Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN TUTORIAL

MODUL “KEPUTIHAN” SISTEM REPRODUKSI

SKENARIO 2

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 11
TUTOR dr. Andi St Fahirah Arsal
ANGGOTA:
A.Dewi Shanti 1102120076
St. Ainul Hayati M Zen 1102130009
Muhammad Sulton 1102130020
Kanana Adiwijaya 1102130033
Ratih Paradini 1102130043
Arini Haq 1102130059
Rhiski Arini Ruslan 1102130068
Aswin Anugrah Oktavianto 1102130081
Cut Dianafitria 1102130089
Rabitha Kemalasari 1102130100
Cutri Amila 1102130118
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2016
SKENARIO 2

Seorang peremuan, usia 26 tahun P1AO, datang ke puskesmas dengan


keluhan keputihan sejak 2 bulan yang lalu. Cairan yang keluar dari vagina
berwarna putih dan menggumpal disertai gatal dan kemerahan di daerah sekitar
kemaluan. Saat ini menggunakan IUD sejak 1 tahun yang lalu.

KALIMAT KUNCI

1. Perempuan, 26 tahun
2. Keputihan sejak 2 bulan yang lalu
3. Cairan berwarna putih dan menggumpal
4. Keluhan gatal dan kemerahan di sekitar kemaluan
5. Riwayat penggunaan IUD sejak 1 tahun yang lalu.

PERTANYAAN

1. Apa definisi dari keputihan?


2. Apa saja etiologi dari keputihan fisiologi dan patologi serta faktor resiko
keputihan?
3. Bagaimana mekanisme keputihan fisiologi, strukur yang berperan serta
gejala klinisnya?
4. Bagaimana mekanisme keputihan patologi serta pertanda klinisnya?
5. Bagaimna pengaruh penggunaan IUD terdapat kejadian keputihan pada
skenario?
6. Apakah ada hubungan riwayat melahirkan P1AO dengan keputihan?
Kalau iya jelaskan?
7. Mikroorganisme apa saja yang dapat menyebabkan keputihan dan sekret
khas yang dihasilkan?
8. Bagaimana mekanisme terjadinya gatal dan kemerahan pada skenario?
9. Jelaskan langkah-langkah mendiagnosis keputihan dalam skenario?
10. Diagnosis banding :
a. Candidiasis
b. Bacterial vaginosis
c. Salpingitis
11. Bagaimana pencegahan keputihan?
12. Bagaimana penatalaksanaan secara umum?
13. Bagaimana perspektif islam berdasarkan skenario?

JAWABAN

1. Apa definisi dari keputihan?1


Keputihan adalah pengeluaran cairan dari alat genital yang tidak berupa
darah. Cairan ini dapat merupakan fisologis ataupun patologis.

2. Apa saja etiologi dari keputihan fisiologi dan patologi serta faktor resiko
keputihan?2

Keputihan fisiologis disebabkan oleh :


a) Pengaruh estrogen yang meningkat pada saat menarche.
b) Pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina
janin sehingga bayi baru lahir sampai berumur 10 hari
mengeluarkan keputihan.
c) Rangsangan coitus.
d) Adanya peningkatan produksi kelenjar-kelenjar pada mulut rahim
saat masa ovulasi.
e) Mukus serviks yang padat pada masa kehamilan, fungsinya untuk
mencegah kuman masuk ke rongga uterus.

Keputihan Patologis terjadi karena disebabkan oleh :


1. Infeksi
a) Jamur
Jamur yang sering menyebabkan keputihan adalah Candida
albicans. Biasanya disebut juga dengan Kandidiasis genitalia.
Beberapa faktor pencetusnya antara lain pemakaian obat-obat
antibiotik dan kortikosteroid yang lama, kehamilan, kontrasepsi
hormonal. Selain itu bisa disebabkan menurunnya kekebalan tubuh
seperti penyakit-penyakit kronis, serta selalu memakai pakaian
dalam yang ketat dan terbuat dari bahan yang tidak menyerap
keringat.

b) Bakteri
1) Gonokokkus
2) Clamidia trachomatis
3) Gardnerella vaginalis
4) Treponema pallidum
c) Parasit
Jenis Trichomonas vaginalis adalah jenis parasit yang paling
sering menyebabkan keputihan. Penularan yang paling sering
adalah lewat coitus. Gejala yang ditimbulkan adalah flour
albus encer sampai kental, kekuningan dan agak bau disertai
rasa gatal dan panas.
d) Virus
Jenis virusnya adalah Human papilloma virus (HPV) dan
Herpes simpleks, ditandai dengan Condiloma akuminata,
cairan berbau, tetapi tidak disertai rasa gatal.

2. Fisik
Akibat adanya penggunaan alat kontrasepsi IUD dan kejadian
trauma pada alat genitalia.

3. Neoplasma jinak
Tumor jinak yang ada pada lumen akan mengakibatkan peradangan
dan akhirnya mengalami keputihan.

4. Kanker
Pada penyakit kanker sel akan cepat tumbuh secara abnormal dan
mudah mengalami kerusakan, gejala yang ditimbulkan ialah cairan
yang berbau busuk dan banyak disertai darah tak segar.

5. Menopause
Pada masa menopause mengalami penurunan pada hormon
estrogen sehingga vagina kering, juga disertai penipisan pada
lapisan sel, ini mengakibatkan mudah terjadi luka dan disertai
infeksi.

Gejala pada keputihan tergantung pada jenis kuman yang


menyerang. Keputihan yang disebabkan oleh jamur candida, sekret
yang dikeluarkan seperti susu dan mengakibatkan gatal pada
vagina. Kondisi ini biasa terjadi pada kehamilan, penderita diabetes
dan akseptor pil KB. Keputihan yang disebabkan oleh infeksi
trichomonas atau ada benda asing di vagina, sekret yang
dikeluarkan berwarna putih kehijauan atau kekuningan dan berbau
tidak sedap. Kalau infeksi sudah sampai pada organ dalam rongga
panggul biasanya gejala keputihan disertai rasa nyeri perut
dibagian bawah dan atau nyeri panggul bagian belakang.
Sedangkan infeksi yang disebabkan Gonorhea, sekret sedikit atau
banyak berupa nanah dan rasa sakit dan panas pada saat kencing
atau berhubungan seksual. Keputihan yang disebabkan erosi pada
mulut rahim sekret berwarna kecoklatan (darah) dan terjadi pada
saat senggam. Pada kejadian kanker serviks, sekret bercampur
darah dan berbau khas akibat sel-sel yang mati.

Beberapa faktor resiko dari keputihan adalah :


a) Penggunaan beberapa jenis alat kontrasepsi, seperti alat
kontrasepsi jenis oral, pil KB, penggunaan kondom,
diafraghma dengan spermatisida, dan IUD (Intrauterine
Device). Keputihan pun dapat karena rangsangan mekanis pada
alat kontrasepsi yang menyebabkan keluarnya cairan
berlebihan. Selain itu, beberapa alat kontrasepsi bisa melukai
epitel vagin. Pemakaian Pil KB menyebabkan keseimbangan
hormon terpengaruh dan terjadi ketidakseimbangan pH.
b) Para wanita ibu-ibu maupun remaja dalam keadaan stress,
pikiran berat, kelelahan, dan lain- lain. Semua organ tubuh
kinerjanya dipengauhi oleh otak, maka ketika reseptor otak
mengalami kondisi stress hal ini dapat terjadi perubahan dan
keseimbangan hormon-hormon dalam tubuh dan hal ini dapat
terjadi adanya keputihan.
c) Seseorang yang sedang mengalami masa hamil. Pada masa ini
terjadi perubahan hormon penyesuaian pH organ kewanitaan
ibu hamil.
d) Para wanita yang mengalami Diabetes Mellitus dan
mengonsumsi terlalu banyak gula. Diabetes tidak terkontrol
sehingga kadar gula yang tinggi menyebabkan adanya gula
dalam urin dan darah dan mengakibatkan bakteri tumbuh
subur.
e) Para wanita dalam masa post menopause atau pada masa
premenarche.

3. Bagaimana mekanisme keputihan fisiologi, strukur yang berperan serta


gejala klinisnya?3
Keputihan secara fisiologis erat kaitannya dengan sekret yang sekret lendir
yang dihasilkan oleh organ vagina dan cervix uterus.
1. Vagina
Secara anatomis vagina memiliki 3 lapisan yakni lapisan mukosa,
muskularis dan adventisia. Mukosa pada vagina berikatan kuat dengan
lapisan muskularis. Di lapisan epithelial mukosa terdapat 2 lipatan
utama longitudinal. Salah satunya di anterior sedangkan sisanya di
posterior. Masing-masing lipatan ini membentuk lipatan-lipatan yang
lebih kecil yang meluas secara transversal pada vagina dengan
kedalaman lipatan yang berbeda-beda. Lipatan-liptaan ini berkembang
baik ketika seorang wanita belum pernah melahirkan.
Secara histologis, epitel yang terdapat pada vagina adalah epitel
squamosa tidak bertanduk. Setelah masa pubertas, epitel pada vagina
mengalami penebalan dan kaya akan glikogen. Tidak seperti mamalia
lain, epitel vagina pada manusia tidak mengalami perubahan secara
signifikan selama siklus menstruasi. Tapi yang mengalami perubahan
hanyalah kadar glikogen yang meningkat pada masa setelah ovulasi
dan berkurang pada saat akhir masa siklus.
Produksi glikogen pada epitel vagina dipengaruhi oleh estrogen.
Hormon ini menstimulasi epitel vagina sehingga dapat memproduksi
dan menyimpan glikogen dalam jumlah yang besar, yang kemudian
dilepaskan pada lumen vagina untuk membasahi daerah sekitarnya.
Secara alami, flora normal vagina akan memetabolisme glikogen
membentuk asam laktat yang bertanggung jawab dalam merendahkan
suasana pH vagina, terutama saat pertengahan siklus menstruasi.
Suasana asa ini sangat berperan dalam mencegah invasi bakteri
patologis.
2. Cervix
Cervix uterus merupakan bagian yang menghubungkan vagina dengan
tuba tuerina melalui os external canalis cervicalis yang dilapisi oleh
membran mucosa yang disebut endocervix. Bagian ini mengandung
mucus yang disekresikan oleh kelenjar tubular yang dilapisi oleh epitel
kolumner dan dipenuhi oleh sel silia.
Aktivitas sekresi kelenjar pada endocervix diregulasi oleh estrogen dan
mencapai jumlah maximal pada masa ovulasi. Fungsi sekret
endocervicalis adalah memberi lubrikasi selama hubungan seksual
terjadi dan berperan sebagai sawar yang melindungi dari invasi bakteri.
Selama ovulasi, mukus pada cervix menjadi lebih encer, berair dan
pHnya lebih alkali dibanding sebelumnya, kondisi ini dibuat
sedemikian rupa agar dapat mendukung migrasi sperma. Selain itu
terjadi pula peningkatan jumlah ion dalam mukus sehingga terbentuk
Kristal-kristal yang menyerupai pakis. Secara klinis, hal ini dapat
digunakan sebagai pendeteksi saat yang tepat untuk melakukan
fertilisasi.Setelah masa ovulasi, mukus cervix menjadi lebih kental dan
asam.
Ada sejumlah flora normal pada vagina dan cervix, namun yang paling
sering ditemui adalah Lactobacillus acidophilus. Bakteri ini mampu
memproduksi asam laktat dengan jalan memecahkan glikogen yang
berasal dari sekret vagina dan cervix. Asam laktat ini membentuk
semacam lapisan asam (pH 3,0), yang dapat mencegah proliferasi
bakteri patologis.

Fisiologi
Vagina merupakan organ reproduksi wanita yang rentan terhadap
infeksi, hal ini karena batas antara uretra, anus dan vagina berdekatan
sehingga kuman penyakit seperti jamur, bakteri, parasit atau virus
mudah masuk. Infeksi yang sering terjadi pada vagina disebabkan
karena ketidakseimbangnya ekosistem vagina, dimana ekosistem ini
dipengaruhi oleh 2 unsur :
a. Estrogen yang berfungsi dalam menentukan kadar zat gula sebagai
simpanan energi sel tubuh (glikogen).
b. Lactobacillus, yang membutuhkan glikogen sebagai nutrisi yang
akan digunakan untuk metabolisme pertumbuhannya.
Sisa metabolisme kemudian menghasilkan asam laktat yang
menentukan suasana asam di dalam vagina, dengan pH 3,8-4,2.
Dengan tingkat keasaman ini lactobacillus akan tumbuh subur
sehingga bakteri pathogen akan mati.

4. Bagaimana mekanisme keputihan patologi serta pertanda klinisnya?4,5

Vagina merupakan organ reproduksi wanita yang sangat rentan terhadap


infeksi. Hal ini disebabkan batas antara uretra dengan anus sangat dekat,
sehingga kuman penyakit seperti jamur, bakteri, parasit, maupun virus
mudah masuk ke liang vagina. Infeksi juga terjadi karena terganggunya
keseimbangan ekosistem di vagina. Ekosistem vagina merupakan
lingkaran kehidupan yang dipengaruhi oleh dua unsur utama, yaitu
estrogen dan bakteri Lactobacillus atau bakteri baik. Di sini estrogen
berperan dalam menentukan kadar zat gula sebagai simpanan energi dalam
sel tubuh (glikogen). Glikogen merupakan nutrisi dari Lactobacillus, yang
akan dimetabolisme untuk pertumbuhannya. Sisa metabolisme kemudian
menghasilkan asam laktat, yang menentukan suasana asam di dalam
vagina, dengan pH di kisaran 3,8-4,2. Dengan tingkat keasaman ini,
Lactobacillus akan subur dan bakteri patogen akan mati.

Di dalam vagina terdapat berbagai macam bakteri, 95% Lactobacillus, 5%


patogen. Dalam kondisi ekosistem vagina seimbang, bakteri patogen tidak
akan mengganggu. Bila keseimbangan itu terganggu, misalnya tingkat
keasaman menurun, pertahanan alamiah akan turun, dan rentan mengalami
infeksi. Ketidakseimbangan ekosistem vagina disebabkan banyak faktor.
Di antaranya kontrasepsi oral, penyakit diabetes melitus, antibiotika, darah
haid, cairan sperma, penyemprotan cairan ke dalam vagina (douching), dan
gangguan hormon seperti saat pubertas, kehamilan, atau menopause.

Ketidakseimbangan ini mengakibatkan tumbuhnya jamur dan kuman-


kuman yang lain. Padahal adanya flora normal dibutuhkan untuk menekan
tumbuhan yang lain itu untuk tidak tumbuh subur. Kalau keasaman dalam
vagina berubah maka kuman-kuman lain dengan mudah akan tumbuh
sehingga akibatnya bisa terjadi infeksi yang akhirnya menyebabkan fluor
albus, yang berbau, gatal, dan menimbulkan ketidaknyamanan. Begitu
seorang wanita melakukan hubungan seks, maka wanita tersebut terbuka
sekali terhadap kuman-kuman yang berasal dari luar. Karena itu fluor
albus pun bisa didapat dari kuman penyebab penyakit kelamin yang
mungkin dibawa oleh pasangan seks wanita tersebut.Dalam hal ini
trichomonas vaginalis merupakan jenis parasit yang sangat sering banyak
menyebabkan keputihan karena tertular melalui hubungan seks.

Patomekanisme dari tiap gejala:

1. Bau, disebabkan oleh adanya amin yang menguap bila cairan vagina
lebih basa. Hal ini akan menyebabkan amin terlepas dari
pengikatannya pada protein dan amin yang mneguap menimbulkan
bau yang khas. Gatal merupakan hasil dari stimulasi zat pruritogen
yang berfungsi untuk pertahanan terhadap bahan atau mikroorganisme
sebagai efek dari reaksi imun. Zat pruritogen akan mengaktifkan
serabut saraf aferen dan melanjutkannya sampai ke korteks untuk
dipersepsi. Kejadian ini akan memberikan reflex menggaruk untuk
mengubah aliran potensial aksi saraf dengan mengharapkan adanya
inhibisi minimal terhadap rasa gatal yang ditimbulkan.
2. Nyeri adalah mekanisme protektif yang dimaksudkan untuk
menimbulkan kesadaran bahwa telah atau akan terjadi kerusakan
jaringan. Noksilous adalah suatu rangsangan yang sifatnya dapat
menimbulkan nyeri. Rangsangan noksilous tadi akan ditangkap oleh
reseptornya yang disebut nosiseptor. Rangsangan tadi akan diubah
menjadi arus listrik (impuls) melalui proses Transduksi.Impuls nyeri
yang berasal dari nosiseptor disalurkan ke SSP melalui salah satu dari
dua jenis serat aferen. Sisanya yang berasal dari nosiseptormekanis
dan termal disalurkan melalui serat A delta yang berukuran besar dan
bermyelin dengan kecepatan sampai 30 meter/detik (jalur nyeri cepat).
Impuls dari nosiseptor polimodal diangkut oleh serat C yang kecil dan
tidak bermyelin yang jauh lebih lambat sekitar 12 meter/detik (jalur
nyeri lambat). Setelah itu akan terjadi penyaluran arus listrik yang
dikenal dengan Konduksi. Setelah arus lstrik akan mencapai pada
cornu dorsalis dengan pengeluaran neurotransmiter seperti CGRD,
substansi P, dan glutamat maka terjadilah Transmisi yang nantinya
akan disalurkan pada jalur antero laterak segmen yang berkaitan. Arus
listrik akan disalurkan kebagian atas medulla spinalis hingga sampai
pada batang otak (formatio retikularis) untuk meningkatkan
kewaspadaan, ke atas selanjutnya pada Thalamus hingga terlokalisir
pada korteks somatosensorik. Thalamus berfungsi sebagai persepsi
nyeri dan korteks somatosensorik untuk mengetahui lokalisasi nyeri
yang diarasakan oleh tubuh. Sebenarnya akan terjadi Modulasi yaitu
pengurangan atau penghambatan rasa nyeri yang terjadi pada
transmisi ke kornu dorsalis dengan menghambat pengeluaran
neurotransmiter nyeri seperti subtansia P. Penghambatan ini
melibatkan opiat endogen yang akan menduduki reseptornya pada
ujung presinaps saraf aferen, sehingga subtansia P dikurangi atau
dihambat pelepasannya ke kornu dorsalis. Opiat endogen ini terdiri
dari endorfin, enkefalin dan dinorfin. Mekanisme pengeluaran opiat
endogen ini melibatkan sistem limbik, substansia grisea
periakuaduktus dan formatio retikularis.

5. Bagaimna pengaruh penggunaan IUD terdapat kejadian keputihan pada


skenario?6,7,8,9

IUD (Intra Uterine Device) atau alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)
adalah salah satu alat kontrasepsi sampai sekarang mekanisme kerjanya
belum diketahui secara pasti. Pendapat yang terbanyak ialah bahwa IUD
dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang
disertai dengan sebukan leukosit yang daoat menghancurkan blastokista
atau sperma. Adapun mekansime kerja local AKDR pada uterus adalah
sebagai berikut:
- AKDR merupakan benda asing dalam rahim sehingga
menimbulkan reaksi benda asing dengan timbunan leukosit,
makrofag, dan limfosit.
- AKDR menimbulkan perubahan pengeluaran cairan,
prostaglandin, yang menghalangi kapasitasi spermatozoa.
- Pemadatan endometrium oleh leukosit, makrofag, dan limfosit
menyebabkan blastokista mungkin dirusak oleh makrofag dan
blastokista tidak mungkin melakukan nidasi.
- Ion Cu yang dikeluarkan oleh AKDR dengan cupper
menyebabkan gangguan gerak spermatozoa sehingga
memngurangi kemampuan untuk melaksanakan konsepsi.

Keputihan atau leukorea adalah semua pengeluaran cairan dari


genitalia yang bukan darah. Leukorea tidak berdiri sendiri melainkan
manifestasi klinis dari suatu penyakit. Leukorea dapat terjadi secara
normal ataupun abnormal. Beberapa kondisi dengan leukorea
abnormal yaitu:
- Keganasan alat kelamin, pada kondisi ini sering disertai dengan
darah
- Terkena benda asing seperti logam yang masuk pada liang
senggama atau alat kontrasepsi seperti IUDAdanya tumor jinak,
yaitu polip mulut rahim atau polip rahim, atau jenis tumor jinak
lainnya.

6. Apakah ada hubungan riwayat melahirkan P1AO dengan keputihan?


Kalau iya jelaskan?

Hubungan antara riwayat melahirkan anak P1A0 tidak ada, hal ini
dikarenakan tidak dijelaskannya dalam scenario kapan pasien tersebut
hamil dan melahirkan anaknya tersebut. Dalam scenario ini, keputihan
lebih kuat dihubungkan dengan penggunaan alat kontrasepsi IUD.

7. Mikroorganisme apa saja yang dapat menyebabkan keputihan dan sekret


khas yang dihasilkan?10

a) Infeksi
a. Bakteri:
1. Gonococcus
Penyebab Gonococcus adalah coccus gram negative “Neisseria
gonorrhoeae” ditemukan oleh Neisser in 1879. Famili Neisseriacea
meliputi spesies Neisseria dan Moraxella catarrhalis seperti acinetobacter
dan kingella serta spesies moraxella lainnya. Neisseria adalah cocci gram
negatif yang biasanya berpasangan. Neisseria gonorrhoeae (gonococci)
dan neisseria meningtidis (meningococci) adalah patogen pada manusia
dan biasanya ditemukan bergabung atau di dalam sel polimorfonuklear.
Beberapa neisseriae berhabitat di saluran pernafasan manusia, jarang
menimbulkan penyakit dan terjadi secara ekstraseluler. Gonococci dan
meningococci saling berhubungan erat, dengan 70 % DNA homolog, dan
dapat dibedakan melalui beberapa tes laboratorium dengan ciri-ciri
spesifik: meningococci memiliki kapsul polisakarida sedangkan gonococci
tidak, dan meningococci jarang memiliki plasmid dimana kebanyakan
gonococci memilikinya. Yang paling penting, kedua spesies tersebut dapat
dibedakan dengan presentasi klinis dari penyakit yang disebabkannya:
meningococci biasanya ditemukan pada saluran pernafasan atas dan
menyebabkan meningitis, sementara gonococci menyebabkan infeksi alat
kelamin.

Ciri organisme: Secara umum ciri-ciri neisseriae adalah bakteri gram


negatif, diplokokus non motil, berdiameter mendekati 0,8 µm. Masing-
masing cocci berbentuk ginjal; ketika organisme berpasangan sisi yang
cekung
2. Gardanerrella vaginalis
Gardnerella adalah salah satu genus dari bakteri gram-variabel yang mana
merupakan suatu spesies. Gardnerella vaginalis dapat menyebabkan
bacterial vaginosis pada wanita. Salah satu dari spesies Haemophilus,
tumbuh, berukuran kecil, sirkuler, koloni abu-abu, di bawah mikroskop
terlihat gram negative, namun sebenarnya memiiki dinding sel gram
positive, dengan sel clue, sel epitel yang menyelimuti bakteri.
Gardanerrella menyebabkan peradangan vagina yang tidak spesifik dan
kadang dianggap sebagai bagian dari mikroorganisme normal dalam
vagina karena seringnya ditemukan. Bakteri ini biasanya mengisi penuh
sel epitel vagina dengan membentuk bentukan khas dan disebut clue cell.
Pertumbuhan yang optimal pada pH 5.0-6.5. Gardanerrella menghasilkan
asam amino yang diubah menjadi senyawa amin yang menimbulkan bau
amis seperti ikan. Infeksi ini menyebabkan rasa gatal dan mengganggu.
Warna cairan keabuan, berair, berbuih dan bermau amis. bakteri ini juga
dapat memicu munculnya penyakit kelamin seperti sifilis dan gonorhea

3. Treponema Pallidum (= Spirochaeta pallida)


Ciri-ciri khas dari Treponema pallidum ini berbentuk spiral langsing,
berukuran lebar kira-kira 0,2 µm dan panjang 5-15 µm. Spiralnya melilit
teratur berjarak 1 µm satu sama lain. Organisme ini bergarak secara aktif,
terus menerus berputar mengelilingi sumbu panjangnya. Sumbu panjang
spiral biasanya lurus tetapi kadang-kadang dapat bengkok, sehingga pada
suatu saat organisme ini membentuk lingkaran lurus yang normal. Karena
begitu tipis, mikroorganisme ini tidak jelas terlihat, kecuali dengan
penerangan lapangan gelap atau dengan pewarnaan imunofluoresensi.

b. Jamur
Candida albicans
Cairan yang dikeluarkan biasanya kental, berwarna putih susu seperti susu
pecah atau seperti keju, dan sering disertai gatal, vagina tampak
kemerahan akibat proses peradangan. Dengan KOH 10% tampak sel ragi

(blastospora) dan hifa semu (pseudohifa). Beberapa keadaan yang dapat


merupakan tempat yang subur bagi pertumbuhan jamur ini adalah
kehamilan, diabetes mellitus, pemakai pil kontrasepsi. Pasangan penderita
juga biasanya akan menderita penyakit jamur ini. Keadaan yang saling
menularkan antara pasangan suami-istri disebut sebagai phenomena
pingpong.

c. Parasit
Trichomonas vaginalis
Parasit ini berbetuk lonjong dan mempuyai bulu getar dan dapat bergerak
berputar-putar dengan cepat. Gerakan ini dapat dipantau dengan
mikroskop. Cara penularan penyakit ini dengan senggama. Walaupun
jarang dapat juga ditularkan melalui perlengkapan mandi, seperti handuk
atau bibir kloset.

d. Virus
1.Virus Herpes simpleks
Virus herpes yang paling sering > 95% adalah virus herpes simpleks tipe 2
yang merupakan penyakit yang ditularakan melalui senggama. Namun 15-
35% dapat juga disebabkan virus herpes simpleks tipe 1. Pada awal infeksi
tampak kelainan kulit seperti melepuh seperti terkena air panas yang
kemudian pecah dan meimbulkan luka seperti borok. Pasien merasa
kesakitan.
2. Human Papilloma Virus
.Human Papilloma Virus merupakan penyebab dari kondiloma akuminata.
Kondiloma ditandai dengan tumbuhnya kutil-kutil yang kadang sangat
banyak dan dapat bersatu membentuk jengger ayam berukuran besar.
Cairan di vagina sering berbau tanpa rasa gatal. Penyakit ini ditularkan
melalui senggama dengan gambaran klinis menjadi lebih buruk bila
disertai gangguan sistem imun tubuh seperti pada kehamilan, pemakain
steroid yang lama seperti pada pasien dengan gagal ginjal atau setelah
transplantasi ginjal, serta penderita HIV AIDS.

8. Bagaimana mekanisme terjadinya gatal dan kemerahan pada skenario?21,22


Pajanan dengan antigen (berasal dari mengaktifkan sel Th2 yang
merangsang sel B berkembang menjadi sel plasma yang memproduksi IgE.
Molekul IgE yang dilepas diikat oleh FceR1 pada sel mast dan basofil
(banyak molekul IgE dengan berbagai spesifitas dapat diikat FceR1).
Pajanan kedua dengan alergen menimbulkan ikatan silang antara antigen
dan IgE yang diikat sel mast, memacu pelepasan mediator farmakologis
aktif (amin vasoaktif) dan sel mast dan basofil. Mediator-mediator tersebut
menimbulkan kontraksi otot polos, meningkatkan permeabilitas vaskular
dan vasodilatasi, kerusakan jaringan, dan anafilaksis.

Kemerahan terjadi akibat vasodilatasi pembuluh darah pada kulit di bagian


sekitar kemaluan. Hal ini timbul sebagai reaksi kulit terhadap mediator
histamin yang dilepaskan saat alergen mengiritasi kulit sekitar kemaluan.

Pruritus atau gatal adalah sensasi subjektif yang tidak menyenangkan dan
mengganggu yang berasal dari lapisan superfisial kulit yang menimbulkan
keinginan untuk menggaruk.

Histamin merupakan mediator utama pruritus. Pruritus secara khusus


dimediasi oleh reseptor H1. Banyak substansi-substansi yang menginduksi
pruritus dengan mengeluarkan histamine dari sel mast di kulit yang
menstimulasi unmyelinated primary afferent nerves dan spinal neurons
menuju kuadran anterolateral otak.

9. Jelaskan langkah-langkah mendiagnosis keputihan dalam skenario?11


1) Anamnesis
- Keluhan utama
- Sudah berapa lama ?
- Banyaknya keputihan yang keluar?
Pada infeksi Trichomonas keputihan yang keluar biasanya sangat
banyak
- Apakah keputihanya keluar terus menerus atau pada waktu
tertentu saja ?
- Warna keputihan?
Pada keputihan akibat infeksi Trichomonas biasanya keputihan
yang keluar berwarna kuning hijau dan berbusa
Keputihan akibat Candida berwarna putih kental seperti
susu,menggumpal
Vaginosis bacterial sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-
abu hingga kekuningan, keputihan akibat infeksi klamidia
berwarna kuning seperti pus.
- Apakah keputihan berbau atau tidak ?
Biasanya bau pada vaginosis akan bertambah setelah
berhubungan seksual, bau keputihan yang disebabkan
Trichomonas sangat khas berbau amis.
- Keluhan lainnya
- Apakah keputihan disertai gatal ?
- Apakah keputihan disertai nyeri ?
- Nyeri saat bersenggama ?
- Nyeri pinggang?
- Nyeri saat kencing?
- Apakah pernah keluar darah dari kemaluan di luar darah saat
haid?
- Riwayat kebiaaan
- Tanyakan kebiasaan mengganti celana dalam? berapa kali dalam
sehari? 
- Tanyakan juga kebiasaan membasuh vagina setelah buang air?
- Tanyakan juga kebiasaan menggunakan pencuci vagina?
sabun,bedak atau pengharum vagina yang lainnya?
- Perlu juga menanyakan riwayat berhubungan seksual ?      
- Riwayat Pengobatan sebelumnya
- Riwayat penggunaan kontrasepsi
- Riwayat penyakit lainnya
2) Pemeriksaan fisis genital
- Inspeksi kulit perut bawah, rambut pubis terutama perineum, dan
anus. inspeksi dan palpasi genital eksterna.sebaiknya lakukan
pemeriksaan spekulum untuk vagina dan serviks.pemeriksaan
bimanual pelvis,palpasi kelenjar getah bening dan femoral.
3) Pemeriksaan Penunjang
- Kultur urin (untuk menyingkirkan infeksi bakteri pada traktus
urinarius)
- Sitologi vagina
- Kultur sekret vagina
- Tes serologis untuk brucellosis dan herpes
- Pemeriksaan PH vagina
- Pap smear
- Penilaian swab untuk pemeriksaan dengan larutan garam
fisiologis dan KOH pulasan dengan pewarnaan gram

10. Diagnosis banding :


a. Candidiasis12
DEFINISI
Kandisosis, yang juga dikenal dengan ‘yeast infection’, adalah infeksi
jamur yang terjadi ketika ada pertumbuhan yang berlebihan dari salah
satu jamur, yaitu Candida. Candida dalam keadaan normal terdapat
dalam tubuh dengan jumlah yang sedikit.namun begitu, ketika terjadi
ketidakseimbangan seperti perubahan keasaman normal vagina atau
perubahan keseimbangan hormonal, maka candida bisa
bermultiplikasi.

PREVALENSI
Hampir pada 50% dari wanita yang berumur lebih dari 25 tahun,
didapatkan candidiasis vulvovaginal pada beberapa waktu tertentu,
kurang dari 5% dari wanita ini memiliki riwayat rekurens.

PATOGENESIS DAN FAKTOR PREDISPOSISI


Dalam kondisi normal, kehadiran Candida albicans dalam tubuh
manusia tidak menimbulkan gangguan apapun. Gangguan hanya akan
muncul apabila keseimbangan populasi flora normal ini mengalami
perubahan. Entah itu jumlahnya meningkat dengan pesat ataupun
menurun secara drastis. Perubahan keseimbangan flora normal dalam
vagina dapat terjadi karena beberapa hal, antara lain:
- Kehamilan : selama kehamilan vagina menunjukkan peningkatan
kerentanan terhadap infeksi Candida spp. sehingga prevalensi
kolonisasi vagina dan vaginitis sirntomatik meningkat, khususnya
dalam trimester ketiga. Diduga estrogen meningkatkan perlekatan
Candida spp. pada sel epitel vagina dan secara langsung
meningkatkan virulensi ragi
- Kontrasepsi oral : khususnya pada kadar estrogen tinggi.
- Diabetes mellitus : frekuensi kolonisasi lebih tinggi (merupakan
faktor predeposisi bila tidak dikontrol).
- Antibiotika : timbulnya VVC simptomatik sering terjadi selama
pemakaian antibiotika oral sistemik khususnya dengan spektrum
lebar seperti tetrasiklim, arnpisilin dan sefalosporin karena
eliminasi flora bakteri vagina yang bersifat protektif seperti
laktobasilus.
- Umur: pada bayi dan orangtua lebih sering terkena
- Imunologik/ penyakit genetik
- Iklim: panas dan kelembaban menyebabkan perspirasi meningkat
- Kebersihan kulit
- Kontak dengan pasien
- Lainnya: pakaian yang ketat rapat dengan celana dalam nilon
meningkatkan kelembaban dan suhu daerah perineal sehingga
insiden VVC meningkat.

MANIFESTASI KLINIS
- Pruritus dan duh vagina merupakan keluhan umum tetapi tidak
spesifik VVC.
- Nyeri vagina,
- Iritasi,
- Rasa terbakar,
- Dyspareunia dan dysuria eksternal juga sering rnenyertai,
- Eritema dan bengkak labia serta vulva.
- Yang khas adalah bahwa gejala meningkat seminggu sebelum
menstruasi dan sedikit menurun dengan mulainya haid. (penyakit
hub, seksual akibat)
- Keputihan tidak berbau, atau berbau asam.
- Keputihan bisa banyak, dan pada dinding vagina biasanya
ditemukan gumpalan keju (cottage cheeses) yang menempel.
- Radang pada vulva dan vagina dapat disertai maserasi,
pseudomembran, fiura, dan lesi satelit papulopustular.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan mikroskopik sekret vagina dengan sediaan basah
KOH 10% dapat terlihat adanya bentuk ragi (yeast form): blastopora
dan pseudohifa (seperti sosis panjang bersambung). Dengan
pewarnaan gram dapat ditemukan pseudohifa yang bersifat gram
positif dan blastopora.
DIAGNOSIS
Wanita yang mengalami kandidiasis vulvovaginalis akan menunjukkan
manifestasi klinis yang disebutkan di atas. Test dengan menggunakan
KOH dan kultur jamur memiliki keterbatasan akan tetapi test ini masih
berguna untuk mengidentifikasi penyaklit ini. Pemeriksaan
mikroskopik sekret vagina akan menunjukkan hifa. Karakteristik
’budding mycelia’ akan terlihat pada kurang dari 30% kultur postif
kandida. Biasanya kandida vulvovaginalis disertai dengan penyakit
trikomoniasis dan bakterial vaginosis.

PENGOBATAN
Kandidiasis genital dapat diterapi secara topikal atau oral. Obat
golongan azol efektif pada 80%-90% pasien yang menyelesaikan
terapi. Pemberian yoghurt oral setiap hari dan hiposensitisasi dengan
preparat-preparat antigen C. albicans dilaporkan berhasil pada
sebagian perempuan.

Intavaginal:
 Butoconazole 2% kream, 5 gr selama 3 hr
 Butoconazole 2% kream, 5 gr, aplikasi intravagina tunggal
 Clotrimazole 1% kream, 5 gr selama 7-14 hr
 Clotrimazole 100 mg, vaginal tablet selama 7 hr
 Clotrimazole 100 mg, vaginal tablet, 2 tablet 3 hr
 Clotrimazole 500 mg, vaginal tablet, 1 tablet dalam aplikasi
tunggal
 Miconazole 100 mg, vaginal suppositoria, 1 suppositoria 7 hr
 Miconazole 200 mg, vaginal suppositoria, 1 suppositoria 3 hr
 Nystatin 100,000 unit, vaginal tablet, 1 tablet 14 hr
 Tioconazole 6,5% ointment, 5 gr, intravagina dalam aplikasi
tunggal
 Terconazole 0,4% kream, 5 gr, intravaginal 7 hr
 Terconazole 0,8% kream, 5 gr, intravaginal 3 hr
 Terconazole 80 mg, vagina suppositoria, I suppositoria 3 hr

b. Bacterial vaginosis13,14
PENGERTIAN
Vaginosis bakterial adalah keadaan abnormal pada ekosistem vagina
yang disebabkan bertambahnya pertumbuhan flora vagina bakteri
anaerob menggantikan Lactobacillus yang mempunyai konsentrasi
tinggi sebagai flora normal vagina. Awalnya infeksi pada vagina hanya
disebut dengan istilah vaginitis, di dalamnya termasuk vaginitis akibat
Trichomonas vaginalis dan akibat bakteri anaerob lain berupa
Peptococcus dan Bacteroides, sehingga disebut vaginitis nonspesifik.
Setelah Gardner menemukan adanya spesies baru yang akhirnya
disebut Gardnerella vaginalis, istilah vaginitis nonspesifik pun mulai
ditinggalkan. Berbagai penelitian dilakukan dan hasilnya disimpulkan
bahwa Gardnerella melakukan simbiosis dengan berbagai bakteri
anaerob sehingga menyebabkan manifestasi klinis vaginitis.
Gardnerella vaginalis sendiri juga merupakan bakteri anaerob batang
gram variable yang mengalami hiperpopulasi sehingga menggantikan
flora normal vagina dari yang tadinya bersifat asam menjadi bersifat
basa. Perubahan ini terjadi akibat berkurangnya jumlah Lactobacillus
yang menghasilkan hidrogen peroksida. Lactobacillus sendiri
merupakan bakteri anaerob batang besar yang membantu menjaga
keasaman vagina dan menghambat mikroorganisme anaerob lain untuk
tumbuh di vagina. Vaginosis Bakterial (VB) tidak dikategorikan
sebagai penyakit menular seksual, meskipun penularannya berkaitan
dengan kebiasaan hubungan seksual. Hasil ini diperoleh dari tiga fakta:
1) insiden VB meningkat seiring dengan makin seringnya
berhubungan seksual,
2) pasangan seksual baru dapat berhubungan dengan VB, dan
3) pasangan pria yang tidak ada gejala apa-apa ternyata banyak
ditemukan Gardnerella. Pada intinya terdapat hubungan antara
infeksi G.vaginalis dengan ras, promiskuitas, stabilitas marital, dan
kehamilan sebelumnya. Pada penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR) dapat ditemukan serta di¬ikuti infeksi G.vaginalis
dan kuman anaerob negatif-gram. Hampir 100% wanita me¬nikah
yang mengalami tanda dan gejala VB di USA memelihara
G.vaginalis yang juga ditemukan pada hampir 70% pria pasangan
seksualnya.

ETIOLOGI
Meskipun penyebab dari vaginosis bacterialis belum diketahui
dengan pasti namun telah diketahui berhubungan dengan kondisi
keseimbangan bakteri normal dalam vagina yang berubah.29
Ekosistem vagina normal adalah sangat kompleks. Lactobacillus
merupakan spesies bakteri yang dominan (flora normal) pada
vagina wanita usia subur, tetapi ada juga bakteri lainnya yaitu
bakteri aerob dan anaerob. Pada saat bakterial vaginosis muncul,
terdapat pertumbuhan berlebihan dari beberapa spesies bakteri
yang ditemukan, dimana dalam keadaan normal ada dalam
konsentrasi rendah.6 Penyebab bakterial vaginosis bukan
organisme tunggal. Pada suatu analisis dari data flora vagina
memperlihatkan bahwa ada 3 kategori dari bakteri vagina yang
berhubungan dengan bakterial vaginosis, yaitu :
1. Gardnerella vaginalis
Berbagai kepustakaan selama 30 tahun terakhir membenarkan
observasi Gardner dan Dukes’ bahwa Gardnerella vaginalis
sangat erat hubungannya dengan bakterial vaginosis.6
Organisme ini mula-mula dikenal sebagai H. vaginalis
kemudian diubah menjadi genus Gardnerella atas dasar
penyelidikan mengenai fenetopik dan asam dioksi-ribonukleat.
Tidak mempunyai kapsul, tidak bergerak dan berbentuk batang
gram negatif atau variabel gram. Tes katalase, oksidase,
reduksi nitrat, indole, dan urease semuanya negatif
Kuman ini bersifat fakultatif, dengan produksi akhir utama
pada fermentasi berupa asam asetat, banyak galur yang juga
menghasilkan asam laktat dan asam format. Ditemukan juga
galur anaerob obligat. Dan untuk pertumbuhannya dibutuhkan
tiamin, riboflavin, niasin, asam folat, biotin, purin, dan
pirimidin.7 Berbagai literatur dalam 30 tahun terakhir
membuktikan bahwa G. vaginalis berhubungan dengan
bacterial vaginalis. Bagaimanapun dengan media kultur yang
lebih sensitive G. Vaginalis dapat diisolasi dalam konsentrasi
yang tinggi pada wanita tanpa tanda-tanda infeksi vagina. Saat
ini dipercaya bahwa G. vaginalis berinteraksi dengan bakteri
anaerob dan hominis menyebabkan bakterial vaginosis.
2. Mycoplasma hominis
Pertumbuhan Mycoplasma hominis mungkin distimulasi oleh
putrescine, satu dari amin yang konsentrasinya meningkat pada
bakterial vaginosis. 6 Konsentrasi normal bakteri dalam vagina
biasanya 105 organisme/ml cairan vagina dan meningkat menjadi 108-
9 organisme/ml pada bakterial vaginosis. Terjadi peningkatan
konsentrasi Gardnerella vaginalis dan bakteri anaerob termasuk
Bacteroides, Leptostreptococcus, dan Mobilincus Spp sebesar 100-
1000 kali lipat.
3. Bakteri anaerob
Mobilincus Spp dan Bacteriodes Spp Spiegel menyimpulkan bahwa
bakteri anaerob berinteraksi dengan G. Vaginalis untuk menimbulkan
vaginosis. Peneliti lain memperkuat adanya hubungan antara bakteri
anaerob dengan bakterial vaginosis. Menurut pengalaman, Bacteroides
Spp paling sering dihubungkan dengan bakterial vaginosis.
Mikroorganisme anaerob yang lain yaitu Mobilincus Spp, merupakan
batang anaerob lengkung yang juga ditemukan pada vagina bersama-
sama dengan organisme lain yang dihubungkan dengan bakterial
vaginosis. Mobilincus Spp hampir tidak pernah ditemukan pada
wanita normal, 85 % wanita dengan bakterial vaginosis mengandung
organisme ini.

PATOGENESIS
Ekosistem vagina adalah biokomuniti yang dinamik dan kompleks yang
terdiri dari unsur-unsur yang berbeda yang saling mempengaruhi. Salah
satu komponen lengkap dari ekosistem vagina adalah mikroflora vagina
endogen, yang terdiri dari gram positif dan gram negatif aerobik, bakteri
fakultatif dan obligat anaerobik. Aksi sinergetik dan antagonistik antara
mikroflora vagina endogen bersama dengan komponen lain,
mengakibatkan tetap stabilnya sistem ekologi yang mengarah pada
kesehatan ekosistem vagina. Beberapa faktor/kondisi yang menghasilkan
perubahan keseimbangan menyebabkan ketidakseimbangan dalam
ekosistem vagina dan perubahan pada mikroflora vagina. Dalam
keseimbangannya, ekosistem vagina didominasi oleh bakteri Lactobacillus
yang menghasilkan asam organik seperti asam laktat, hidrogen peroksida
(H2O2), dan bakteriosin. Asam laktat seperti organic acid lanilla yang
dihasilkan oleh Lactobacillus, memegang peranan yang penting dalam
memelihara pH tetap di bawah 4,5 (antara 3,8 - 4,2), dimana merupakan
tempat yang tidak sesuai bagi pertumbuhan bakteri khususnya
mikroorganisme yang patogen bagi vagina. Kemampuan memproduksi
H2O2 adalah mekanisme lain yang menyebabkan Lactobacillus hidup
dominan daripada bakteri obligat anaerob yang kekurangan enzim
katalase. Hidrogen peroksida dominan terdapat pada ekosistem vagina
normal tetapi tidak pada bakterial vaginosis. Mekanisme ketiga pertahanan
yang diproduksi oleh Lactobacillus adalah bakteriosin yang merupakan
suatu protein dengan berat molekul rendah yang menghambat
pertumbuhan banyak bakteri khususnya Gardnerella vaginalis. G. vaginalis
sendiri juga merupakan bakteri anaerob batang variabel gram yang
mengalami hiperpopulasi sehingga menggantikan flora normal vagina dari
yang tadinya bersifat asam menjadi bersifat basa. Perubahan ini terjadi
akibat berkurangnya jumlah Lactobacillus yang menghasilkan hidrogen
peroksida. Lactobacillus sendiri merupakan bakteri anaerob batang besar
yang membantu menjaga keasaman vagina dan menghambat
mikroorganisme anaerob lain untuk tumbuh di vagina.Sekret vagina adalah
suatu yang umum dan normal pada wanita usia produktif. Dalam kondisi
normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang
keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi
dari kelenjar Bartolini. Pada wanita, sekret vagina ini merupakan suatu hal
yang alami dari tubuh untuk membersihkan diri, sebagai pelicin, dan
pertahanan dari berbagai infeksi. Dalam kondisi normal, sekret vagina
tersebut tampak jernih, putih keruh, atau berwarna kekuningan ketika
mengering di pakaian, memiliki pH kurang dari 5,0 terdiri dari sel-sel
epitel yang matur, sejumlah normal leukosit, tanpa jamur, Trichomonas,
tanpa clue cell. 10 Pada bakterial vaginosis dapat terjadi simbiosis antara
G.vaginalis sebagai pembentuk asam amino dan kuman anaerob beserta
bakteri fakultatif dalam vagina yang mengubah asam amino menjadi amin
sehingga menaikkan pH sekret vagina sampai suasana yang sesuai bagi
pertumbuhan G. vaginalis. Beberapa amin diketahui menyebabkan iritasi
kulit dan menambah pelepasan sel epitel dan menyebabkan sekret tubuh
berbau tidak sedap yang keluar dari vagina. Basil-basil anaerob yang
menyertai bakterial vaginosis diantaranya Bacteroides bivins, B. Capilosus
dan B. disiens yang dapat diisolasikan dari infeksi genitalia.G. vaginalis
melekat pada sel-sel epitel vagina in vitro, kemudian menambahkan
deskuamasi sel epitel vagina sehingga terjadi perlekatan duh tubuh pada
dinding vagina. Organisme ini tidak invasive dan respon inflamasi lokal
yang terbatas dapat dibuktikan dengan sedikitnya jumlah leukosit dalam
sekret vagina dan dengan pemeriksaan histopatologis. Timbulnya bakterial
vaginosis ada hubungannya dengan aktivitas seksual atau pernah
menderita infeksi Trichomonas. Bakterial vaginosis yang sering rekurens
bisa disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang faktor penyebab
berulangnya atau etiologi penyakit ini.Walaupun alasan sering rekurennya
belum sepenuhnya dipahami namun ada 4 kemungkinan yang dapat
menjelaskan yaitu :
1. Infeksi berulang dari pasangan yang telah ada mikroorganisme
penyebab bakterial vaginosis. Laki-laki yang mitra seksual wanitanya
terinfeksi G. vaginalis mengandung G. vaginalis dengan biotipe yang
sama dalam uretra tetapi tidak menyebabkan uretritis pada laki-laki
(asimptomatik) sehingga wanita yang telah mengalami pengobatan
bakterial vaginosis cenderung untuk kambuh lagi akibat kontak
seksual yang tidak menggunakan pelindung.
2. Kekambuhan disebabkan oleh mikroorganisme bakterial vaginosis
yang hanya dihambat pertumbuhannya tetapi tidak dibunuh.
3. Kegagalan selama pengobatan untuk mengembalikan Lactobacillus
sebagai flora normal yang berfungsi sebagai protektor dalam vagina.
4. Menetapnya mikroorganisme lain yang belum diidentifikasi faktor
hostnya pada penderita, membuatnya rentan terhadap kekambuhan.

GAMBARAN KLINIS
Wanita dengan bakterial vaginosis dapat tanpa gejala. Gejala yang paling
sering pada bakterial vaginosis adalah adanya cairan vagina yang
abnormal (terutama setelah melakukan hubungan seksual) dengan adanya
bau vagina yang khas yaitu bau amis/bau ikan (fishy odor). Bau tersebut
disebabkan oleh adanya amin yang menguap bila cairan vagina menjadi
basa. Cairan seminal yang basa (pH 7,2) menimbulkan terlepasnya amin
dari perlekatannya pada protein dan amin yang menguap menimbulkan
bau yang khas. Walaupun beberapa wanita mempunyai gejala yang khas,
namun pada sebagian besar wanita dapat asimptomatik. Iritasi daerah
vagina atau sekitar vagina (gatal, rasa terbakar), kalau ditemukan lebih
ringan daripada yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis atau
C.albicans. Sepertiga penderita mengeluh gatal dan rasa terbakar, dan
seperlima timbul kemerahan dan edema pada vulva. Nyeri abdomen,
dispareuria, atau nyeri waktu kencing jarang terjadi, dan kalau ada karena
penyakit lain. Pada pemeriksaan biasanya menunjukkan sekret vagina
yang tipis dan sering berwarna putih atau abu-abu, viskositas rendah atau
normal, homogen, dan jarang berbusa.Sekret tersebut melekat pada
dinding vagina dan terlihat sebagai lapisan tipis atau kelainan yang difus.
Gejala peradangan umum tidak ada. Sebaliknya sekret vagina normal,
lebih tebal dan terdiri atas kumpulan sel epitel vagina yang memberikan
gambaran bergerombol.Pada penderita dengan bakterial vaginosis tidak
ditemukan inflamasi pada vagina dan vulva. Bakterial vaginosis dapat
timbul bersama infeksi traktus genital bawah seperti trikomoniasis dan
servisitis sehingga menimbulkan gejala genital yang tidak spesifik.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan preparat basah Dilakukan dengan meneteskan satu atau
dua tetes cairan NaCl 0,9% pada sekret vagina diatas objek glass
kemudian ditutupi dengan coverslip. Dan dilakukan pemeriksaan
mikroskopik menggunakan kekuatan tinggi (400 kali) untuk melihat
clue cells, yang merupakan sel epitel vagina yang diselubungi dengan
bakteri (terutama Gardnerella vaginalis). Pemeriksaan preparat basah
mempunyai sensitifitas 60% dan spesifitas 98% untuk mendeteksi
bakterial vaginosis. Clue cells adalah penanda bakterial vaginosis.
2. Whiff test Whiff test dinyatakan positif bila bau amis atau bau amin
terdeteksi dengan penambahan satu tetes KOH 10-20% pada sekret
vagina. Bau muncul sebagai akibat pelepasan amin dan asam organik
hasil alkalisasi bakteri anaerob. Whiff test positif menunjukkan
bakterial vaginosis.
3. Tes lakmus untuk pH Kertas lakmus ditempatkan pada dinding lateral
vagina. Warna kertas dibandingkan dengan warna standar. pH vagina
normal 3,8 - 4,2. Pada 80-90% bakterial vaginosis ditemukan pH >
4,5.
4. Pewarnaan gram sekret vagina Pewarnaan gram sekret vagina dari
bakterial vaginosis tidak ditemukan Lactobacillus sebaliknya
ditemukan pertumbuhan berlebihan dari Gardnerella vaginalis dan
atau Mobilincus Spp dan bakteri anaerob lainnya.
5. Kultur vagina Kultur Gardnerella vaginalis kurang bermanfaat untuk
diagnosis bakterial vaginosis. Kultur vagina positif untuk G. vaginalis
pada bakterial vaginosis tanpa grjala klinis tidak perlu mendapat
pengobatan.

DIAGNOSIS
Diagnosis bakterial vaginosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan mikroskopis. Anamnesis menggambarkan riwayat
sekresi vagina terus-menerus dengan bau yang tidak sedap. Kadang
penderita mengeluh iritasi pada vagina disertai disuria/dispareunia, atau
nyeri abdomen. Pada pemeriksaan fisis relatif tidak banyak ditemukan apa-
apa, kecuali hanya sedikit inflamasi dapat juga ditemukan sekret vagina
yang berwarna putih atau abu-abu yang melekat pada dinding vagina.3,7
Gardner dan Dukes (1980) menyatakan bahwa setiap wanita dengan
aktivitas ovum normal mengeluarkan cairan vagina berwarna abu-abu,
homogen, berbau dengan pH 5 - 5,5 dan tidak ditemukan T.vaginalis,
kemungkinan besar menderita bakterial vaginosis. WHO (1980)
menjelaskan bahwa diagnosis dibuat atas dasar ditemukannya clue cells,
pH vagina lebih besar dari tes amin positif dan adanya G. vaginalis sebagai
flora vagina utama menggantikan Lactobacillus. Balckwell (1982)
menegakkan diagnosis berdasarkan adanya cairan vagina yang berbau
amis dan ditemukannya clue cells tanpa T. vaginalis. Tes amin yang positif
serta pH vagina yang tinggi akan memperkuat diagnosis. Dengan hanya
mendapat satu gejala, tidak dapat menegakkan suatu diagnosis, oleh sebab
itu didapatkan kriteria klinis untuk bakterial vaginosis yang sering disebut
sebagai kriteria Amsel (1983) yang berpendapat bahwa terdapat tiga dari
empat gejala, yaitu :
1. Adanya sekret vagina yang homogen, tipis, putih, melekat pada
dinding vagina dan abnormal
2. pH vagina > 4,5
3. Tes amin yang positif, yangmana sekret vagina yang berbau amis
sebelum atau setelah penambahan KOH 10% (Whiff test).
4. Adanya clue cells pada sediaan basah (sedikitnya 20 dari seluruh
epitel) Gejala diatas sudah cukup untuk menegakkan diagnosis.

PENATALAKSANAAN
Penyakit baktrerial vaginosis merupakan penyakit yang cukup banyak
ditemukan dengan gambaran klinis ringan tanpa komplikasi. Sekitar 1 dari
4 wanita akan sembuh dengan sendirinya, hal ini diakibatkan karena
organisme Lactobacillus vagina kembali meningkat ke level normal, dan
bakteri lain mengalami penurunan jumlah. Namun pada beberapa wanita,
bila bakterial vaginosis tidak diberi pengobatan, akan menimbulkan
keadaan yang lebih parah. Oleh karena itu perlu mendapatkan pengobatan,
dimana jenis obat yang digunakan hendaknya tidak membahayakan dan
sedikit efek sampingnya. Semua wanita dengan bakterial vaginosis
simtomatik memerlukan pengobatan, termasuk wanita hamil. Setelah
ditemukan hubungan antara bakterial vaginosis dengan wanita hamil
dengan prematuritas atau endometritis pasca partus, maka penting untuk
mencari obat-obat yang efektif yang bisa digunakan pada masa kehamilan.
Ahli medis biasanya menggunakan antibiotik seperti metronidazol dan
klindamisin untuk mengobati bakterial vaginosis.

Terapi sistemik
Metronidazol merupakan antibiotik yang paling sering digunakan yang
memberikan keberhasilan penyembuhan lebih dari 90%, dengan dosis 2 x
400 mg atau 500 mg setiap hari selama 7 hari. Jika pengobatan ini gagal,
maka diberikan ampisilin oral (atau amoksisilin) yang merupakan pilihan
kedua dari pengobatan keberhasilan penyembuhan sekitar 66%).4,6,16,20
o Kurang efektif bila dibandingkan regimen 7 hari o Mempunyai aktivitas
sedang terhadap G.vaginalis, tetapi sangat aktif terhadap bakteri anaerob,
efektifitasnya berhubungan dengan inhibisi anaerob. 1 Metronidazol dapat
menyebabkan mual dan urin menjadi gelap.
- Klindamisin 300 mg, 2 x sehari selama 7 hari. Sama efektifnya
dengan metronidazol untuk pengobatan bakterial vaginosis dengan
angka kesembuhan 94%. Aman diberikan pada wanita hamil.
Sejumlah kecil klindamisin dapat menembus ASI, oleh karena itu
sebaiknya menggunakan pengobatan intravagina untuk perempuan
menyusui.
- Amoksilav (500 mg amoksisilin dan 125 mg asam klavulanat) 3 x
sehari selama 7 hari. Cukup efektif untuk wanita hamil dan intoleransi
terhadap metronidazol.
- Tetrasiklin 250 mg, 4 x sehari selama 5 hari.
- Doksisiklin 100 mg, 2 x sehari selama 5 hari.
- Eritromisin 500 mg, 4 x sehari selama 7 hari.
- Cefaleksia 500 mg, 4 x sehari selama 7 hari.

Terapi Topikal
- Metronidazol gel intravagina (0,75%) 5 gram, 1 x sehari selama 5
hari.
- Klindamisin krim (2%) 5 gram, 1 x sehari selama 7 hari.
- Tetrasiklin intravagina 100 mg, 1 x sehari.
- Triple sulfonamide cream.3,6 (Sulfactamid 2,86%, Sulfabenzamid
3,7% dan Sulfatiazol 3,42%), 2 x sehari selama 10 hari, tapi akhir-
akhir ini dilaporkan angka penyembuhannya hanya 15 – 45 %.
KOMPLIKASI
Pada kebanyakan kasus, bakterial vaginosis tidak menimbulkan
komplikasi setelah pengobatan. Namun pada keadaan tertentu, dapat
terjadi komplikasi yang berat. 11 Bakterial vaginosis sering dikaitkan
dengan penyakit radang panggul (Pelvic Inflamatory Disease/PID),
dimana angka kejadian bakterial vaginosis tinggi pada penderita PID. Pada
penderita bakterial vaginosis yang sedang hamil, dapat menimbulkan
komplikasi antara lain : kelahiran prematur, ketuban pecah dini, bayi berat
lahir rendah, dan endometritis post partum. Oleh karena itu, beberapa ahli
menyarankan agar semua wanita hamil yang sebelumnya melahirkan bayi
prematur agar memeriksakan diri untuk screening vaginosis bakterial,
walaupun tidak menunjukkan gejala sama sekali. Mekanisme vaginosis
bakterialis menyebabkan BBLR belum diketahui, tetapi terdapat bukti
dengan adanya infeksi traktus genitalia bagian atas dapat membuat
kelahiran prematur, melalui proses inflamasi. Endometritis adalah radang
pada dinding uterus yang umumnya disebabkan oleh partus. Dengan kata
lain endometritis didefinisikan sebagai inflamasi dari endometrium Derajat
efeknya terhadap fertilitas bervariasi dalam hal keparahan radang , waktu
yang diperlukan intuk penyembuhan lesi endometrium, dan tingkat
perubahan permanen yang merusak fungsi dari glandula endometrium
dan/atau merubah lingkungan uterus dan/atau oviduk. Organisme
nonspesifik primer yang dikaitkan dengan patologi endometrial adalah
Corynebacterium pyogenes dan gram negatif anaerob. Bakterial vaginosis
disertai peningkatan resiko infeksi traktus urinarius. Prinsip bahwa
konsentrasi tinggi bakteri pada suatu tempat meningkatkan frekuensi di
tempat yang berdekatan. Terjadi peningkatan infeksi traktus genitalis atas
berhubungan dengan bakterial vaginosis.

PROGNOSIS
Prognosis bakterial vaginosis dapat timbul kembali pada 20-30% wanita
walaupun tidak menunjukkan gejala. Pengobatan ulang dengan antibiotik
yang sama dapat dipakai.9 Prognosis bakterial vaginosis sangat baik,
karena infeksinya dapat disembuhkan.5 Dilaporkan terjadi perbaikan
spontan pada lebih dari 1/3 kasus. Dengan pengobatan metronidazol dan
klindamisin memberi angka kesembuhan yang tinggi (84-96%).

c. Salpingitis15
DEFINISI
Salpingitis adalah inflamasi pada uterus, tuba fallopi, dan ovarium
yang mengarah ke perlukaan dengan perlengketan pada jaringan organ
sekitar.

ETIOLOGI
Salpingitis merupakan sinonim dari penyakit radang panggul, terjadi
karena infeksi polimikrobakterial system genitalia wanita. Yang
menyebabkan peningkatan infeksi pada daerah vagina atau serviks.
Penularan yang utama terjadi melalaui hubungan seksual, tetapi bakteri
juga bisa masuk kedalam tubuh setelah prosedur kebidanan /
kandungan (misalnya pemasangan IUD, persalinan , keguguran,
aborsi, dan biopsy endometrium)

Bakteri penyebab : klamidya, gonococcus (yang menyebabkan


gonore), mycoplasma, staphylococcus, streptococcus.

PATOFISIOLOGI
Kebanyakan kasus salpingitis terjadi dalam 2 tahap. Pertama
melibatkan akuisisi, infeksi vagina atau leher rahim. Yang kedua
melibatkan peningkatan saluran kelamin bagian atas. Meskipun
mekanisme yang tepat untuk peningkatan tidak diketahui, siklus
menstruasi mundur dan pembukaan leher Rahim selama menstruasi
tapi hal tersebut merupakan factor yang dapat nebibgkatkan infeksi.
Proses pembedahan seperti biopsy endometrium, kuret, dan
hysteroscopy, merupakan predisposisi wanita untuk infeksi ini.

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan umum
suhu biasanya meningkat, sering 1200 atau 1030F. tekanan darah
normal, denyut nadi cepat, pada saat itu pasien berjalan kedalam ruang
gawat darurat dengan postur tubuh membungkuk.

Pemeriksaan Abdomen
Nyeri maksimum pada kedua kuadran bawah, nyeri lepas, ragiditas
otot, defance muscular, bising usus menurun, dan distensi merupakan
tanda peradangan peritoneum, Nyeri nyeri tekan pada heapar pada
30% pasien

Pemeriksaan pelvis .
Pada pemeriksaan denga speculum, secret purulent, akan terlihat
keluar dari ostium. Serviks sangat nyeri bila digerakkan. Uterus
ukurannya ormal, nyeri (terutama bila digerakkan) dan sering terfiksir
pada posisinya.

UPAYA PENCEGAHAN
Kurangi penggunaan IUD bila pasien menderita klamidia dan gonorea.
Pemeriksaan terhadap wanita
Antibiotic profilactik rutin pada pengguna IUD jangan dilakukan .

11. Bagaimana pencegahan keputihan?16


a. Menjaga kebersihan organ genitalia.salah satunya dengan mengganti
pakaian dalam dua kali sehari.
b. Dalam keadaan haid atau memakai pembalut wanita, menggunakan
celana dalam harus yang pas sehingga pembalut tidak bergeser dari
belakang kedepan.
c. Cara membilas yang benar adalah dari depan kebelakang.jika
terbalik ,ada kemungkinan masuknya bakteri atau jasad renik dari
dubur kea lat genitalia dan saluran kencing.
d. Menghindar penggunaan celana dalam yang ketat atau dari bahan yang
tidak menyerap keringat seperti nilon, serta tidak memakai celana yang
berlapis lapis atau celana yang terlalu tebal karena akan menyebabkan
kondisi lembab disekitar genitalia.keadaan yang lembab akan
menyuburkan pertumbuhan jamur .usahakan memakai celana dalam
dari bahan katun atau kaos.
e. Hindari berganti ganti pakaian dalam.karena hal ini memungkinkan
terjadinya penularan infeksi jamur candida,trichomonas,dll.

12. Bagaimana penatalaksanaan secara umum?17,18,19


Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan (fluor
albus), sebaiknya penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus
untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab lain seperti kanker
leher rahim yang juga memberikan gejala keputihan berupa sekret encer,
berwarna merah muda, coklat mengandung darah atau hitam serta berbau
busuk.
Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti
jamur, bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk
mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan
penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan
biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi candida
dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit.
Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet, kapsul), topikal seperti
krem yang dioleskan dan uvula yang dimasukkan langsung ke dalam liang
vagina. Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual, terapi
juga diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak
berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan. Selain itu,
dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan
pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan :
1. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat
cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres
berkepanjangan.
2. Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan
kondom untuk mencegah penularan penyakit menular seksual.
3. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar
tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan
celana dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian
celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut,
pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang
biak.
4. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air
yaitu dari arah depan ke belakang.
5. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan
karena dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan
konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih
vagina.
6. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan
pewangi pada daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
7. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan
seperti meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak
duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap
dudukan kloset sebelum menggunakannya.

Tujuan pengobatan
o Menghilangkan gejala
o Memberantas penyebabrnya
o Mencegah terjadinya infeksi ulang
o Pasangan diikutkan dalam pengobatan

Fisiologis : tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan


untuk menghilangkan kecemasannya.
Patologi : Tergantung penyebabnya

13. Bagaimana perspektif islam berdasarkan skenario?20

Keputihan (ifrazat) adalah lendir yang umumnya bening, keluar dari organ


reproduksi wanita, namun bukan madzi dan mani. Baik karena syahwat
maupun ketika aktivitas normal. Baik yang bersifat normal maupun karena
penyakit. Para ulama menjelaskan hukum keputihan (ifrazat)
sebagaimana ruthubah (lendir yang selalu membasahi organ reproduksi
wanita).
Wadi: Cairan tebal berwarna putih yang keluar setelah kencing atau
setelah melakukan pekerjaan yang melelahkan, misalnya berolahraga
berat. Wadi adalah najis berdasarkan kesepakatan para ulama sehingga dia
wajib untuk dicuci. Dia juga merupakan pembatal wudhu sebagaimana
kencing dan madzi.
Madzi: Cairan tipis dan lengket, yang keluar ketika munculnya syahwat,
baik ketika bermesraan dengan wanita, saat pendahuluan sebelum jima’,
atau melihat dan mengkhayal sesuatu yang mengarah kepada jima’.
Keluarnya tidak terpancar dan tubuh tidak menjadi lelah setelah
mengeluarkannya. Terkadang keluarnya tidak terasa. Dia juga najis
berdasarkan kesepakatan para ulama berdasarkan hadits Ali yang akan
datang dimana beliau memerintahkan untuk mencucinya.
Mani: Cairan tebal yang baunya seperti adonan tepung, keluar dengan
terpancar sehingga terasa keluarnya, keluar ketika jima’ atau ihtilam
(mimpi jima’) atau onani (wal ‘iyadzu billah), dan tubuh akan terasa lelah
setelah mengeluarkannya.”
Pertama, keputihan statusnya najis. Ini pendapat Imam as-Syafii
menurut salah satu keterangan, as-Saerozi; ulama madzhab Syafiiyah, al-
Qodhi Abu Ya’la; ulama madzhab hambali, dan beberapa ulama lainnya.
Kedua, keputihan termasuk cairan suci. Ini pendapat hanafiyah,
pendapat imam as-Syafii menurut keterangan yang lain, al-Baghawi, ar-
Rafii; ulama madzhab Syafiiyah, dan Ibnu Qudamah; ulama madzhab
hambali.
Ibnu Qudamah – ulama madzhab hambali – menjelaskan,

. ‫ذي‬TT‫به الم‬TT‫ أش‬, ‫د‬TT‫ه الول‬TT‫ق من‬TT‫رج ال يخل‬TT‫ أنه نجس ; ألنه في الف‬, ‫ أحدهما‬: ‫وفي رطوبة فرج المرأة احتماالن‬
, ‫اع‬TT‫و من جم‬TT‫لم وه‬TT‫ طهارته ; ألن عائشة كانت تفرك المني من ثوب رسول هللا صلى هللا عليه وس‬: ‫والثاني‬
‫ا‬TT‫ لحكمنا بنجاسة منيه‬, ‫ وألننا لو حكمنا بنجاسة فرج المرأة‬, ‫ وهو يالقي رطوبة الفرج‬, ‫فإنه ما احتلم نبي قط‬
‫ه‬TT‫ ما أصاب منه في حال الجماع فهو نجس ; ألن‬: ‫ وقال القاضي‬. ‫ فيتنجس برطوبته‬, ‫; ألنه يخرج من فرجها‬
‫ال‬TT‫ كح‬, ‫ذي‬TT‫ني دون الم‬TT‫رج الم‬TT‫ فإن الشهوة إذا اشتدت خ‬, ‫ وال يصح التعليل‬. ‫ وهو نجس‬, ‫ال يسلم من المذي‬
‫االحتالم‬

“Dalam permasalahan keputihan yang keluar dari organ reproduksi wanita, ada
dua pendapat,

[1] keputihan statusnya najis karena berasal dari kemaluan yang bukan unsur
terciptanya seorang anak. Sebagaimana madzi.

[2] keputihan statusnya suci. Karena ‘Aisyah pernah mengerik mani dari baju
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bekas jima’. Mengingat tidak ada
seorang nabi pun yang mengalami mimpi basah. Sehingga makna air mani
tersebut adalah cairan yang bercampur dengan cairan basah farji istri beliau.
Karena jika kita menghukumi keputihan sebagai benda najis, seharusnya kita juga
berpendapat najisnya mani wanita. Mengingat mani wanita juga keluar dari
kemaluannya, sehingga bisa menjadi najis karena ada keputihan di leher rahim.
Sementara al-Qadhi Abu Ya’la berpendapat, semua yang terkena cairan basah dari
kemaluan ketika jima’ statusnya najis. Karena tidak lepas dari madzi, sementara
madzi hukumnya najis.

Ibnu Qudamah mengomentari, alasan al-Qodhi tidak benar. Karena syahwat


ketika memuncak, akan keluar mani tanpa madzi, sebagaimana ketika mimpi
basah.

(al-Mughni, 2/65).

Keterangan dari Imam an-Nawawi – ulama syafiiyah –,

‫ا‬TT‫ه هللا رجح هن‬TT‫نف رحم‬TT‫ا ثم إن المص‬TT‫ف فيه‬TT‫ فلهذا اختل‬, ‫رطوبة الفرج ماء أبيض متردد بين المذي والعرق‬
‫ال‬T‫ وق‬،‫ارة‬T‫ الطه‬: ‫ح‬T‫ األص‬: ‫ا‬TT‫رافعي وغيرهم‬TT‫ ورجحه أيضا البندنيجي وقال البغوي وال‬, ‫ النجاسة‬T‫وفي التنبيه‬
‫ة‬TT‫ارة رطوب‬TT‫ه على طه‬TT‫ه هللا في بعض كتب‬TT‫افعي رحم‬TT‫ نص الش‬: ‫ل‬TT‫وجب الغس‬TT‫ا ي‬TT‫اب م‬TT‫صاحب الحاوي في ب‬
‫الفرج‬

Keputihan yang keluar dari farji bentuknya cairan putih. Diperselisihkan sifatnya,
antara disamakan dengan madzi dan al-irq (cairan kemaluan). Karena itu, ulama
berbeda pendapat mengenai hukumnya. Kemudian, penulis (as-Saerozi) dalam
kitab al-Muhadzab ini dan kitab at-Tahbih, keputihan hukumnya najis. Ini juga
pendapat yang dipilih al-Bandaniji. Sementara al-Baghawi dan ar-Rafii serta yang
lainnya berpendapat bahwa yang benar adalah suci.

Penulis kitab al-Hawi mengatakan, ‘Imam as-Syafii menegaskan dalam sebagian


kitab-kitabnya bahwa keputihan wanita statusnya suci.’ (al-Majmu’, 2/570).

Antara Hadis Aisyah dan Hadis Utsman radhiyallahu ‘anhuma

Mengapa ini dikhususkan, karena dua hadis ini yang menjadi titik tolak
pembahasan.
Pertama, hadis A’isyah radhiyallahu ‘anha, tentang air mani yang menempel di
baju Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam, kata A’isyah,

‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ ِ ْ‫ت أَ ْف ُر ُكهُ ِم ْن ثَو‬


َ ِ‫ب َرسُو ِل هللا‬ ُ ‫ُك ْن‬

Aku mengerik mani itu dari baju Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (HR.


Muslim 288, Nasai 296, dan yang lainnya).

Yang dipahami dari hadis ini (sebagaimana keterangan Ibnu Qudamah di atas),

1. Mani yang ada di baju Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah bekas


hubungan badan, dan bukan mani mimpi basah. Karena para nabi tidak
mengalami mimpi basah.
2. Karena mani itu bekas dari hubungan badan, bisa dipastikan cairan
yang nempel di situ bercampur dengan cairan yang ada di farji wanita.
3. A’isyah radhiyallahu ‘anha mengeriknya, dan yang namanya mengerik
bisa dipastikan tidak akan bersih sempurna.

Kedua, hadis Ustman bin Affan

Dulu, orang yang melakukan hubungan badan, namun tidak sampai keluar mani,
tidak diwajibkan mandi junub. Namun cukup berwudhu.

Zaid bin Khalid pernah bertanya kepada Utsman bin Affan, ‘Apa hukumnya orang
yang berhubungan, tapi tidak keluar mani?’ jawab Utsman,

‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ ِ ‫ال ع ُْث َمانُ َس ِم ْعتُهُ ِم ْن َرس‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬ َّ ‫يَتَ َوضَّأ ُ َك َما يَتَ َوضَّأ ُ لِل‬
َ َ‫ق‬ ‫صالَ ِة َويَ ْغ ِس ُل َذ َك َرهُ؛‬

“Dia berwudhu dengan sempurna dan dia cuci kemaluannya.” Kata Utsman, ‘Aku
dengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.’ (HR. Bukhari 179 dan
Muslim 347).

Yang dipahami dari hadis ini,


1. Orang yang berhubungan dan tidak orgasme, dia tidak wajib mandi,
tapi cukup wudhu. Dan hukum ini telah dinasakh (dihapus) dengan
hadis Abu Hurairah yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim
2. Adanya perintah mencuci kemaluan sehabis hubungan meskipun tidak
keluar mani. Artinya itu perintah membersihkan cairan yang menempel
di kemaluan karena hubungan badan.
3. Perintah mencuci kemaluan di situ tidak mansukh, hukumnya tetap
berlaku.

Ulama yang berpendapat bahwa keputihan tidak najis, mereka berdalil dengan
hadis A’isyah radhiyallahu ‘anha. Sementara ulama yang menilai najis berdalil
dengan hadis Utsman. Dan jika kita perhatikan, masing-masing dalil tidaklah
tegas menunjukkan demikian. Karena masing-masing pendapat menyimpulkan
hadis di atas berdasarkan makna, yang tidak tercantum dalam teksnya.

Kemudian, Syaikh Musthofa al-Adawi – dai dari Mesir –, setelah membawakan


perselisihan pendapat ulama dalam masalah ini, beliau mengatakan,

‫ا أورده‬T‫ا م‬TT‫ وأم‬.‫ة‬TT‫رأة نجس‬TT‫رج الم‬TT‫وبإمعان النظر فيما سبق؛ يتضح أنه لم يرد دليل صريح على أن رطوبة ف‬
‫و‬TT‫ يتوضأ كما يتوضأ للصالة ويغسل ذكره؛ فليس بصريح في أن غسل الذكر إنما ه‬:‫البخاري من حديث وفيه‬
‫لم‬TT‫ه وس‬TT‫لى هللا علي‬TT‫بي ص‬TT‫ر الن‬TT‫ا أم‬TT‫ه كم‬TT‫ ولكن محتمل أن يكون للمذي الذي خرج من‬،‫من رطوبة فرج المرأة‬
‫ توضأ واغسل ذكرك‬:‫المقداد لما سأله عن المذي؛ فقال‬

Dengan melihat lebih mendalam terhadap keterangan di atas, dapat disimpulkan


bahwa tidak ada dalil tegas yang menunjukkan bahwa keputihan wanita
hukumnya najis. Sementara hadis yang dibawakan Bukhari, yang ada pernyataan,
“Dia harus berwudhu sempurna dan mencuci kemaluannya..” tidaklah
menunjukkan dengan tegas bahwa mencuci kemaluan dalam kasus itu, disebabkan
keputihan wanita. Namun bisa juga dipahami karena madzi. Sebagaimana
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan al-Miqdad ketika dia bertanya
tentang madzi, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Dia harus berwudhu dan
mencuci kemaluannya.’
Kemudian beliau menyimpulkan,

‫فعلى ذلك تبقى رطوبة فرج المرأة على الطهارة‬

Oleh karena itu, keputihan yang ada di organ reproduksi wanita, statusnya suci.
(Jami’ Ahkam an-Nisa, 1/66).

Disamping itu, cairan keputihan yang keluar dari organ reproduksi wanita, adalah
hal yang wajar terjadi di masa silam. Meskipun demikian, kita tidak menjumpai
adanya riwayat dari para sahabat wanita (shahabiyat) yang menanyakan hal itu
kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Padahal umumnya mereka hanya
memiliki satu pakaian. Jika ini najis, tentu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
akan mengingatkannya.

Anda mungkin juga menyukai