Anda di halaman 1dari 21

BAB 4

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya yang

terletak di Jalan Raya Menur 120 Surabaya, Kelurahan Kertajaya, Kecamatan

Gubeng, Kota Surabaya, dengan luas tanah 38.000,00 m2 dan luas bangunan

25.307 m2, RS Jiwa Menur tidak hanya melayani gangguan jiwa saja tapi juga

penyakit non jiwa dengan tidak meninggalkan core bisnis RS Jiwa Menur

sebagai Rumah Sakit Jiwa. Sejarah awal RS Jiwa Menur yaitu pada tahun

1923 Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya diperkirakan sebagai

“Doorgangshuis” atau tempat penampung sementara penderita gangguan jiwa

dengan kapasitas 100 tempat tidur. Sampai dengan tahun 1977 beralamatkan

Jl. Karang Tembok dan disebut : “Rumah Sakit Jiwa Pegirian”. Tahun 1954

Depertemen Kesehatan membeli tanah seluas 96.840 m2 di Menur (dahulu

Gubeng). Tanah 96.840 m2 selanjutnya 40.436 m2 diperuntukkan untuk RSJ

Menur sedangkan sisanya 56.406 untuk Akademi Pemilik Kesehatan

(sekarang menjadi Poltekkes Kemenkes Surabaya).  gambaran umum itu

memaparkan kondisi tempat atau fasilitas kesehatan dimana kita melakukan

aktivitas. Maka subyek dalam tulisan itu ya tempat / rumah sakit itu. Bukan

“penelitian ini atau peneliti”. Kata ini tidak obyektif, tetapi cenderung

menunjukkan “aku.
Pelayanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya

yaitu instalasi rawat jalan (Poli Jiwa Dewasa, Poli Psikogeriatri, Poli

Gangguan Mental Organik, Poli Umum Spesialis, Poli Tumbuh Kembang

Anak & Remaja, Poli Psikologi), Instalasi rawat inap (Rawat Inap Intensif

Psychiatric Care, Rawat Inap Paviliun (Puri Anggrek), Rawat Inap Kelas II

Pria dan Wanita (Puri Mitra), Rawat Inap Kelas III Pria dan Wanita (Gelatik,

Kenari, Flamboyan), Instalasi Gawat Darurat Jiwa dan Umum 24 Jam,

Pelayanan Penunjang (Laboratorium Patologi Klinik, ECT, EEG &

Brainmapping, Rehabilitas Mental Psikososial, Fisioterapi, X – Ray atau Foto

Rontgen, USG Treadmill, EKG, Echocardiografi, Farmasi, Konsultasi Gizi,

Pemulasaraan Jenazah, IPS RS, Instalasi Kesling Dalin), Intalasi Keswamas

dan PKMRS, Rehabilitas Medik dan Mental Psikososial, Instalasi diklat-lit

dan asrama serta perpustakaan.

Tempat penelitian Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya memiliki tenaga

kesehatan yaitu berjumlah 410 orang dengan rincian yaitu dokter umum 20

orang, dokter spesialis 17 orang, dokter gigi 3 orang, perawat 107 orang,

pembantu perawat 51 orang, instruktur rehabilitasi 7 orang, paramedik non

perawat 31 orang, administrasi farmasi 4 orang, administrasi lab 2 orang,

tenaga rekam medis 19 orang, tenaga administrasi 5 orang serta non

medis/administrasi 144 orang.  sama dengan saran saya di paragraf

pertama. Awali subyek kalimat dengan hal-halyang berhubungan dengan

rumah sakit, bukan dirimu.


Kesimpulannya, dalam bagian ini bisa dipaparkan dari kondisi umum

sampai khusus dari fasilitas kesehatan / rumah sakit dan nantinya mengarah

pada hal-hal yang menjadi subyek kegiatan kita tetapi tidak perlu menuliskan

kata penelitian.

4.1.2 Hasil Penelitian  (4.1 hasil, 4.1.2 hasil penelitian, trus apa bedanya dari

kedua frase ini ?

4.1.2.1 Data Umum  ini seharusnya berisi kondisi umum dari subyek yang kita

amati. Misalnya kita mau mengamati cara berpakaian siswa kelas 1, mata data umum

itu ya menjelaskan misalnya jenis kelamin, usia dll yang merupakan gambaran siswa

kelas 1 itu, BUKAN GAMBARAN SISWA 1 SEKOLAH.

a. Jenis Kelamin

Secara garis besar, pada pengelompokan data tidak menyinggung

mengenai pengelompokan berdasarkan jenis kelamin karena pada studi

kasus ini subyek penelitian yang akan diteliti berjumlah satu subyek

dengan pengambilan sampel menggunakan cara purposive sampling yaitu

suatu teknik dimana peneliti menentukan pengambilan sampel dengan

cara menetapkan ciri – ciri khusus yang sesuai dengan kriteria yang

ditentukan. Kriteria yang dimaksud antara lain yaitu pasien dengan jenis

laki – laki selain itu ruang rawat inap yang dipilih sebagai sasaran peneliti

adalah ruang gelatik, ruang rawat inap khusus untuk pasien laki – laki

yang menjalani rawat inap.


Menurut Sadock, Benjamin James menjelaskan bahwa system

hormone memiliki peran penting bagi tubuh, termasuk berbagai aspek

yang mempengaruhi kesehatan mental individu. Jenis kelamin dan

hormone seks dapat mempengaruhi beragam status kesehatan mental

termasuk mood, perkembangan dan fungsi kognitif serta kerentanan

terhadap penyakit neurodegenerative dan kerusakan otak. Berbagai

hormone terbukti lewat penelitian memiliki hubungan erat dengan

kejadian gangguan mental dan salah satu yang memiliki pengaruh cukup

signifikan ialah hormone esterogen.

Berdasarkan teori diatas, laki – laki memang lebih rentan terkena

skizofrenia karena pada laki – laki tidak memiliki hormon esterogen yang

dapat melindunginya. Maka dari itu jika seseorang sudah memiliki tanda –

tanda skizofrenia seperti wajah kosong, tidak bias tersenyum atau ekspresi

emosi, melamun, tidak bersemangat melakukan apapun, Gerakan motoric

tampak kikuk, perubahan mood, mudah marah dan sangat cemas maka

segeralah konsultasi dengan ahli psikologi.

 HASIL itu menampilkan fakta, teori atau pendapat penulis nanti diuraikan di

pembahasan

b. Usia

Pada pengelompokan data tidak berlaku mengenai pengelompokan

berdasarkan usia namun pada kriteria responden terdapat kriteria usia

bahwa sampel yang terpilih selain berjenis kelamin laki – laki yaitu pasien
dengan usia 15 – 50 tahun. Responden yang terpilih sebagai subyek

penelitian yaitu berusia 29 tahun.

Menurut Ed Bullmore, pada remaja menunjukkan bahwa bagian otak

(cortex) yang terkait dengan gen skizofrenia berkembang dengan sangat

pesat. Ukuran area ini menyusut dan menipis di akhir masa remaja. Proses

meningkatkan level myelin, selubung yang melindungi serabut saraf dan

berfungsi setiap sinyal otak dikirim dengan cepat dan efisien. Area cortex

tersebut adalah penghubung yang penting dan mengontrol komunikasi

antar bagian otak. Karenanya, ketika terjadi sesuatu yang keliru

dampaknya sangat luas.

berdasarkan teori diatas masa remaja rentan skizofrenia dikarenakan

masa remaja menjadi periode transisi yang sulit dan periode gejala –

gejala gangguan mental seperti skizofrenia. oleh sebab itu jadilah remaja

yang aktif, produktif dan kreatif untuk menghindari terkenanya serangan

skizofrenia.

c. Status Mental Pasien Skizofrenia

Penilaian status mental pada responden terdiri dari kognitif,

psikomotorik, dan afeksi yang masing – masing akan diobservasi selama 6

hari. apakah selama 6 hari tesebut pasien mengalami status mental yang

lebih baik, menetap ataukah malah memburuk. Penilaian status mental

dengan acuan penilaian PANSS (Positive And Negative Syndrom Scale).

Menurut Potter dan Ferry, status mental adalah keadaan yang

menggambarkan alam pikiran, sikap, perilaku, ucapan, proses pemikiran,


persepsi, dan kognisi pasien. status mental adalah suatu pengkajian status

mental yang merupakan komponen penting dari setiap evaluasi apapun

tentang fungsi sensorinya, penampilan, perilaku fisik dan kemampuan

kognitif.

Berdasarkan teori diatas status mental responden cukup baik tetapi

juga perlu perawatan kesehatan secara berkelanjut untuk perbaikan dalam

kondisi status mental yang baik dan kesembuhannya. Dengan adanya

penelitian perawat dapat meningkatkan kemampuan observasi dan

wawancaranya dengan pasien gangguan jiwa sehingga pengukuran status

mental pasien gangguan jiwa lebih akurat.

uraian di © ini maksudnya tidak jelas.

4.1.2.2 Data Khusus

a. Kognitif

Dari hasil penelitian dengan melakukan observasi responden selama 6

hari diruang Gelatik Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya didapatkan hasil

sebagai berikut:  data kognitif apa yang ingin di sampaikan, diberi

identitas dulu. Misalnya 1) kognitif terkait apa / apa klasifikasi

kognitifnya. Ini sangat terkait dengan tujuan dan kuis yang dibuat

sebelumnya. Tolong dilihat lagi apa yang diukur disana


Tabel 4.1 Gambaran status mental pasien skizofrenia di ruang Gelatik
RSJ Menur Surabaya berdasarkan kognitif selama 6 hari
 Judulnya kognitif, kok disini status mental ? kemudian apa makna angka-2 itu
dan apa kaitan keterangan dengan angka di hari ke-1 sampai 6 ? ini sangat
tidak jelas.
 Kemudian ada judul kolom namanya PANSS, padahal judul atasmu adalah
kognitif.ini tidak sama
Penilaian PANSS Hari Ke - Keterangan
Observasi
I II III IV V VI
Menurun atau
Kognitif 5 3 3 2 2 2 Keadaan kognitif
pasien membaik

 Kognitif itu kan banyak hal yang diamati. Jadi sebaiknya saudara

menggambarkan tentang banyak hal itu, hari demi hari. Bisa dalam bentuk

tabel / grafik atau narasi atau tabel / grafik kemudian diberi penjelasan

Berdasarkan hasil observasi status mental responden selama 6 hari,

didapatkan hasil keadaan kognitifnya semakin hari semakin membaik.

Kognitif adalah tindakan atau proses mengetahui. Perilaku yang tampak

pada pasien skizofrenia yang berhubungan dengan kognisi disebut sebagai

defisit kognitif. Perilaku ini termasuk masalah pada aspek daya ingat,

perhatian, bentuk dan isi bicara, pengambilan keputusan, dan isi pikir

(Stuart, 2016).  ini namanya pembahasan

Pada hari ke-1 diperoleh gambaran kognitif responden sebagai berikut:

selama berinteraksi menunjukkan keadaan kognitif yang ditandai dengan

spontanitas dan keterbukaan dalam menjawab yaitu tidak ditemui

kesulitan berbicara, tetapi suara pasien sangat pelan dan lambat selain itu

pasien sering menjawab pertanyaan dengan jawaban “lupa”. Kecepatan


pasien saat menjawab pertanyaan memang lambat karena pasien sering

diam terlebih dahulu sembari mengingat – ingat. Pada awal interaksi

lamanya pasien diajak berbicara sangat sebentar ±5 menit dan disela

aktivitasnya atau interaksi, pasien sering menoleh kearah sesuatu

sedangkan kontak mata masih ada meskipun sangat minim. Sehingga

penilaian PANSS menunjukkan angka 5 yang memiliki arti agak berat

pada disfungsi kognitifnya.

Pada hari ke-2 diperoleh gambaran kognitif responden sebagai berikut:

pada saat berinteraksi, respon pasien masih terbatas tetapi ada peningkatan

daripada hari ke-1. Sedikit adanya inisiatif dalam pembicaraan meskipun

dengan adanya pertanyaan lebih detail secara langsung dari pewawancara.

suara pasien pelan dan masih sering menoleh kearah sesuatu. sehingga

penilaian PANSS menunjukkan angka 3 yang memiliki arti ringan pada

disfungsi kognitifnya.

Pada hari ke-3 diperoleh gambaran kognitif responden sebagai berikut:

keadaan kognitif pasien sebagian besar sama seperti hari ke-2 yaitu

mengenai respon pasien. Namun pasien hanya mampu diajak berbicara <5

menit dikarenakan pasien mengantuk. Suara pasien masih pelan dan masih

menoleh kearah sesuatu. Sehingga tidak ada perubahan pada penilaian

PANSS yaitu menunjukkan angka 3 yang berarti ringan pada disfungsi

kognitifnya.

Pada hari ke-4 diperoleh gambaran kognitif responden sebagai berikut:

keadaan kognitif pasien sama seperti hari sebelumnya atau hari ke-3,
namun pembicaraan pasien lebih banyak meskipun perlu adanya stimulus

yaitu pewawancara bercerita terlebih dahulu tentang pengalamannya.

pasien terbuka menceritakan pengalaman masa lalunya, suara pasien

masih pelan dan pasien masih menoleh kearah sesuatu disela interaksinya.

Sehingga penilaian PANSS menunjukkan angka 2 yang berarti gejala

minimal, patologis diragukan atau bias dibilang normal.

Pada hari ke-5 diperoleh gambaran kognitif responden sebagai berikut:

keadaan kognitif cenderung baik seperti kemarin, respon pasien lebih

banyak meskipun perlu stimulus. Pasien lebih sering bercerita tentang

kesehariannya. Suara pasien lebih keras menandakan pasien sangat

bersemangat untuk bercerita. Sehingga tidak ada perubahan pada penilaian

PANSS yaitu menunjukkan angka 2 yang berarti gejala minimal, patologis

diragukan atau dikatakan normal.

Pada hari ke-6 diperoleh gambaran kognitif responden sebagai berikut:

keadaan kognitif pasien membaik, sangat berbeda jika dibandingkan

dengan hari ke-1. Pasien lebih spontan dan terbuka saat menjawab

pertanyaan. Pasien memiliki inisiatif untuk memulai bercerita tanpa harus

distimulus terlebih dahulu, suara pasien keras namun pasien masih

menoleh kearah sesuatu disela – sela pembicaraannya. Sehingga tidak ada

perubahan pada penilaian PANSS yaitu menunjukkan nilai 2 yang berarti

gejala minimal, patologis diragukan atau dikatakan normal.

 Dengan melihat table dan uraian ini, saya malah jadi bingung sebenarnya apa

yang ingin anda gambarkan ?


 Trus kalau pasien hanya 1, maka sebaiknya ditulis Tn. S (inisial nama klien)

atau Tn. X

 Saya rasa sampai disini sudah bisa menggambarkan penulisanmu ke kalimat –

kalimat berikutnya. Semua hampir memiiki pola yang sama.

 Saran saya dalam bab ini sebaiknya hindari menggunakan kata hasil penelitian

dan sebaiknya menuliskan klien atau Tn. S / X tadi.

 Hindari menuliskan kata yang berulang-ulang / pengulangan kalimat yang

memiliki kemiripan, seperti kalimat setelah a) kognitif dan b) psikomotor

yang sama. Ini tidak ada maknanya.

b. Psikomotorik

Dari hasil penelitian dengan melakukan observasi responden selama 6

hari diruang Gelatik Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya didapatkan hasil

sebagai berikut:

Tabel 4.2 Gambaran status mental pasien skizofrenia di ruang Gelatik


RSJ Menur Surabaya berdasarkan kognitif selama 6 hari
Penilaian PANSS Hari Ke - Keterangan
Observasi
I II III IV V VI
Tetap, tidak ada
Psikomotorik 3 3 3 3 3 3 perubahan pada
psikomotorik

Berdasarkan hasil observasi status mental responden selama 6 hari,

didapatkan hasil keadaan psikomotorik tetap, tidak ada perubahan

penilaian PANSS sejak hari ke-1 sampai hari ke-6 namun ada beberapa
perubahan ringan yang tidak menyebabkan adanya perubahan penilaian.

Psikomotorik adalah beberapa hal untuk menjabarkan perilaku yang dapat

dijumpai dari pasien seperti: gaya berjalan, tingkat aktivitas, gestur,

perangai dan aktifitas fisik.

Pada hari ke-1 diperoleh gambaran psikomotorik responden sebagai

berikut: pasien terlihat adanya kekhawatiran ringan yaitu selama interaksi

pasien terlihat memainkan jari – jari tangannya dan sering menoleh ke

kiri/kanan seperti mencari sesuatu yang menyebabkan perhatian pasien

terbatas. Sehingga penilaian PANSS menunjukkan angka 3 yang berarti

gejala ringan pada keadaan psikomotorik.

Pada hari ke-2 diperoleh gambaran psikomotorik responden sebagai

berikut: keadaan psikomotorik pasien masih sama yaitu selama

berinteraksi pasien terlihat memainkan jari – jari tangannya dan sering

menoleh ke kiri/kanan seperti mencari sesuatu dan saat ditanya mengapa

sering menoleh? pasien menjawab mendengar ada yang memanggil –

manggil Namanya dan suaranya laki – laki. Hal ini membuat pasien

memiliki perhatian terbatas saat diajak berinteraksi. Sehingga tidak ada

perubahan pada penilaian PANSS.

Pada hari ke-3 diperoleh gambaran psikomotorik responden sebagai

berikut: pasien tidak terlihat memainkan jari – jari tangannya saat

berinteraksi dan inilah yang membedakan dengan hari – hari sebelumnya

namun pasien masih sering menoleh ke kiri/kanan kemudian menunduk


disela – sela berinteraksi, sama seperti hari sebelumnya. Sehingga

menunjukkan angka tetap pada penilaian PANSS.

Pada hari ke-4 diperoleh gambaran psikomotorik responden sebagai

berikut: pasien sudah tidak terlihat memainkan jari – jari tangannya

semenjak kemarin atau hari ke-3. Pasien masih sering menoleh ke

kiri/kanan sama seperti awal saat berinteraksi dan mengatakan masih

mendengarkan suara laki – laki yang memanggil – manggil namanya.

Sehingga tidak ada perubahan pada penilaian PANSS.

Pada hari ke-5 diperoleh gambaran psikomotorik responden sebagai

berikut: kondisi psikomotorik pasien masih sama, pasien terlihat

berinteraksi dengan teman lainnya. Pasien masih sering menoleh ke

kiri/kanan yang membuat perhatian terbatas saat berinteraksi. Sehingga

tidak ada perubahan penilaian PANSS.

Pada hari ke-6 diperoleh gambaran psikomotorik responden sebagai

berikut: kondisi psikomotorik pasien stabil, pasien terlihat sudah semakin

akrab dengan temannya, terbukti dibuku tulis pasien ada tulisan teman

sekamarnya. Pasien masih mendengar suara laki – laki yang memanggil –

manggil namanya sehingga membuat pasien sering menoleh ke kiri/kanan

saat diajak berinteraksi dan menyebabkan perhatian pasien terbatas. Maka

penilaian PANSS masih sama, tidak ada perubahan nilai dari hari ke-1

sampai hari ke-6, hanya saja yang membedakan pada hari ke-3 pasien

sudah tidak terlihat memainkan jari – jari tangannya.

c. Afeksi
Dari hasil penelitian dengan melakukan observasi responden selama 6

hari diruang Gelatik Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya didapatkan hasil

sebagai berikut:

Tabel 4.3 Gambaran status mental pasien skizofrenia di ruang Gelatik


RSJ Menur Surabaya berdasarkan afeksi selama 6 hari
Penilaian PANSS Hari Ke - Keterangan
Observasi
I II III IV V VI
Menurun atau
Afeksi 5 4 4 4 3 1 Keadaan afeksi
pasien membaik

Berdasarkan hasil observasi status mental responden selama 6 hari,

didapatkan hasil keadaan afeksi semakin hari semakin membaik. Afeksi

adalah kondisi yang mengacu pada perilaku gerakan tubuh seperti tangan,

ekspresi wajah, dan nada suara yang diamati ketika seseorang sedang

mengekspresikan emosinya.

Pada hari ke-1 diperoleh gambaran afeksi responden sebagai berikut:

selama interaksi afek umumnya datar dan hanya sekali tampak perubahan

ekspresi wajah tersenyum saat pasien dipuji tulisannya bagus meskipun

menulis dengan tangan kiri serta gaya komunikasinya sedikit bahkan tidak

ada/datar. Sehingga penilaian PANSS menunjukkan angka 5 yang berarti

agak berat disfungsi afeksi pasien.

Pada hari ke-2 diperoleh gambaran afeksi responden sebagai berikut:

adanya perubahan ekspresi wajah atau gaya bicaranya berkurang dengan

adanya bingung dan gelisah serta matanya berkaca – kaca saat

mengatakan pasien ingin pulang yang mengakibatkan adanya perubahan


ekspresi pasien. Sehingga terjadi perubahan pada penilaian PANSS yaitu

menunjukkan angka 4 yang berarti gejala disfungsi afeksi sedang.

Pada hari ke-3 diperoleh gambaran afeksi responden sebagai berikut:

kondisi afeksi pasien tidak ada perubahan. pasien terlihat bingung dan

gelisah, perubahan ekspresi hanya 1x saat mengatakan ingin pulang.

Keadaan afeksi pasien sama seperti kemarin sehingga penilaian PANSS

menunjukkan angka yang sama yaitu 4.

Pada hari ke-4 diperoleh gambaran afeksi responden sebagai berikut:

kondisi afek pasien masih sama dengan hari ke-3, pasien masih terlihat

bingung dan gelisah, perubahan ekspresi ±1x yaitu sedikit tersenyum saat

berinteraksi dengan temannya. Sehingga tidak ada perubahan penilaian

PANSS yaitu masih menunjukkan angka 4.

Pada hari ke-5 diperoleh gambaran afeksi responden sebagai berikut:

kondisi pasien membaik, afek sesuai namun ekspresi dan gaya bicara

sedikit kaku. Pasien mengalami perubahan ekspresi lebih banyak daripada

hari sebelumnya yaitu ±3x saat bercerita, pasien Nampak tertawa, diam,

kadang juga bingung seperti memikirkan sesuatu. Sehingga penilaian

PANSS menunjukkan penurunan yang berarti gejala disfungsi afeksi

ringan yaitu berada di angka 3.

Pada hari ke-6 diperoleh gambaran afeksi responden sebagai berikut:

afek pasien sangat sesuai, pasien bias tertawa lepas atau terbahak – bahak

saat mengetahui hasil gambarannya. Pasien juga bercerita tentang maksud

gambarnya, bahwa pasien menggambar seorang laki – laki dengan


memakai celana komprang dengan menghadap kesamping sembari tangan

sebelah kirinya diangkat sejajar kesamping. Tanpa stimulus pasien

mengatakan bahwa bolpointnya hilang diambil temannya dan pada saat itu

ekspresinya menunjukkan wajah yang sedih, kemudian saat saya tawarkan

“mau bolpoint saya? kalua mau ini buat bapak saja” pasien menerima

uluran tangan saya tanda mau menerima pemberian bolpoint dan saat itu

pasien tersenyum sembari mengucapkan terimakasih. Sehingga pada

penilaian PANSS menunjukkan angka 1 atau tidak ada gejala karena afek

pasien sesuai dengan situasi saat itu.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Gambaran Perkembangan Kognitif Pasien Skizofrenia di Ruang Gelatik RSJ

Menur Surabaya

Berdasarkan hasil observasi status mental responden selama 6 hari,

didapatkan hasil keadaan kognitifnya semakin hari semakin membaik. Dapat

dilihat pada tabel grafik sebagai berikut:

Tabel 4.4 Grafik perkembangan status mental kognitif pasien


skizofrenia di ruang Gelatik RSJ Menur Surabaya selama 6 hari
Kognitif
7

0
Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Hari ke-5 Hari ke-6

Terlihat jelas antara hari pertama menunjukkan nilai 5 yaitu

kondisinya agak berat sedangkan pada hari ke-6 menunjukkan nilai 2 yang

artinya bahwa kondisi kognitif pasien memiliki patologis minimal, patologis

diragukan atau dinilai sebagai normal. Poin terpenting dalam kognitif yaitu

spontanitas dalam menjawab, Kondisi kognitif yang ditandai dengan

kurangnya spontanitas dalam menjawab adalah cara seseorang untuk

menunjukkan keterampilan, kecepatan memberikan respon dalam

mengucapkan suara pada suatu kata.

Berdasarkan hasil observasi diatas pada hari ke-1 pasien menunjukkan

kurangnya spontanitas dalam menjawab. Pasien saat hendak menjawab

pertanyaan sering terdiam terlebih dahulu, kadang pasien menjawab lupa.

Pembicaraan pasien sangat sedikit bahkan satu atau dua kata saja yang sering

mengakibatkan adanya sikap berhati – hati saat menjawab selain itu volume

suaranya yang kurang jelas membuat seseorang kurang percaya diri dalam
berinteraksi. Sedangkan pada hari ke-6 mengalami perubahan yang signifikan

yaitu pasien lebih spontan dan terbuka saat menjawab pertanyaan selain itu

pasien memiliki inisiatif untuk memulai bercerita tanpa harus adanya

pertanyaan yang mengarah serta volume suara pasien bisa didengarkan

dengan jelas.

Masalah spontanitas dan keterbukaan saat menjawab, kemungkinan

besar dikarenakan kurangnya kepercayaan pasien terhadap pewawancara

sehingga menimbulkan beberapa disfungsi pada kognitifnya. Selain itu

dilatarbelakangi karena adanya masalah pasikososial pasien yang menurun,

pasien sering terlihat berdiam diri, terkadang pasien terlihat berbaur dengan

teman lainnya namun tidak pernah bertegur sapa, pasien hanya diam saja.

Pasien skizofrenia memiliki masalah dalam pemahaman bahasa dapat

menuntun ke arah isolasi sosial, oleh sebab itu penderita skizofrenia dapat

memanfaatkan tahapan produksi bahasa seperti konseptualisasi, formulasi,

artikulasi dan self monitoring meskipun tidak konsisten.

4.2.2 Gambaran Perkembangan Psikomotorik Pasien Skizofrenia di Ruang Gelatik

RSJ Menur Surabaya

Berdasarkan hasil observasi status mental responden selama 6 hari,

didapatkan hasil keadaan psikomotorik stabil, tidak ada perubahan . Dapat

dilihat pada tabel grafik sebagai berikut:


Tabel 4.5 Grafik perkembangan status mental psikomotorik pasien
skizofrenia di ruang Gelatik RSJ Menur Surabaya selama 6 hari

Psikomotorik
7

0
Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Hari ke-5 Hari ke-6

Pada grafik diatas menjelaskan bahwa hasil observasi selama 6 hari

pada psikomotorik pasien tidak menunjukkan adanya perubahan pada nilai

PANSS. Dari hari ke-1 sampai hari ke-6 didapatkan nilai 3 yang berarti gejala

psikomotorik masih tergolong ringan. Psikomotorik adalah beberapa hal

untuk menjabarkan perilaku atau tindakan dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: aktivitas, kerjasama atau

agresi, agitasi, tingkat rangsangan (termasuk tanda – tanda psikologis)

(Othmer, 2004).

Hal yang mencolok dalam psikomotorik responden yaitu adanya

ketegangan atau agitasi seperti memainkan jari – jari tangannya selama

berinteraksi, selain itu pasien sangat sering menoleh kearah sesuatu disela

aktivitasnya yang menyebabkan terbatasnya perhatian pasien dalam


menanggapi suatu hal contohnya pada saat berinteraksi. Kondisi seperti itu

terus berulang setiap hari.

Pasien sering menoleh kearah sesuatu saat berinteraksi dipengaruhi

oleh salah satu faktor yaitu halusinasi pendengarannya. Pasien sering

mendengar suara laki – laki memanggil – manggil namanya yang membuat

pasien sering menoleh ke arah sesuatu yang bermaksud untuk mencari sumber

dari suara tersebut sehingga fokus perhatian pasien terganggu.

4.2.3 Gambaran Perkembangan Afeksi Pasien Skizofrenia di Ruang Gelatik RSJ

Menur Surabaya

Berdasarkan hasil observasi status mental responden selama 6 hari,

didapatkan hasil keadaan Afeksi semakin hari semakin membaik. Dapat

dilihat pada tabel grafik sebagai berikut:

Tabel 4.6 Grafik perkembangan status mental afeksi pasien skizofrenia


di ruang Gelatik RSJ Menur Surabaya selama 6 hari

Afeksi
7

0
Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4 Hari ke-5 Hari ke-6
Dari grafik diatas dapat dijelaskan bahwa kondisi afek responden

semakin membaik. Dilihat pada hari ke-1 menunjukkan nilai 5 yang berarti

kondisi afeksi pasien agak berat kemudian pada hari ke-6 menunjukkan angka

1 yang berarti tidak ada gejala atau tidak ada masalah pada kondisi afeksi.

Pada poin ini yang paling dominan menjadi observasi yaitu afek tumpul.

Afeksi adalah kondisi yang mengacu pada perilaku gerakan tubuh seperti

tangan, ekspresi wajah, dan nada suara yang diamati ketika seseorang sedang

mengekspresikan emosinya. Hal ini berkaitan juga dengan adanya mood pada

seseorang. Mood adalah keadaan emosional seseorang yang bersifat

sementara dalam beberapa waktu yang memiliki nilai kualitas positif atau

negatif.

Menurut penelitian Nugroho yang meneliti gambaran fleksibilitas

kognitif dan kemampuan pemecahan masalah pada pasien gangguan bipolar.

Penelitian ini menunjukkan bahwa pada pasien skizofrenia faktor yang

menghambat kemampuan fleksibilitas kognitif dan kemampuan pemecahan

masalah adalah munculnya gangguan mood sehingga menyebabkan afek yang

berbeda. Timbulnya mood bisa disebabkan karena adanya stimulus, jika

seseorang yang menerima stimulus tersebut tidak dapat menerimanya dengan

baik dapat menimbulkan afek yang tidak baik maka dari itu perlu adanya

pemahaman tentang cara mengontrol mood yang bisa menyebabkan

timbulnya afek pada raut wajah pasien.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka ada keterkaitan antara

timbulnya afeksi pada pasien dengan kondisi kognitifnya. Apabila seorang


pasien keadaan afeksinya baik maka defisit kognitifnya berjalan maksimal.

Pasien yang mengalami afek tumpul sering menunjukkan kurangnya feedback

dari interaksi yang dilakukan.

4.3 Keterbatasan

Studi kasus ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dan

menggunakan data primer yang diperoleh melalui wawancara mendalam (in

depth interview). Keterbatasan pada penelitian ini meliputi subyektivitas yang

ada pada peneliti. Penelitian ini sangat tergantung kepada interpretasi peneliti

tentang makna yang tersirat dalam wawancara sehingga cenderung

menimbulkan penyimpangan persepsi. Untuk meminimalkan adanya

penyimpangan maka dilakukan proses triangulasi yaitu triangulasi metode

dimana dalam penelitian kualitatif penggunaannya dilakukan dengan cara

menggunakan beberapa metode dalam pengumpulan data yatitu metode

wawancara mendalam dan observasi.

Anda mungkin juga menyukai