata "infeksi
oportunistik" sering kali disingkat menjadi "IO".

1. Dasar IO

Anda dapat terinfeksi IO, dan "dites positif" untuk IO tersebut, walaupun
anda tidak mengalami penyakit tersebut. Misalnya, hampir setiap orang dengan HIV
akan menerima hasil tes positif untuk sitomegalia (Cytomegalovirus atau CMV).
Tetapi penyakit CMV itu sendiri jarang dapat berkembang kecuali bila jumlah CD4
turun di bawah 50, yang menandakan kerusakan parah terhadap sistem kekebalan.
Untuk menentukan apakah anda terinfeksi IO, darah anda dapat dites untuk 
antigen (potongan kuman yang menyebabkan IO) atau untuk antibodi (protein yang
dibuat oleh sistem kekebalan untuk memerangi antigen). Bila antigen infeksi. Anda
mungkin pernah menerima imunisasi atau vaksinasi terhadap infeksitersebut, atau
sistem kekebalan anda mungkin telah "memberantas" infeksi daritubuh, atau anda
mungkin terinfeksi. Jika anda terinfeksi kuman yang menyebabkan IO, dan jika
jumlah CD4 anda cukup rendah sehingga memungkinkan IO berkembang, dokter
anda akan mencari tanda penyakit aktif. Tanda ini tergantung pada jenis IO.

2. Jenis – jenis IO
Ada beberapa jenis IO yang paling umum, yaitu :
1) Kandidiasis (Thrush)
Kandidiasis adalah infeksi oportunistik yang sangat umum pada orang
dengan HIV. Infeksi ini disebabkan oleh sejenis jamur yang umum, yang disebut
kandida. Jamur ini, semacam ragi, ditemukan di tubuh kebanyakan orang. Sistim

5
kekebalan tubuh yang sehat dapat mengendalikan jamur ini. Jamur ini biasa
menyebabkan penyakit pada mulut, tenggorokan dan vagina.
2) Virus Sitomegalia (CMV)
Virus sitomegalia (cytomegalovirus/CMV) adalah infeksi oportunistik.
Virus ini sangat umum. Antara 50 persen sampai 85 persen masyarakat Amerika
Serikat adalah CMV-positif waktu mereka berusia 40 tahun.
3) MAC (Mycobacterium Avium Complex)
 Mycobacterium Avium Complex (MAC) adalah penyakit berat yang
disebabkan oleh bakteri umum. MAC juga dikenal sebagai MAI (Mycobacterium
Avium Intracellulare). Infeksi MAC bisa lokal (terbatas pada satu bagian tubuh)
atau tersebar luas pada seluruh tubuh (DMAC). Infeksi MAC sering terjadi
pada paru, usus, sumsum tulang, hati dan limpa.
4) PCP (Pneumonia Pneumocystis)
Pneumonia Pneumocystis (PCP) adalah infeksi oportunistik (IO) paling
umum terjadi pada orang HIV-positif. Tanpa pengobatan, lebih dari 85 persen orang
dengan HIV pada akhirnya akan mengembangkan penyakit PCP.
5) Toksoplasmosis
Toksoplasmosis (tokso) adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma
gondii.

C. Pengontrolan Pertumbuhan Mikroorganisme


Kontrol terhadap pertumbuhan mikroorganisme dapat dilakukan dengan cara
membunuh mikroorganisme, atau menghambat pertumbuhannya. Kontrol terhadap
pertumbuhan dapat dilakukan secara :
1. Fisik
2. Kimia
3. Biologi
Secara fisik, menggunakan uap air panas dan tekanan tinggi, diperoleh panas
lembab, efektif dengan menggunakan autoklaf. Sterilisasi dengan otoklaf
memerlukan suhu 1210C, tekanan 15 psi/1,5 kg/cm2, selama 15 menit. Sterilisasi
fisik dapat juga dengan panas kering menggunakan oven1600C, 2 jam. Sterilisasi
dengan oven untuk alat-alat gelas dan bahan yang tidak tembus air Secara kimia,
menggunakan senyawa kimia untuk mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme ,
contoh :
HgCl (0,1%), menyebabkan koagulasi protein

NaOCl Cl2 + H2 O  HCl + HOCl (asam hipoklorit, menyebabkan klorinasi


protein sel) HOCl  HCl+ + O n (daya oksidasi kuat)

Senyawa kimia yang dapat mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme,


dapat dibedakan memjadi antiseptic, desinfektan, dan bahan
kemoterapetik/antibiotic. Antiseptik : substansi kimia yang digunakan pada jaringan
hidup yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisma.

6
Desinfektan:substansi kimia yang dapat menghambat pertumbuhan sel vegetatif
pada materi yang tidak hidup. Bahan kemoterapetik :substansi kimia yang
dapat merusak/menghambat pertumbuhan mikroorganisme dalam jaringan hidup,
dihasilkan oleh mikroorganisme.

Secara mekanik, untuk bahan yang mudah rusak karena pemanasan,


misalnya vitamin, enzim, serum, antibiotik. Contoh : filtrasi, menggunakan filter
berupa membran dengan tebal tertentu, terbuat dari asbes, diatom, porselen, kaca
berpori, selulosa. membran selulosa : diameter pori 0,01-10 µm Bahan/zat yang
tidak dapat dipanaskan pada suhu lebih dari 1000C, dapat dilakukan pasteurisasi
dan tindalisasi. Pasteurisasi memerlukan pemanasan 63730C, digunakan untuk
pengawetan air, susu, bir, anggur. Pasteurisasi dapat membunuh mikroorganisme
pathogen (Mycobacterium, Salmonella, Coxiella) dan beberapa mikroorganisme
normal. Pelaksanaan pasteurisasi dapat dilakukan dengan cara :

LTH = low temperatur holding, menggunakan suhu 63 0C , selama 30 menit

HTST = high temperatur short time, menggunakan suhu 72 0C, selama 15 detik
Tindalisasi adalah pemanasan dengan suhu 80-1000C, selama 30 menit, 3 hari
berturut-turut. Pelaksanaan tindalisasi melalui tahapan sebagai berikut :

1. Tindalisasi 1: sel vegetatif mati, kemudian diinkubasi, spora berkecambah menjadi


sel vegetatif.

2. Tindalisasi 2: sel vegetatif mati, spora yang tersisa berkecambah menjadi sel
vegetatif.

3. Tindalisasi 3: semua sel mati.

D. Menurunkan jumlah mikroorganisme kontaminan dan mencegah transmisi


Menurunkan jumlah mikroorganisme kontaminan dan mencegah transmisi dapat
dilakukan dengan mencuci tangan. Mencuci tangan merupakan metode terbaik mencegah
transmisi mikroorganisme. Telah terbukti bahwa tindakan mencuci tangan secara signifikan
menurunkan infeksi pada ICU dan infeksi saluran pencernaan. Faktor penting untuk
mempertahankan higiene yang baik dan mempertahankan integritas kulit seperti:

(1) lama mencuci tangan;

(2) paparan semua area tangan dan pergelangan tangan ke alat yang digunakan;

7
(3) menggosok dengan keras hingga terjadi friksi

(4) pembilasan menyeluruh;

(5) memastikan tangan telah dikeringkan.

Hampir semua bakteri transien dapat dihilangkan dengan sabun dan air, tetapi bakteri
residen akan tetap tinggal. Pencuci tangan bakterisida, misalnya Hibicrub Povidone-iodine.
Yang perlu perhatian khusus saat mencuci tangan adalah area tempat berkumpulnya
mikroorganisme, seperti di sela-sela jari. Walaupun mencuci tangan dengan menggunakan
bakterisida, namun tidak semua bakteri dapat dihilangkan. Tangan tidak pernah steril maka
dari itu kita memerlukan sarung tangan steril dalam melakukan tindakan-tindakan steril.
Selain itu pakaian pelindung yang digunakan ketika memasuki ruangan steril juga dapat
mencegah transmisi mikroorganisme. Dalam menurunkan jumlah organisme kontaminan
hal yang perlu diperhatikan adalah kebersihan, baik itu kebersihan diri maupun kebersihan
lingkungan.

8
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme
yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan
mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor. Infeksi
oportunistik (IO) adalah infeksi yang ambil kesempatan (‘opportunity’) yang
disediakan oleh kerusakan pada sistem kekebalan tubuh untuk menimbulkan
penyakit. Kontrol terhadap pertumbuhan mikroorganisme dapat dilakukan
dengan cara membunuh mikroorganisme, atau menghambat
pertumbuhannya. Kontrol terhadap pertumbuhan dapat dilakukan secara
fisik, kimia, biologi. Menurunkan jumlah mikroorganisme kontaminan dan
mencegah transmisi dapat dilakukan dengan mencuci tangan. Mencuci
tangan merupakan metode terbaik mencegah transmisi mikroorganisme.
Telah terbukti bahwa tindakan mencuci tangan secara signifikan
menurunkan infeksi pada ICU dan infeksi saluran pencernaan.

B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk lebih menyempurnakan
makalah ini, agar makalah ini dapat lebih sempurna dan menjadi
pembelajaran untuk kita semua.

9
DAFTAR PUSTAKA

James, Joyce. dkk, (2008). Prinsip-Prinsip Sains Untuk Keperawatan. Jakarta: Buku


Erlangga

Otto, Shirley E. (2003). Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta: Buku


Kedokteran

Potter, P. A.,dan Perry, A. G. (2005) Fundamentals of Nursing.Ed.4 Volume 2 (Terj.


Dr. Adrina Ferderika).   Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Black, Jacquelyn G. 2002. Microbiology. John Wiley & Sons, Inc. Brock. TD.
Madiqan. MT. 1991. Biology of Microorganisms. Sixth ed.
PrenticeHallInternational, Inc. Cappuccino, JG. & Sherman, N. 1987. Microbiology:
A Laboratory Manual. The Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc.
California. Case, C.L. & Johnson, T.R. 1984. Laboratory Experiments in
Microbiology. Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc. California. Fardiaz, S.
1987. Fisiologi Fermentasi, PAU IPB. Kusnadi, dkk. 2003. Mikrobiologi (Common
Teksbook). Biologi FPMIPA UPI, IMSTEP. Moat, A.G. & Foster, J.W. 1979.
Microbial Physiology. John Wiley & Sons Nicklin. J.K. Graeme-Cook. T. Paget & R.
Killington. 1999. Instans Notes in Microbiology. Springer Verlag. Singapore Pte,
Ltd. Tortora Gerard J. et al. 1992. Microbiology an Introduction. Fourth Ed. The
Benjamin Cummings Publishing Company, Inc.

Anda mungkin juga menyukai