PT - PLN Persero PDF
PT - PLN Persero PDF
PLN (Persero)
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
1. DASAR ELEKTRONIKA
1. Resistor
Resistor dapat berperan pada banyak hal pada peralatan elektronik seperti:
a. Pembagian tegangan
Digunakan pada Op-Am atau osilator untuk mendapatkan tegangan bias yang pas.
b. Biasing
Untuk bekerja secara efisien, transistor memerlukan bias yang pas. Ini berarti elektroda
kontrol (base, gate atau grid) harus memiliki tegangan atau arus tertentu. Level bias
berbeda diperlukan untuk rangkaian berbeda. Gambar 1 memperlihatkan transistor yang
dibias memakai sepasang resistor pada konfigurasi pembagian tegangan.
c. Pembatas arus
Resistor terlibat dalam aliran elektron dalam rangkaian. Kadang-kadang ini penting untuk
mencegah kerusakan komponen atau rangkaian. Resistor menjaga transistor dari
penggunaan daya berlebih sehingga menjadi panas. Tanpa resistor untuk membatas
arus, transisor dibebani lebih untuk membawa arus DC yang tidak berkontribusi pada
sinyal. Gambar 2 memperlihatkan resistor pembatas arus dipasang seri dengan
elektroda emitter.
d. Disipasi daya
Disipasi daya lewat panas tidak selalu buruk. Salah satu aplikasi adalah pada input
amplifier daya. Kadang-kadang sirkuit menggerakan amplifier memiliki daya berlebih.
Resistor dapat membuang daya lebih sehingga amplifier daya tidak dibebabi lebih.
e. Pengaliran muatan
Pada power supply, kapasitor digunakan untuk menghaluskan fluktuasi output. Kapasitor
memerlukan muatan listrik dan meyimpan sementara walaupun suplai diputus. Resistor
bleeder dihubungkan paralel dengan kapasitor untuk mengalirkan muatan tersimpan.
f. Pencocokan impedansi
Untuk menghasilkan penguatan yang terbesar pada amplifier, impendansi harus cocok
antara output amplifier pertama dan input amplifier kedua. Ini juga berlaku antara
sumber sinyal dan input amplifer.
Persamaan yang berlaku pada resistor adalah hukum Ohm yaitu V = IR. Dimana V adalah
tegangan, I arus dan R resistansi. Besar R ditetukan oleh jenis dan ukuran resistor. Untuk
aplikasi elektronik, jenis resistor yang banyak dipakai adalah jenis karbon dan keping
surface-mounted seperti terlihat pada gambar 4 dan 5.
Pada resistor jenis karbon, harga resistansi dapat ditentukan berdasarkan kode warna yang
terlihat pada bagian luar resistor. Kalau diperhatikan gambar 4, terdapat 4 cincin warna
dengan 3 cincin berdekatan yang fungsinya adalah:
Cincin 1 : angka pertama
Cincin 2 : angka kedua
Cincin 3 : banyak nol
Cincin 4 : toleransi
Berikut ini adalah warna dipakai pada cincin 1, 2 dan 3 beserta nilainya:
Hitam : 0 Hijau : 5
Coklat : 1 Biru : 6
Merah : 2 Ungu : 7
Jingga : 3 Abu-abu : 8
Kuning : 4 Putih : 9
Untuk cincin ke-4, warna emas : ± 5%, perak : ± 10% dan tidak berwarna ± 20%. Sebagai
contoh, resistor berwarna abu-abu, merah, coklat dan perak memiliki resistansi sebesar
Angka 1 : 8 Angka 2 : 2 Angka 3 : 1 toleransi : ± 10%
R = 82 ± 10%
2. Kapasitor
Kapasitor menghambat aliran muatan AC dengan cara menyimpan sementara energi listrik
dalam bentuk muatan listrik. Pada rangkaian DC, kapasitor terlihat kegunaannya jika sinyal
berbentuk pulsa, tidak konstan. Persamaan yang berlaku di sebuah kapasitor adalah i =
CdV/dt. Dimana i adalah arus pengisian atau pengosongan, C kapasitansi dan V tegangan
kapasitor. Berdasarkan persamaan ini, tegangan kapasitor naik jika arus bernilai positif atau
charging dan turun pada saat discharge.
Untuk melihat proses charging dan discharge, kapasitor dipasang seri dengan sumber pulsa
DC dan sebuah resistor seperti terilhat pada gambar 6. Mula-mula, kapasitor akan diisi
sampai tegangannya sama dengan tegangan sumber. Pada saat tegangan sumber bernilai
nol, kapasitor akan melepas muatan dan diserap oleh resistor dalam bentuk panas. Proses
ini diperlihatkan pada gambar 7 dan 8.
12
10
8
Vc (Volt)
0
0
0.1
0.01
0.02
0.03
0.04
0.06
0.07
0.08
0.09
0.11
0.12
0.13
0.14
0.15
0.17
0.18
0.19
t (det)
0.15
0.1
0.05
Ic (A)
-0.05
-0.1
-0.15
0
0.01
0.02
0.04
0.05
0.06
0.07
0.08
0.1
0.11
0.12
0.13
0.14
0.16
0.17
0.18
0.19
t (det)
Salah satu aplikasi kapasitor adalah kopling kapasitif untuk transfer sinyal AC dari satu
tahap ke tahap berikutnya. Hal ini dimungkinkan karena kapasitor memblok arus searah.
Besar reaktansi kapasitif diberikan oleh Xc = 1/(2fC). Gambar 9(a) memperlihatkan
rangkaian tanpa kapasitor kopling pada sebuah transistor dan dengan kapasitor kopling
pada gambar 9(b). Berdasar gambar ini, sumber sinyal mempunyai reaktansi yang rendah
maka arus DC dapat mengalir lewat sumber ini sehingga transistor mengalami hubung
singkat.
Material antara kedua plat di kapasitor disebut dengan dielektrik, material ini dapat
menghantarkan medan listrik tetapi tidak arus listrik. Dielektrik dapat berupa udara, benda
padat, atau elektrolit. Tabel 1 memperlihatkan jenis-jenis kapasitor beserta karakteristik
seperti kapasitansi, tegangan kerja dan temperatur operasi.
yaitu gaya dan fluks magent. Gaya adalah jumlah dorongan yang medan kerjakan pada
jarak tertentu. Fluks adalah efek melalui ruang. Besar medan magnet yang dihasilkan di
ruang sebanding dengan besar gaya magnet dibagi dengan jumlah hambatan terhadap
fluks. Tipe material yang menempati ruang yang dikenai gaya magnet menentukan
hambatan terhadap fluks magnet. Induktor adalah komponen yang dirancang untuk
memanfaatkan efek elektromagnetik dengan membentuk konduktor dalam bentuk lilitan
(coil).
Persamaan yang berlaku di induktor adalah v = L di/dt, dimana v adalah tegangan induktor,
L induktansi dan i arus. Gambar 11 merupakan rangkaian RL seri dengan sumber berupa
pulsa. Dari gambar 12 terlihat pada saat pulsa berubah dari 0 ke 1, arus naik sehingga
medan magnet akan tersimpan di induktor. Ketika pulsa kembali lagi ke 1, medan magnet
akan diubah menjadi gaya gerak listrik dan dihasilkan arus. Arus ini akan diserap oleh
resistor dan dibuang dalam bentuk panas.
0.12
0.1
0.08
I (A)
0.06
0.04
0.02
0
0
0
0.01
0.01
0.01
0.02
0.02
0.02
0.02
0.03
0.03
0.03
0.04
0.04
0.04
0.05
0.05
t (det)
12
10
8
6
VL (Volt)
4
2
0
-2
-4
-6
0
0
0.01
0.01
0.01
0.02
0.02
0.02
0.02
0.03
0.03
0.03
0.04
0.04
0.04
0.05
0.05
t (det)
Salah satu aplikasi induktor adalah regulasi tegangan di power supply. Gambar 14
merupakan rangkaian yang mengubah tegangan input searah menjadi tegangan searah
terkontrol. Pada saat saklar S ditutup, arus akan mengalir melalui induktor ke beban.
Sedangkan saat saklar dibuka, arus mengalir melalui induktor, beban dan dioda.
iL
+
S L
D C beban
Induktor yang paling sederhana adalah coil. Coil dapat dililitkan pada plastik, kayu atau
material non-ferromagnetik lain. Coil inti udara banyak digunakan di frekuensi radio dan
mempunyai kapasitas arus yang tidak terbatas. Udara tidak membuang banyak energi
sehingga efisien. Material ferromagnetik dapat dibuat dalam berbagai bentuk sebagai
material inti untuk memperbesar induktansi. Material yang sering dipakai adalah powdered-
iron dan ferrite, ferrit mempunyai permeabilitas yang lebih besar. Masalah pada inti
ferromagnetik adalah saturasi yaitu kenaikan arus tidak dapat lagi memperbesar fluks
magnet.
Dari gambar diatas terlihat coil dibuat dalam bentuk solenoid dan toroida. Untuk induktansi
yang sama, toroida memerlukan belitan yang lebih sedikit, ukuran yang lebih kecil dan
seluruh fluks terkurung didalam inti. Kelemahan toroida adalah sukar untuk mengubah-ubah
nilai induktansi.
4. Dioda
Dioda adalah perangkat semikonduktor yang hanya dapat konduksi pada satu arah.
Hubungan antara tegangan dan arus saat konduksi dan memblok dapat dilihat pada gambar
16. Tegangan yang harus dicapai agar konduksi berlangsung adalah 0.2 V untuk dioda
germanium dan 0.6 untuk dioda silikon. Jika tegangan balik (reverse) yang rendah, arus
bocor dioda silikon sangat kecil. Tetapi, jika nilai kritis tertentu dicapai maka arus balik akan
besar sehingga dioda dapat mengalami kerusakan. Tegangan breakdown dioda silikon
berkisar antara 50 V sampai 1000 V.
Aplikasi dioda pertama yang dibahas adalah penyearahan arus AC menjadi DC. Pada
gambar 17, selama siklus positif tegangan bolak balik, dioda D1 dan dioda D2 mendapat bias
maju sehingga mengalir arus beban. Sedangkan pada siklus negatif tegangan, dioda D3 dan
dioda D4 mendapat bias maju sehingga mengalir arus beban. Tegangan keluaran penyearah
dioda diperlihatkan pada gambar 18(a) yang masih berfluktuasi. Kapasitor filter akan
membuat tegangan keluaran lebih stabil seperti terlihat pada gambar 18(b).
Aplikasi dioda berikutnya adalah regulasi tegangan. Dioda zener adalah dioda yang
dirancang untuk mempunyai tegangan breakdown yang konstan, misal 50 V. Jika bias balik
diterapkan, dioda akan seperti rangkaian terbuka jika tegangan kecil dari 50 V. jika tegangan
mencapai 50, dioda mulai konduksi. Bias balik yang makin besar akan menaikan besar arus
balik sehingga tegangan balik dicegah lebih dari 50 V.
Sebuah LED (Light Emiting Diode) atau IRED (Infra Red Emiting Diode) dapat digabung
dengan fotodioda menjadi satu komponen yang disebut dengan optoisolator. LED/IRED
menciptakan sinyal cahaya modulasi dan mengirimkan ke penerima melalui celah kecil.
Fotodioda mengubah cahaya kembali ke bentuk sinyal listrik. Keuntungan optoisolator
adalah menghilangkan interaksi impendansi antar dua rangkaian dan melindungi melindungi
rangkaian digital tegangan rendah dari perangkat tegangan/ arus besar.
5. Transistor
Daerah di transistor terbagi 3 yaitu emitter, base dan collector. Emitter bertugas
mengirimkan muatan listrik ke base dan collector. Kolektor mengumpulkan muatan. Base
bertindak sebagai daerah kontrol yang mengizinkan atau tidak muatan mengalir dari emitter
ke collector. Gambar 23 memperlihatkan simbol struktur transistor tipe NPN dan PNP.
Daerah tipe N berisikan elektron bebas dan tipe P berisikan muatan positif. Untuk tipe NPN,
collector harus lebih positif dari base dan lebih negatif untuk tipe PNP. Hubung base-emitter
harus dibias maju sehingga resistansi sangat rendah dibandingkan dengan resistansi
hubung collector-base. Tabel 2 memperlihatkan spesifikasi transistor dengan nomor seri
2N2222A.
Berikut ini diperlihatkan bagaimana mendapatkan arus base dan tegangan di sebuah
transistor sebagai fungsi dari tegangan collector-emitter. Besar drop tegangan base-emitter
pada gambar 24 adalah 0.6 V, besar IB untuk RB sebesar 100 k adalah:
VCC 0.6 12 0.6
IB 114A
RB 100 10 3
besar arus collector adalah
I C hFE I B 50 114A 5.7mA
tegangan di resistor beban RL sebesar 1 k adalah
Konfigurasi terakhir adalah amplifier base bersama seperti terlihat pada gambar 26.
resistansi input sangat kecil (50 ) sehingga cocok untuk sumber sinyal yang memiliki
impedansi rendah. Tetapi amplifier ini tidak mampu menyediakan penguatan arus. Arus
input selalu lebih besar daripada arus output yang disebabkan oleh arus emitter merupakan
arus terbesar di transistor. Tabel 3 memperlihatkan perbandingan tiga macam konfigurasi
amplifier yang telah dibahas.
Vcc
RB1 output
C
B
E input
C1
RB2
RE
tegangan
Penguatan arus Tidak Ya Ya
Impedansi input Terendah ( Tertinggi ( 300k) Menengah ( 1k)
50)
Impedansi output Tertinggi ( Terendah ( 300) Menengah (
1M) 50k)
Pembalik fasa Tidak Tidak Ya
Aplikasi Amplifier RF Amplifier isolasi Universal
6. Thyristor
Thyristor berakar kata dari bahasa Yunani yang berarti ‘pintu’. Dinamakan demikian
barangkali karena sifat dari komponen ini yang mirip dengan pintu yang dapat dibuka dan
ditutup untuk melewatkan arus listrik. Ada beberapa komponen yang termasuk thyristor
antara lain PUT (programmable uni-junction transistor), UJT (uni-junction transistor ), GTO
(gate turn off switch), photo SCR dan sebagainya. Namun pada kesempatan ini, yang akan
kemukakan adalah komponen-komponen thyristor yang dikenal dengan sebutan SCR
(silicon controlled rectifier), TRIAC dan DIAC. Pembaca dapat menyimak lebih jelas
bagaimana prinsip kerja serta aplikasinya.
STRUKTUR THYRISTOR
Ciri-ciri utama dari sebuah thyristor adalah komponen yang terbuat dari bahan
semiconductor silicon. Walaupun bahannya sama, tetapi struktur P-N junction yang
dimilikinya lebih kompleks dibanding transistor bipolar atau MOS. Komponen thyristor lebih
digunakan sebagai saklar (switch) ketimbang sebagai penguat arus atau tegangan seperti
halnya transistor.
Struktur dasar thyristor adalah struktur 4 layer PNPN seperti yang ditunjukkan pada gambar-
1a. Jika dipilah, struktur ini dapat dilihat sebagai dua buah struktur junction PNP dan NPN
yang tersambung di tengah seperti pada gambar-1b. Ini tidak lain adalah dua buah transistor
PNP dan NPN yang tersambung pada masing-masing kolektor dan base.
Jika divisualisasikan sebagai transistor Q1 dan Q2, maka struktur thyristor ini dapat
diperlihatkan seperti pada gambar-2 yang berikut ini.
Terlihat di sini kolektor transistor Q1 tersambung pada base transistor Q2 dan sebaliknya
kolektor transistor Q2 tersambung pada base transistor Q1.
Rangkaian transistor yang demikian menunjukkan adanya loop penguatan arus di bagian
tengah. Dimana diketahui bahwa Ic = b Ib, yaitu arus kolektor adalah penguatan dari arus
base.
Jika misalnya ada arus sebesar Ib yang mengalir pada base transistor Q2, maka akan ada
arus Ic yang mengalir pada kolektor Q2. Arus kolektor ini merupakan arus base I b pada
transistor Q1, sehingga akan muncul penguatan pada arus kolektor transistor Q1. Arus
kolektor transistor Q1 tidak lain adalah arus base bagi transistor Q2. Demikian seterusnya
sehingga makin lama sambungan PN dari thyristor ini di bagian tengah akan mengecil dan
hilang. Tertinggal hanyalah lapisan P dan N dibagian luar.
Jika keadaan ini tercapai, maka struktur yang demikian tidak lain adalah struktur dioda PN
(anoda-katoda) yang sudah dikenal. Pada saat yang demikian, disebut bahwa thyristor
dalam keadaan ON dan dapat mengalirkan arus dari anoda menuju katoda seperti layaknya
sebuah dioda.
Bagaimana kalau pada thyristor ini kita beri beban lampu dc dan diberi suplai tegangan dari
nol sampai tegangan tertentu seperti pada gambar 3. Apa yang terjadi pada lampu ketika
tegangan dinaikan dari nol. Ya betul, tentu saja lampu akan tetap padam karena lapisan N-P
yang ada ditengah akan mendapatkan reverse-bias (teori dioda). Pada saat ini disebut
thyristor dalam keadaan OFF karena tidak ada arus yang bisa mengalir atau sangat kecil
sekali. Arus tidak dapat mengalir sampai pada suatu tegangan reverse-bias tertentu yang
menyebabkan sambungan NP ini jenuh dan hilang. Tegangan ini disebut tegangan
breakdown dan pada saat itu arus mulai dapat mengalir melewati thyristor sebagaimana
dioda umumnya. Pada thyristor tegangan ini disebut tegangan breakover Vbo.
SCR
Telah dibahas, bahwa untuk membuat thyristor menjadi ON adalah dengan memberi arus
trigger lapisan P yang dekat dengan katoda. Yaitu dengan membuat kaki gate pada thyristor
PNPN seperti pada gambar-4a. Karena letaknya yang dekat dengan katoda, bisa juga pin
gate ini disebut pin gate katoda (cathode gate). Beginilah SCR dibuat dan simbol SCR
digambarkan seperti gambar-4b. SCR dalam banyak literatur disebut Thyristor saja.
Melalui kaki (pin) gate tersebut memungkinkan komponen ini di trigger menjadi ON, yaitu
dengan memberi arus gate. Ternyata dengan memberi arus gate Ig yang semakin besar
dapat menurunkan tegangan breakover (Vbo) sebuah SCR. Dimana tegangan ini adalah
tegangan minimum yang diperlukan SCR untuk menjadi ON. Sampai pada suatu besar arus
gate tertentu, ternyata akan sangat mudah membuat SCR menjadi ON. Bahkan dengan
tegangan forward yang kecil sekalipun. Misalnya 1 volt saja atau lebih kecil lagi. Kurva
tegangan dan arus dari sebuah SCR adalah seperti yang ada pada gambar-5 yang berikut
ini.
Pada gambar tertera tegangan breakover Vbo, yang jika tegangan forward SCR mencapai
titik ini, maka SCR akan ON. Lebih penting lagi adalah arus Ig yang dapat menyebabkan
tegangan Vbo turun menjadi lebih kecil. Pada gambar ditunjukkan beberapa arus Ig dan
korelasinya terhadap tegangan breakover. Pada datasheet SCR, arus trigger gate ini sering
ditulis dengan notasi IGT (gate trigger current). Pada gambar ada ditunjukkan juga arus Ih
yaitu arus holding yang mempertahankan SCR tetap ON. Jadi agar SCR tetap ON maka
arus forward dari anoda menuju katoda harus berada di atas parameter ini.
Sejauh ini yang dikemukakan adalah bagaimana membuat SCR menjadi ON. Pada
kenyataannya, sekali SCR mencapai keadaan ON maka selamanya akan ON, walaupun
tegangan gate dilepas atau di short ke katoda. Satu-satunya cara untuk membuat SCR
menjadi OFF adalah dengan membuat arus anoda-katoda turun di bawah arus Ih (holding
current). Pada gambar-5 kurva I-V SCR, jika arus forward berada dibawah titik Ih, maka SCR
kembali pada keadaan OFF. Berapa besar arus holding ini, umumnya ada di dalam
datasheet SCR.
Cara membuat SCR menjadi OFF tersebut adalah sama saja dengan menurunkan tegangan
anoda-katoda ke titik nol. Karena inilah SCR atau thyristor pada umumnya tidak cocok
digunakan untuk aplikasi DC. Komponen ini lebih banyak digunakan untuk aplikasi-aplikasi
tegangan AC, dimana SCR bisa OFF pada saat gelombang tegangan AC berada di titik nol.
Ada satu parameter penting lain dari SCR, yaitu VGT . Parameter ini adalah tegangan trigger
pada gate yang menyebabkan SCR ON. Kalau dilihat dari model thyristor pada gambar-2,
tegangan ini adalah tegangan Vbe pada transistor Q2. VGT seperti halnya Vbe, besarnya kira-
kira 0.7 volt. Seperti contoh rangkaian gambar-6 berikut ini sebuah SCR diketahui memiliki
IGT = 10 mA dan VGT = 0.7 volt. Maka dapat dihitung tegangan Vin yang diperlukan agar SCR
ini ON adalah sebesar :
Vin = Vr + VGT
TRIAC
Boleh dikatakan SCR adalah thyristor yang uni-directional, karena ketika ON hanya bisa
melewatkan arus satu arah saja yaitu dari anoda menuju katoda. Struktur TRIAC
sebenarnya adalah sama dengan dua buah SCR yang arahnya bolak-balik dan kedua gate-
nya disatukan. Simbol TRIAC ditunjukkan pada gambar-6. TRIAC biasa juga disebut
thyristor bi-directional.
TRIAC bekerja mirip seperti SCR yang paralel bolak-balik, sehingga dapat melewatkan arus
dua arah.
Pada datasheet akan lebih detail diberikan besar parameter-parameter seperti Vbo dan -Vbo,
lalu IGT dan -IGT , Ih serta -Ih dan sebagainya. Umumnya besar parameter ini simetris antara
yang plus dan yang minus. Dalam perhitungan desain, bisa dianggap parameter ini simetris
sehingga lebih mudah di hitung.
DIAC
Kalau dilihat strukturnya seperti gambar-8a, DIAC bukanlah termasuk keluarga thyristor,
namun prinsip kerjanya membuat ia digolongkan sebagai thyristor. DIAC dibuat dengan
struktur PNP mirip seperti transistor. Lapisan N pada transistor dibuat sangat tipis sehingga
elektron dengan mudah dapat menyeberang menembus lapisan ini. Sedangkan pada DIAC,
lapisan N di buat cukup tebal sehingga elektron cukup sukar untuk menembusnya. Struktur
DIAC yang demikian dapat juga dipandang sebagai dua buah dioda PN dan NP, sehingga
dalam beberapa literatur DIAC digolongkan sebagai dioda.
Sukar dilewati oleh arus dua arah, DIAC memang dimaksudkan untuk tujuan ini. Hanya
dengan tegangan breakdown tertentu barulah DIAC dapat menghantarkan arus. Arus yang
dihantarkan tentu saja bisa bolak-balik dari anoda menuju katoda dan sebaliknya. Kurva
karakteristik DIAC sama seperti TRIAC, tetapi yang hanya perlu diketahui adalah berapa
tegangan breakdown-nya.
Simbol dari DIAC adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar-8b. DIAC umumnya dipakai
sebagai pemicu TRIAC agar ON pada tegangan input tertentu yang relatif tinggi. Contohnya
adalah aplikasi dimmer lampu yang dapat dilihat pada gambar-9.